Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AKUNTANSI PAJAK ATAS SEWA GUNA USAHA

DOSEN PENGAMPU :
SONDANG AIDA SILALAHI, SE.,M.Si/ HARYANI PRATIWI SITOMPUL,SE.,M.SI

Disusun Oleh :

Ela pasaribu (7203342025)

Sofia fahra rianda (7201142001)

KELAS PENDAKUN B

PRODI S1 PENDIDIKAN AKUNTANSI

MATA KULIAH AKUNTANSI PAJAK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN,FAKULTAS UNIMED

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nyasehingga kami dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Akuntansi Perpajakan dengan tepat waktu terwujud dalam
makalah kami “Akuntansi Pajak”.

 Besar harapan kami semoga hasil makalah ini dapat memberikan manfaatyang besar baik untuk
kami maupun orang lain. Ucapan terimakasih tak lupakami sampaikan kepada Dosen Pengajar
mata kuliah Akuntansi Pajak ,kepada teman-teman dan pihak-pihak yang turut mendukung untuk
terciptanyamakalah ini.

Akhir kata kelompok kami menyadari makalah ini masih memiliki banyakkekurangan, karena itu
sangat diharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan dan sekaligus memperbesar
manfaat tulisan ini sebagai referensi.

Medan,27 OKTOBER 2022

Kelompok
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... ..iii

1. Latar Belakang ......................................................................................... ..
2. Tujuan .................................................................................................... ....

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................

1. Akuntansi pajaak atas Sewa guna Usaha... ................................................


2. Definisi Sewa guna Usaha...........................................................................
3. Ciri-ciri Leasing..........................................................................................
4. Pihak-pihak yang terlibat dalam Leasing....................................................
5. Mekanisme Leasing....................................................................................
6. Teknik-teknik pembayaran Leasing...........................................................
7. Kepemilikan Leasing.................................................................................
8. Kelebihan Leasing sebagai sumber pembiayaan.......................................
9. Kelemahaan Menggunakan Leasing.........................................................

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 

 Kesimpulan ................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Sewa guna usaha adalah kegiatan pembiayaandalam bentuk penyediaan barang modal
baik secara guna usaha dengan hakopsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi
(operatinglease), untuk digunakan lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkanpembayaran
secara berkala.Yang dimaksud dengan finance lease adalah kegiatan sewa guna usahadimana
lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeliobjek sewa guna usaha
berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sedangkanoperating lease lessee pada akhir masa kontrak
tidak mempunyai hak opsidengan harga berdasarkan nilai sisa.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa pengrtian Sewa Guna Usaha?

2.      Apa Persediaan pada leassing?

3.      Apa Sistem penilaian terhadap sewa guna?

C.    Tujuan Penulisan

1.      Menyelesaikan tugas dari mata kuliah Akuntansi Perpajakan.

2.      Mahasiswa/i dapat memahami pengertian dan sistem sewa guna

3.      Mahasiswa/i dapat memahami metode penialian sewa guna


BAB II

PEMBAHASAN

A. LEASING (SEWA GUNA USAHA)

a. Pengertian Leasing

Pengertian sewa guna guna usaha menurut Keputusan MenteriKeuangan


No.1169/KMK.01/1991 tanggal 21 November 1991 tentangKegiatan Sewa Guna Usaha :
Sewa guna usaha adalah kegiatan pembiayaandalam bentuk penyediaan barang modal baik
secara guna usaha dengan hakopsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi
(operatinglease), untuk digunakan lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkanpembayaran
secara berkala.Yang dimaksud dengan finance lease adalah kegiatan sewa guna usahadimana
lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeliobjek sewa guna usaha
berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sedangkanoperating lease lessee pada akhir masa kontrak
tidak mempunyai hak opsidengan harga berdasarkan nilai sisa.

Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sewa guna usahamerupakan suatu
kontrak atau persetujuan sewa-menyewa. Objek sewaguna usaha adalah barang modal dan
pihak lessee memiliki hak opsi denganharga berdasarkan nilai sisa.

b. Ciri - Ciri Leasing

Adapun ciri-ciri leasing adalah sebagai berikut:

1. Umumnya terdapat keterkaitan antara jangka waktu lease dengan masakegunaan barang
leasing.
2. Hak milik dari barang lease tersebut terdapat pada pihak lessor.
3. Barang yang menjadi objek leasing adalah barang-barang yangdigunakan untuk
keperluan suatu perusahaan.
c. Pihak-Pihak yang Terilibat Dalam Leasing

1. Lessor Lessor adalah perusahaan sewa guna usaha atau di dalam hal inipihak yang
memiliki hak kepemilikan atas barang juga sebagai pihakyang memberikan jasa
pembiayaan kepada pihak lesse dalam bentuk barang modal.Lessor dalam financial
lease bertujuan untuk mendapatkankembali biaya yang telah dikeluarkan untuk
membiayai penyediaanbarang modal dengan mendapatkan keuntungan.Sedangkan
lessor dalam operator lease bertujuan untukmendapatkan keuntungan dari
penyediaan barang serta pemberian jasa-jasa yang berkenaan dengan pemeliharaan serta
pengoprasian barangmodal tersebut.
2. LesseeLesse adalah perusahaan atau pihak yang memerolehpembiayaan dalam
bentuk barang modal dari lessor.Lesse dalam financial lease bertujuan mendapatkan
pembiayaanberupa barang atau peralatan dengan cara pembayaran angsuran atausecara
berkala. Dalam operating lease, lesse dapat memenuhikebutuhan peralatannya
disamping tenaga operator dan perawatanalat tersebut tanpa resiko bagi lesse
terhadap kerusakan.Pada akhir kontrak leasing, lesse memiliki hak opsi atas
barangtersebut, maksudnya pihak lesse memiliki hak untuk membeli barangtersebut
berdasarkan nilai sisa.
3. Supplier Supplier adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan
ataumenyediakan barang untuk dijual kepada lesse dengan pembayaransecara tunai oleh
lessor.Dalam mekanisme financial lease, supplier langsungmenyerahkan barang
kepada lesse tanpa melalui pihak lessor sebagaipihak yang memberikan pembiayaan.
Sedangkan dalam operatinglease, supplier menjual barangnya langsung kepada
lessor dengankesepakatan kedua belah pihak, yaitu secara tunai atau berkala.
4. Bank atau Kreditor (Asuransi) Adalah pihak yang menyediakan dana bagi lessor atau
supplierterutama dalam mekanisme leverage lease dimana sumber
danapembiayaan lessor diperoleh melalui kredit bank. Tetapi pihak initidak terlibat
secara langsung dalam kontrak leasin

d. Aspek Perpajakan sewa guna Usaha


1. Pajak Penghasilan (Pph)

Berdasarkan Undang-Undang no 17 tahun 2000 dan surat dari kementrian keuangan RI No


1169/KMK.01/1991 Pasal 16 ayat 2 menyatakan “Lessee tidak memotong pajak penghasilan
pasal 23 atas pembayaran sewa guna usaha yang dibayar atau terutang berdasarkan perjanjian
sewa guna usaha dengan hak opsi”. Dalam pasal tersebut dengan jelas menyatakan bahwa
angsuran-angsuran atau pembayaran yang diterima lessor dari lessee untuk jenis transanksi
finance lease tidak dikenakan pemotongan pajak penghasilan.

Pasal 17 ayat 2 menyatakan:

a) Pembayaran sewa guna usaha tanpa hak opsi yang dibayar atau terutang ole leasse adalah
biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
b) Lessee wajib memotong pajak penghasilan pasal 23 atas pembayaran sewa guna usaha
tanpa hak opsi yang dibayarkan atau terutang kepada lessor .
c) Pasal 17 ayat 2 mengatur tentang perlakuan pembayaran leasing oleh lessee.disini
dijelaskan bahwa pembayaran leasing dari lessee kepada lessor untuk transanksi
oprational lease diperlukan pemotongan pajak penghasilan pasal 23 karena menurut pajak
diperlukan sebagai sewa-menyewa biasa.

2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

a. Perlakuan PPN atas transanksi finance lease :

1) Berdasarkan ketentuan pasal 13 peraturan pemerintah no 50 tahun 1994 huruf d dan e da


pasal 1 angka 4 Keputusan Direktur Jedral Pajak No Kep.05/PJ/1994,Penyerahan jasa
dalam transanksi capital lease dan lessor kepada lessee adalah penyerahan pajak yang
terutang PPN ,Karena lessor sebgai perusahaan jasa persewaan barang dengan demikian
adalah pengusaha kenak pajak.
2) Pengalihan pajak dalam transanksi oprating lease bukan merupakan penyerahan barang
kenak pajak karena pengalihan barang tersebut adalah dalam rangka persewaan biasa.
3) Berdasarkan PPN yang terutang adalah 10% dari nilai penggantian.
4) PPN Sebagaimana dibentuk dalam angka 3) merupakan PPN Keluaran bagi lessor dan
merupakan PPN masukaan bagi lessee dalam hal lessee adalah pengusaha kenak
pajak.PPN yang dibayar atas perolehan barang kenak pajak (BKP) yang dilesse merupaan
PPN pajak masukan yang dapat dikreditkan dengan PPN pajak keluaran lessor.

d. Mekanisme Leasing

1. Lessee menghubungi supplier untuk pemilihan dan penentuan jenisbarang,


spesifikasi, harga, jangka waktu pengiriman, jaminanpurnajual atas barang yang
akan di-lease
2. Lessee melakukan negoasiasi dengan lessor mengenai kebutuhanpembiayaan
barang modal. Pada tahap awal ini, lessee dapat memintalease quotation yang tidak
mengikat dari lessor. Dalam leasequotation ini dimuat mengenai syarat-syarat
pokok pembiayaanleasing antara lain : keterangan barang, cash security deposit,
residualvalue, asuransi, biaya administrasi, jaminan uang sewa danpersyaratan-
persyaratan lainnya.
3. Lessor mengirimkan letter of offer atau commitment letter kepadalessee yang
berisi syarat-syarat pokok persetujuan lessor untukmembiayai barang modal yang
dibutuhkan lessee tersebut. Apabilalessee menyetujui semua ketentuan dan persyaratan
dalam letter ofoffer, kemudian lessee menandatangani dan
mengembalikannyakepada lessor.
4. Penandatanganan kontrak leasing setelah semua persyaratan dipenuhilessee. Kontrak
leasing tersebut sekurang-kurangnya mencakup hal-hal antara lain : pihak-pihak yang
terlibat, hak milik, jangka waktu,jasa leasing, opsi bagi lessee, penutupan asuransi,
tanggung jawabatas objek leasing, perpajakan, jadwal pembayaran angsuran
sewadan sebagainya.
5. Pengiriman order beli kepada supplier disertai instruksi pengirimanbarang
kepada lessee sesuai dengan tipe dan spesifikasi barang yangtelah disetujui .
6. Pengriman barang dan pengecekan barang oleh lessee sesuai pesanan.Selanjutnya lessee
menandatangani surat tanda terima dan perintahbayar dan diserahkan kepada supplier.
7. Penyerahan dokumen oleh supplier kepada lessor termasuk faktur danbukti-bukti
kepemilikan barang lainnya.
8. Pembayaran oleh lessor kepada supplier.
9. Pembayaran angsuran (lease payment) secara berkala oleh lesseekepada lessor
selama masa sewa guna usaha yang seluruhnyamencakup pengembalian jumlah
yang dibiayai serta bungannya

e. Teknik-Teknik Pembayaran Leasing

1. Finance Lease
Pembiayaan menurut finance lease ini, perusahaan leasingsebagai lessor adalah
pihak yang membiayai penyediaan barangmodal. Penyewa guna usaha (lessee)
biasanya memilih barang modalyang dibutuhkan dan atas nama perusahaan leasing,
sebagai pemilikbarang modal tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan
sertapemeliharaan barang modal yang menjadi objek transaksi leasing.Selama
masa leasing, lessee melakukan pembayaran nilai sisa(residual value). Kalau
ada, akan mencakup pengembalian hargaperolehan barang modal yang dibiayai
serta bunganya, yangmerupakan pendapatan perusahaan leasing.Dari pengertian di atas
dapat diambil kesimpulan bahwa finacelease atau kadang-kadang pula disebut full-pay
out leasing adalahsuatu bentuk pembiayaan dengan cara kontrak antara lessor
denganlessee di mana :
1) Lessor sebagai pihak pemilik barang atas objek leasing, dimanaobjek leasing dapat
berupa barang bergerak ataupun tidak bergerak dan memiliki umur maksimum
sama dengan masakegunaan ekonomis barang tersebut.
2) Lessee berkewajiban membayar kepada lessor secara berkalasesuai dengan
jumlah dan jangka waktu yang disetujui. Jumlahyang dibayar tersebut merupakan
angsuran atau lease paymentyang terdiri atas biaya perolehan barang ditambah dengan
semuabiaya lainnya yang dikeluarkan lessor dan tingkat keuntunganatau spread
yang diinginkan lessor.
3) Lessor dalam jangka waktu perjanjian yang disetujui tidak dapatsecara sepihak
mengakhiri masa kontrak atau pemakaian barangtersebut. Risiko ekonomis termasuk
biaya pemeliharaan danbiaya lainnya yang berhubungan dengan barang yang
di-leasetersebut ditanggung oleh lessee.
4) Lessee pada akhir periode kontrak memiliki hak opsi untukmembeli barang
tersebut sesuai dengan nilai sisa atau residualvalue yang disepakati, atau
mengembalikan pada lessor, ataumemperpanjang masa lease sesuai dengan
syarat-syarat yangdisetujui bersama. Pembayaran berkala pada masa
perpanjannganlease tersebut biasanya jauh lebih rendah daripada
angsuransebelumnya.
2. Operating Lease.
Dalam leasing bentuk ini, lessor sengaja membeli barang modaldan selanjutnya di-lease-
kan. Berbeda dengan finance lease, dalamoperating lease jumlah seluruh pembayaran
berkala tidak mencakupjumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang
modaltersebut berikut dengan bunganya. Operating lease atau kadang-kadang
juga disebut dengan sewa guna usaha biasa adalah suatuperjanjian kontrak
antara lessor dengan lessee di mana:
1) Lessor sebagai pemilik objek leasing kemudian menyerahkankepada pihak
lessee untuk digunakan dengan jangka waktu relatiflebih pendek daripada umur
ekonomis barang modal tersebut.
2) Lessee atas penggunaan barang modal tersebut, membayarsejumlah sewa
secara berkala kepada lessor yang jumlahnya tidakmeliputi jumlah keseluruhan biaya
perolehan barang tersebutbeserta bunganya atau disebut juga non full pay out leassee
3) Lessor menanggung segala risiko ekonomis dan pemeliharaan atasbarangbarang
tersebut.
4) Lessee pada akhir kontrak harus mengembalikan objek lease padalessor.5) Lessee
biasanya dapat membatalkan perjanjian kontrak leasing sewaktu waktu atau
disebut cancelable.

Operating lease dalam pelaksanaannya membutuhkan suatukeahlian khusus terutama


untuk pemeliharaannya dan pemasarankembali barang modal yang dilease-kan
tersebut. Oleh karena ituberbeda dengan finance lease objek leasing di akhir masa
kontrakmerupakan hak milik lessor untuk kemudian dilakukan pemasarankembali
barang modal tersebut. Lessor dalam operating leasebertanggung jawab atas segala
biaya pelaksanaan lease antara lainmisalnya, biaya asuransi, pembayaran pajak dan
pemeliharaan barangmodal. Perbedaan lain dengan finance lease adalah angsuran operatinglease
tidak menggambarkan keseluruhan biaya perolehan barang. Hal ini disebabkan lessor
mengharapkan keuntungan dari kontrak leasing berikutnya.

3. Sale and Lease Back


Sale and Lease Back Transaksi leasing dalam bentuk saleand lease back ini pada
prisipnya adalah pihak lessee sengaja menjualbarang modalnya kepada lessor untuk
kemudian dilakukan kontraksewa guna usaha atas barang tersebut. Lessee dalam hal ini
berperansebagai pihak yang menjual barang untuk digunakan selama masalease yang
disetujui kedua pihak. Metode leasing ini dimaksudkanuntuk memperoleh tambahan
dana untuk modal kerja. Jadi transaksileasing di sini bersifat refinancing.

banyak dilakukan di Indonesia akibat adanya masalah impor barangmodal, perizinan serta
pengoperasian, maupun pembiayaan kembaliterhadap pinjaman yang telah diperoleh
lessee untuk memperolehbarang modal ini terutama dalam hal pengenaan bea masuk atau
pajakdalam rangka pengadaan suatu barang modal, umunya pihak lesseeakan membeli lebih
dahulu atas nama sendiri barang impor atau eks-impor, termasuk membayar bea masuk
dan bea impor lainnya.Selanjutnya barang tersebut dijual kepada lessor untuk
selanjutnyadiserahkan kembali kepada lessee untuk digunakan sesuai denganjangka
waktu yang disetujui dalam kontrak leasing.

4. Cross Border Lease


Cross border lease adalah transaksi leasing yang dilakukan di luarbatas suatu negara, di
mana lessor berkedudukan di negara berbedadengan negara lessee. Jenis transaksi
leasing ini kadang-kadangdisebut pula sebagai leasing lintas negara atau
transaksi leasinginternasional karena yang dilakukan melibatkan dua negara
yangberbeda. Metode pembiayaan ini merupakan hal yang kompleks danbersifat khusus.
Transaksi leasing ini mengandung banyak risiko bagilessor karena bagaimanapun
juga akan melibatkan mekanismehukum, perpajakan dan masalah-masalah lainnya
dari masing-masingnegara yang bersangkutan. Untuk mengatasi kendala-kendala
tersebutbiasanya transaksi leasing antara negara dilakukan oleh afiliasinyaatau
subsidiary perusahaan leasing yang bersangkutan. Transaksileasing biasanya
dilakukan dengan cara perjanjian penjualanbersyarat yaitu pihak lessee
diwajibkan membeli barang yang di-lease-nya pada akhir kontrak. Cara ini pada
dasarnya hanya untukmelindungi lessor dari kompleksitas peraturan dan
ketentuan-ketentuan negara asing

G.Kepemilikan Leasing

1) Kepemilikan saham adalah max 85% dari modal disetor.


2) Pemegang saham yang berbentuk badan hukum adalah max 50 % dari modal sendiri.
3) Pemegang sahamnya berbentuk badan hukum koperasi, modal sendiri yang terdiri dari
penjumlahan dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan, dan hibah.
4) Pemegang sahamnya berbentuk badan hukum yayasan, modal sendiri yang terdiri dari
aktiva bersih terikat secara permanen, aktiva bersih terikat secara temporer, dan aktiva
bersih tidak terikat

I.Kelebihan Leasing sebagai sumber pembiayaan.

1) Pembiayaan PenuhTransaksi leasing sering dilakukan tanpa perlu uang muka


danpembiayaannya dapat diberikan sampai dengan 100% (full pay out),hal ini akan
membantu cash flow terutama bagi perusahaan (lessee)yang baru berdiri atau
beroperasi dan perusahaan yang sedangberkembang.
2) Lebih FleksibelDipandang dari segi perjanjiannya, leasing lebih luwes karenaleasing
lebih mudah menyesuaikan keadaan keuangan lesseedibandingkan dengan
perbankan. Pembayaran sewa guna usaha(payment lease) secara berkala akan
ditetapkan berdasarkanpendapatan yang dihasilkan lessee sehingga pengaturan
pembayaransewa guna usaha secara berkala dapat disesuaikan dengan pendapatanyang
dihasilkan aktiva yang akan dilease.
3) Sumber Pembiayaan AlternatifLeasing merupakan sumber pembiayaan lain bagi
perusahaan tanpamenggangu jalur kredit yang telah dimiliki. Dari segi jaminan
leasingtidak terlalu menuntut adanya jaminan tambahan yang lebih
banyakdibandingkan apabila lessee memperoleh pinjaman dari pihak lainnya.
4) Off balance sheetTidak adanya ketentuan keharusan mencantumkan transaksi
leasingdalam neraca memberi daya tarik tersendiri kepada lessee karena
tanpamencantumkan sebagai aktiva berarti prosedur pembelian aktiva tidakperlu dipenuhi
secara terperinci.
5) Arus danaPesyaratan pembayaran dimuka yang relatif lebih kecil akan
sangatberpengaruh pada arus dana.
6) Proteksi inflasi Leasing merupakan pelindung terhadap inflasi meskipun
dalambeberapa keadaan sering dikatakan kurang relevan.
7) Perlindungan akibat kemajuan teknologiDengan memanfaatkan leasing, lessee dapat
terhindar dari kerugianakibat barang yang disewa tersebut mengalami ketinggalan model
atausistem disebabkan oleh pesatnya perkembangan teknologi.
8) Sumber pelunasan kewajibanPembatasan pembelanjaan dalam perjanjian kredit dapat
diatasimelalui leasing karena pada umumnya pelunasan atau pembayaransewa
hampir selalu diperkirakan berasal dari modal kerja yangdihasilkan oleh adanya
aktiva yang di leasekan.
9) Kapitalisasi biayaAdanya biaya tambahan selain harga perolehan seperti
biayapenyerahan, instalasi, pemeriksaan dan lain sebagainya
dapatdipertimbangkan sebagai biaya modal yang dapat dibiayai dalamleasing
dan dapat disusutkan berdasarkan lamanya masa leasing.
10) Resiko keusanganDalam keadaan yang serba tidak menentu, leasing yang
berjangkawaktu relatif singkat dapat mengatasi kekhawatiran lessee
terhadapresiko keusangan sehingga lessee tidak perlu mempertimbangkan resikopada
tahap dini yang mungkin terjadi.
11) Kemudahan penyusutan anggaranAdanya pembayaran sewa guna usaha secara
berkala yangjumlahnya relatif tetap akan merupakan kemudahan dalam
penyusunananggaran tahunan lessee.

J.Kelemahan Menggunakan Leasing

a) Hak kepemilikan barang hanya akan berpindah apabila kewajiba leasetelah


diselesaikan dan hak opsi digunakan.
b) Seandainya terjadi pembatalan suatu perjanjian sewa guna usaha, makakemungkinan
biaya yang ditimbulkan cukup besar.
c) Barang modal yang diperoleh oleh lease tidak dapat dijadikan jaminanuntuk memperoleh
kredit.
d) Resiko yang melekat pada peralatan atau barang modal itu
sendiri.Kemungkinan adanya kenakalan penyewa guna usaha untuk melakukanjual atau
sewa kepada pihak sewa guna usaha yang lain.
e) Fluktuasi bunga. Adanya fluktuasi bunga menimbulkan resiko bungabagi
perusahaan sewa guna usaha, karena antara investasi dalam barangyang disewa guna
usaha dengan sumber dana pembelanjaan tidak sesuai.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

https://accounting.binus.ac.id/2020/09/23/kewajiban-melakukan-pembukuan-dalam-pajak/

https://www.online-pajak.com/seputar-pph21/contoh-jurnal-pph-21#:~:text=Jurnal%20PPh
%2021%20adalah%20pencatatan,pribadi%20subjek%20pajak%20dalam%20negeri.

https://indotbi.blogspot.com/2017/10/makalah-akuntansi-pajak-persediaan.html

Anda mungkin juga menyukai