DOSEN PENGAMPU:
ALFIAN MISRAN, S.E., M.Si, Ak., C.A.
Disusun oleh
Kelompok 5 :
Citra Mauliddina 2100312320077
Irfan Yamin 2100312310051
Nor Halimah 2100312320042
Resty Khairina 2100312320011
Sukma Ayu 2000312320049
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
2.1 Pengertian................................................................................................................3
3.1 Kesimpulan............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Masalah
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan makalah ini adalah:
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Definisi sewa menurut PSAK No. 30 (Revisi 2007) menyebutkan bahwa
sewa (lease) adalah suatu perjanjian di mana lessor memberikan hak kepada
lessee untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati.
Sebagai imbalannya, lessee melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran
kepada lessor Dari kedua batasan tersebut terdapat pandangan yang sama
memberikan batasan sewa dimaksud. Dari sisi tujuan, pernyataan sewa dalam
PSAK ini adalah untuk mengatur kebijakan akuntansi dan pengungkapan yang
sesuai, baik bagi lessee maupun lessor dalam hubungannya dengan sewa (lease).
Dalam ruang lingkupnya, PSAK No. 30 (Revisi 2007) tentang Sewa ada
unsur pengecualian atau tidak wajib diterapkan untuk unsur-unsur yang tidak
material sehingga menjadi jelas bahwa pernyataan PSAK dimaksud diterapkan
dalam akuntansi untuk semua jenis sewa selain:
3
terkait dengan kepemilikan aset, sehingga suatu sewa diklasifikasikan sebagai
sewa operasi bila sewa tidak mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan
manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. Dapat pula dinyatakan bahwa
klasifikasi dimaksud didasarkan pada substansi transaksi dan bukan pada bentuk
kontrak.
4
atas biaya-biaya pelaksanaannya seperti asuransi, pajak, atau pemeliharaan
barang modal.
1. Lessee dapat menghindarkan diri dari kebutuhan dana besar dengan bunga
yang tinggi.
2. Risiko keusangan dapat dihindari atau dikurangi karena lessee dapat
menukarkan kepada lessor setelah pemakaian.
5
3. Perjanjian kontrak leasing lebih luwes.
4. Biaya perusahaan lebih rendah/murah.
5. Utang di laporan keuangan tidak berubah sehingga rasio leverage tidak
terpengaruh.
6
2.5 Praktik Akuntansi Sewa
Kriteria yang harus dipenuhi lessee agar dianggap sebagai sewa pembiayaan.
1. Lessor akan memudahkan hak pemilikan aset pada lessee yaitu pada akhir
periode sewa berakhir.
2. Dalam kontrak sewa mempunyai alternatif membeli atau tidak membeli.
Pada akhir periode sewa terdapat hak opsi untuk membeli aset sewaan
tersebut dengan opsi penawaran harga/penawaran pembelian, yaitu pada
akhir perjanjian sewa harus menyebutkan bahwa lessee mempunyai hak
untuk membeli objek lease path saat hak membeli direalisasi dengan harga
yang menguntungkan harga yang lebih rendah dari nilai wajar yang
diperkirakan.
3. Jangka waktu sewa 75% atau lebih dan pada taksiran umur ekonomi dari
aset yang disewakan dan permulaan masa sewa tidak jatuh pada sisa 25%
dari umur ekonomis aset yang disewakan
4. Nilai sekarang (present value) dari pembayaran sewa pada permulaan
sewa minimum harus sama atau lebih besar dari 90% atau lebih dari nilai
pasar wajar bagi lessor setelah dikurangi kredit investasi (executory cost,
yaitu biaya pemeliharaan, asuransi, dan pajak) yang ditahan lessor.
Pembayaran dimaksud tidak dapat digunakan apabila sewa dinilai pada
sisa 25% umur ekonomis dari aset yang disewakan. Dalam menghitung
nilai sekarang, suku bunga yang digunakan adalah suku bunga pinjaman
yang berlaku bagi lessee kecuali terdapat suku bunga implisit yang tidak
rendah.
Bagi lessee salah satu dari persyaratan di atas harus terpenuhi untuk dapat
dianggap sebagai sewa pembiayaan. Apabila ternyata terpenuhi maka dianggap
sebagai sewa operasi.
7
Selanjutnya kriteria bagi lessor apabila salah satu dari keempat kriteria
tersebut terpenuhi dan juga memenuhi kriteria sebagai berikut.
Dalam Perlakuan PPh atas Sewa, masalah kegiatan sewa (leasing) adalah
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa
dengan hak opsi maupun sewa tanpa hak opsi untuk digunakan oleh lessee selama
jangka Waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.
8
a. jumlah pembayaran sewa selama masa sewa pertama ditambah
dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup biaya
perolehan barang modal dan keuntungan lessor.
b. masa sewa sekurang-kurangnya:
1) 2 tahun untuk barang modal golongan I;
2) 3 tahun untuk barang modal golongan II dan IlI;
3) 7 tahun untuk golongan bangunan.
c. perjanjian sewa memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee.
2. Sewa Tanpa Hak Opsi
Kegiatan sewa digolongkan sebagai sewa tanpa hak opsi dengan kriteria,
antara lain:
a. jumlah pembayaran sewa selama masa sewa pertama tidak dapat
menutupi biaya perolehan barang modal yang disewakan ditambah
keuntungan yang diperhitungkan oleh lessor;
b. perjanjian sewa tidak memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee.
1. Bagi lessor.
a. Penghasilan yang dikenakan PPh adalah sebagian dari pembayaran
sewa vaitu seluruh pembayaran sewa dikurangi angsuran pokok.
Dalam hal sewa sindikasi (beberapa perusahaan sewa secara
bersama melakukan transaksi sewa dengan satu lessee), imbalan
jasa bagi masing-masing anggota dihitung secara proporsional
sesuai dengan perjanjian antar-anggota sindikasi.
9
b. Lessor tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang
disewakan.
c. Lessor dapat membentuk cadangan penghapusan piutang ragu-ragu
setinggi tingginya 2,5% dan rata-rata saldo awal dan saldo akhir
piutang sewa jumlah seluruh pembayaran sewa yang meliputi
angsuran pokok (principle) dan bunga. Cadangan penghapusan
piutang ragu-ragu yang dibentuk, dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto tahun pajak yang bersangkutan.
d. Besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk setiap bulan adalah jumlah
PPh sebagai hasil penerapan undang-undang Pajak Penghasilan
terhadap Penghasilan Kena Pajak berdasarkan laporan triwulanan
terakhir yang disetahunkan dibagi 12 (dua belas) bulan. Apabila
lessor juga melaksanakan kegiatan sewa tanpa hak opsi, maka
laporan keuangan triwulanan dimaksud adalah laporan keuangan
triwulanan gabungan.
2. Bagi lessee.
a. Lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang
disewa, sampai saat lessee menggunakan hak opsi untuk membeli
barang modal tersebut penyusutan dilakukan mulai tahun pajak
digunakannya hak opsi. Khusus untuk barang modal berupa tanah
tidak diperbolehkan untuk dilakukan penyusutan.
b. Dasar penyusutan yang dipakai setelah lessee menggunakan hak
opsi untuk membeli barang modal tersebut adalah nilai sisa
(residual value) barang modal yang bersangkutan.
c. Pembayaran sewa yang dibayarkan atau terutang, kecuali
pembebanan atas tanah, merupakan biaya yang dapat dikurangkan
dari penghasilan bruto sepanjang transaksi sewa tersebut dapat
digolongkan sebagai sewa dengan hak opsi.
3. Atas pembayaran sewa yang dibayar atau terutang oleh lessee tidak
dilakukan pemotongan PPh Pasal 23.
10
Perlakuan PPh tersebut pada butir a, butir b, dan butir c mulai berlaku
terhadap sewa yang kontraknya ditandatangani setelah berlakunya
Keputusan Menteri Keuangan tersebut
1. Bagi lessor.
a. Seluruh pembayaran sewa yang diterima atau diperoleh merupakan
objek PPh.
b. Pembebanan biaya penyusutan atas barang modal yang disewakan
dimulai pada tahun pajak barang modal yang bersangkutan.
Khusus terhadap barang modal berupa tanah, tidak diperbolehkan
untuk disewakan.
c. Lessor tidak diperkenankan membentuk cadangan penghapusan
piutang ragu-ragu.
2. Bagi lessee.
a. Lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang
disewakan.
b. pembayaran sewa yang dibayarkan atau yang terutang adalah biaya
yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
3. Atas pembayaran sewa yang dibayarkan atau terutang oleh lessee wajib
dipotong PPh Pasal 23.
Dasar perhitungan pemotongan PPh Pasal 23 adalah penerimaan sewa
bruto dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Perusahaan sewa yang semata-mata bergerak di bidang usaha sewa
hak opsi atau semata-mata operating lease (perusahaan sewa
menyewa maka penghitungan PPh Pasal 25 sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 69 Keputusan Menteri Keuangan No.
19/KMK.04/1991 tidak berlaku.
b. Direktur Jenderal Pajak melakukan koreksi dalam hal masa sewa
lebih pendek dari jangka waktu minimum. Dalam hal perjanjian
11
financial lease menyatakan jangka waktu yang lebih pendek atau
pada pelaksanaannya berakhir dalam jangka waktu yang lebih
pendek dari jangka waktu minimum yang diisyaratkan, perlakuan
perpajakannya disamakan dengan operating lease.
c. Mulai tahun pajak 1991 perlakuan akuntansi terhadap transaksi
sewa adalah sesuai dengan standar akuntansi di bidang sewa di
Indonesia. Dalam hal ini terdapat Finance lease yang kontraknya
ditandatangani sesudah 19 Januari 1991 dan termasuk dalam tahun
pajak 1991, misalnya kontrak ditandatangani tanggal 20 Januari
1991 dan tahun buku perusahaan 1 Februari 1990 sampaidengan 31
Januari 1991 maka perlakuan pajaknya sesuai dengan ketentuan
Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.04/1991 sedangkan
untuk perlakuan akuntansinya sesuai dengan standar akuntansi di
bidang sewa.
d. Atas barang modal yang disewakan, lessor maupun lessee wajib
melakukan pencatatan yang terpisah dan aset yang tidak
disewakan.
e. Lessee dilarang menyewakan kembali barang modal yang
disewakan kepada pihak lain.
Lessee yang bergerak di bidang usaha persewaan, dalam rangka
menjalankan usahanya, dapat menyewakan barang modal yang
disewakan kepada langganannya.
f. Lessor wajib menyampaikan laporan triwulan kepada Direktorat
Jenderal Pajak paling lambat 15 (lima belas) hari setelah triwulan
yang bersangkutan berakhir.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan yang telah dijelaskan, dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
13
DAFTAR PUSTAKA
14