Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“SEWA GUNA USAHA”

Disusun oleh:

Revi Aldi Arif Wichaksana (220304113)


Muhammad Fadhil (220304141)
Dwi Jastiena Oktaviany (220304125)
Yulia Maysa Putri (220304127)

Mata Kuliah: Bank dan lembaga keuangan


Prodi: Manajemen
Fakultas: Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Riau


T.A 2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................2

KATA PENGANTAR...............................................................................................4

BAB I.......................................................................................................................5

PENDAHULUAN...................................................................................................5

A. Latar Belakang..........................................................................................5

B. Rumusan Masalah.....................................................................................5

C. Tujuan Masalah.........................................................................................6

BAB II......................................................................................................................7

PEMBAHASAN......................................................................................................7

A. Pengertian Sewa Guna Usaha....................................................................7

1. Lessor........................................................................................................7

2. Lessee........................................................................................................8

3. Supplier....................................................................................................8

B. Jenis jenis sewa guna usaha.......................................................................9

C. Contoh contoh sewa guna usaha.............................................................10

D. Keunggulan Sewa Guna Usaha...............................................................11

E. Membedakan leasee modal dan leasee operasi...........................................12

1. Metode Lease Modal (Lessee)................................................................12

2. Perbandingan Lease Modal dengan Lease Operasi.................................12

F. Pencatatan lease penyewa guna usaha........................................................12

1. Operating Lease.......................................................................................12

2. Lease Modal (Capital Lease)...................................................................13

G. Pencatatan lease oleh perusahaan dalam sewa guna usaha (leaser)........14

BAB III..................................................................................................................15
PENUTUP..............................................................................................................15

A. Kesimpulan..............................................................................................15

B. Saran........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................16
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, makalah yang berjudul “SEWA GUNA
USAHA” dapat kami selesaikan tepat pada waktunya. Makalah yang masih perlu
dikembangkan lebih jauh ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua pihak
yang membacanya,

Makalah ini dibuat sebagai tugas mata kuliah Bank dan lembaga keuangan. Dan
penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai
pihak, penulis tidak mungkin menyelesaikan penyusunan makalah ini, untuk itu
ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu.
Seperti lazimnya sebuah makalah, tentunya makalah ini tidak luput dari
kekurangan. Kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini, terutama dari ibuk Rahayu
Setianingsih ,S.E,M.M dan teman-teman jurusan S1 Manajemen.

Pekanbaru, 27 Mei 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengertian sewa guna usaha menurut Keputusan Menteri
Keuangan No.1169/KMK.01/1991 tanggal 21 Nopember 1991 tentang
Kegiatan Sewa Guna Usaha: Sewa guna usaha adalah kegiatan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara guna
usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa
hak opsi (operating lease), untuk digunakan oleh lessee selama jangka
waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.
Selanjutnya yang dimaksud dengan finance lease adalah kegiatan
sewa guna usaha dimana lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak
opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang
disepakati. Sebaliknya operating lease tidak mempunyai hak opsi untuk
membeli objek sewa guna usaha.
Dari defenisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
sewa guna usaha merupakan suatu kontrak atau persetujuan sewa-
menyewa. Objek sewa guna usaha adalah barang modal dan pihak lessee
memiliki hak opsi dengan harga berdasarkan nilai sisa. Dalam setiap
transaksi leasing di dalamnya

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini memiliki beberapa rumusan masalah yang akan
dibahas, yaitu:
1. Pengertian sewa guna usaha!
2. Keunggulan sewa guna usaha!
3. Kriteria dan prosedur kapitalisasi dalam sewa guna usaha!
4. Membedakan lease modal dan lease operasi!
5. Pencatatan lease penyewa guna usaha!
6. Pencatatan lease oleh perusahaan dalam sewa guna usaha (leaser)!
C. Tujuan Masalah
Bersumber pada rumusan permasalahan yang disusun oleh penulis di
atas, hingga tujuan dalam penyusunan makalah ini merupakan bagaikan
berikut;
1. Untuk mengetahui pengertian sewa guna usaha!
2. Untuk mengetahui keunggulan sewa guna usaha!
3. Untuk mengetahui kriteria dan prosedur kapitalisasi dalam sewa guna usaha!
4. Untuk mengetahui membedakan lease modal dan lease operasi!
5. Untuk mengetahui pencatatan lease penyewa guna usaha!
6. Untuk mengetahui pencatatan lease oleh perusahaan dalam sewa guna usaha
(leaser)!
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sewa Guna Usaha


Sewa Guna Usaha (Leasing) menurut Perpres No 9 tahun 2009
tentang lembaga pembiayaan adalah lembaga pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barang modal baik sewa guna usaha dengan hak opsi (finance
lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk di
gunakan oleh penyewa guna usaha (lessee). Selama jangka waktu tertentu
selama masih jangka waktu tertentu berdasarkan pembiayaan secara
angsuran.
Pengertian sewa guna usaha menurut Keputusan Menteri Keuangan
No. 1169/KMK.01/1991 tanggal 21 Nopember 1991 tentang Kegiatan
Sewa Guna Usaha: Sewa guna usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam
bentuk penyediaan barang modal baik secara guna usaha dengan hak opsi (
finance lease ) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi ( operating lease ),
untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran secara berkala.
Selanjutnya yang dimaksud dengan finance lease adalah kegiatan
sewa guna usaha dimana lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak
opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang
disepakati. Sebaliknya operating lease tidak mempunyai hak opsi untuk
membeli objek sewa guna usaha. Dari defenisi tersebut di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa sewa guna usaha merupakan suatu kontrak atau
persetujuan sewa-menyewa.
Objek sewa guna usaha adalah barang modal dan pihak lessee
memiliki hak opsi dengan harga berdasarkan nilai sisa. Dalam setiap
transaksi leasing di dalamnya selalu melibatkan 3 pihak utama, yaitu:
B. Lessor
Lessor adalah perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa
pembiayaan kepada pihak lessee dalam bentuk barang modal. Lessor
dalam financial lease bertujuan untuk mendapatkan kembali biaya
yang telah dikeluarkan untuk membiayai penyediaan barang modal
dengan mendapatkan keuntungan. Sedangkan dalam operating lease,
lessor bertujuan mendapatkan keuntungan dari penyediaan barang
serta pemberian jasa-jasa yang berkenaan dengan pemeliharaan serta
pengoperasian barang modal tersebut.
C. Lessee
Lessee adalah perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan
dalam bentuk barang modal dari lessor. Lessee dalam financial lease
bertujuan mendapatkan pembiayaan berupa barang atau peralatan
dengan cara pembayaran angsuran atau secara berkala. Pada akhir
kontrak, lessee memiliki hak opsi atas barang tersebut.Maksudnya,
pihak lessee memiliki hak untuk membeli barang yang di-lease
denganharga berdasarkan nilai sisa. Dalam operating lease, lessee
dapat memenuhi kebutuhan peralatannya di samping tenaga operator
dan perawatan alat tersebut tanpa risiko bagi lessee terhadap
kerusakan
D. Supplier
Supplier adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau
menyediakan barang untuk dijual kepada lessee dengan pembayaran
secara tunai oleh lessor. Dalam mekanisme financial lease, supplier
langsung menyerahkan barang kepada lessee tanpa melalui pihak
lessor sebagai pihak yang memberikan pembiayaan. Sebaliknya,
dalam operating lease, supplier menjual barangnya langsung kepada
lessor dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan kedua belah
pihak, yaitu secara tunai atau berkala.
E. Jenis jenis sewa guna usaha

1. Capital lease

Capital lease  merupakan jenis leasing yang paling sering digunakan. Sistem


mekanisme sewa guna usaha ini memberikan berbagai macam kebutuhan
benda modal nasabah. Perusahaan akan membayar pesanan di supplier dan
akan mendapat pengembalian melalui cicilan.

2. Sales type lease

Sales type lease adalah penjualan barang produksi sendiri dengan


mekanisme leasing. Perusahaan tersebut akan mendapatkan penghasilan dari
harga jual dan bunga yang disetorkan.

3. Operating lease

Mekanisme operating lease  yaitu penyedia jasa sewa (lessor) membeli


barang untuk disewakan kepada nasabah (lessee). Nasabah hanya perlu
membayar biaya sewa, dan biaya lainnya ditanggung oleh lessor.

4. Cross border lease

Seperti namanya, cross border lease dilakukan oleh penyewa dan nasabah


yang berada di negara berbeda. Cross border lease dilakukan untuk
permodalan seperti pesawat, atau alat militer.

5. Leverage lease

Jenis sewa guna usaha ini melibatkan pihak ketiga. Di mana penyedia jasa
sewa tidak membayar modal untuk barang secara penuh dan patungan dengan
pihak ketiga. Sehingga dalam proses transaksi, nasabah nantinya tidak hanya
membayar kepada satu lessor, melainkan dua.
F. Contoh contoh sewa guna usaha

1. Sewa Guna Usaha Peralatan Industri

Sebuah perusahaan dapat menyewa peralatan industri seperti mesin, truk, atau
peralatan lainnya dari pihak lain melalui kontrak sewa guna usaha.

2. Sewa Guna Usaha Kendaraan

 Perusahaan atau individu dapat menyewa kendaraan seperti mobil atau truk
melalui kontrak sewa guna usaha. 

3. Sewa Guna Usaha Properti

 Sebuah perusahaan atau individu dapat menyewa properti seperti gedung atau
tanah melalui kontrak sewa guna usaha.

4. Sewa Guna Usaha Peralatan Medis

 Sebuah rumah sakit atau klinik dapat menyewa peralatan medis seperti mesin
MRI atau CT scan melalui kontrak sewa guna usaha.

5. Sewa Guna Usaha Perangkat Lunak

Sebuah perusahaan dapat menyewa perangkat lunak seperti aplikasi bisnis atau
perangkat lunak keamanan melalui kontrak sewa guna usaha.

D.Keuntungan dan Kerugian Sewa Guna Usaha

Keuntungan:

 Tidak Memerlukan Modal Besar – Dengan menggunakan Sewa Guna


Usaha, pengguna bisa memperoleh aset yang dibutuhkan tanpa harus
mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk membeli secara langsung.
 Kendali Anggaran – Sewa Guna Usaha memungkinkan pengguna untuk
mengontrol anggaran mereka dengan lebih baik karena mereka hanya
membayar biaya sewa setiap bulan.
 Kemudahan Penggantian Aset – Pengguna Sewa Guna Usaha tidak perlu
khawatir dengan nilai jual kembali karena sewa berakhir, sehingga mereka
dapat .dengan mudah mengganti aset dengan yang lebih baru atau
memperpanjang masa sewa.
 Pembayaran Secara Bertahap – Sewa Guna Usaha memungkinkan
pembayaran secara bertahap, sehingga pengguna dapat
menghemat uang tunai dan mengelola kas mereka dengan lebih
efektif.

Kerugian:

 Biaya Lebih Mahal – Meskipun pembayaran dilakukan secara bertahap,


pengguna Sewa Guna Usaha harus membayar biaya sewa setiap bulan
yang mungkin lebih mahal daripada biaya kredit tradisional.
 Kewajiban Biaya Perbaikan – Pengguna Sewa Guna Usaha bertanggung
jawab untuk memelihara dan memperbaiki aset selama masa sewa, yang
dapat menjadi beban tambahan.
 Keterbatasan Kendali – Pemilik aset memiliki kendali atas aset selama
masa sewa, sehingga pengguna mungkin terbatas dalam penggunaannya.
 Tidak Mendapatkan Hak Milik – Meskipun pengguna Sewa Guna Usaha
dapat menggunakan aset tersebut, mereka tidak memiliki hak atas
kepemilikan aset tersebut dan tidak dapat menjual atau mengalihkan
kepemilikan aset.
E. Keunggulan Sewa Guna Usaha

Walaupun leasing memiliki kekurangan, tetapi pertumbuhan


pengaplikasiannya menunjukkan bahwa lease sering kali memiliki
keunggulan tambahan terhadap kepemilikan properti. Beberapa
keunggulan yang umumnya dinikmati lessee adalah sebagai berikut:
1. Pembiayaan 100% dengan suku bunga tetap. Lease sering
ditandatangani tanpa membutuhkan uang muka dari lessee, yang
membantu menghemat dana kas yang terbatas, khususnya sangat
diinginkan oleh perusahaan baru dan sedang berkembang. Selain
itu,pembayaran lease juga sering bersifat tetap sehingga
melindungi lessee dari inflasi dan meningkatnya cost uang (cost of
money).
2. Proteksi terhadap keusangan. Peralatan yang di-lease dapat
mengurangi risiko keusangan bagi lessee, dan dalam banyak kasus,
dapat memindahkan risiko nilai residu kepada lessor.
3. Fleksibilitas. Perjanjian lease memiliki lebih sedikit batasan-
batasan bila dibandingkan dengan perjanjian utang lainnya. Lessor
yang inovatif mampu membuat perjanjian lease disesuaikan dengan
kebutuhan khusus lessee. Misalnya, pembayaran sewa dapat diatur
untuk memenuhi waktu pendapatan kas yang dihasilkan oleh peralatan
yang di-lease sehingga pembayaran dapat dilakukan pada saat
peralatan tersebut mulai produktif.
4. Pembiayaan yang lebih murah. Beberapa perusahaan menyadari
bahwa pembiayaan dengan lease ternyata jauh lebih murah
daripada jenis pembiayaan lainnya.
5. Pembiayaan di luar neraca (off-balance-sheet financing). Beberapa
lease tidak mengakibatkan bertambahnya kemampuan perusahaan
untuk melakukan pinjaman. Pembiayaan di luar neraca semacam
itu penting bagi perusahaan tertentu.
Membedakan leasee modal dan leasee operasi
1. Metode Lease Modal (Lessee)
Lease ini harus memenuhi kriteria untuk diklasifikasikan sebagai lease
modal dengan alasan sebagai berikut :
a. Jangka waktu lease selama 5 tahun yang sama dengan estimasi
umur ekonomis peralatan selama 5 tahun memenuhi pengujian
75%
b. Nilai sekarang dari pembayaran lease minimum melebihi 90%
dari nilai wajar property
c. Metode Operasi (Lessee)
Dalam metode operasi, beban sewa harus diakrualkan dari hari
ke hari ke lessee ketika property digunakan. Lessee membebankan
sewa ke periode-periode yang memperoleh manfaat dari penggunaan
aktiva dan mengabaikan, dalam akuntansi, setiap komitmen untuk
melakukan pembayaran di masa depan.
B. Perbandingan Lease Modal dengan Lease Operasi
a. Kenaikan jumlah hutang yang dilaporkan (baik jangka pendek
maupun jangka panjang)
b. Kenaikan jumlah total aktiva (terutama aktiva jangka panjang)
c. Laba yang rendah pada masa awal lease dan karenanya laba
ditahan menjadi lebih rendah

F. Pencatatan lease penyewa guna usaha


1. Operating Lease
Dalam hal sewa guna usaha diperlakukan sebagai operating
lease, trasansi leasing oleh pihak penyewadicatat sebagai transaksi
sewa-menyewa biasa. Dengan demikian pembayaran sewa berkala
dicatat debet akun Beban Sewa, dan kredit akun Kas. Apabila dalam
perjanjian sewa guna usaha ditetapkan pembayaran berkala dalam
jumlah yang berbeda, beban sewa untuk setiap periode dihitung
dengan menggunakan metode Garis Lurus (Straight Line Method).
B. Lease Modal (Capital Lease)
Apabila suatu sewa guna usaha memenuhi criteria untuk di
perlakukan sebagai capital lease, transaksi leasing dicatat oleh pihak
penyewa sebagai suatu transaksi pembelian aktiva tetap dengan syarat
kredit jangka panjang. Dengan demikian dicatat debet pada akun
Aktiva Sewa Guna Usha dan kredit akun hutang.
Aktiva sewa guna asaha dinilai berdasarkan harga terendah
antara harga pasar wajar, dengan jumlah sewa terendah yang dibayar
selama masa sewa guna usaha, ditambah dengan harga beli atau nilai
residu aktiva yang bersangkutan pada ahir masa sewa yang telah
disepakati bersama.
Aktiva sewa guna uasaha olek pihak penyewa harus disusutkan
dengan menerapkan metode penyusutan yang biasa digunakan.
Apabila kontrak sewa guna usaha mencantumkan adanya pengalihan
hak milik, atau adanya hak bagi penyewa untuk membeli aktiva sewa
guna usahaa dan ahir masa sewa, maka usia ekonomis aktiva yang
bersangkutan dijadikan dasar untuk menentukan besarnya penyusutan.
Sementara jika dalam kontrak sewa guna usaha tidak menyebutkabn
dua kriteria tersebut diatas, untuk menentukan jumlah penyusutan
digunakan masa sewa guna usaha sebagai usia penggunaan aktiva
tetap yang bersangkutan.
Didalam jumlah sewa yang dibayar secara berkala,
mengandung unsur harga aktiva sewa guna usaha dan beban bunga.
Oleh karena itu setiap pembayaran sewa, dipisahkan menjadi jumlah
pembayaran hutang yang merupakan sewa terendah, dan jumlah
pembayaran beban bunga.
 Pencatatan lease oleh perusahaan dalam sewa guna usaha (leaser)
Jika lessee mengkapitalisasi lease maka lessee akan mencatat
aktiva dan kewajiban yang umumnya sama dengan nilai sekarang
pembayaran sewa,lessor yang sudah memindahkan secara substansial
seluruh manfaat danrisiko kepemilikan, mengakui penjualan dengan
mengeluarkan aktiva dari neraca dan menggantikannya dengan piutang.
Jurnal yang dibuat oleh lessor dan lessee dengan asumsi peralatan di-lease
dan dikapitalisasi adalah sebagai berikut:
Lessee Lessor
Peralatan yang di-lease RpXXX Piutang lease (bersih) RpXXX
Kewajiban lease RpXXX Peralatan RpXXX

Karena sudah mengkapitalisasi aktiva, lessee akan mencatat


penyusutan. Lessor dan lessee akan memperlakukan pembayaran lease
sebagai pembayaran pokok dan bunga. Jika kontrak lease tidak
dikapitalisasi, tidak ada yang dicatat oleh lessee dan tidak ada aktiva
yang dikeluarkan dari pembukuan tersebut. Pada saatpembayaran
llease dilakukan, lessee mencatat beban sewa dan lessor mengakui
pendapatan sewa.
Untuk lease yang dicatat sebagai Lease Modal (capital lease),
leaseharus dianggap tidak dapat dibatalkan, dan memenuhi satu dari
lebih empat kriteria berikut ini:
1. Lease mentransfer kepemilikan properti kepada lessee.
2. Lease memiliki opsi untuk membeli dengan harga khusus
(bargain purchase option).
3. Jangka waktu lease sama dengan atau lebih 75% dari estimasi
umur ekonomis aktiva yang di-lease.
4. Nilai sekarang (present value) dan pembayaran lease minimum
(tidak termasuk biaya executory) sama dengan atau melebihi 90%
dari nilai wajar properti yang di-lease.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Sewa guna usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak
opsi (Finance Lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi
(Operating Lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu
tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.
2. Kegiatan utama perusahaan sewa guna usaha adalah bergerak di
bidang pembiayaan untuk keperluan barang- barang modal yang
diinginkan oleh nasabah, yang dimaksud pembiayaan disini adalah
seorang nasabah membutuhkan barang- barang modal dengan cara
disewa atau dibeli secara kredit dapat diperoleh di perusahaan leasing
3. Pihak-pihak yang terlibat.
a. Lessor
Merupakan perusahaan leasing yang membiayai keinginan para
nasabahnya untuk memperoleh barang- barang modal.
b. Lessee
Adalah nasabah yang mengajukan permohonan leasing kepada
lessor untuk memperoleh barang modal yang diinginkan.
c. Supplier
Yaitu pedagang yang menyediakan barang yang akan dileasing
sesuai perjanjian antara lessors dan lessee dan dalam hal ini
supplier juga dapat bertindak sebagai lessor
d. Asuransi
Merupakan perusahaan yang akan menanggung resiko terhadap
perjanjian antara lessor dengan lessee.
Perjanjian sewa guna usaha yang lahir pada prosedur
mekanisme leasing terdiri dari ketentuan-ketentuan yang salah satunya
adalah ketentuan mengenai tanggung jawab para pihak terhadap obyek
leasing. pemabagian dan pengaturan mengenai tanggung jawab para
pihak terhadap obyek leasing tersebut pada umumnya dipengaruhi dan
ditentukan oleh jenis pembiayaan yang terdapat dalam perjanjian
leasing itu sendiri, namun secara khusus pembagian dan pengaturan
tersebut pada dasranya harus didasarkan pada kesepakatan para pihak
dalam perjanjian. sedangkan untuk pelaksanaannya harus dilakukan
berdasarkan undang-undang.
 Saran
Dengan mengenal perusahaan leasing dengan baik diharapkan
untuk pembaca bisa terhindar dari penipuan yang berlandaskan perusahaan
leasing.

DAFTAR PUSTAKA

Suyatno ,Thomas,”Kelembagaan Perbangkan”.,Jakarta: PT. Gramedia


Pustaka Utama, 1999.
Kasmir,”Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”,Jakarta: Raja Grafindo
Persada,2001.
Lubis ,Suhrawardi K,”Hukum Ekonomi Islam”,Jakarta: Sinar Grafika,
2000.
Y. Sr i Susilo, dkk, “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”, Jakarta :Penerbit
Salemba
Empat,2000.
Subagyo, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi Ke-2, (Yogyakarta:
Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 2002)
Dr. Faried Wijaya M., M.A. Lembaga-Lembaga Keuangan Dan Keuangan,
Edisi Ke-2. Yogyakarta: BPFE, 1991.
Drs. Herman Darmawi . Pasar Finansial Dan Lembaga-Lembaga
Finansial, (Jakarta: Pt. Bumi Aksara,2006)
Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi Ke-6, Jakarta: Pt
Raja Grafindo Persada, 2002
Totok Budisantoso, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi Ke-2,
(Jakarta: Salemba Empat, 2006),
Y. Sri Susilo Dkk, Bank Dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta: Salemba
Empat, 2000).
Thomas Suyatno, KelembagaanPerbankan, (Jakarta: PT Grafindo Pustaka
Utama, 1999).

Anda mungkin juga menyukai