Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TRANSAKSI SEWA GUNA USAHA

Dosen : Yustiana Djaelani SE.,MSi

Disusun Oleh :

Ilma R. Daraim (02272011066)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE

2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.

1
Saya berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Saya yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu saya sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Ternate, 16 Maret 2022

Ilma R. Daraim

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 pengertian sewa guna usaha

2.2 keunggulan sewa guna usaha

2.3 Kriteria dan prosedur kapitalisasi dalam sewa guna usaha

2.4 Membedakan leasee modal dan leasee operas

2.5 Pencatatan lease penyewa guna usaha

2.6 Pencatatan lease oleh perusahaan dalam sewa guna usaha (leaser)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

BAB I

3
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengertian sewa guna usaha menurut Keputusan Menteri Keuangan


No.1169/KMK.01/1991 tanggal 21 Nopember 1991 tentang Kegiatan Sewa Guna
Usaha: Sewa guna usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang
modal baik secara guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha
tanpa hak opsi (operating lease), untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu
tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.

Selanjutnya yang dimaksud dengan finance lease adalah kegiatan sewa guna
usaha dimana lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli
objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sebaliknya operating
lease tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha.

Dari defenisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sewa guna usaha
merupakan suatu kontrak atau persetujuan sewa-menyewa. Objek sewa guna usaha
adalah barang modal dan pihak lessee memiliki hak opsi dengan harga berdasarkan nilai
sisa. Dalam setiap transaksi leasing di dalamnya

1.2.Rumusan Masalah

Dalam makalah ini memiliki beberapa rumusan masalah yang akan dibahas,
yaitu:

1. Pengertian sewa guna usaha!

2. Keunggulan sewa guna usaha!

3. Kriteria dan prosedur kapitalisasi dalam sewa guna usaha!

4. Membedakan lease modal dan lease operasi!

4
5. Pencatatan lease penyewa guna usaha!

6. Pencatatan lease oleh perusahaan dalam sewa guna usaha (leaser)!

BAB II

5
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian sewa guna usaha

Sewa Guna Usaha (Leasing) menurut Perpres No 9 tahun 2009 tentang lembaga
pembiayaan adalah lembaga pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik
sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak
opsi (operating lease) untuk di gunakan oleh penyewa guna usaha (lessee). Selama
jangka waktu tertentu selama masih jangka waktu tertentu berdasarkan pembiayaan
secara angsuran.

Pengertian sewa guna usaha menurut Keputusan Menteri Keuangan No.


1169/KMK.01/1991 tanggal 21 Nopember 1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha:
Sewa guna usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal
baik secara guna usaha dengan hak opsi ( finance lease ) maupun sewa guna usaha tanpa
hak opsi ( operating lease ), untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu
berdasarkan pembayaran secara berkala.

Selanjutnya yang dimaksud dengan finance lease adalah kegiatan sewa guna
usaha dimana lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli
objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sebaliknya operating
lease tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha. Dari defenisi
tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sewa guna usaha merupakan suatu
kontrak atau persetujuan sewa-menyewa.

Objek sewa guna usaha adalah barang modal dan pihak lessee memiliki hak opsi
dengan harga berdasarkan nilai sisa. Dalam setiap transaksi leasing di dalamnya selalu
melibatkan 3 pihak utama, yaitu:

A. Lessor adalah perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa pembiayaan
kepada pihak lessee dalam bentuk barang modal. Lessor dalam financial lease
bertujuan untuk mendapatkan kembali biaya yang telah dikeluarkan untuk
membiayai penyediaan barang modal dengan mendapatkan keuntungan.
Sedangkan dalam operating lease, lessor bertujuan mendapatkan keuntungan

6
dari penyediaan barang serta pemberian jasa-jasa yang berkenaan dengan
pemeliharaan serta pengoperasian barang modal tersebut.
B. Lessee adalah perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam
bentuk barang modal dari lessor. Lessee dalam financial lease bertujuan
mendapatkan pembiayaan berupa barang atau peralatan dengan cara pembayaran
angsuran atau secara berkala. Pada akhir kontrak, lessee memiliki hak opsi atas
barang tersebut.Maksudnya, pihak lessee memiliki hak untuk membeli barang
yang di-lease denganharga berdasarkan nilai sisa. Dalam operating lease, lessee
dapat memenuhi kebutuhan peralatannya di samping tenaga operator dan
perawatan alat tersebut tanpa risiko bagi lessee terhadap kerusakan
C. Supplier adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan
barang untuk dijual kepada lessee dengan pembayaran secara tunai oleh lessor.
Dalam mekanisme financial lease, supplier langsung menyerahkan barang
kepada lessee tanpa melalui pihak lessor sebagai pihak yang memberikan
pembiayaan. Sebaliknya, dalam operating lease, supplier menjual barangnya
langsung kepada lessor dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan kedua
belah pihak, yaitu secara tunai atau berkala.

2.2. Keunggulan sewa guna usaha

Walaupun leasing memiliki kekurangan, tetapi pertumbuhan


pengaplikasiannya menunjukkan bahwa lease sering kali memiliki keunggulan
tambahan terhadap kepemilikan properti. Beberapa keunggulan yang umumnya
dinikmati lessee adalah sebagai berikut:

a. Pembiayaan 100% dengan suku bunga tetap. Lease sering ditandatangani


tanpa membutuhkan uang muka dari lessee, yang membantu menghemat
dana kas yang terbatas, khususnya sangat diinginkan oleh perusahaan baru
dan sedang berkembang. Selain itu,pembayaran lease juga sering bersifat
tetap sehingga melindungi lessee dari inflasi dan meningkatnya cost uang (cost
of money).

7
b. Proteksi terhadap keusangan. Peralatan yang di-lease dapat mengurangi
risiko keusangan bagi lessee, dan dalam banyak kasus, dapat memindahkan
risiko nilai residu kepada lessor.
c. Fleksibilitas. Perjanjian lease memiliki lebih sedikit batasan-batasan bila
dibandingkan dengan perjanjian utang lainnya. Lessor yang inovatif mampu
membuat perjanjian lease disesuaikan dengan kebutuhan khusus lessee.
Misalnya, pembayaran sewa dapat diatur untuk memenuhi waktu pendapatan
kas yang dihasilkan oleh peralatan yang di-lease sehingga pembayaran dapat
dilakukan pada saat peralatan tersebut mulai produktif.
d. Pembiayaan yang lebih murah. Beberapa perusahaan menyadari bahwa
pembiayaan dengan lease ternyata jauh lebih murah daripada jenis
pembiayaan lainnya.
e. Pembiayaan di luar neraca (off-balance-sheet financing). Beberapa lease
tidak mengakibatkan bertambahnya kemampuan perusahaan untuk melakukan
pinjaman. Pembiayaan di luar neraca semacam itu penting bagi perusahaan
tertentu.

2.3. Kriteria dan prosedur kapitalisasi dalam sewa guna usaha

Walaupun leasing memiliki kekurangan, tetapi pertumbuhan


pengaplikasiannya menunjukkan bahwa lease sering kali memiliki keunggulan
tambahan terhadap kepemilikan properti. Beberapa keunggulan yang umumnya
dinikmati lessee adalah sebagai berikut:

a. Pembiayaan 100% dengan suku bunga tetap. Lease sering ditandatangani


tanpa membutuhkan uang muka dari lessee, yang membantu menghemat
dana kas yang terbatas, khususnya sangatdiinginkan oleh perusahaan baru
dan sedang berkembang. Selain itu, pembayaran lease juga sering bersifat
tetap sehingga melindungi lessee dari inflasi dan meningkatnya cost uang (cost
of money).
b. Proteksi terhadap keusangan. Peralatan yang di-lease dapat mengurangi
risiko keusangan bagi lessee, dan dalam banyak kasus, dapat memindahkan
risiko nilai residu kepada lessor.

8
c. Fleksibilitas. Perjanjian lease memiliki lebih sedikit batasan-batasan bila
dibandingkan dengan perjanjian utang lainnya. Lessor yang inovatif mampu
membuat perjanjian lease disesuaikan dengan kebutuhan khusus lessee.
Misalnya, pembayaran sewa dapat diatur untuk memenuhi waktu pendapatan
kas yang dihasilkan oleh peralatan yang di-lease sehingga pembayaran dapat
dilakukan pada saat peralatan tersebut mulai produktif.
d. Pembiayaan yang lebih murah. Beberapa perusahaan menyadari bahwa
pembiayaan dengan lease ternyata jauh lebih murah daripada jenis
pembiayaan lainnya.
e. Pembiayaan di luar neraca (off-balance-sheet financing). Beberapa lease
tidak mengakibatkan bertambahnya kemampuan perusahaan untuk melakukan
pinjaman. Pembiayaan di luar neraca semacam itu penting bagi perusahaan
tertentu.

2.4. Membedakan leasee modal dan leasee operasi

Metode Lease Modal (Lessee)

Lease ini harus memenuhi kriteria untuk diklasifikasikan sebagai lease modal dengan
alasan sebagai berikut :

a. Jangka waktu lease selama 5 tahun yang sama dengan estimasi umur ekonomis
peralatan selama 5 tahun memenuhi pengujian 75%
b. Nilai sekarang dari pembayaran lease minimum melebihi 90% dari nilai wajar
property
c. Metode Operasi (Lessee)

Dalam metode operasi, beban sewa harus diakrualkan dari hari ke hari ke lessee
ketika property digunakan. Lessee membebankan sewa ke periode-periode yang
memperoleh manfaat dari penggunaan aktiva dan mengabaikan, dalam akuntansi, setiap
komitmen untuk melakukan pembayaran di masa depan.

Perbandingan Lease Modal dengan Lease Operasi

a. Kenaikan jumlah hutang yang dilaporkan (baik jangka pendek maupun jangka
panjang)

9
b. Kenaikan jumlah total aktiva (terutama aktiva jangka panjang)
c. Laba yang rendah pada masa awal lease dan karenanya laba ditahan menjadi
lebih rendah

2.5. Pencatatan lease penyewa guna usaha

a. Operating Lease

Dalam hal sewa guna usaha diperlakukan sebagai operating lease, trasansi
leasing oleh pihak penyewadicatat sebagai transaksi sewa-menyewa biasa. Dengan
demikian pembayaran sewa berkala dicatat debet akun Beban Sewa, dan kredit akun
Kas. Apabila dalam perjanjian sewa guna usaha ditetapkan pembayaran berkala dalam
jumlah yang berbeda, beban sewa untuk setiap periode dihitung dengan menggunakan
metode Garis Lurus (Straight Line Method).

b. Lease Modal (Capital Lease)

Apabila suatu sewa guna usaha memenuhi criteria untuk di perlakukan sebagai
capital lease, transaksi leasing dicatat oleh pihak penyewa sebagai suatu transaksi
pembelian aktiva tetap dengan syarat kredit jangka panjang. Dengan demikian dicatat
debet pada akun Aktiva Sewa Guna Usha dan kredit akun hutang.

Aktiva sewa guna asaha dinilai berdasarkan harga terendah antara harga pasar
wajar, dengan jumlah sewa terendah yang dibayar selama masa sewa guna usaha,
ditambah dengan harga beli atau nilai residu aktiva yang bersangkutan pada ahir masa
sewa yang telah disepakati bersama.

Aktiva sewa guna uasaha olek pihak penyewa harus disusutkan dengan
menerapkan metode penyusutan yang biasa digunakan. Apabila kontrak sewa guna
usaha mencantumkan adanya pengalihan hak milik, atau adanya hak bagi penyewa
untuk membeli aktiva sewa guna usahaa dan ahir masa sewa, maka usia ekonomis
aktiva yang bersangkutan dijadikan dasar untuk menentukan besarnya penyusutan.
Sementara jika dalam kontrak sewa guna usaha tidak menyebutkabn dua kriteria
tersebut diatas, untuk menentukan jumlah penyusutan digunakan masa sewa guna usaha
sebagai usia penggunaan aktiva tetap yang bersangkutan.

10
Didalam jumlah sewa yang dibayar secara berkala, mengandung unsur harga
aktiva sewa guna usaha dan beban bunga. Oleh karena itu setiap pembayaran sewa,
dipisahkan menjadi jumlah pembayaran hutang yang merupakan sewa terendah, dan
jumlah pembayaran beban bunga.

2.6. Pencatatan lease oleh perusahaan dalam sewa guna usaha (leaser)

Jika lessee mengkapitalisasi lease maka lessee akan mencatat aktiva dan
kewajiban yang umumnya sama dengan nilai sekarang pembayaran sewa,lessor
yang sudah memindahkan secara substansial seluruh manfaat danrisiko
kepemilikan, mengakui penjualan dengan mengeluarkan aktiva dari neraca dan
menggantikannya dengan piutang. Jurnal yang dibuat oleh lessor dan lessee dengan
asumsi peralatan di-lease dan dikapitalisasi adalah sebagai berikut:

Lessee Lessor

Peralatan yang di-lease RpXXX Piutang lease (bersih) RpXXX

Kewajiban lease RpXXX Peralatan RpXXX

Karena sudah mengkapitalisasi aktiva, lessee akan mencatat penyusutan. Lessor


dan lessee akan memperlakukan pembayaran lease sebagai pembayaran pokok dan
bunga. Jika kontrak lease tidak dikapitalisasi, tidak ada yang dicatat oleh lessee dan
tidak ada aktiva yang dikeluarkan dari pembukuan tersebut. Pada saatpembayaran
llease dilakukan, lessee mencatat beban sewa dan lessor mengakui pendapatan sewa.

Untuk lease yang dicatat sebagai Lease Modal (capital lease), leaseharus
dianggap tidak dapat dibatalkan, dan memenuhi satu dari lebih empat kriteria
berikut ini:

a. Lease mentransfer kepemilikan properti kepada lessee.


b. Lease memiliki opsi untuk membeli dengan harga khusus (bargain purchase
option).

11
c. Jangka waktu lease sama dengan atau lebih 75% dari estimasi umur
ekonomis aktiva yang di-lease.
d. Nilai sekarang (present value) dan pembayaran lease minimum (tidak
termasuk biaya executory) sama dengan atau melebihi 90% dari nilai wajar
properti yang di-lease.

BAB III

PENUTUP

12
3.1.Kesimpulan

1. Sewa guna usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang
modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (Finance Lease) maupun
sewa guna usaha tanpa hak opsi (Operating Lease) untuk digunakan oleh lessee
selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.
2. Kegiatan utama perusahaan sewa guna usaha adalah bergerak di bidang
pembiayaan untuk keperluan barang- barang modal yang diinginkan oleh
nasabah, yang dimaksud pembiayaan disini adalah seorang nasabah
membutuhkan barang- barang modal dengan cara disewa atau dibeli secara
kredit dapat diperoleh di perusahaan leasing
3. Pihak-pihak yang terlibat.
a. Lessor
Merupakan perusahaan leasing yang membiayai keinginan para
nasabahnya untuk memperoleh barang- barang modal.
b. Lessee
Adalah nasabah yang mengajukan permohonan leasing kepada
lessor untuk memperoleh barang modal yang diinginkan.
c. Supplier
Yaitu pedagang yang menyediakan barang yang akan dileasing
sesuai perjanjian antara lessors dan lessee dan dalam hal ini supplier juga
dapat bertindak sebagai lessor
d. Asuransi
Merupakan perusahaan yang akan menanggung resiko terhadap
perjanjian antara lessor dengan lessee.

Perjanjian sewa guna usaha yang lahir pada prosedur mekanisme leasing
terdiri dari ketentuan-ketentuan yang salah satunya adalah ketentuan mengenai
tanggung jawab para pihak terhadap obyek leasing. pemabagian dan pengaturan
mengenai tanggung jawab para pihak terhadap obyek leasing tersebut pada
umumnya dipengaruhi dan ditentukan oleh jenis pembiayaan yang terdapat
dalam perjanjian leasing itu sendiri, namun secara khusus pembagian dan

13
pengaturan tersebut pada dasranya harus didasarkan pada kesepakatan para
pihak dalam perjanjian. sedangkan untuk pelaksanaannya harus dilakukan
berdasarkan undang-undang.

3.2 Saran

Dengan mengenal perusahaan leasing dengan baik diharapkan untuk


pembaca bisa terhindar dari penipuan yang berlandaskan perusahaan leasing.

DAFTAR PUSTAKA

14
Suyatno ,Thomas,”Kelembagaan Perbangkan”.,Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 1999.

Kasmir,”Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”,Jakarta: Raja Grafindo


Persada,2001.

Lubis ,Suhrawardi K,”Hukum Ekonomi Islam”,Jakarta: Sinar Grafika, 2000.

Y. Sr i Susilo, dkk, “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”, Jakarta :Penerbit Salemba

Empat,2000.

Subagyo, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi Ke-2, (Yogyakarta:


Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 2002)

Dr. Faried Wijaya M., M.A. Lembaga-Lembaga Keuangan Dan Keuangan, Edisi
Ke-2. Yogyakarta: BPFE, 1991.

Drs. Herman Darmawi . Pasar Finansial Dan Lembaga-Lembaga Finansial,


(Jakarta: Pt. Bumi Aksara,2006)

Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi Ke-6, Jakarta: Pt Raja
Grafindo Persada, 2002

Totok Budisantoso, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi Ke-2,(Jakarta:


Salemba Empat, 2006),

Y. Sri Susilo Dkk, Bank Dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta: Salemba
Empat, 2000).

Thomas Suyatno, KelembagaanPerbankan, (Jakarta: PT Grafindo Pustaka


Utama, 1999)

15

Anda mungkin juga menyukai