Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

AKUNTANSI PAJAK USAHA TERTENTU I

DOSEN PENGAMPU:
ALFIAN MISRAN, S.E., M.Si, Ak., C.A.

Disusun oleh
Kelompok 5 :
Citra Mauliddina 2100312320077
Irfan Yamin 2100312310051
Nor Halimah 2100312320042
Resty Khairina 2100312320011
Sukma Ayu 2000312320049

PROGRAM STUDI D3 PERPAJAKAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat, hidayah dan karunia-Nya makalah mengenai Akuntansi Pajak Usaha
Tertentu untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Perpajakan dapat
terselesaikan dengan baik. Sholawat serta salam tetap tercurahakan kepada
junjungan kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan kegelapan
menuju jalan yang terang benderang yakni agama islam. Dalam makalah ini
menjelaskan tentang Akuntansi Pajak Usaha Tertentu.

Saya juga mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada


selaku dosen pengampu mata kuliah Akuntansi Perpajakan yang telah membantu
membimbing untuk menyelesaikan makalah ini.

Demikian yang dapat disampaikan, mudah-mudahan makalah ini dapat


bermanfaat bagi pembaca. Dan dalam penyusunan makalah ini saya sepenuhnya
menyadari masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran dari para pembaca agar kedepannya dapat tersusun dengan baik. Mohon
maaf apabila ada salah kata.

Banjarmasin, 5 Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1

1.3 Tujuan Masalah........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3

2.1 Pengertian................................................................................................................3

2.2 Klasifikasi Sewa.......................................................................................................3

2.3 Pelaksanaan Transaksi Sewa....................................................................................5

2.4 Keuntungan dan Kerugian Sewa..............................................................................5

2.5 Praktik Akuntansi Sewa...........................................................................................7

2.6 Penghitungan Pembayaran Sewa..............................................................................8

BAB III PENUTUP........................................................................................................13

3.1 Kesimpulan............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk menjalankan suatu usaha maka, Kita memerlukan Modal yang tidak
sedikit. Apalagi Kita juga membutuhkan barang-barang modal untuk
menjalankan suatu usaha tersebut, agar Kita dapat menjalankan suatu usaha
dengan lancar maka, Kita membutuhkan suatu lembaga untuk memperoleh
suatu dana usaha, lembaga ini dinamakan leasing.
Leasing atau sewa guna usaha adalah setiap kegiatan Pembiyaan
Perusahaan dalam dalam bentuk Penyediaan barang-barang Modal untuk
digunakan oleh suatu Perusahaan untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan
Pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi
Perusahaan tersebut untuk membeli barang- barang modal yang bersangkutan
atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan Nilai sisa uang yang
telah disepakati bersama. Dengan melakukan leasing Perusahaan dapat
memperoleh barang modal dengan jalan sewa beli untuk dapat langsung
digunakan berproduksi, yang dapat diangsur setiap bulan, triwulan atau enam
bulan sekali kepada Pihak lessor.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil suatu rumusan masalah yaitu :

1. Apa pengertian sewa?


2. Apa saja klasifikasi sewa?
3. Apa keuntungan dan kerugian sewa bagi lessee dan lessor?
4. Apa saja kriteria yang harus dipenuhi lessee agar dianggap sebagai sewa
pembayaran?
5. Bagaimana penghitungan pembayaran sewa?

1
1.3 Tujuan Masalah
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan makalah ini adalah:

1. Mengetahui pengertian sewa.


2. Mengetahui apa saja klasifikasi sewa.
3. Mengetahui keuntungan dan kerugian sewa bagi lessee dan lessor.
4. Mengetahui apa saja kriteria yang harus dipenuhi lessee agar dianggap
sebagai sewa pembayaran.
5. Mengetahui penghitungan pembayaran sewa.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Definisi sewa menurut PSAK No. 30 (Revisi 2007) menyebutkan bahwa
sewa (lease) adalah suatu perjanjian di mana lessor memberikan hak kepada
lessee untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati.
Sebagai imbalannya, lessee melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran
kepada lessor Dari kedua batasan tersebut terdapat pandangan yang sama
memberikan batasan sewa dimaksud. Dari sisi tujuan, pernyataan sewa dalam
PSAK ini adalah untuk mengatur kebijakan akuntansi dan pengungkapan yang
sesuai, baik bagi lessee maupun lessor dalam hubungannya dengan sewa (lease).

Dalam ruang lingkupnya, PSAK No. 30 (Revisi 2007) tentang Sewa ada
unsur pengecualian atau tidak wajib diterapkan untuk unsur-unsur yang tidak
material sehingga menjadi jelas bahwa pernyataan PSAK dimaksud diterapkan
dalam akuntansi untuk semua jenis sewa selain:

1. Sewa dalam rangka eksplorasi atau penambangan mineral, minyak,


gas alam, dan sumber daya lainnya yang tidak dapat diperbaharui;
dan
2. Perjanjian lisensi untuk hal-hal seperti film, rekaman video, karya
panggung, manuskrip (karya tulis), hak paten, dan hak cipta
(PSAK No. 19 tentang Aset Tak berwujud).

2.2 Klasifikasi Sewa


Klasifikasi sewa yang digunakan dalam PSAK No. 30 Revisi 2007
didasarkan atas seberapa besar risiko dan yang terkait dengan kepemilikan aset
sewaan berada pada lessor atau lessee. Sewa diklasifikasikan sebagai pembiayaan
bila sewa tersebut mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang

3
terkait dengan kepemilikan aset, sehingga suatu sewa diklasifikasikan sebagai
sewa operasi bila sewa tidak mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan
manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. Dapat pula dinyatakan bahwa
klasifikasi dimaksud didasarkan pada substansi transaksi dan bukan pada bentuk
kontrak.

Secara umum sewa mempunyai 2 (dua) klasifikasi dasar seperti


disampaikan dalam PSAK No. 30 dimaksud, yaitu:

1. Sewa Pembiayaan (Finance Lease)


Sewa pembiayaan adalah sewa yang mengalihkan secara substansial
seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan suatu aset.
Hak milik pada akhirnya dapat dialihkan, dapat juga tidak dialihkan.
Pada sewa pembiayaan, perusahaan sewa (lessor) adalah pihak yang
membiayai penyediaan barang modal. Penyewa (lessee) umumnya
memilih barang modal yang dibutuhkan dan atas nama perusahaan sewa
sebagai pemilik barang modal, melakukan pemesanan, pemeriksaan, serta
pemeliharaan barang modal yang menjadi objek transaksi sewa. Selama
masa sewa, penyewa guna usaha melakukan pembayaran sewa berkala di
mana jumlah seluruhnya ditambah dengan pembayaran nilai sisa (residual
value) apabila tejadi, akan mencakup pengembalian harga perolehan
barang modal yang dibiayai serta bunganya yang merupakan pendapatan
perusahaan sewa.
2. Sewa Operasi (Operating Lease)
Sewa operasi adalah sewa selain sewa pembiayaanPada sewa
operasiperusahaan sewa membeli barang modal dan selanjutnya disewakan
kepada penyewa guna usahaDalam jumlah seluruh pembayaran sewa
berkala dalam sewa operasi tidak mencakup jumlah biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh barang modal berikut bunganya.
Dalam hal ini perusahaan sewa mengharapkan keuntungan justru dari
penjualan barang modal yang disewakan atau melalui beberapa kontrak
sewa lainnya. Perusahaan sewa dalam sewa operasi ini bertanggung jawab

4
atas biaya-biaya pelaksanaannya seperti asuransi, pajak, atau pemeliharaan
barang modal.

2.3 Pelaksanaan Transaksi Sewa


Mengacu pada PSAK No. 30 (Revisi 2007) tentang Sewa, teknis
pelaksanaan transaksi sewa mencakup:

1. Sewa usaha langsung (direct lease)


Dalam transaksi sewa usaha langsung penyewa guna usaha (lessee) belum
pernah memiliki barang modal yang menjadi objek sewa, sehingga atas
permintaan perusahaan sewa untuk membeli barang modal dimaksud.
2. Jual dan sewa-balik (sale and lease-back).
Dalam transaksi jual dan sewa-balik, pihak lessee terlebih dahulu menjual
barang modal yang telah dimilikinya kepada lessor dan barang modal yang
sama kemudian dilakukan kontrak sewa antara lessee sebagai pemilik
semula dengan lessor.

Transaksi sewa dapat dilakukan secara bersama-sama oleh beberapa


perusahaan sewa (lessor) dengan hanya satu penyewa (lessee). Sewa demikian
disebut sewa sindikasi (syndicated lease). Hal tersebut dilakukan karena nilai
transaksi terlalu besar atau adanya faktor lain. Untuk memudahkan komunikasi,
diperlukan penunjukan koordinator dan pelaksanaannya dapat melalui sewa
langsung maupu jual dan sewa-balik.

2.4 Keuntungan dan Kerugian Sewa


Keuntungan bagi lessee adalah seebagai berikut.

1. Lessee dapat menghindarkan diri dari kebutuhan dana besar dengan bunga
yang tinggi.
2. Risiko keusangan dapat dihindari atau dikurangi karena lessee dapat
menukarkan kepada lessor setelah pemakaian.

5
3. Perjanjian kontrak leasing lebih luwes.
4. Biaya perusahaan lebih rendah/murah.
5. Utang di laporan keuangan tidak berubah sehingga rasio leverage tidak
terpengaruh.

Kerugian bagi lessee adalah sebagai berikut.

1. Pihak lessee harus memenuhi berbagai persyaratan yang ditetapkan lessor


untuk melindungi barang dalam bentuk pembatasan pengoperasian
asuransi, dan sebagainya.
2. Kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan pada saat akhir sewa.
3. Barang yang diterima tidak dapat dijadikan jaminan kredit karena tidak
dicatat sebagai aset.
4. Hak penggunaan atas barang sewa merupakan aset tak berwujud yang
tidak disajikan sebagai aset tetap.
5. Dalam hal menggunakan khususnya sewa pembiayaan akan menjadi
kurang tepat apabila lessee hanya membutuhkan aset jangka pendek. Hal
ini dapat menjadi biaya besar, apabila terjadi pembatasan sebelum
perjanjian selesai.

Keuntungan bagi lessor adalah sebagai berikut.

1. Secara hukum lessor berhak menjual barang yang disewa.


2. Secara akuntansi lessor masih mempunyai hak untuk menyusutkan aset
tetap yang disewa, karena hak kepemilikannya masih berada pada lessor.

Kerugian bagi lessor adalah sebagai berikut.

1. Mempunyai risiko yang besar, apabila barang yang disewa mendapat


tuntutan dari pihak ketiga.
2. Tidak dapat melakukan tuntutan (complaint lessor) kepada pabrik atau
langsung kepada pemasok (seharusnya lessee sebagai pengguna barang).

6
2.5 Praktik Akuntansi Sewa
Kriteria yang harus dipenuhi lessee agar dianggap sebagai sewa pembiayaan.

1. Lessor akan memudahkan hak pemilikan aset pada lessee yaitu pada akhir
periode sewa berakhir.
2. Dalam kontrak sewa mempunyai alternatif membeli atau tidak membeli.
Pada akhir periode sewa terdapat hak opsi untuk membeli aset sewaan
tersebut dengan opsi penawaran harga/penawaran pembelian, yaitu pada
akhir perjanjian sewa harus menyebutkan bahwa lessee mempunyai hak
untuk membeli objek lease path saat hak membeli direalisasi dengan harga
yang menguntungkan harga yang lebih rendah dari nilai wajar yang
diperkirakan.
3. Jangka waktu sewa 75% atau lebih dan pada taksiran umur ekonomi dari
aset yang disewakan dan permulaan masa sewa tidak jatuh pada sisa 25%
dari umur ekonomis aset yang disewakan
4. Nilai sekarang (present value) dari pembayaran sewa pada permulaan
sewa minimum harus sama atau lebih besar dari 90% atau lebih dari nilai
pasar wajar bagi lessor setelah dikurangi kredit investasi (executory cost,
yaitu biaya pemeliharaan, asuransi, dan pajak) yang ditahan lessor.
Pembayaran dimaksud tidak dapat digunakan apabila sewa dinilai pada
sisa 25% umur ekonomis dari aset yang disewakan. Dalam menghitung
nilai sekarang, suku bunga yang digunakan adalah suku bunga pinjaman
yang berlaku bagi lessee kecuali terdapat suku bunga implisit yang tidak
rendah.

Bagi lessee salah satu dari persyaratan di atas harus terpenuhi untuk dapat
dianggap sebagai sewa pembiayaan. Apabila ternyata terpenuhi maka dianggap
sebagai sewa operasi.

7
Selanjutnya kriteria bagi lessor apabila salah satu dari keempat kriteria
tersebut terpenuhi dan juga memenuhi kriteria sebagai berikut.

1. Kemungkinan pembayaran sewa minimum tertagih dapat diramalkan


secara wajar (reasonable).
2. Tidak adanya kepastian yang memadai (reasonable certainty) mengenai
jumlah biaya yang tidak dapat diminta kembali yang dikeluarkan oleh
lessor untuk aset yang disewakan.

2.6 Penghitungan Pembayaran Sewa


Pada saat perjanjian sewa diadakan, yaitu antara pihak-pihak lessee dan lessor,
maka saat itu juga ditentukan cara pembayarannya yaitu:

1. Payment in advance, yaitu pembayaran sewa dilakukan di depan;


2. Payment in arrears, yaitu pembayaran sewa dilakukan di belakang.

Rumusan yang digunakan untuk penghitungan tersebut sebagai berikut.

Dalam Perlakuan PPh atas Sewa, masalah kegiatan sewa (leasing) adalah
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa
dengan hak opsi maupun sewa tanpa hak opsi untuk digunakan oleh lessee selama
jangka Waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.

Dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991


memberikan kriteria sewa, baik dengan hak opsi atau tanpa hak opsi. Kriteria
tersebut adalan sebagi berikut.

1. Sewa dengan Hak Opsi


Kegiatan sewa digolongkan sebagai sewa dengan hak opsi apabila
memenuhi kriteria, antara lain:

8
a. jumlah pembayaran sewa selama masa sewa pertama ditambah
dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup biaya
perolehan barang modal dan keuntungan lessor.
b. masa sewa sekurang-kurangnya:
1) 2 tahun untuk barang modal golongan I;
2) 3 tahun untuk barang modal golongan II dan IlI;
3) 7 tahun untuk golongan bangunan.
c. perjanjian sewa memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee.
2. Sewa Tanpa Hak Opsi
Kegiatan sewa digolongkan sebagai sewa tanpa hak opsi dengan kriteria,
antara lain:
a. jumlah pembayaran sewa selama masa sewa pertama tidak dapat
menutupi biaya perolehan barang modal yang disewakan ditambah
keuntungan yang diperhitungkan oleh lessor;
b. perjanjian sewa tidak memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee.

Dengan Keputusan Menteri Keuangan di atas juga menetapkan bahwa


sewa dengan hak opsi sebagai kegiatan lembaga keuangan lainnya, maka lessor
diperlakukan sebagai Lembaga keuangan bukan bank (LKBB).

Ketentuan masalah perpajakan yang berkaitan dengan pajak penghasilan


untuk lessor dan lessee adalah sebagai berikut.

Sewa dengan hak opsi (financial lease).

1. Bagi lessor.
a. Penghasilan yang dikenakan PPh adalah sebagian dari pembayaran
sewa vaitu seluruh pembayaran sewa dikurangi angsuran pokok.
Dalam hal sewa sindikasi (beberapa perusahaan sewa secara
bersama melakukan transaksi sewa dengan satu lessee), imbalan
jasa bagi masing-masing anggota dihitung secara proporsional
sesuai dengan perjanjian antar-anggota sindikasi.

9
b. Lessor tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang
disewakan.
c. Lessor dapat membentuk cadangan penghapusan piutang ragu-ragu
setinggi tingginya 2,5% dan rata-rata saldo awal dan saldo akhir
piutang sewa jumlah seluruh pembayaran sewa yang meliputi
angsuran pokok (principle) dan bunga. Cadangan penghapusan
piutang ragu-ragu yang dibentuk, dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto tahun pajak yang bersangkutan.
d. Besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk setiap bulan adalah jumlah
PPh sebagai hasil penerapan undang-undang Pajak Penghasilan
terhadap Penghasilan Kena Pajak berdasarkan laporan triwulanan
terakhir yang disetahunkan dibagi 12 (dua belas) bulan. Apabila
lessor juga melaksanakan kegiatan sewa tanpa hak opsi, maka
laporan keuangan triwulanan dimaksud adalah laporan keuangan
triwulanan gabungan.
2. Bagi lessee.
a. Lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang
disewa, sampai saat lessee menggunakan hak opsi untuk membeli
barang modal tersebut penyusutan dilakukan mulai tahun pajak
digunakannya hak opsi. Khusus untuk barang modal berupa tanah
tidak diperbolehkan untuk dilakukan penyusutan.
b. Dasar penyusutan yang dipakai setelah lessee menggunakan hak
opsi untuk membeli barang modal tersebut adalah nilai sisa
(residual value) barang modal yang bersangkutan.
c. Pembayaran sewa yang dibayarkan atau terutang, kecuali
pembebanan atas tanah, merupakan biaya yang dapat dikurangkan
dari penghasilan bruto sepanjang transaksi sewa tersebut dapat
digolongkan sebagai sewa dengan hak opsi.
3. Atas pembayaran sewa yang dibayar atau terutang oleh lessee tidak
dilakukan pemotongan PPh Pasal 23.

10
Perlakuan PPh tersebut pada butir a, butir b, dan butir c mulai berlaku
terhadap sewa yang kontraknya ditandatangani setelah berlakunya
Keputusan Menteri Keuangan tersebut

Sewa tanpa hak opsi.

1. Bagi lessor.
a. Seluruh pembayaran sewa yang diterima atau diperoleh merupakan
objek PPh.
b. Pembebanan biaya penyusutan atas barang modal yang disewakan
dimulai pada tahun pajak barang modal yang bersangkutan.
Khusus terhadap barang modal berupa tanah, tidak diperbolehkan
untuk disewakan.
c. Lessor tidak diperkenankan membentuk cadangan penghapusan
piutang ragu-ragu.
2. Bagi lessee.
a. Lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang
disewakan.
b. pembayaran sewa yang dibayarkan atau yang terutang adalah biaya
yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
3. Atas pembayaran sewa yang dibayarkan atau terutang oleh lessee wajib
dipotong PPh Pasal 23.
Dasar perhitungan pemotongan PPh Pasal 23 adalah penerimaan sewa
bruto dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Perusahaan sewa yang semata-mata bergerak di bidang usaha sewa
hak opsi atau semata-mata operating lease (perusahaan sewa
menyewa maka penghitungan PPh Pasal 25 sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 69 Keputusan Menteri Keuangan No.
19/KMK.04/1991 tidak berlaku.
b. Direktur Jenderal Pajak melakukan koreksi dalam hal masa sewa
lebih pendek dari jangka waktu minimum. Dalam hal perjanjian

11
financial lease menyatakan jangka waktu yang lebih pendek atau
pada pelaksanaannya berakhir dalam jangka waktu yang lebih
pendek dari jangka waktu minimum yang diisyaratkan, perlakuan
perpajakannya disamakan dengan operating lease.
c. Mulai tahun pajak 1991 perlakuan akuntansi terhadap transaksi
sewa adalah sesuai dengan standar akuntansi di bidang sewa di
Indonesia. Dalam hal ini terdapat Finance lease yang kontraknya
ditandatangani sesudah 19 Januari 1991 dan termasuk dalam tahun
pajak 1991, misalnya kontrak ditandatangani tanggal 20 Januari
1991 dan tahun buku perusahaan 1 Februari 1990 sampaidengan 31
Januari 1991 maka perlakuan pajaknya sesuai dengan ketentuan
Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.04/1991 sedangkan
untuk perlakuan akuntansinya sesuai dengan standar akuntansi di
bidang sewa.
d. Atas barang modal yang disewakan, lessor maupun lessee wajib
melakukan pencatatan yang terpisah dan aset yang tidak
disewakan.
e. Lessee dilarang menyewakan kembali barang modal yang
disewakan kepada pihak lain.
Lessee yang bergerak di bidang usaha persewaan, dalam rangka
menjalankan usahanya, dapat menyewakan barang modal yang
disewakan kepada langganannya.
f. Lessor wajib menyampaikan laporan triwulan kepada Direktorat
Jenderal Pajak paling lambat 15 (lima belas) hari setelah triwulan
yang bersangkutan berakhir.

Pengaturan selanjutnya tertuang dalam Surat Edaran Direktur Jenderal


Pajak No. SE-10/PJ.42/1994 Tanggal 22 Maret 1994 yang memberi penegasan
atas pelaksanaan sebagaimana yang telah diatur dalam Keputusan Menteri
Keuangan No. 1169/KMK.01/1991 dan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No.
SE-29/PJ.42/1992 Tanggal 19 Desember 1992.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan yang telah dijelaskan, dapat ditarik
kesimpulan bahwa:

1. Definisi sewa menurut PSAK No. 30 (Revisi 2007) menyebutkan bahwa


sewa (lease) adalah suatu perjanjian di mana lessor memberikan hak
kepada lessee untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu yang
disepakati.
2. Klasifikasi sewa yang digunakan dalam PSAK No. 30 Revisi 2007
didasarkan atas seberapa besar risiko dan yang terkait dengan kepemilikan
aset sewaan berada pada lessor atau lessee.
3. Keuntungan bagi lessor adalah sebagai berikut.
a. Secara hukum lessor berhak menjual barang yang disewa.
b. Secara akuntansi lessor masih mempunyai hak untuk menyusutkan
aset tetap yang disewa, karena hak kepemilikannya masih berada pada
lessor.
4. Kerugian bagi lessor adalah sebagai berikut.
a. Mempunyai risiko yang besar, apabila barang yang disewa mendapat
tuntutan dari pihak ketiga.
b. Tidak dapat melakukan tuntutan (complaint lessor) kepada pabrik atau
langsung kepada pemasok (seharusnya lessee sebagai pengguna
barang).

13
DAFTAR PUSTAKA

Waluyo. 2016. Akuntansi Pajak. Edisi 6. Jakarta.: Penerbit Salemba Empat.

14

Anda mungkin juga menyukai