Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Aktiva tetap merupakan salah satu kekayaan perusahaan yang memiliki nilai sangat

penting dalam berjalannya sebuah perusahaan. Selain digunakan sebagai modal kerja, aktiva

tetap biasanya juga digunakan sebagai alat investasi jangka panjang bagi perusahaan. Aktiva

tetap tersebut dapat berupa tanah, mesin, bangunan, perlengkapan, dan lain sebaginya. Dalam

rangka memenuhi pengembangan dan perluasan perusahaan, pihak manajemen perusahaan

akan berusaha optimal untuk menyediakan aktiva yang mampu mendukung operasional

perusahaan. Selain itu, dalam pengembangannya pula, perusahaan akan menggantikan aset

lama dengan aset yang baru. Dalam penggantian aset tersebut dikarenakan aset telah habis

umur ekonomis atau dikarenakan hal lain seperti rusak sehingga manfaatnya tidak dapat

digunkan dalam kegiatan operasional perusahaan.

Dalam mengoperasikan perusahaan, pihak manajemen perusahaan memerlukan aktiva

tetap sebagai kelancaran usaha. Di dalam memperoleh aktiva tetap, perusahaan memiliki

beberapa cara. Salah satu cara yang paling mudah diambil oleh perusahaan adalah dengan

melakukan pembelian. Namun, memperoleh aktiva tetap dengan cara pembelian dapat

menimbulkan berbagai keuntungan dan kerugian bagi perusahaan dan memerlukan berbagai

pertimbangan. Dalam hal ini perusahaan perlu mengkaji kembali apakah dana yang ada

mencukupi atau diperlukan suatu pinjaman serta menilai risiko-risiko yang akan di hadapi.

Alternatif lain yang dapat dilakukan perusahaan dalam memperoleh aktiva adalah

melalui leasing. Menurut Nasution (2003) menyatakan bahwa leasing berasal dari kata lease

yang berarti sewa atau lebih umum diartikan sewa menyewa yaitu pembiayaa peralatan atau

barang modal untuk digunakan pada proses produksi suatu perusahaan baik secara langsung

maupun tidak langsung. Perkembangan dunia bisnis yang semakin maju, industri leasing

1
menciptakan sebuah konsep baru untuk mendapatkan barang modal digunakan sebagai

operasional perusahaan tanpa harus membeli atau memiliki barang tersebut. Oleh karena itu,

leasing merupakan salah satu alternatif yang bagi perusahaan yang membutuhkan modal atau

kebutuhan lain untuk mendukung operasional perusahaan.

Aktivitas leasing secara umum diklasifikasi menjadi dua bagian yaitu dari segi lessee

capital lease (finance lease) dan operating lease. Kemudian sewa dari segi lessor terdiri

daricapital lease (finance lease) dan operating lease, dari kedua aktivitas leasing tersebut

maka perlunya perlakuan akuntansi dan penerapan secara konsisten sesuai dengan standar

yang berlaku dalam rangka penyusunan laporan keuangan perusahaan. Dengan demikian,

guna menjawab berbagai pertentangan dan menjelaskan praktek sewa aktiva tetap perlu

penjelasan dari sisi konsep akuntansi yang mendasar, sehingga dapat ditentukan perlakuan

setiap transaksi sewa guna usaha secara tepat, dapat dimengerti, dapat diperbandingkan dan

dapat mempengaruhi pengambilan keputusan sesuai dengan tujuan laporan keuangan.

Selain itu pula, dalam penelitian yang di tulis oleh Mirhani (2003) yang

berjudul“Akuntansi Aktiva Leasing” menyebutkan bahwa leasing diperkenalkan bersamaan

dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Keuangan, Menteri

Perindustrian den Menteri Perdagangan Nomor 122/MK/IV/2/1979, nomor 32/M/SK/1974

dan nomor 30/Kpb/I/1974 tertanggal 7 Februari 1974, yang pada saat itu kegiatan sewa guna

usaha masih terbatas. Bersamaan hal tersebut, akuntansi melihat perkembangan sewa guna

usaha (leasing)yang pesat di Indonesia, sehingga diperlukan suatu acuan mengenai perlakuan

akuntansi transaksi sewa guna usaha tersebut secara khusus.

Dengan demikian, sebuah laporan keuangan yang merupakan hasil akhir dari proses

akuntansi harus dapat memberikan suatu rangkaian historis yang menjelaskan mengenai

sumber ekonomi, kewajiban serta kegiatan yang mengakibatkan perubahan terhadap sumber

ekonomi dan kewajiban-kewajiban tersebut. Sehingga informasi yang dihasilkan dari laporan

2
keuangan tersebut akan dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan perusahaan

untuk periode akuntansi berikutnya. Oleh karena itu, makalah ini bertujuan untuk melihat

perlakuan akuntansi atas sewa guna usaha (leasing) aset tetap pada perusahaan.

2.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Sewa Guna Usaha (leasing) ?

2. Apa manfaat dan keunggulan dari Sewa Guna Usaha (leasing) ?

3. Apa jenis–jenis Sewa Guna Usaha (leasing) ?

4. Bagaimana penggolongan Sewa Guna Usaha (leasing) ?

5. Siapa saja pihak–pihak yang terlibat dalam Sewa Guna Usaha (leasing) ?

6. Bagaimana prosedur dan mekanisme transaksi Sewa Guna Usaha (leasing) ?

7. Bagaimana teknik–teknik pembiayaan Sewa Guna Usaha (leasing) ?

8. Bagaimana perlakuan akuntansi sewa guna usaha (leasing) ?

2.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pengertian dari Sewa Guna Usaha (leasing)

2. Mengetahui manfaat dan keunggulan dari Sewa Guna Usaha (leasing)

3. Mengetahui jenis–jenis Sewa Guna Usaha (leasing)

4. Mengetahui penggolongan Sewa Guna Usaha (leasing)

5. Mengetahui pihak–pihak yang terlibat dalam Sewa Guna Usaha (leasing)

6. Mengetahui prosedur dan mekanisme transaksi dalam Sewa Guna Usaha (leasing)

7. Mengetahui teknik–teknik pembiayaan dalam Sewa Guna Usaha (leasing)

8. Mengetahui perlakuan akuntansi sewa guna usaha (leasing)

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sewa Guna Usaha (Leasing)

Pengertian sewa guna usaha menurut Keputusan Menteri Keuangan No.

1169/KMK.01/1991 tanggal 21 Nopember 1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha adalah

kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara guna usaha dengan

hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease), untuk

digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.

Selanjutnya yang dimaksud dengan finance lease adalah kegiatan sewa guna usaha dimana

lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha

berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sebaliknya operating lease tidak mempunyai hak opsi

untuk membeli objek sewa guna usaha.

Dari defenisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sewa guna usaha

merupakan suatu kontrak atau persetujuan sewa-menyewa. Objek sewa guna usaha adalah

barang modal dan pihak lessee memiliki hak opsi dengan harga berdasarkan nilai sisa.

2.2 Manfaat Leasing

Pembiayaan melalui leasing memberikan beberapa keuntungan anatar lain:

1. Menghemat modal Untuk memulai usaha, lessee tidak perlu menyediakan dana dalam

jumlah besar untuk menyiapkan barang-barang modal, dana yang tersedia dapat

dialokasikan untuk kebutuhan yang lebih urgent.

2. Diversifikasi sumber-sumber pembiayaan Adanya sumber pembiyaan selain dari bank

akan memberikan keleluasaan dan alternatif untuk membiayai usahanya tanpa khawatir

4
adanya kebijaksanaan pengetatan ekspansi kredit perbankan yang akan membahayakan

kelanjutan usahnya.

3. Persyaratan yang kurang ketat dan lebih fleksibel Dipandang dari sisi perjanjiannya,

leasing lebih luwes karena dapat dengan lebih mudah menyesuaikan dengan keadaan

keuangan lessee.

4. Biaya lebih murah Penggunaan suatu brang atau peralatan melalui metode leasing jauh

lebih murah dibandingkan dengan kredit bank berdasarkan perhitungan nilai sekarang

(present value)

5. Di luar neraca (off-balance sheet) Tidak adanya ketentuan yang mengharuskan untuk

mencantumkan transaksi leasing dalam neraca perusahaan, member daya tarik tersendiri

bagi lessee yang berarti prosedur pembelian aktiva tidak perlu dipenuhi secara

terperinci karena masih dalam batas kewenangan direksi.

6. Menguntungkan arus kas Keluwesan pengaturan pembayaran sewa sangatlah penting

dalam perencanaan arus dana kerena pengaturan ini akan mempunyai dampak yang

berarti bagi pendapatan lessee.

7. Proteksi inflasi Leasing dapat memberikan perlindungan terhadap inflasi dimana dalam

tahun-tahun berikutnya setelah kontrak leasing dilakukan khususnya apabila leasing

berdasarkan suku bunga tetap maka lessee membayar dengan jumlah tetap atas

sisakewajibannya yang berasal dari pelunasan pembelian yang dilakukan dimasa lalu.

8. Perlindungan akibat kemajuan teknologi Dengan memanfaatkan leasing, lessee dapat

terhindar dari kerugian akibat barang yang disewa tersebut mengalami ketinggalan

model atau system yang disebabkan oleh pesatnya perkembangan teknologi.

9. Sumber pelunasan kewajiban Pembatasan pembelanjaan dalam perjanjian kredit dapat

diatasi melalui leasing karena pelunasan atau pembayaran sewa hampir selalu

diperkirakan berasal dari modal kerja yang dihasilkan oleh adanya aktiva yang disewa.

5
10. Kapitalisasi biaya Adanya biaya-biaya tambahan selain harga perolehan seperti biaya

penyerahan, intalasi, pemeriksaan, konsultan, percobaan, dan sebagainya dapat

dipertimbangkan sebagai biaya modal yang dapat dibiayai dalam leasing dan dapat

disusutkan berdasarkan lamanya masa leasing.

11. Risiko keuangan Dalam keadaan yang serba tidak menentu, operating lease yang

berjangka waktu relatif singkat dapat mengatasi kekhawatiran lessee terhadap risiko

keuangan. sehingga lessee tidak perlu mempertimbangkan risiko pada tahap dini yang

mungkin terjadi.

12. Kemudahan penyusunan anggaran Adanya pembayaran sewa secara berkala yang

jumlahnya relatif tetap merupakan kemudahan dalam penyusunan anggaran tahunan lessee.

13. Pembiyaan proyek skala besar Adanya keengganan untuk memikul risiko investasi dalm

pembiayaan proyek yang sering kali menjadi masalah diantara pemberi dana biasanya

dapat diatasi melalui perusahaan leasing sepanjang tersedianya suatu jaminan penuh yang

dapat diterima dan kemudahan untuk menguasai aktiva yang dibiayai apabila terjadi

suatu kelalaian.

2.3 Jenis-jenis dari Sewa Guna Usaha

Jenis-jenis leasing ada 2, yaitu:

1. Finance Lease: Melakukan sewa guna usaha dengan hak opsi bagi lesse

2. Operating Lease: Melakukan sewa guna usaha dengan tanpa hak opsi bagi lessee

Finance Lease dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Direct Finance Lease: Transaksi ini terjadi jika lessee sebelumnya belum pernah memiliki

barang yang dijadikan objek lease. Secara sederhana bisa dikatakan bahwa lessor membeli

suatu barang atas permintaan lessee dan akan dipergunakan oleh lessee.

6
2. Sale and Lease back: Dalam transaksi ini lessee menjual barang yang telah dimilikinya

kepada lessor. Atas barang yang sama ini kemudian dilakukan suatu kontrak leasing antara

lessee dengan lessor.

2.4 Penggolongan Sewa Guna Usaha

1. Independent leasing: Perusahaan leasing yang berdiri sendiri dapat sebagai supplier atau

membeli barang-barang modal dari supplier lain untuk di-lease-kan.

2. Captive lessor: Produsen atau supplier mendirikan perusahaan leasing dan yang mereka

lease-kan adalah barang-barang mereka sendiri. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan

penjualan sehingga mengurangi penumpukan barang di gudang/toko.

3. Lease broker: Perusahaan ini hanya mempertemukan keinginan lessee untuk memperoleh

barang modal kepada pihak lessor untuk di-lease-kan. Lease broker hanya sebagai perantara

antara pihak lessor dengan pihak lessee.

2.5 Pihak-pihak yang terlibat dalam Sewa Guna Usaha

Setiap transaksi leasing sekurang-kurangnya melibatkan 4 (empat) pihak yang

berkepentingan, yaitu : lessor, lessee, supplier, dan bank atau kreditor.

Lessor adalah perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa pembiayaan

kepada pihak lessee dalam bentuk barang modal. Lessor dalam financial lease bertujuan

untuk mendapatkan kembali biaya yang telah dikeluarkan untuk membiayai penyediaan

barang modal dengan mendapatkan keuntungan. Sedangkan dalam operating lease, lessor

bertujuan mendapatkan keuntungan dari penyediaan barang serta pemberian jasa-jasa yang

berkenaan dengan pemeliharaan serta pengoperasian barang modal tersebut. Lessee adalah

perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk barang modal dari lessor.

7
Lessee dalam financial lease bertujuan mendapatkan pembiayaan berupa barang atau

peralatan dengan cara pembayaran angsuran atau secara berkala. Pada akhir kontrak, lessee

memiliki hak opsi atas barang tersebut. Maksudnya, pihak lessee memiliki hak untuk

membeli barang yang di-lease dengan harga berdasarkan nilai sisa. Dalam operating lease,

lessee dapat memenuhi kebutuhan peralatannya di samping tenaga operator dan perawatan

alat tersebut tanpa risiko bagi lessee terhadap kerusakan. Supplier adalah perusahaan atau

pihak yang mengadakan atau menyediakan barang untuk dijual kepada lessee dengan

pembayaran secara tunai oleh lessor.

Dalam mekanisme financial lease, supplier langsung menyerahkan barang kepada

lesseetanpa melalui pihak lessor sebagai pihak yang memberikan pembiayaan. Sebaliknya,

dalam operating lease, supplier menjual barangnya langsung kepada lessor dengan

pembayaran sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, yaitu secara tunai atau berkala.

Bank. Dalam suatu perjanjian atau kontrak leasing, pihak bank atau kreditor tidak terlibat

secara langsung dalam kontrak tersebut, namun pihak bank memegang

Peranan dalam hal penyediaan dana kepada lessor, terutama dalam mekanisme

leverage lease di mana sumber dana pembiayaan lessor diperoleh melalui kredit bank. Pihak

supplier dalam hal ini tidak tertutup kemungkinan menerima kredit dari bank, untuk

memperoleh barang-barang yang nantinya akan dijual sebagai objek leasing kepada lessee

atau lessor.

2.6 Prosedur dan Mekanisme Transaksi dalam Sewa Guna Usaha

Leasing pada prinsipnya merupakan industri multi disiplin yang meliputi antara lain

bidang perpajakan, keuangan dan konsep akuntansi. Dari defenisi leasing yang telah dibahas

pada awal makalah ini dapat disimpulkan bahwa leasing mengandung arti suatu perjanjian

antara pemilik barang (lessor) dengan pemakai barang (lessee). Mekanisme leasing tersebut

8
merupakan dasar-dasar dalam suatu transaksi leasing(basic lease). Pihak lessee berkewajiban

membayar sewa secara periodik kepadalessor sebagai kompensasi atas penggunaan barang

tersebut.

Berikut prosedur dan mekanisme yang dianjurkan:

1. Lessee bebas memilih dan menentukan peralatan yang dibutuhkan, mengadakan

penawaran harga dan menunjuk supplier peralatan yang dimaksudkan.

2. Setelah lease mengisi formulir permohonan lease, maka dikirimkan kepada lessor

disertai dokumen lengkap

3. Lessor mengevaluasi kelayakan kredit dan memutuskan untuk memberikan fasilitas

lease dengan syarat dan kondisi yang disetujui lessee (lama kontrak pembayaran sewa

lease), setelah ini maka kontrak lease dapat ditandatangani.

4. Pada saat yang sama, lessee dapat menandatangani kontrak asuransi untuk peralatan

yang dilease dengan perusahaan asuransi yang disetujui lessor, seperti yang tercantum

dalam kontak lease. Antara lessor dan perusahaan asuransi terjalin perjanjian kontrak

utama.

5. Kontrak pembelian peralatan akan ditandatangani lessor dengan supplier peralatan

tersebut.

6. Supplier dapat mengirimkan peralatan yang dilease ke lokasi lessee.Untuk

mempertahankan dan memelihara kondisi peralatan tersebut, supplier akan

menandatangani perjanjian purna jual.

7. Lessee menandatangani tanda terima peralatan dan menyerahkan kepada supplier.

8. Supplier menyerahkan tanda terima (yang diterima dari lessee), bukti pemilikan dan

pemindahan pemilikan kepada lessor.

9. Lessor membayar harga peralatan yang dilease kepada supplier.

9
10. Lessee membayar sewa lease secara periodik sesuai dengan jadwal pembayaran yang

telah ditentukan dalam kontrak lease.

2.7 Teknik Pembiayaan Leasing

Dilihat dari jenis transaksi leasing, teknik pembiyaan leasing secara garis besar

dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu finance lease dan operating lease.

1. Finance Lease

Teknik finance lease biasanya juga disebut sebagai fill pay out yaitu suatu bentuk

pembiayaan dengan cara kontrak antara lessor dengan lesse, dengan catatan bahwa:

a. Lessor sebagai pihak pemilik barang atau objek leasing yang dapat berupa barang

bergerak atau tidak bergerak yang memiliki umur maksimum sama dengan masa

kegunaan ekonomis barang tersebut

b. Lessee berkewajiban membayar kepada lesor secra berkala sesuai dengan jumlah dan

jangka waktu yang disetujui. Jumlah yang dibayar tersebut merupakan angsuran

atau lease payment yang terdiri dari biaya perolehan barang ditambah dengan semua

biaya lainnya yang dikeluarkan lessor dan tingkat keuntungan (spread) yang

diinginkan lessor

c. Lessor dalam jangka waktu perjanjian yang disetujui tidak dapat secara sepihak

mengakhiri masa kontrak atau pemakaian barang tersebut. Risiko ekonomis

termasuk biya pemeliharaan dan biya lainnya yang berhubungan dengan barang yang

disewa tersebut ditanggung oleh lessee lesse pada akhir kontrak memiliki hak opsi

untuk membeli barang tersebut sesuai dengan nilai sisa yang disepakati atau

mengembalikanpadalessoratau memperpanjang masa seawa guna usaha sesuai

dengan syarat-syarat yang disetujui bersama

10
d. Pembayaran berkala pada masa perpanjangan sewa tersebut biasanya jauh lebih

rendah dari angsuran sebelumnya

Dalam praktiknya, finance lease dapat dibagi dalam beberapa bentuk transaksi

antara lain sebagai berikut:

1. Direct finance lease

Dalam transaksi ini, pihak lessor membeli barang modal atas permintaan dari lessee

dan langsung disewagunakan kepada lessee. Lessee juga dapat terlibat dalam

proses pembelian barang modal dari pemasok.

2. Sale and lease back

Pihak lessee menjual barang modalnya kepada lessor untuk kemudian dilakukan

kontrak sewa guna usaha atas barang tersebut dengan jangka waktu yang disepakati

bersama. Metode transaksi ini membantu lessee yang mengalami kesulitan modal

kerja.

3. Leveraged lease

Dalam proses sewa guna usaha ini, pihak yang terlibat adalah lessor, lessee, dan

kreditor jangka panjang dalam membiayai objek leasing. Pihak kreditor jangka

panjang inilah yang biasanya justru memberikan porsi yang besar dalam

pembiyaan. Kreditor jangka panjang, biasanya lembaga keuangan misalnya bank

yang akan menyediakan pembiayaan sebesar 60%-80% yang disebut leverage

debt without recourse kepada pihak lessor. Apabila pihak lessee mengalami

default dan tidak mampu mengangsur, lessor tidak ikut bertanggung jawab terhadap

bank.

4. Syndicated lease

11
Metode ini terjadi apabila pembiyaan sewa guna usaha dilakukan oleh lebih dari

satu lessor. Kerja sama antar lessor ini didasarkan pada pertimbangan risiko atau

objek leasing yang membutuhkan dana dalam jumlah besar.

5. Vendor program

Vendor program adalah suatu metode penjualan yang dilakukan oleh dealer

kepada konsumen dengan mendapatkan fasilitas leasing. Lessor akan membayar

angsuran secara periodik langsung kepada lessor atau melalui dealer.

2. Operating Lease

Operating lease dapat juga disebut dengan leasing biasa yaitu suatu perjanjian

kontrak antara lessor dengan lessee, dengan catatan bahwa:

a. Lessor sebagai pemilik objek leasing menyerahkannya kepada pihak lessee untuk

digunakan dengan jangka waktu relative lebih pendek dari umur ekonomis barang

modal tersebut

b. Lessee atas penggunaan modal tersebut, membayar sejumlah sewa secara kepada

lessor yang jumlahnya tidak meliputi jumlah keseluruhan biaya perolehan barang

tersebut beserta bunganya.Hal ini disebut nonfull pay out lease.

c. Lessor menanggung segal risiko ekonomis dan pemeliharaan atas barang-barang

tersebut pada akhir kontrak harus mengembalikan objek leasing pada lessor

d. Lessee dapat membatalkan perjanjian kontrak leasing sewaktu-waktu

(cancelable).

2.8 Perlakuan Akuntansi Leasing

Pada transaksi leasing terdapat jenis-jenis leasing yang telah di jelaskan sebelumnya,

dalam perlakuan akuntansi leasing hanya dikenal capital lease dan operating lease baik bagi

12
lessor ataupun bagi lessee. Berikut adalah istilah-istilah yang digunakan dalam perlakuan

akuntansi leasing:

1. Executory Cost (biaya pelaksanaan)

Aktiva berwujud atau barang modal yang di sewa harus ditanggung atas beban asuransi,

pemeliharaan, dan beban pajak selama umur ekonomis aktiva tersebut.

2. Discount Rate (tingkat diskon)

Tingkat bunga pada saat kontrak perjanjian atas leasing ditanggung oleh lessee, hal ini

dimaksudkan untuk meminjam dana yang diperlukan untuk membeli aktiva yang disewa-beli

berdasarkan pinjaman beragunan dengan syarat pelunasan sesuai jadwal perjanjian leasing.

3. Residual Value (nilai sisa)

Merupakan estimasi nilai wajar untuk aktiva yang disewa-belikan pada akhir masa leasing.

Di dalam hal ini, terdapat dua jenis residual value yaitu nilai residu yang dijamin dan nilai

residu yang tidak dijamin. Pada nilai residu yang dijamin adalah pembayaran lease tambahan

yang dibayarkan berupa harta, kas atau keduanya dibayarkan pada akhir masa leasing.

Sedangkan pada nilai residu yang tidak dijamin merupakan suatu hal yang sama dengan tidak

ada nilai residu.

Perlakuan akuntansi atas capital lease oleh penyewa usaha menurut PSAK No. 30

adalah: (1) Transaksi sewa guna usaha diberlakukan dan dicatat sebagai aktiva tetap dan

kewajiban pada awal masa guna sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna usaha

ditambah nilai sisa (harga opsi) yang harus dibayar oleh penyewa guna usaha pada akhir

masa sewa guna usaha. Selama masa sewa guna usaha setiap pembayaran sewa guna

dialokasikan dan dicatat sebagai angsuran pokok kewajiban sewa guna usaha dan beban

bunga berdasarkan tingkat bunga yang diperhitungkan terhadap sisa kewajiban penyewa guna

usaha. (2) Tingkat diskonto yang digunakan untuk menentukan nilai tunai dari pembayaran

sewa guna usaha adalah tingkat bunga yang dibebankan oleh perusahaan sewa guna usaha

13
atau tingkat bunga yang berlaku pada awal masa sewa guna usaha. (3) Aktiva yang disewa

guna usahakan harus diamortisasi dalam jumlah yang wajar berdasarkan taksiran masa

manfaatnya. (4) Kalau aktiva yang disewa guna usahakan dibeli sebelum berakhirnya masa

sewa guna usaha maka perbedaan antara pembayaran yang dilakukan atau dikreditkan pada

tahun berjalan. (5) Kewajiban sewa guna usaha harus disajikan sebagai kewajiban lancar dan

jangka panjang sesuai dengan praktek yang lazim untuk jenis usaha penyewa guna usaha. (6)

Dalam hal dilakukan penjualan dan penyewaan kembali (sale and leaseback) maka transaksi

tersebut harus dilakukan sebagai dua transaksi yang terpisah yaitu transaksi penjualan dan

transaksi sewa guna usaha. Selisih antara harga jual dan nilai buku aktiva yang dijual harus

diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan harus dilakukan

secara proporsional dengan biaya amortisasi aktiva yang disewa guna usahakan.

Perlakuan akuntansi operating lease menurut PSAK No.30 bahwa pembayaran sewa

guna usaha selama tahun berjalan merupakan biaya sewa yang diakui dan dicatat berdasarkan

metode garis lurus selama masa sewa guna usaha oleh lessee, meskipun pembiayaan sewa

guna usaha dilakukan dalam jumlah yang tidak sama setiap periode.

Pelaporan akuntansi capital lease oleh penyewa guna usaha menurut PSAK No. 30

adalah: (1) Aktiva yang disewa guna usahakan dilaporkan sebagai bagian aktiva tetap dalam

kelompok tersendiri. Kewajiban sewa guna usaha yang bersangkutan harus disajikan terpisah

dari kewajiban lainnya. (2) Pengungkapan yang layak harus dicantumkan dalam catatan atas

laporan keuangan mengenai hal-hal sebagai berikut:

a) Jumlah pembayaran sewa guna usahakan yang paling tidak untuk dua tahun berikutnya.

b) Penyusutan aktiva yang disewa guna usahakan yang dibebankan dalam tahun berjalan.

c) Jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha.

d) Keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta amortisasinya sehubungan dengan

transaksi penjualan dan penyewaan kembali (sale and leaseback).

14
e) Ikatan-ikatan penting yang dipersyaratkan dalam perjanjian sewa guna usaha.

Menurut PSAK No.30 bahwa pengungkapan yang layak harus dicantumkan atas

laporan keuangan mengenai pelaporan dan pengungkapan transaksi operating lease adalah:

(1) Jumlah pembayaran sewa guna selama tahun berjalan yang dibebankan sebagai biaya

sewa. (2) Jumlah pembayaran sewa guna usaha yang harus dilakukan paling tidak dua tahun

berikutnya. (3) Jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha. (4)

Keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta amortisasinya sehubungan dengan

transaksi sale andleaseback. (5) Ikatan-ikatan penting yang dipersyaratkan dalam perjanjian

sewa guna usaha(major covenants).

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dengan semakin berkembangya dunia bisnis, maka semakin banyak perusahaan yang

terjun ke dunia bisnis. Dengan semakin banyaknya perusahaan yang terjun ke dunia bisnis,

maka semakin banyak kebutuhan dana dan modal yang harus dipenuhi oleh berbagai

perusahaan. Hal tersebut mendorong industri bisnis yang bergerak dalam bidang pembiayaan

yang disebut lembaga pembiayaan.

Leasing termasuk ke dalam salah satu bentuk lembaga pembiayaan karena yang

dikatakan dengan lembaga pembiayaan adalah suatu badan usaha yang di dalam melakukan

kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak

menarik dana secara langsung dari masyarakat. Sedangkan leasing adalah setiap kegiatan

pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang–barang modal untuk digunakan

oleh suatu perusahaan, untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran secara berkala

disertai dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang–barang

modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa

yang telah disepakati bersama. Oleh karena itu, leasing termasuk salah satu jenis lembaga

pembiayaan karena leasing membiayai perusahaan dalam bentuk penyediaan barang modal.

3.2 Saran

Dengan mengenal perusahaan leasing dengan baik diharapkan untuk pembaca bisa

terhindar dari penipuan yang berlandaskan perusahaan leasing.

16

Anda mungkin juga menyukai