Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SEWA GUNA USAHA


Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
LEMBAGA KEUANGAN BANK DAN NON BANK

Dosen pengampu :
Jureid, M.E.I

Disusun oleh :

Nur Aminah : 22080007


Emelia Anjani : 22080005

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
MANDAILING NATAL
T.A 2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita semua ke jalan kebenaran yang
diridhoi Allah SWT.
Maksud penulis membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah LEMBAGA KEUNGAN BANK DAN NON BANK. Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini  banyak sekali kekurangannya baik dalam
cara penulisan  maupun dalam isi.
Oleh karna itu saya mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.  Mudah-
mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis yang membuat
dan umumnya bagi yang membaca makalah  ini. Amin

Panyabungan, 20 juni, 2023

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................1
C. Tujuan ................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................3
A. Pengertian Sewa Guna Usaha.............................................................3
B. Keunggulan Sewa Guna Usaha..........................................................3
C. Pihak-Pihak Yang Terlibat.................................................................4
D. Kegiatan Leasing................................................................................6
E. Jenis-Jenis Perusahan Leasing............................................................7
F. Perjanjian Leasing..............................................................................9
G. Prosedur Permohonan Leasing.........................................................11
H. Sanksi-sanksi dalam Leasing............................................................12
I. Biaya-Biaya Yang Di Keluarkan......................................................12
BAB III PENUTUP.....................................................................................14
A. Kesimpulan.......................................................................................14
B. Saran.................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengertian sewa guna usaha menurut Keputusan Menteri
Keuangan No.1169/KMK.01/1991 tanggal 21 Nopember 1991 tentang
Kegiatan Sewa Guna Usaha: Sewa guna usaha adalah kegiatan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara guna
usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak
opsi (operating lease), untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu
tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.
Selanjutnya yang dimaksud dengan finance lease adalah kegiatan
sewa guna usaha dimana lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak
opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang
disepakati. Sebaliknya operating lease tidak mempunyai hak opsi untuk
membeli objek sewa guna usaha.
Dari defenisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sewa
guna usaha merupakan suatu kontrak atau persetujuan sewa-menyewa.
Objek sewa guna usaha adalah barang modal dan pihak lessee memiliki
hak opsi dengan harga berdasarkan nilai sisa. Dalam setiap transaksi
leasing di dalamnya.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Sewa Guna Usaha ?
2. Apa Saja Keunggulan Sewa Guna Usaha ?
3. Siapa Saja Pihak-Pihak Yang Terlibat ?
4. Apa Saja Kegiatan Leasing ?
5. Apa Saja Jenis-Jenis Perusahan Leasing ?
6. Apakah Perjanjian Leasing ?
7. Apa Saja Prosedur Permohonan Leasing ?
8. Apa Saja Sanksi-Sanksi Leasing ?
9. Apa Saja Biaya Yang Di Keluarkan Lesing ?

1
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Sewa Guna Usah.
2. Untuk mengetahui Keunggulan Sewa Guna Usaha.
3. Untuk Mengetahui Pihak-Pihak Yang Terlibat.
4. Untuk Mengetahui Kegiatan Leasing.
5. Untuk Mengetahui Jenis-Jenis Perusahan Leasing.
6. Untuk Mengetahui Perjanjian Leasing.
7. Untuk Mengetahui Prosedur Permohonan Leasing.
8. Untuk Mengetahui Sanksi-Sanksi Leasing.
9. Untuk Mengetahui Biaya Yang Di Keluarkan Lesing.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sewa Guna Usaha
Sewa Guna Usaha (Leasing) menurut Perpres No 9 tahun 2009
tentang Lembaga pembiayaan adalah lembaga pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barang modal baik sewa guna usaha dengan hak opsi (finance
lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk di
gunakan oleh penyewa guna usaha (lessee)1. Selama jangka waktu tertentu
selama masih jangka waktu tertentu berdasarkan pembiayaan secara
angsuran.
Pengertian sewa guna usaha menurut Keputusan Menteri
Keuangan No. 1169/KMK.01/1991 tanggal 21 Nopember 1991 tentang
Kegiatan Sewa Guna Usaha: Sewa guna usaha adalah kegiatan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara guna
usaha dengan hak opsi ( finance lease ) maupun sewa guna usaha tanpa
hak opsi ( operating lease ), untuk digunakan oleh lessee selama jangka
waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.
Selanjutnya yang dimaksud dengan finance lease adalah kegiatan
sewa guna usaha dimana lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak
opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang
disepakati. Sebaliknya operating lease tidak mempunyai hak opsi untuk
membeli objek sewa guna usaha. Dari defenisi tersebut di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa sewa guna usaha merupakan suatu kontrak atau
persetujuan sewa-menyewa.
B. Keunggulan Sewa Guna Usaha
Walaupun leasing memiliki kekurangan, tetapi pertumbuhan
pengaplikasiannya menunjukkan bahwa lease sering kali memiliki
keunggulan tambahan terhadap kepemilikan properti. Beberapa
keunggulan yang umumnya dinikmati lessee adalah sebagai berikut:

1
Simatupang, Richard Burton, S.H. 2007. Aspek Hukum Dalam Bisnis. Jakarta :
PT. Rineka Cipta

3
 Pembiayaan 100% dengan suku bunga tetap. Lease sering
ditandatangani tanpa membutuhkan uang muka dari lessee, yang
membantu menghemat dana kas yang terbatas, khususnya sangat
diinginkan oleh perusahaan baru dan sedang berkembang. Selain
itu,pembayaran lease juga sering bersifat tetap sehingga
melindungi lessee dari inflasi dan meningkatnya cost uang (cost of
money).
 Proteksi terhadap keusangan. Peralatan yang di-lease dapat
mengurangi risiko keusangan bagi lessee, dan dalam banyak kasus,
dapat memindahkan risiko nilai residu kepada lessor.
 Fleksibilitas. Perjanjian lease memiliki lebih sedikit batasan-
batasan bila dibandingkan dengan perjanjian utang lainnya. Lessor
yang inovatif mampu membuat perjanjian lease disesuaikan
dengan kebutuhan khusus lessee. Misalnya, pembayaran sewa
dapat diatur untuk memenuhi waktu pendapatan kas yang
dihasilkan oleh peralatan yang di-lease sehingga pembayaran dapat
dilakukan pada saat peralatan tersebut mulai produktif.
 Pembiayaan yang lebih murah. Beberapa perusahaan menyadari
bahwa pembiayaan dengan lease ternyata jauh lebih murah
daripada jenis pembiayaan lainnya.
 Pembiayaan di luar neraca (off-balance-sheet financing). Beberapa
lease tidak mengakibatkan bertambahnya kemampuan perusahaan
untuk melakukan pinjaman. Pembiayaan di luar neraca semacam
itu penting bagi perusahaan tertentu.
C. Pihak-Pihak Yang Terlibat
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai pihak – pihak yang terlibat
pada kegiatan leasing. Pihak–pihak ini memiliki peran tersendiri untuk
membantu proses kegiatan leasing agar tidak terjadi keasalahan atau
penyimpangan perjanjian. Berikut adalah pihak-pihak yang terlibat:

1. Lessor

4
Lessor adalah perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa
pembiayaan kepada pihak lessee dalam bentuk barang modal. Lessor
dalam financial lease bertujuan untuk mendapatkan kembali biaya
yang telah dikeluarkan untuk membiayai penyediaan barang modal
dengan mendapatkan keuntungan. Sedangkan dalam operating lease,
lessor bertujuan mendapatkan keuntungan dari penyediaan barang serta
pemberian jasa-jasa yang berkenaan dengan pemeliharaan serta
pengoperasian barang modal tersebut.
2. Lessee
Lessee adalah perusahaan atau pihak yang memperoleh
pembiayaan dalam bentuk barang modal dari lessor. Lessee dalam
financial lease bertujuan mendapatkan pembiayaan berupa barang atau
peralatan dengan cara pembayaran angsuran atau secara berkala. Pada
akhir kontrak, lessee memiliki hak opsi atas barang
tersebut.Maksudnya, pihak lessee memiliki hak untuk membeli barang
yang di-lease denganharga berdasarkan nilai sisa2. Dalam operating
lease, lessee dapat memenuhi kebutuhan peralatannya di samping
tenaga operator dan perawatan alat tersebut tanpa risiko bagi lessee
terhadap kerusakan.
3. Supplier
Supplier adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau
menyediakan barang untuk dijual kepada lessee dengan pembayaran
secara tunai oleh lessor. Dalam mekanisme financial lease, supplier
langsung menyerahkan barang kepada lessee tanpa melalui pihak
lessor sebagai pihak yang memberikan pembiayaan. Sebaliknya, dalam
operating lease, supplier menjual barangnya langsung kepada lessor
dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak,
yaitu secara tunai atau berkala.

4. Bank dan kreditur

2
Lubis ,Suhrawardi K,”Hukum Ekonomi Islam”,Jakarta: Sinar Grafika, 2000

5
Dalam suatu perjanjian atau kontrak leasing, pihak bank atau kreditur
lain tidak terlibat secara langsung dalam kontrak tersebut, namun pihak
bank memegang peranan dalam hal penyediaan dana kepada lessor.
D. Kegiatan Leasing
Dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991
Tanggal 21 November 1991, kegiatan leasing dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu Financial leasing dan operating leasing3.
1. Melakukan sewa guna usaha dengan hak opsi bagi lesse (Financial
leasing) Pada teknik pembiyaan ini, lesse memiliki hak untuk
mengembalikan, memperpanjang atau membeli barang modal yang di
berikan oleh lessor. Dalam sewa guna ini, lessee yang membutuhkan
suatu barang modal menentukan sendiri jenis dan spesifikasi barang
yang dibutuhkan dan mengadakan negosiasi langsung dengan suplier
mengenai harga, syarat-syarat pemeliharaaan serta hal-hal lain yang
berhubungan dengan pengoperasian barang tersebut. Lessor hanya
akan membayarkan barang modal tersebut kepada supplier dan
diberikan kepada lessee. Setelah itu, lessee akan membayarkan uang
sewa kepada lessor berkala sesuai dengan perjanjian yang telah
disetujui bersama.
2. Melakukan sewa guna usaha dengan hak tanpa opsi bagi lesse
(Operating leasing).Dalam teknik operating lease, Lessee tidak
memiliki opsi untuk memiliki barangmodal yang diberikan lessor.
Pihak pemilik objek leasing atau lessor membeli barang modal dan
disewagunausahakan kepada lesee. Pembayaran periodik yang
dilakukan oleh lessee tidak mencangkup biaya yang dikeluarkan oleh
lessor untuk mendapatkan barang modal tersebut dan bunganya.
Penggunaan barang modal pada teknik ini biasanya dalam jangka
waktu yang pendek dan juga lessee dapat membatalkan perjanjian

3
Fuady, Munir. 1999. Hukum Pembiayaan Dalam Teori dan Praktek. Citra Aditya Bakti,
Bandung.

6
leasing kapanpun serta mengembalikan barang modal tersebut kepada
lessor.
E. Jenis-Jenis Perusahan Leasing
1. Capital Lease
Perusahaan leasing pada jenis ini berlaku sebagai suatu Lembaga
keuangan. Lessee yang akan membutuhkan suatu barang modal
menentukan sendiri jenis serta spesifikasi dari barang yang
dibutuhkan. Lessee juga mengadakan negoisasi langsung dengan
supplier mengenai harga, syarat-syarat perawatan serta hal-hal lain
yang berhubungan dengan pengoperasian barang tersebut.
Lessor akan mengeluarkan dananya untuk membayar barang
tersebut kepada supplier dan kemudian barang tersebut diserahkan
kepada lessee. Sebagai imbalan atas jasa pengguanaan barang tersebut
lessee akan membayar secara berkala kepada lessor sejumlah uang
yang berupa rental untuk jangka waktu tertentu yang telah disepakati
bersama.Jumlah rental ini secara keseluruhan akan meliputi harga
barang yang dibayar oleh lessor ditambah faktor bunga serta
keuntungan pihak lessor.
Selanjutnya capital atau finance lease masih bisa dibedakan
menjadi dua yaitu:
 Direct finance lease
Transaksi ini terjadi jika lessee sebelumnya belum pernah memiliki
barang yang dijadikan objek lease. Secara sederhana bisa dikatakan
bahwa lessor membeli suatu barang atas permintaan lessee dan
akan dipergunakan oleh lessee.
 Sale and lease back
Sesuai dengan namanya, dalam transaksi ini lessee menjual barang
yang telah dimilikinya kepada lessor. Atas barang yang sama ini
kemudian dilakukan suatu kontrak leasing antara lessee dengan
lessor. Dengan memperhatikan mekanisme ini, maka perjanjian ini
memiliki tujuan yang berbeda dibandingkan dengan direct finance

7
lease. Di sini lessee memerlukan cash yang bisa dipergunakan
untuk tambahan modal kerja atau untuk kepentingan lainnya. Bisa
dikatakan bahwa dengan sistem sale and lease back memungkinkan
lessor memberikan dana untuk keperluan apa saja kepada kliennya
dan tentu saja dana yang dibutuhkan sesuai dengan nilai objek
barang lease.
2. Operating Lease
Pada operating lease, lessor membeli barang dan kemudian
menyewakan kepada lessee untuk jangka waktu tertentu. Dalam
praktik lessee membayar rental yang besarnya secara keseluruhan tidak
meliputi harga barang serta biaya yang telah dikeluarkan oleh lessor.Di
dalam menentukan besarnya pembayaran lease, lessor tidak
memperhitungkan
biaya-biaya tersebut karena setelah masa lease berakhir diharapkan
harga barang tersebut masih cukup tinggi. Di sini jelas tidak ditentukan
adanya nilai sisa serta hak opsi bagi lessee.
3. Sales type lease (Lease Penjualan)
Lease penjualan biasanya dilakukan oleh perusahaan industri yang
menjual lease barang hasil produksinya. Dalam kontrak penjualan
lease diakui dua macam pendapatan yaitu pendapatan penjualan barang
dan pendapatan bunga atas jasa pembelanjaan selama jangka waktu
lease.
4. Leverage Lease
Pada leasing ini dilibatkan pihak ketiga yang disebut credit
provider. Lessor tidak membiayai objek leasing hingga sebesar 100%
dari harga barang melainkan hanya antara 20% hingga 40%. Kemudian
sisa dari harga barang tersebut akan dibiayai oleh credit provider.
5. Cross Border Lease
Transaksi pada jenis ini merupakan suatu transaksi leasing yang
dilakukan dengan melewati batas suatu negara. Dengan demikian
antara lessor dan lessee terletak pada dua negara yang berbeda.

8
Barang-barang atau peralatan yang ditransaksikan dalam cross border
lease meliputi nilai jutaan dollar Amerika Serikat. Seperti Pesawat
terbang bermesin jet dari Pabrikan Boeing dan Airbus.

F. Perjanjian Leasing
Perjanjian sewa guna usaha (lease agreement) yang dibuat pada
umumnya sudah dalam bentuk standar yang dibuat oleh pihak lessor,
sedangkan lessee hanya menyetujuinya saja. Perjanjian yang dibuat
tersebut mengikat pihak-pihak yang membuatnya.Berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan No1169/KMK.01/1991 Pasal 9, isi perjanjian sewa
guna usaha, sekurang-kurangnya memuat beberapa hal, antara lain:
1. jenis transaksi sewa guna usaha
2. Nama dan alamat masing-masing pihak
3. Nama, jenis, tipe dan lokasi penggunaan barang modal
4. Masa sewa guna usaha
5. Opsi bagi lessee dalam hal transaksi sewa guna usaha
6. anggungjawab para pihak atas barang modal yang menjadi objek sewa
guna usaha
7. Harga perolehan, nilai
8. pembiayaan, pembayaran sewa guna usaha, angsuran pokok
pembiayaan, imbalan jasa sewa guna usaha, nilai sisa, simpanan
jaminan dan ketentuan asuransi atas barang modal yang disewa guna
usahakan.
9. Ketentuan mengenai pengakhiran transaksi sewa guna usaha yang
dipercepat dan penetapan kerugian yang harus ditanggung lessee
dalam hal barang modal dengan hak opsi hilang, rusak atau tidak
berfungsi karena sebab apapun.
Berdasarkan uraian di atas maka perjanjian sewa guna usaha mepunyai
beberapa sifat, yaitu:
1. Konsensual yaitu perjanjian yang terjadi apabila para pihak-pihak
tercapai kata sepakat dan kata sepakat itu mengenai barang-barang

9
modal dan harganya, maksudnya perjanjian sewa guna usaha itu sudah
lahir pada detik tercapainya kata sepakat mengenai jangka waktu
kontrak dengan masa barang modal secara ekonomis dan harganya
dibayar secara berkala.
2. Formal yaitu perjanjian yang didapat atas dasar persetujuan antara para
pihak yang didasarkan pada kata sepakat yang dinyatakan dengan
suatu akta tertulis, jadi dalam perjanjian sewa guna usaha selalu diikuti
dengan surat perjanjian sewa guna usaha yang dibuat oleh lesso.
3. Kekuatan mengikat dari perjanjian sewa guna usaha, yaitu perjanjian
sewa guna usaha yang dibuat oleh lessor dan lessee secara sah berlaku
seperti undang-undang dan mengikat mereka.
4. Asas kepribadian dari perjanjian sewa guna usaha, dalam hal ini
mengandung hak dan kewajiban lessee dan lessor. Lessor mempunyai
kewajiban menyerahkan barang modal, sedankan lessee memperoleh
hak untuk memakai barang modal tersebut setelah ia memenuhi
kewajibannya dalam perjanjian sewa guna usaha. Jadi, perjanjian sewa
guna usaha hanya mengikat lessor dan lessee.
Proses Terjadinya Perjanjian Sewa Guna Usaha
1. Tahap Pra-kontraktual (sebelum terjadinya perjanjian)
Pada tahap ini terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan yang
meliputi:
 Negosiasi (tawar menawar), merupakan langkah awal yang terjadi
antara calon lessee dengan supplier, dimana antara keduanya
terjadi proses saling tawar menawar mengenai penentuan dan
penawaran harga dan barang objek sewa guna usaha.
 Konfirmasi (pemberitahuan), merupakan langkah lebih lanjut
setelah pihak lessee dan supplier sepakat mengenai barang objek
sewa guna usaha dan harganya, kemudian calon lessee mengajukan
permohonan kepada pihak lessor untuk mendapatkan fasilitas
pembiayaan sewa guna usaha. Pada tahap ini calon lessee

10
diharuskan mengisi formulir permohonan yang telah disediakan
oleh pihak lessor.
 Evaluasi kelayakan, tahap pemeriksaan formulir permohonan,
kelengkapan persyaratan, pengamatan secara langsung akan usaha
dari calon lessee tersebut.
 Keputusan, merupakan tahap dimana pihak lessor memberikan
penilaian apakah fasilitas sewa guna usaha dapat diberikan atau
tidak kepada calon lessee.
2. Tahap Kontraktual (terjadinya perjanjian)
Pada tahap ini merupakan rangkaian kegiatan penandatanganan
perjanjian oleh pihak calon lessee dengan pihak
lessor.Penandatanganan perjanjian tersebut merupakan tanda bahwa
calon lessee telah sepakat mengenai isi dari perjanjian standar yang
telah dibuat oleh pihak lessor. Pada tahap ini kedua pihak telah sepakat
untuk menjalankan hak dan kewajibannya masing-masing sesuai
dengan isi perjanjian.
G. Prosedur Permohonan Leasing
Dalam praktiknya, prosedur yang ditetapkan oleh setiap perusahaan
leasing tidak selalu sama persis dengan perusahaan lain. Tapi untuk
prosedur di bawah ini, termasuk salah satu yang paling umum.
1. Pihak lessee memberi permohonan secara lisan maupun tertulis.
2. Lessor menanggapi maksud dan tujuan lessee. Kemudian meminta
lesse memenuhi dokumen-dokumen persyaratan yang meliputi: akte
pendirian perusahaan jika lessee berbentuk Perseroan Terbatas (PT)
atau yayasan; KTP dan kartu keluarga jika lessee berbentuk
perseorangan; laporan keuangan 3 tahun terakhir jika lessee berbentuk
PT; slip gaji dan bukti penghasilan jika lessee berbentuk perseorangan;
NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) baik untuk perseorangan maupun
untuk perusahaan.
3. Apabila dokumen yang dibutuhkan sudah lengkap, maka pihak lessor
akan mengadakan penelitian dan analisis terhadap informasi data yang

11
diberikan lessee. Penelitian dilakukan untuk mengukur kemampuan
nasabah untuk membayar dan kemauan untuk membayar disertai
kebenaran informasi dan data yang ada di lapangan.
4. Setelah permohonan lessee telah diterima pihak lessor, maka pihak
lessor mengadakan pertemuan dengan pihak lessee, tentang
persyaratan yang harus dipenuhi antara lain penandatanganan surat
perjanjian serta biaya-biaya yang harus dibayar oleh lessee.
5. Lessee membayar sejumlah kewajibannya dan menandatangani surat
perjanjian antara lessee dengan lessor.
6. Pihak lessor membayar premi asuransi serta mengirim polis asuransi
atas nama lessee.
7. Supplier mengirimkan barang modal yang diingkan lessee sesuai
perintah lessor.
H. Sanksi-sanksi dalam Leasing
Setiap hal yang berbentuk pinjaman, risiko seperti tersendatnya
pembayaran mungkin saja dialami nasabah. Hal ini disebabkan oleh
banyak faktor internal4. Tapi sebagai pihak lessor, perusahaan leasing tetap
memiliki peraturan yang tidak mungkin diganggu gugat. Ya, ada tindakan
lebih lanjut bagi lesse jika lalai, di antarnya ialah:
1. Teguran secara lisan agar segera melunasi. Jika teguran lisan tidak
digubris, akan diberikan teguran tertulis.
2. Dikenakan denda sesuai dengan perjanjian.
3. Penyitaan barang yang dipegang oleh lessee.
Oleh karena itu, pertimbangkan baik-baik kemampuan finansial Anda
sebelum mengajukan permohonan leasing. Sehingga ke depannya nanti
tidak ada penyesalan yang dapat merusak reputasi kredit Anda.
I. Biaya-Biaya Yang Di Keluarkan
Setiap fasalitas yang di berikan oleh perusaan leasing kepada
pemohon (lesse) akan dikenakan sebagai macam biaya. Biaya-biaya ini

4
https://www.google.com/amp/s/m.kumparan.com/amp/cekaja/mengenal-istilah-leasing-
1544079278610833330

12
besarnya akan ditentukan oleh masing-masing perusahaan leasing.artinya
antara perusaan leasing.artinya antara perusahaan leasing biaya yang
dibebankan kepada lessee tidak sama.besar kecilnya biaya yang dikenakan
terhadap nasabahnya akan mempengaruhi keuntungan yang diterima oleh
perusahaan leasing5.
Adapun biaya-biaya yang dibebankan kepada lessee biasanya
terdiri dari :
1. Biaya Administrasi
2. Biaya materi untuk perjanjian/appraisal
3. Biaya bunga terhadap barang yang dileasekan
4. Premi asuransi yang disetor kepada pihak asuransi
Di antara biaya-biaya diatas,prolehan biaya bunga merupakan prolehan
terbesar sehingga keuntungan yang di proleh pun terbesar dari bunga yang
dibebankan kepada para lessee tersebut.

5
https://www.pinjamandanatunai.info/2016/03/ketentuan-mengenai-leasing.html?m=1

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan semakin berkembangnya dunia bisnis, maka semakin
banyak perusahaan yang terjun ke dunia bisnis. Dengan semakin
banyaknya perusahaan yang terjun ke dunia bisnis, maka semakin banyak
kebutuhan dana dan modal yang harus dipenuhi oleh berbagai perusahaan.
Hal tersebut mendorong industry bisnis yang bergerak dalam
bidangpembiayaan yang disebut lembaga pembiayaan.
Leasing termasuk ke dalam salah satu bentuk lembaga pembiayaan
karena yang dikatakan dengan lembaga pembiayaan adalah suatu badan
usaha yang di dalam melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara
langsung dari masyarakat.
Sedangkan leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan
dalam bentuk penyediaan barang – barang modal untuk digunakan oleh
suatu perusahaan, untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran
secara berkala disertai dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan tersebut
untuk membeli barang -barang modal yang bersangkutan atau
memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah
disepakati bersama. Oleh karena itu, leasing termasuk salah satu jenis
lembaga pembiayaan karena leasing membiayai perusahaan dalam bentuk
penyediaan barang modal.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat membantu
pembaca untuk memperoleh informasi mengenai Sewa Guna. Namun
kami sadar bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan-
kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan bantuan pembaca untuk
membantu kami dalam pembuatan makalah selanjutnya dengan

14
memberikan saran. Terima kasih atas perhatiannya, kami tunggu saran dari
pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Simatupang, Richard Burton, S.H. 2007. Aspek Hukum Dalam Bisnis. Jakarta :
PT. Rineka Cipta
Lubis ,Suhrawardi K,”Hukum Ekonomi Islam”,Jakarta: Sinar Grafika, 2000
Fuady, Munir. 1999. Hukum Pembiayaan Dalam Teori dan Praktek. Citra Aditya
Bakti, Bandung.
Muhammad, Abdulkadir dan Rilda Murniati. 2000. Lembaga Keuangan dan
Pembiayaan.Citra Aditya Bakti, Bandung
https://www.google.com/amp/s/m.kumparan.com/amp/cekaja/mengenal-istilah-
leasing-1544079278610833330
https://www.pinjamandanatunai.info/2016/03/ketentuan-mengenai-leasing.html?
m=1

15

Anda mungkin juga menyukai