Anda di halaman 1dari 16

ASSIGNMENT OF FINAL EXAM

FINANCIAL MANAGEMENT : THEORY & PRACTICE

Dosen Pengampu :
Windijarto, Dr.,SE.,MBA.
Fitri Ismiyanti, Dr.,SE.,M.Si.
Andry Irwanto,Dr, SE.,MBA.,Ak.

ZALFA KARINA
242221059
E2M1

THE PROGRAM OF MASTER OF MANAGEMENT


FACULTY OF ECONOMICS AND BUSINESS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Penggunaan suatu asset tidak selalu diperoleh dengan cara membeli. Bahkan aset
tidak harus dibeli dan dimiliki namun bisa juga dilakukan secara sewa dan dimanfaatkan
secara optrimal untuk mendukung kinerja. Secara teori sewa dan utang merupakan
substitusi yang baik dan biasa digunakan, namun hanya sedikit bukti empiris yang
mendukung teori tersebut. Sebaliknya perusahaan yang melakukan sewa memiliki porsi
hutang yang besar dibanding perusahaan tanpa sewa. Suatu aset yang ingin dimanfaatkan
oleh perusahaan untuk mendukung aktivitasnya tidak harus dimiliki oleh perusahaan
tersebut. Leasing merupakan alternative paling popular yang dapat dimanfaatkan.
Leasing pada dasarnya merupakan suatu penjanjian kontrak antara pihak pemilik asset
(Lessor) dengan pihak yang akan memanfaatkan asset (Lessee). Sehingga akan muncul
hak dan kewajiban dari kedua belah pihak yang harus ditaati. Menyerahkan asset
merupakan kewajiban pihak lessor, sebaliknya melakukan pembayaran secara rutin
sesuai kontrak merupakan kewajiban bagi pihak lessee.
Kontrak lease biasanya dilakukan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun
sehingga pembiayaan ini biasanya dikategorikan sebagai pembiayaan jangka menengah.
Sewa (lease) merupakan cara yang nyaman bagi pembeli untuk mendanai pembelian
asetnya, Pajak juga menjadi pertimbangan dalam sewa, dan sewa dapat menjadi sumber
perdanaan diluar neraca. Bentuk pembiayaan baik melalui Capital Lease maupun
Operating Lease keduanya memiliki kelebihan maupun kelemahan dilihat dari sisi
penyajian laporan keuangan perusahaan. Hal inilah yang menjadi masalah yang dijadikan
sebagai bahan kajian dalam penelitian ini.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana gambaran Aset yang di Lease dan tipe leasing yang dipilih?
2. Apa landasan teori yang bisa dipakai untuk menjelaskan kebijakan tersebut?
3. Apa rekomendasi yang bisa diberikan berdasarkan hasil analisis untuk perbaikan
perusahaan?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LEASING
Sewa (Lease) merupakan penjanjian kontraktual antara pemilik (lessor) dan penyewa
(lessee). Perjanjian tersebut memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan asset
yang dimiliki oleh lessor. Sebagai balasannya pihak lesse membayar sewa yang disebut
pembayaran sewa minimum (minimum lease payment—MLP). Sewa guna usaha
(Leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik
secara sewa-guna-usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa
hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu
berdasarkan pembayaran secara berkala. Sewa (Lease) bisa juga diartikan suatu
perjanjian dimana lessor memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan suatu aset
selama periode yang disepakati. Sebagai imbalannya lessee melakukan pembayaran atau
serangkaian pembayaran kepada lessor.
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam PSAK No 30 dalam Standar Akuntansi
Keuangan mengistilahkan leasing sebagai kegiatan sewa guna usaha. International
Accounting Standard Comitte mendefinisikan Leasing yaitu “Sewa: Suatu perjanjian di
mana oleh pemberi sewa menyampaikan kepada penyewa dengan imbalan sewa hak
untuk menggunakan aset untuk jangka waktu yang disepakati tepat waktu. Definisi sewa
termasuk kontrak untuk ahli waris suatu aset yang berisi ketentuan yang memberikan
pilihan kepada penyewa untuk memperoleh hak milik atas aset tersebut sampai
terpenuhinya syarat-syarat yang disepakati. Kontrak ini digambarkan sebagai kontrak
sewa beli di beberapa negara, nama yang berbeda digunakan untuk perjanjian yang
memiliki karakteristik sewa”.
Sedangkan dalam keputusan bersama 3 menteri Keuangan, Perdagangan dan
Perindustrian No Kep-122/MKIV/2/1974; No 32/M/SK/2/1974 mendefinisikan Leasing
adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang
modal untuk digunakan suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan
tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang
jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang disepakati Bersama.
2.2 KLASIFIKASI LEASING
Ada tiga tipe perjanjian sewa yang umum dikenal yaitu penyewaan langsung
(operating lease), Penjualan (financial lease) dan sewa kembali (leaseback) namun
kebanyakan penjanjian sewa berada dalam satu diantara tiga kategori, atau satu diantara
dua kategori ini. FSAB dalam ststement no 13 tentang “Akuntansi utuk Leasing”
1. Sewa Pembiayaan (Finance Lease) adalah sewa yang mengalihkan secara substansial
seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan suatu aset. Hak milik
pada akhirnya dapat dialihkan, dapat juga tidak dialihkan
2. Sewa Operasi (Operating Lease) adalah sewa yang tidak mengalihkan secara
substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan suatu asset

2.3 KEUNGGULAN LEASING SECARA EKONOMI


Keunggulan utama bagi Lessee untuk melease daripada membeli adalah, Bisa
dilakukan tanpa uang muka. Sebagian besar pembelian asset mengharapkan agar
sebagian dari harga belinya dibayar langsung oleh peminjam pada saat transaksi
dilakukan. Hal ini memberi perlindungan tambahan bagi kreditor apabila terjadi
kemancetan pembayaran dan pengembalian aktiva. Berikut merupakan keunggulan
leasing
1. Bisa menghindarkan resiko pemilikan.
Memiliki asset tertentu biasanya mengandung resiko seperti kerugian karena
bencana, kondisi perekonomian yang berubah, kemajuan teknologi dan kerusakan
fisik. Dengan model lease kerugian tersebut dapat dihindari karena Lessee boleh
menghentikan Lease.
2. Menjaga cash flow
Khususnya bagi perusahaan yang pendapatannya diperoleh secara musiman sehingga
keuntungan biasanya baru dapat diperoleh pada akhir investasi sehingga besarnya
sewa
dapat disesuaikan dengan kemampuan cash flow perusahaan.
3. Mengurangi pengaruh inflasi
Karena pembayaran oleh lessee biasanya dalam jumlah yang sama maka dalam
kondisi inflasi yang tinggi nilai sekarang dari sewa telah berkurang

Dari sisi lessor juga memperoleh manfaat dari menlease asetnya dibandingkan dengan
menjualnya secara tunai antara lain:
1. Dapat meningkatkan penjualan.
Bila perusahaan menjual produknya secara tunai biasanya omset penjualan
perusahaan relatif rendah, Cara yang dapat dilakukan adalah menjual produknya
melalui Leasing kepada pelanggan, sehingga pembeli yang tidak memiliki dana tunai
dapat memperoleh asset dengan cara leasing.
2. Adanya keringanan pajak.
Banyak ketentuan pajak yang memberikan keringanan bagi pemilik harta. Undang-
undang pajak memberikan kredit pajak investasi yang memperbolehkan pemilik harta
mengkreditkannya ke hutang pajak penghasilan entah pada periode berjalan ataupun
pada periode mendatang sepanjang asset tersebut tetap dimilikinya. Bentuk
keringanan pajaknya adalah pada saat asset tersebut dijual maka keringanan pajaknya
ikut dalam asetnya.
3. Memungkinkan Kelangsungan Hubungan Dengan Lessee.
Apabila harta dijaul, pembeli seringkali tidak mengadakan transaksi lagi dengan
penjualnya. Akan tetapi dalam situasi Leasing, Lessor dan Lesse tetap berhubungan
selama periode tertentu, dan hubungan bisnis jangka panjang kerap kali dapat dibina
melalui Leasing.
4. Nilai Residu Dipertahankan.
Dalam kondisi ekonomi tertentu yang membuat nilai residu yang besar dari suatu
asset pada ahir periode lease, sehingga lessor dapat Me-Lease aktiva itu Kembali
kepada Leasee lain atau menjualnya sehingga memperoleh keuntungan. Banyak
Lessor yang mendapatkan laba justru dari hasil penjualan sebagai akibat kenaikan
nilai residu.

Disamping adanya keunggulan-keunggulan tersebut pada dasarnya leasing juga


memiliki beberapa kelemahan antara lain: Pembiayaan dengan leasing relatif lebih mahal
dibandingkan pembiayaan dengan kredit bank, Barang modal yang di lease tidak dapat
lagi dicantumkan sebagai unsur aktiva untuk tujuan collateral dari bank.

2.4 AKUNTANSI DAN PELAPORAN LEASE


Lessee sering mengatur suatu sewa agar dapat dicatat sebagai operating lese walaupun
karasteristik ekonominya lebih mendekati capital lease. Dengan cara tersebut lease
melakukakan pendanaan diluar neraca (of balancesheet financing) Pendanaan diluar
neraca ini mengacu pada kenyataan bahwa dalam operating lease, asset sewa maupun
kewajiban yang terkait tidak diakui dalam neraca. Keputusan untuk mencatat sewa
sebagai capital lease atau operating lease dapat berpengaruh secara signifikan terhadap
laporan keuangan.
Aturan akuntansi telah dirancang untuk memaksa perusahaan mengungkapkan sejauh
mana
kewajiban sewa mereka di bukukan. Sesuai PSAK 30 terkait dengan akuntansi leasing
maka perlakuan akuntansi untuk aset dalam sewa pembiayaan yang diklasifikasikan
sebagai dimiliki untuk dijual:
1. Disajikan sebagai aset tersedia untuk dijual, jika jumlah tercatatnya terutama dapat
dipulihkan melalui transaksi penjualan dari pada penggunaan lebih lanjut
2. Diukur sebesar nilai yang lebih rendah antara jumlah tercatatnya dan nilai wajar
setelah dikurangi beban penjualan aset tersebut
3. Diungkapkan dalam laporan keuangan untuk memungkinkan evaluasi dampak
keuangan adanya perubahan penggunaan aset.

Pencatatan transaksi leasing diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor


1169/KMK.01/1991 dan Surat Edaran Dirjen Pajak No SE-10/PJ.42/1994. Menurut
Keputusan Menteri Keuangan ini hanya mengatur mengenai tatacara pencatatan transaksi
leasing secara sale and lease back dengan hak opsi sehingga untuk jenis leasing lainnya
misalnya Pembiayaan Konsumen harus mengacu kepada PSAK No. 30. Dalam praktek
sehari-hari, sering ditemukan kesalahpahaman dari akuntansi perusahaan sehingga dalam
perpajakan memperlakukan transaksi Pembiayaan Konsumen layaknya Sale and Lease
Back dengan Hak Opsi. Menurut Keputusan Menteri Keuangan tersebut, kegiatan sewa
guna usaha digolongkan sebagai Sewa Guna Usaha (SGU) dengan hak opsi apabila
memenuhi semua kriteria berikut :

1. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama
ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga perolehan
barang modal dan keuntungan lessor;
2. Berdasarkan ketentuan Pasal 3 huruf b Keputusan Menteri Keuangan Nomor
1169/KMK.01/1991 masa sewa guna usaha ditetapkan sekurang-kurangnya 2
tahun untuk barang modal Golongan I, 3 tahun untuk barang modal Golongan II
dan III, dan 7 tahun untuk Golongan Bangunan;
3. Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 PT MUSTIKA RATU Tbk


PT Mustika Ratu Tbk adalah sebuah produsen kosmetik dan jamu yang berkantor
pusat di Jakarta Selatan. Untuk mendukung kegiatan bisnisnya, perusahaan ini memiliki
pabrik di Ciracas, Jakarta Timur. Perusahaan ini memulai sejarahnya pada tahun 1975 saat
Mooryati Soedibyo membuka usaha kosmetik dan jamu di garasi rumahnya. Pada tanggal
14 Maret 1978, perusahaan ini resmi didirikan. Pada tanggal 8 April 1981, perusahaan ini
mulai mengoperasikan pabrik di Ciracas, Jakarta Timur. Pada tahun 1995, perusahaan ini
resmi melantai di Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 1996, perusahaan ini berhasil
mendapat sertifikasi ISO 14001 dan ISO 9002. Pada tahun 2000, perusahaan ini
memperluas distribusi produk dan waralaba spanya hingga ke negara-negara di Asia
Tenggara dan Timur Tengah. Pada tahun 2018, perusahaan ini kembali memperluas
distribusi produknya hingga ke Kanada, Amerika Serikat, Tiongkok, Irak, Selandia Baru,
dan Bulgaria. Pada tahun 2021, perusahaan ini membagi bisnisnya ke dalam dua divisi,
yakni Kecantikan & Perawatan Tubuh dan Jamu & Perawatan Kesehatan.[2][3] Pada
bulan Mei 2022, perusahaan ini menunjuk Mawar de Jongh sebagai duta merek untuk
jajaran produk Brightening Bengkoang Series.

3.2 ASET PT MUSTIKA RATU Tbk


Pengakuan awal aset tetap diukur pada biaya perolehan. Biaya perolehan aset tetap
meliputi harga perolehan dan setiap biaya yang dapat diatribusikan langsung untuk
membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan. Aset tetap,
kecuali tanah, dinyatakan berdasarkan biaya perolehan, tetapi tidak termasuk biaya
perawatan sehari-hari, dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan
nilai, jika ada. Tanah tidak disusutkan dan dinyatakan berdasarkan biaya perolehan
dikurangi akumulasi rugi penurunan nilai, jika ada. Beban-beban yang timbul setelah aset
tetap digunakan, seperti beban perbaikan dan pemeliharaan, dibebankan pada laporan laba
rugi dan penghasilan komprehensif lain konsolidasian pada saat terjadinya. Apabila beban
- beban tersebut menimbulkan peningkatan manfaat ekonomis di masa mendatang dari
penggunaan aset tetap tersebut yang dapat melebihi kinerja normalnya, maka beban-beban
tersebut dikapitalisasi sebagai tambahan biaya perolehan aset tetap. Penyusutan dihitung
berdasarkan metode garis lurus (straight-line method) selama masa manfaat aset tetap
sebagai berikut

Tabel 1. Tarif Penyusutan Aset Tetap & Sewa Perusahaan

Tarif Penyusutan Tahun


*Sewa tanah jangka Panjang 0% 99
Bangunan dan prasarana 2% - 5% 20 – 50
Mesin dan peralatan pabrik 10% 10
Peralatan kantor 20% - 50% 2–5
Kendaraan 5% 5
Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasian PT Mustika Ratu Tbk
Keterangan :
1. Bertanda bintang (*) : Sewa
2. Selain bertanda bintang : Asset tetap

Ketika aset tetap yang dijual atau dilepaskan, dikeluarkan dari kelompok aset tetap
berikut akumulasi penyusutan serta akumulasi penurunan nilai yang terkait dengan aset
tetap tersebut. Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap
ditentukan sebesar perbedaan antara jumlah neto hasil pelepasan, jika ada, dengan jumlah
tercatat dari aset tetap tersebut dan diakui dalam laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain konsolidasian pada tahun terjadinya penghentian pengakuan. Nilai
residu, umur manfaat, serta metode penyusutan dan amortisasi ditelaah setiap akhir tahun
dan dilakukan penyesuaian apabila hasil telah berbeda dengan estimasi sebelumnya. Nilai
residu dari aset tetap adalah estimasi jumlah yang dapat diperoleh Grup dari pelepasan aset
setelah dikurangi estimasi biaya pelepasan, jika aset telah mencapai umur dan kondisi
pada akhir umur manfaatnya. Aset dalam penyelesaian disajikan dalam “Aset Tetap” dan
dinyatakan sebesar biaya perolehan. Akumulasi biaya perolehan untuk aset dalam
penyelesaian akan dipindahkan ke masing-masing aset tetap yang bersangkutan pada saat
aset tersebut selesai dikerjakan dan siap digunakan sesuai dengan tujuannya. Berikut
merupakan Tabel Aset Tetap yang dimiliki perusahaan dalam mata uang rupiah
Tabel 2. Rincian Aset Tetap

Saldo awal Penambahan Pengurangan Reklasifikasi Saldo Akhir


& efek
Transisi
BIAYA PEROLEHAN
Kepemilikan langsung
Tanah 11.090.469.852 - - - 11.090.469.852
Sewa tanah – 17.596.527.754 - - (381.380.937 17.215.146.817
jangka
panjang
Bangunan & 49.479.536.463 142.821.066 - (167.105.482) 49.455.252.047
Prasarana
Mesin & 42.811.096.990 612.831.973 3.322.920.916 1.410.351.431 41.511.359.478
Peralatan
Pabrik
Peralatan 43.929.210.740 780.948.061 9.868.800 (25.094.731) 44.675.195.270
Kantor
Kendaraan 16.869.743.711 74.865.000 1.961.240.632 (25.135.246) 14.958.232.833
Set dalam 108.716.365 354.691.271 - (32.263.636) 431.144.000
penyelesaian
181.885.301.875 1.966.157.371 5.294.030.348 779.371.399 179.336.800.297
Aset sewa pembiayaan
Mesin dan 1.480.000.000 - - (1.480.000.000 -
peralatan )
pabrik
Kendaraan - 1.020.912.540 - - 1.020.912.540
183.365.301.875 2.987.069.911 5.294.030.348 (700.628.601) 180.357.712.837
Akumulasi penyusutan
Kepemilikan langsung
Sewa tanah – 4.442.798.331 176.112.414 - (98.552.126) 4.520.358.619
Saldo awal Penambahan Pengurangan Reklasifikasi Saldo Akhir
& efek
Transisi
jangka
panjang
Bangunan 29.579.152.957 2.028.915.267 - (79.039.371) 31.529.028.853
dan
prasarana
Mesin & 36.484.587.549 1.899.702.404 3.322.920.916 333.042.108 35.394.411.145
peralatan
pabrik
Peralatan 39.976.958.871 1.361.637.824 9.868.800 (24.053.299) 41.304.674.596
Kantor
Kendaraan 16.559.123.133 141.726.004 1.961.240.632 (22.786.728) 14.716.821.777
127.400.287.504 5.730.570.847 5.294.030.348 108.610.584 127.465.294.990
Aset sewa pembiayaan
Mesin dan 357.666.663 73.999.998 - (431.666.661) -
peralatan
pabrik
Kendaraan - 48.476.936 - - 48.476.936
127.400.287.504 5.730.570.847 5.294.030.348 (323.056.077) 127.513.771.926
Nilai buku 55.965.014.371 - - - 52.843.940.911
bersih
Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasian PT Mustika Ratu Tbk

3.3 SEWA PT MUSTIKA RATU Tbk


Pembayaran sewa dialokasikan menjadi bagian pokok dan biaya keuangan. Biaya
keuangan dibebankan pada laba rugi selama periode sewa sehingga menghasilkan tingkat
suku bunga periodik yang konstan atas saldo liabilitas untuk setiap periode. Sewa jangka-
pendek dan sewa yang aset pendasarnya bernilai rendah. Grup memutuskan untuk tidak
mengakui aset hak-guna dan liabilitas sewa untuk sewa jangka pendek yang memiliki
masa sewa 12 bulan atau kurang dan sewa yang aset pendasarnya bernilai rendah. Grup
mengakui pembayaran sewa atas sewa tersebut sebagai beban dengan dasar garis lurus
selama masa sewa. Grup mencatat modifikasi sewa sebagai sewa terpisah jika modifikasi
meningkatkan ruang lingkup sewa dengan menambahkan hak untuk menggunakan satu
aset pendasar atau lebih; dan mbalan sewa meningkat sebesar jumlah yang setara dengan
harga tersendiri untuk peningkatan dalam ruang lingkup dan penyesuaian yang tepat pada
harga tersendiri tersebut untuk merefleksikan kondisi kontrak tertentu
- Untuk modifikasi sewa yang tidak dicatat sebagai sewa terpisah, pada tanggal
efektif modifikasi sewa, Grup:
- mengalokasikan imbalan kontrak modifikasian; menentukan masa sewa dari
sewa modifikasian; dan
- mengukur kembali liabilitas sewa dengan mendiskontokan pembayaran sewa
revisian menggunakan tingkat diskonto revisian. Pada tanggal efektif
modifikasi, tingkat diskonto revisian ditentukan sebagai suku bunga pinjaman
inkremental Grup untuk sisa masa sewa.

Untuk modifikasi sewa yang tidak dicatat sebagai sewa terpisah, Grup mencatat
pengukuran kembali liabilitas sewa dengan:

- Menurunkan jumlah tercatat aset hak-guna untuk merefleksikan penghentian


sebagian atau sepenuhnya sewa untuk modifikasi sewa yang menurunkan
ruang lingkup sewa. Grup mengakui dalam laba rugi setiap keuntungan atau
kerugian yang terkait dengan penghentian sebagian atau sepenuhnya sewa
tersebut;
- membuat penyesuaian terkait aset hak-guna untuk seluruh modifikasi sewa
lainnya.

Ketika Grup bertindak sebagai pesewa, Grup mengklasifikasi masing-masing


sewanya baik sewa operasi atau sewa pembiayaan. Untuk mengklasifikasi masing-
masing sewa, Grup membuat penilaian secara keseluruhan atas apakah sewa
mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan
kepemilikan aset pendasar. Jika penilaian membuktikan hal tersebut, maka sewa
diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan; jika tidak, maka merupakan sewa operasi.

PT Mustika Ratu Tbk dan entitas anak perusahaannya memiliki beberapa Utang
Sewa Pembiayaan berdasarkan Lessor dengan beberapa perusahaan seperti PT Astra
Sedaya Finance, PT ORIX Indonesia Finance, dan Public Bank Berhad.

1. PT Astra Sedaya Finance


Pada tanggal 31 Oktober 2021 dan 31 Agustus 2021, PT Mustika Ratu Tbk melakukan
perjanjian sewa pembiayaan dengan PT Astra Sedaya Finance untuk pembelian 2 (dua)
unit Granmax dan 5 (lima) unit Wuling dengan jangka waktu masing-masing 48 bulan
dan 60 bulan dan tingkat suku bunga tetap masing-masing sebesar 6,5% dan 5,85% per
tahun.
2. PT ORIX Indonesia Finance
Pada tanggal 2 Mei 2018, Perusahaan melakukan perjanjian sewa pembiayaan dengan
PT ORIX Indonesia Finance untuk pembelian 2 (dua) unit Steam Boiler dengan jangka
waktu 36 bulan dan tingkat suku bunga tetap sebesar 6% per tahun.
3. Public Bank Berhad
Pada tanggal 1 November 2018, Perusahaan melakukan perjanjian sewa pembiayaan
dengan Public Bank Berhad untuk pembelian 1 (satu) unit kendaraan dengan jangka
waktu 108 bulan dan tingkat suku bunga tetap sebesar 3,28% per tahun. Pada tahun
2020, Perusahaan mendapatkan relaksasi pembayaran angsuran sehubungan dengan
terjadinya kondisi wabah virus corona (Covid-19) di Malaysia.

Sehingga total sewa yang dilakukan oleh PT Mustika Ratu Tbk adalah sewa tanah (jangka
Panjang) serta utang sewa pembiayaan pada 3 perusahaan berbeda.

3.4 TIPE LEASE PT MUSTIKA RATU Tbk


Tipe lease yang digunakan PT Mustika Ratu Tbk adalah financial lease. Hal ini
ditandai dengan adanya sewa yang dilakukan dalam waktu jangka panjang dan
menyebabkan perpindahan risiko manfaat aset kepada penyewa. Jangka waktu yang
panjang dapat dilihat dari sewa pembiayaan pada PT Astra Sedaya Finance yang dilakukan
selama 48 bulan untuk 2 unit Granmax dan 60 bulan untuk 5 unit wuling. Kemudian
terdapat perpindahan resiko dan manfaat dari adanya sewa pembiayaan kedua unit
kendaraan tersebut. Hal yang sama terjadi pada sewa pembiayaan PT ORIX Indonesia
Finance dan Public Bank Berhad. Berikut merupakan rincian data utang sewa pembiayaan
yang dilakukan PT Mustika Ratu Tbk. Sedangkan untuk sewa tanah yang dilakukan juga
telah dijelaskan pada sub-bab Aset bahwa sewa tersebut merupakan jangka panjang.

Tabel 1. Rincian Data Utang Sewa Pembiayaan PT Mustika Ratu Tbk

2021 2020
PT Astra Sedaya Finance 946.677.749 -
PT ORIX Indonesia Finance - 144.711.11
Public Bank Berhad 167.310.246 192.286.741
Jumlah 1.113.987.995 336.997.852
Dikurangi : bagian yang jatuh (147.567.655) (167.363.932)
tempo dalam waktu 1 tahun
Bagian Jangka Panjang 966.420.340 169.633.920
Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasian PT Mustika Ratu Tbk

Total utang sewa yang dilakukan PT Mustika Ratu Tbk sebesar Rp 1.113.987.995
pada tahun 2021, dengan rincian PT Astra Sedaya Finance sebesar Rp 946.677.749, PT
ORIX Indonesia Finance telah lunas, dan Public Bank Berhad sebesar Rp 167.310.246.
Sedangkan pada tahun 2020 total utang sewa pembiayaan sebesar Rp 336.997.852, dengan
rincian PT Astra Sedaya Finance lunas, PT ORIX Indonesia Finance sebesar Rp
144.711.11, dan Public Bank Berhad sebesar Rp 192.286.741. Dengan bagian jangka
Panjang tahun 2021 dan 2020 masing – masing sebesar Rp 966.420.340 dan Rp
169.633.920.

3.5 PEMBAHASAN KEBIJAKAN LEASING


Kebijakan akuntansi diterapkan secara konsisten dalam penyajian laporan keuangan
konsolidasian kecuali bagi penerapan beberapa SAK dan ISAK yang telah direvisi dan
berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2021 yaitu sebagai berikut
1. Pernyataan kepatuhan terhadap Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
Laporan keuangan PT Mustika Ratu Tbk telah disusun dan disajikan sesuai
dengan SAK di Indonesia, yang mencakup Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(“PSAK”) dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (“ISAK”) yang dikeluarkan
oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntansi Indonesia, termasuk
standar baru dan yang direvisi, amandemen dan penyesuaian tahunan, yang berlaku
efektif sejak tanggal 1 Januari 2021. Laporan keuangan PT Mustika Ratu Tbk ini juga
disusun sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Keputusan Ketua Badan
Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (“BAPEPAM - LK”) (sekarang
menjadi Otoritas Jasa Keuangan atau OJK) No. Kep 347/BL/2012 tanggal 25 Juni
2012 yaitu Peraturan No.VIII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan
Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik.
2. Dasar pengukuran dan penyusunan laporan keuangan perusahaan
Laporan keuangan PT Mustika Taru disusun berdasarkan asumsi kelangsungan
usaha serta atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas konsolidasian yang
menggunakan dasar kas. Dasar pengukuran dalam penyusunan laporan keuangan
konsolidasian ini adalah konsep biaya perolehan (historical cost), kecuali untuk
beberapa akun tertentu yang didasarkan pengukuran lain sebagaimana yang
diungkapkan pada kebijakan akuntansi dalam masing - masing akun tersebut. Laporan
arus kas konsolidasian disusun dengan menggunakan metode langsung (direct
method) dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi,investasi dan
pendanaan.
BAB IV
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan transaksi leasing dan
pelaporan pada PT. Mustika Ratu Tbk cukup baik. Dilihat dari aspek-aspek berikut:
1. Transaksi sewa yang dilakukan oleh PT. Mustika Ratu Tbk diklasifikasikan
sebagai sewa pembiayaan (financial lease) yang dimana pada akhir masa
sewa pihak lessee berhak memiliki aset yang disewa dan sewa tersebut
mengalihkan secara subtansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan
kepemilikan asset
2. Berdasarkan analisis terhadap catatan atas laporan keuangan PT. Mustika
Ratu Tbk maka dapat diambil kesimpulan penerapan akuntansi sewa guna
usaha di PT. Mustika Ratu Tbk secara garis besar sudah sesuai dengan PSAK

3.2 REKOMENDASI PERUSAHAAN


Berdasarkan hasil analisis asset PT Mustika Ratu Tbk, penulis menemukan beberapa
keuntungan penggunaan financial lease yaitu :
1. Penggunaan finance lease menghasilkan suku bunga yang tetap, sehingga
perusahaan tidak akan terpengaruh oleh fluktuasi suku bunga di pasar
2. Besarnya perlindungan pajak yang didapatkan dengan financial lease lebih
besar dibandingkan dengan operating lease.
Sehingga penerapan financial lease untuk tahun – tahun berikutnya sangat
direkomendasikan. Namun, perlu diketahui bahwa ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan PT Mustika Ratu Tbk dalam penggunaan finance lease yaitu :
1. Penggunaan finance lease yang berlebih juga akan berdampak pada pembayaran
security deposit (jaminan) yang diberikan kepada lessor sehingga menambahkan
daftar piutang di laporan keuangan lessee, sehingga perlu diperhatikan kembali
untuk waktu pembayaran dan besar piutang agar tidak semakin membengkak.
Dan akan lebih baik apabila ditetapkan target atas batas waktu pelunasan sewa
sebelum jatuh tempo pada setiap item nya.
2. Penggunaan financial lease akan memperlihatkan penambahan jumlah aset
disatu sisi dan diikuti dengan penambahan jumlah kewajiban berupa hutang
leasing, sehingga perlu diperhatikan kembali untuk waktu pembayaran dan
besar piutang agar tidak semakin membengkak. Dan akan lebih baik apabila
ditetapkan target atas batas waktu pelunasan sewa sebelum jatuh tempo pada
setiap item nya.
3. Pada akhir tahun harus dilakukan penyesuaian terhadap interest accrual,
amortisasi aktiva sewa guna usaha akhir tahun dan amortisasi capital gain dan
capital loss.

Anda mungkin juga menyukai