Oleh
Benarkah akuntansi leasing itu mudah? Pertanyaan yang sulit untuk dijawab,
mengatakan mudah jika seseorang telah memahami akuntansi leasing seperti yang
tercantum dalam PSAK 30. Untuk memahami tetang akuntansi leasing maka perlu
kita pahami terlebih dahulu mengenai apa itu akuntansi dan apa itu leasing.
organisasi. Dari laporan akuntansi kita bisa melihat posisi keuangan sutu
penyediaan barang modal baik secara sewa-guna-usaha dengan hak opsi (finance
lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan
berkala. Sewa (Lease) bisa juga diartikan suatu perjanjian dimana lessor
memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan suatu aset selama periode
kepemilikan suatu aset. Hak milik pada akhirnya dapat dialihkan, dapat
Klasifikasi sewa dibuat pada masa awal sewa atau bisa dengan persetujuan kedua
1. pada akhir masa sewa kepemilikan aset dapat dialihkan kepada lessee
2. lessee mempunyai opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup
dilaksanakan.
3. masa sewa adalah untuk sebagian besar umur ekonomis aset meskipun
4. pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum secara
menggunakannya.
lessee
7. laba atau rugi dari fluktuasi nilai wajar residu dibebankan pada lessee
8. lessee dapat melanjutkan sewa untuk periode kedua dengan nilai sewa
seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. Suatu sewa
substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset.
2. diukur sebesar nilai yang lebih rendah antara jumlah tercatatnya dan
masing-masing:
1. Financial Lease : selisih lebih hasil penjualan dari nilai tercatat tidak
2. Operating Lease : jika transaksi terjadi pada nilai wajar maka laba/rugi
harus diakui tetapi jika terjadi dibawah nilai wajar maka laba/rugi
pembayaran sewa dimasa depan yang lebih rendah dari harga pasar,
Jika harga jual diatas nilai wajar selisih lebih tersebut ditangguhkan
Tanggal 1 April 2010 Andi melakukan transaksi finance lease sebuah Truk
senilai Rp. 90.000.000, nilai residu aset diperkirakan sebesar Rp. 20.000.000
jangka waktu sewa selama 6 tahun dengan tingkat bunga sebesar 18 % per tahun.
Perhitungan :
Nilai aktiva : Rp. 90.000.000 nilai sewa per bulan Rp. 90.000.000 / 72 bulan
Umur ekonomis 8 tahun = Rp. 10.800.000 per tahun = Rp. 900.000 per bulan
Lessor
pencatatan transaksi leasing secara sale and lease back dengan hak opsi sehingga
untuk jenis leasing lainnya misalnya Pembiayaan Konsumen harus mengacu kepada
Pembiayaan Konsumen layaknya Sale and Lease Back dengan Hak Opsi.
digolongkan sebagai Sewa Guna Usaha (SGU) dengan hak opsi apabila memenuhi
1. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha
pertama ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup
Bangunan;
lessee.
SGU
tersebut
2. lessee membebankan angsuran pokok dan bunga SGU sebagai biaya leasing
kadang terputus, sehingga masa sewa guna usaha menjadi lebih pendek dari masa
yang semula disepakati. Hal ini dapat terjadi karena beberapa hal :
secara finance lease mengalami rusak berat dan tidak dapat dipakai lagi.
ternyata lebih pendek dari masa SGU menurut Pasal 3 Keputusan Menteri
bahwa dalam hal perjanjian finance lease menyatakan jangka waktu yang lebih
pendek atau pada pelaksanaannya berakhir dalam jangka waktu yang lebih pendek
Pengakuan penghasilan dan pembebanan biaya bagi lessor dan lessee diatur
sebagai berikut:
a. Pihak lessor maupun pihak lessee harus membetulkan SPT Tahunan yang
c. Atas masa SGU yang telah lewat, lessee harus memotong PPh Pasal 23
2. Finance Lease dengan masa yang lebih singkat karena sebab ekonomis.
a. Pihak lessor maupun pihak lessee harus membetulkan SPT Tahunan yang
Perlakuan PPh atas pelaksanaan opsi adalah sama dengan perlakuan atas
atas harta tersebut sejak opsi dilakukan dan dasar penyusutan adalah
c. Atas masa SGU yang telah lewat, lessee harus memotong PPh Pasal 23
penyerahan jasa dalam transaksi SGU dengan hak opsi dari lessor kepada lessee
merupakan jasa financial leasing yang dikecualikan dari pengenaan PPN, dengan
jasa dalam transaksi SGU tanpa hak opsi dari Lessor kepada lessee
b. Pengalihan barang dalam transaksi SGU tanpa hak opsi bukan merupakan
bagi lessor dan merupakan PPN Pajak Masukan bagi lessee dalam hal
lessee adalah PKP. PPN yang dibayar atas perolehan BKP yang disewa guna
Dalam hal transaksi Sale and Lease Back tanpa hak opsi, PPN Pajak
Masukan atas perolehan barang yang telah dikreditkan oleh lessee harus dibayar
(leased back) barang tersebut, maka lessor harus mengenakan PPN yang
Ilustrasi kasus
Keterangan tambahan
Jurnal lessee
01-01-2010 Truk Leasing 179,436,728
Hutang Leasing 179,436,728
01-01-2010 Hutang Leasing 50,000,000
Kas 50,000,000
01-01-2011 Hutang Leasing 24,112,654
Biaya Bunga Leasing 25,887,346
Kas 50,000,000
31-12-2011 Biaya penyusutan Truk 22,429,591
Akumulasi Penyustan Truk 22,429,591
01-01-2012 Hutang Leasing 28,935,185
Biaya Bunga Leasing 21,064,815
Kas 50,000,000
31-12-2012 Biaya penyusutan Truk 22,429,591
Akumulasi Penyustan Truk 22,429,591
01-01-2013 Hutang Leasing 34,722,222
Biaya Bunga Leasing 15,277,778
Kas 50,000,000
31-12-2013 Biaya penyusutan Truk 22,429,591
Akumulasi Penyustan Truk 22,429,591
01-01-2014 Hutang Leasing 41,666,667
Biaya Bunga Leasing 8,333,333
Kas 50,000,000
31-12-2014 Biaya penyusutan Truk 22,429,591
Akumulasi Penyustan Truk 22,429,591
31-12-2015 Biaya penyusutan Truk 22,429,591
Akumulasi Penyustan Truk 22,429,591
VI. Simpulan
Leasing dalam PSAK No. 30 dijelaskan bahwa suatu sewa diklasifikasikan
seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. Suatu sewa
substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset.
2. diukur sebesar nilai yang lebih rendah antara jumlah tercatatnya dan
2 tahun untuk barang modal Golongan I, 3 tahun untuk barang modal Golongan II
dan III, dan 7 tahun untuk Golongan Bangunan, jika suatu leasing tidak memenuhi
ketentuan tersebut maka leasing diperlakuakan sebagai sewa biasa atau disebut
atau sewa guna usaha dengan hak opsi tidak dikenakan pajak penghasilan maupun
pajak pertambahan nilai. Tetapi transaksi yang tergolong operating lease atas
pembayaran lesee kepada lessor merupakan objek pajak penghasilan dan pajak
pertambahan nilai.
DAFTAR PUSTAKA
1. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 1169/KMK.01/1991, Kegiatan
Sewa Guna Usaha (Leasing)
2. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE - 10/PJ.42/1994, Perlakuan Pph Dan Ppn
Terhadap Perjanjian Sewa Guna Usaha Dengan Hak Opsi Yang Berakhir Menjadi
Lebih Singkat Dari Masa Sewa Guna Usaha Yang Disyaratkan Dalam Pasal 3
Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 1169/Kmk.01/1991
3. ERYC RICARDO S, Membukukan Transaksi Leasing, Akuntansi ( PSAK 30 ) Versus Pajak,
http://pusatperpajakan.blogspot.com/2009/12/membukukan-transaksi-leasing-
akuntansi.html
4. Anang Mury Kurniawan, haphisz.files.wordpress.com/2009/08/akuntansi-pajak-
leasing.ppt
5. Manahan Nasution, Akuntansi Guna Usaha (Leasing) Menurut Pernyataan Sak No. 3,
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1207/1/akuntansi-
manahan.pdf
6. Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta, 1994
7. Baridwan, Zaki, Akuntansi Keuangan Intermediate, Masalah-masalah Khusus, Volume I,
Lembaga dan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta,
1984.
8. Ikatan Akuntan Indonesia, Standard Akuntansi Keuangan, PSAK No.30, Salemba Empat,
Jakarta 1994