Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TEORI AKUNTANSI
“CASE SEWA GUNA USAHA (LEASING)”

Makalah ini Sebagai Tugas Kelompok Mata Kuliah Teori Akuntansi


Dosen Pembimbing: Dr. Mulyadi

Disusun oleh:

1. Noviana Echa Saputri 201710315165


2. Syifa’Urrahmah 201710315089

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah Manajemen
Sekuriti yang berjudul “Case Sewa Guna Usaha (Leasing)” untuk memenuhi
tugas mata kuliah Teori Akuntansi dengan tepat waktu.
Harapan kami selaku penulis, semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat dan penambah wawasan serta memperkuat pemahaman bagi penulis
sendiri dan para pembaca mengenai materi Teori Akuntansi.
Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Mata
Kuliah Teori Akuntansi yaitu, Bapak Dr. Mulyadi yang telah memberikan
kesempatan dan kepercayaan kepada kami untuk memenuhi serta menyelesaikan
tugas makalah ini.
Melalui kata pengantar ini penulis meminta maaf apabila dalam
pembuatan makalah ini masih terdapat kesalahan atau kekurangan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diperlukan demi
penyempurnaan makalah di waktu yang akan datang.

Bekasi, 19 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2

1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

2.1 Definisi Sewa Guna Usaha ....................................................................... 3

2.2 Manfaat Sewa ........................................................................................... 3

2.3 Klasifikasi Sewa ....................................................................................... 4

2.4 Contoh Case Leasing (Lessee) ................................................................. 6

2.4.1 Metode Sewa Modal (Capital Lease / Finance Lease) ..................... 6

2.4.2 Metode Sewa Operasi (Operating lease) ........................................ 10

2.5 Contoh Case Lesasing (Lessor) .............................................................. 10

2.5.1 Metode Pembiayaan Langsung ....................................................... 10

2.5.2 Metode Sewa Operasi (Operating Lease) ....................................... 15

BAB III KESIMPULAN ..................................................................................... 16

3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aset tetap adalah aset yang jangka waktu pemakaiannya lama digunakan
dalam kegiatan perusahaan, dimiliki tetapi tidak untuk dijual lagi dalam kegiatan
operaional perusahaan, serta nilainya cukup besar. Aset tetap tersebut dapat
berupa tanah, bangunan, perlengkapan, dan lain sebaginya. Dalam rangka
pengembangan perusahaan, biasanya perusahaan akan selalu berusaha untuk
mengganti aset yang lama dengan aset yang baru. Penggantian atas aset yang lama
ini mungkin disebabkan karena aset tersebut telah habis masa umur ekonomisnya
atau karena rusak dan tidak dapat lagi digunakan dalam kegiatan operasional
perusahaan. Sedangkan disisi lain, kegiatan operasional perusahaan menuntut
adanya pengadaan aset tetap yang baru terutama tanah, gedung dan peralatan.

Pengadaan aset tetap ini dapat dipenuhi oleh perusahaan dalam bentuk sewa
guna usaha atau leasing. Penggunaan sewa guna usaha sebagai sarana
mengalihkan hak untuk menggunakan suatu harta kepada pihak lain telah
mengalami pertumbuhan yang pesat, hal ini disebabkan semakin menyebarnya
jenis aset yang dapat disewa guna mulai dari kendaraan, mesin-mesin, alat-alat
berat sampai aset dengan tehnologi canggih. Hadirnya perusahaan sewa guna
usaha ini semakin mempopulerkan dan menambah kiprah kegiatan bisnis sewa
guna usaha sebagai sumber pembiayaan lain disamping cara-cara pembiayaan
konvensional yang lazim dilakukan melalui perbankan.

Melihat semakin berkembangnya kegiatan sewa guna usaha, maka dirasakan


adanya kebutuhan untuk menyediakan suatu standar akuntansi keuangan yang
dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mencatat dan melaporkan transaksi sewa
guna usaha dalam laporan keuangan, sehingga akan dihasilkan suatu laporan
keuangan yang wajar dan informasi yang berguna bagi para pemakai laporan
keuangan. Oleh karena itu, pencatatan dan pelaporan transaksi sewa guna usaha
yang sesuai dengan ruang lingkup dan karakteristiknya dalam laporan keuangan

1
perusahaan harus mengacu pada pedoman standar akuntansi keuangan yang
berlaku yaitu, PSAK No.30

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian sewa guna usaha?
2. Apa manfaat sewa guna usaha?
3. Bagaimana klasifikasi sewa?
4. Bagaimana contoh case leasing dari pihak lessee?
5. Bagaimana contoh case leasing dari pihak lessor?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari sewa guna usaha atau leasing
2. Untuk mengetahui manfaat dari sewa guna usaha
3. Untuk mengetahui pembagian atau klasifikasi sewa guna usaha
4. Untuk mengetahui contoh case leasing dari pihak lessee beserta
penyelesaiannya
5. Untuk mengetahui contoh case leasing dari pihak lessor beserta
penyelesaiannya

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sewa Guna Usaha


Menurut SAK 30, sewa adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan
hak kepada lessee untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu yang
disepakati. Sebagai imbalannya, lessee melakukan pembayaran atau serangkaian
pembayaran kepada lessor. Lessor adalah pemilik aset yang memberikan hak
penggunaan kepada pihak lessee. Lessee adalah pihak yang diberi hak untuk
menggunakan aset dalam periode yang disepakati.

Sewa Guna Usaha (Leasing) didefinisikan sebagai kegiatan pembiayaan


dalam bentuk penyediaan barang modal, baik secara sewa guna usaha dengan hak
opsi (Finance Lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (Operating Lease),
untuk digunakan oleh Penyewa Guna Usaha (Lessee) selama jangka waktu
tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.

Pengadaan barang modal melalui leasing juga dapat dilakukan dengan cara
pembelian barang Penyewa Guna Usaha (Lessee) oleh Perusahaan Pembiayaan
(Lessor) yang kemudian disewagunausahakan kembali oleh Penyewa Guna
Usaha. Pengadaan dengan cara ini disebut Sales and Lease Back.

Sepanjang perjanjian Sewa Guna Usaha masih berlaku, hak milik atas
barang modal obyek transaksi berada pada Perusahaan Pembiayaan.

2.2 Manfaat Sewa


Transaksi sewa merupakan sarana untuk memperoleh aset, atau hak
penggunaan aset selain pembelian. Berikut ini beberapa manfaat dari sewa
dibanding pembelian (aset tetap) :

▪ Dilihat dari sisi lessee


o Pembiayaan 100% dengan suku bunga tetap
o Proteksi terhadap keusangan

3
o Fleksibilitas
o Pembiayaan yang lebih murah
o Pembiayaan di luar neraca.
▪ Dilihat dari sisi lessor
o Pendapatan bunga
o Insentif pajak
o Nilai residu yang tinggi

2.3 Klasifikasi Sewa


Kegiatan sewa guna usaha dikategorikan ke dalam klasifikasi dari segi
lessee dan lessor.

▪ Klasifikasi sewa guna usaha dari segi lessee terdiri dari:


o Sewa Modal (Capital Lease / Finance Lease)
o Sewa Operasi (Operating Lease)

Bagi lessee kedua metode yaitu capital lease dan operating lease
mempunyai akibat yang berbeda terhadap penyajian neraca dan laporan
laba rugi. Metode capital lease akan menghasilkan jumlah laba yang
lebih rendah dibandingkan dengan metode operating lease, hal ini
disebabkan metode capital lease mencatat beban yang lebih besar yang
ditimbulkan dari beban bunga dan penyusutan atau amortisasi aset yang
disewa guna usaha. Sedangkan dalam metode operating lease hanya
mencatat beban sewa guna usaha yang jumlahnya merata sepanjang
periode sewa. Perlakuan akuntansi untuk transaksi sewa guna usaha
perlu diterapkan secara konsisten sesuai dengan PSAK No.30 dalam
rangka penyusunan laporan keuangan perusahaan.

▪ Klasifikasi sewa guna usaha dari segi lessor terdiri dari:


o Sales Type Lease
Sales type leases merupakan finacial lease, tetapi dalam hal
ini leased property pada saat permulaan lease mempunyai nilai
yang berbeda dengan cost yang ditanggung lessor. Lessor dalam

4
hal ini bisa mempakan suatu fabrikan atau dealer yang memakai
metode leasing sebagsai salah satu jalur pemasarannya.

o Direct Financing Lease


Direct Financing leases adalah salah satu bentuk financial
leasing yang dibiayai langsung oleh lessor. Ditinjau mengenai
tarifnya, tiap pembayaran leasse terdiri dari bagian pengembalian
investasi lessor dalam lease terdiri dari bagian pengambilan
investasi lessor dalam leased property tersebut ditambah dengan
komponen income (keuntungan) yang diharapkan. Metode ini
sering disebut full payout leasing, yaitu menunjukkan bahwa lessor
membiayai sepenuhnya (100%) dari lease peroperty yang
bersangkutan.
o Leverage Lease
Leverage leases adalah financial lease dalam bentuk yang
lebih kompleks sebab melibatkan sekurangnya tiga pihak yng
berdiri sendiri. Jadi disamping lessor dan lessee ada pula credit
proveder atau debt perticipatnt yang membiayai sebagaian besar
leased property. Biasanya metode ini dipergunakan untuk
pembelian / pembiayaan barang modal yang nilainya sangat besar,
sehingga tidak mungkin dipikul sendiri oleh lessor.
o Operating Lease
Operating lease adalah suatu kontrak dimana barang leasenya tidak
diamortisir sampai habis selama primary leade period dan lessor
tidak mengharapkan profit semata-mata dari rental lease tersebut
tetapi mengharapkan adanya recovery dari hasil penjualan barang
atau dengan menyewakan kembali barang itu kepada pihak
berikutnya.

5
2.4 Contoh Case Leasing (Lessee)

2.4.1 Metode Sewa Modal (Capital Lease / Finance Lease)

Lessor Company dan Lesse Company menandatangani perjanjian lease


tertanggal 1 Januari 2002 dimana Lessor Company meleasekan peralatan kepada
Lessee Company mulai tanggal 1 Januari 2002. Jangka waktu dan provisi dari
perjanjian lease tersebut dan data terkait lainnya adalah:

1. Jangka waktu lease adalah 5 tahun, dan perjanjian lease tidak dapat
dibatalkan, yang mengharuskan pembayaran sewa yang sama sebesar
Rp.25.981,62 pada awal setiap tahun (dasar anuitas jatuh tempo).
2. Peralatan tersebut memiliki nilai wajar pada awal lease sebesar
Rp.100.000 dengan estimasi umur ekonomis 5 tahun tanpa nilai residu.
3. Lessee Company membayar seluruh biaya executory secara langsung
kepada pihak ketiga kecuali untuk pajak properti sebesar Rp.2.000 per
tahun, yang dimasukkan dalam pembayaran tahunan kepada lessor.
4. Lease ini tidak mencakup opsi pembaharuan, dan peralatan kembali
menjadi milik lessor Company pada akhir masa lease.
5. Suku bunga pinjaman incremental Lesse Company adalah 11% per tahun.
6. Lessee Company menyusutkan peralatan atas dasar garis lurus
7. Lessor Company menetapkan sewa tahunan untuk memperoleh tingkat
pengembalian atas investasi sebesar 10% per tahun; hal ini diberitahu
kepada Lessee Company.

Lease ini memenuhi kriteria untuk diklasifikasikan sebagai lease modal, dengan
alasan sebagai berikut:

- Jangka waktu lease selama 5 tahun yang sama dengan estimasi umur
ekonomis peralatan selama 5 tahun, memenuhi pengujian 75%,
- Nilai sekarang dari pembayaran lease minimum (Rp.100.000 sesuai
perhitungan dibawah) melebihi 90% dari nilai wajar properti
(Rp.100.000)

6
Pembayaran lease minimum adalah Rp.119.908,1 (Rp.23.981,62 x 5), dan jumlah
yang dikapitalisasi sebagai aktiva yang dilease dihitung sebagai nilai sekarang
dari pembayaran lease minimum (tidak termasuk biaya executory – pajak properti
sebesar Rp.2.000) sebagai berikut:

Jumlah yang dikapitalisasi = (Rp.25.981,62 – Rp.2.000) x nilai sekarang anuitas


Jatuh tempo sebesar 1
Selama 5 periode pada
10%
= Rp.23.981,62 x 4,1698
= Rp.100.000

Suku bunga implisit lessor sebesar 10% yang digunakan, bukan suku bunga
pinjaman incremental lessee sebesar 11% karena: (1) nilainya lebih rendah dan (2)
lessee mengetahui suku bunga ini.

Jurnal yang harus dibuat Lessee untuk mencatat transaksi diatas adalah sebagai
berikut:

Pada tanggal 1 Januari 2002 mencatat transaksi leasing sebagai aktiva tetap dan
kewajiban sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran lease.

Peralatan – lease modal Rp.100.000

Hutang – lease modal Rp.100.000

Setiap pembayaran lease sebesar Rp.25.981,62 terdiri dari tiga unsur. (1)
pengurangan kewajiban lease, (2) biaya pendanaan (biaya bunga) dan (3) biaya
executory (pajak properti). Total biaya pendanaan (biaya bunga) selama jangka
waktu lease adalah Rp.19.908,10 yaitu merupakan selisih antara nilai sekarang
pembayaran lease (Rp.100.000) dan kas aktual yang dikeluarkan, dikurangi biaya
executory (Rp.119.908,10). Oleh karena itu, biaya bunga tahunan, dengan
menggunakan metode bunga efektif disajikan sebagai berikut:

7
LESSEE COMPANY
Skedul Amortisasi Lease
(Dasar anuitas jatuh tempo)

Bunga (10%) atas


Pembayaran Biaya Pengurangan
kewajiban yang Kewajiban
Tanggal Lease Tahunan Eksekutori kewajiban lease
belum dibayar lease (e)
(a) (b) (d)
(c)
1/1/02 Rp. 100.000,00
1/1/02 25.981,62 2.000 0 23.981,62 76.018,38
1/1/03 25.981,62 2.000 7.601,84 16.379,78 59.638,60
1/1/04 25.981,62 2.000 5.963,86 18.017,76 41.620,84
1/1/05 25.981,62 2.000 4.162,08 19.819,54 21.801,30
1/1/06 25.981,62 2.000 2.180,32* 21.801,30 0
Total Rp. 129.908,10 Rp. 10.000,- Rp. 19.908,10 Rp. 100.000,- -

* Dibulatkan

Pada tanggal 1 Januari 2002, jurnal untuk mencatat pembayaran lease tahun
pertama adalah sebagai berikut:

Hutang – lease modal Rp.23.981,62


Biaya pajak properti Rp. 2.000

Kas Rp.25.981,62

Pada tanggal 31 Desember 2002, penyusutan/depresiasi atas peralatan yang


dilease selama 5 tahun jangka waktu lease (menggunakan metode garis lurus)
dicatat dengan ayat jurnal sebagai berikut:

Biaya Depresiasi peralatan – lease modal Rp.20.000

Akumulasi Depresiasi Rp.20.000

(Rp.100.000 ÷ 5 tahun)

8
Ayat jurnal berikut mencatat pembayaran lease tahun kedua dan
Penyusutan/depresiasi:

1 Januari 2003

Hutang – lease modal Rp.16.379,78

Biaya Pajak Properti Rp. 2.000

Biaya bunga Rp. 7.601,84

Kas Rp.25.981,62

31 Desember 2003
Biaya Depresiasi peralatan – lease modal Rp.20.000

Akumulasi Depresiasi Rp.20.000

Ayat jurnal hingga tahun 2006 akan mengikuti pola diatas. Biaya executory yang
dikeluarkan oleh Lessee Company akan dicatat dengan pola yang sama seperti
digunakan untuk mencatat setiap biaya operasi lainnya yang terjadi atas aktiva
yang dimiliki oleh Lessee Company.
Pada saat berakhirnya masa lease, jumlah yang dikapitalisasi sebagai peralatan
yang dilease telah seluruhnya diamortisasi dan kewajiban lease telah seluruhnya
dilunasi. Jika tidak dibeli, peralatan tersebut akan dikembalikan ke lessor, serta
peralatan yang dilease dan akun akumulasi penyusutan terkait akan dihapus dari
pembukuan.
Jika peralatan dibeli pada akhir masa lease dengan harga Rp.5.000 dan estimasi
umur peralatan diubah dari 5 menjadi 7 tahun, maka ayat jurnal yang harus dibuat:

Peralatan (Rp.100.000 + Rp.5.000) Rp.105.000

Akumulasi depresiasi peralatan – lease modal Rp.100.000

Peralatan – lease modal Rp.100.000

Akumulasi depresiasi – peralatan Rp.100.000

Kas Rp. 5.000

9
2.4.2 Metode Sewa Operasi (Operating lease)
Sebagai contoh, misalkan bahwa lease modal yang dicontohkan sebelumnya
tidak memenuhi kriteria sebagai lease modal dan diperlakukan sebagai lease
operasi. Beban tahun pertama ke operasi adalah Rp.25.981,62 yaitu jumlah
pembayaran sewa.

Ayat jurnal untuk mencatat pembayaran ini pada tanggal 1 Januari 2002 adalah:

Beban sewa Rp.25.981,62

Kas Rp.25.981,62

Aktiva yang disewa maupun setiap kewajiban jangka panjang untuk pembayaran
sewa di masa depan tidak dilaporkan dalam neraca. Beban sewa akan dilaporkan
pada laporan laba rugi.

2.5 Contoh Case Lesasing (Lessor)

2.5.1 Metode Pembiayaan Langsung


Dengan menggunakan contoh soal sebelumnya, berikut ini adalah informasi
yang relevan bagi Lessor Company dalam akuntansi untuk transaksi lease:

1. Jangka waktu lease 5 tahun yang dimulai tanggal 1 januari 2002,tidak


dapat dibatalkan, dan membutuhkan pembayaran sewa yang sama sebesar
Rp.25.981,62 pada awal setiap tahun, pembayaran termasuk biaya
executory Rp. 2.000 (pajak properti)
2. Peralatan memiliki nilai buku Rp.100.000 bagi Lessor Company, nilai
wajar awal lease sebesar Rp.100.000, estimasi umur ekonomis 5 tahun,
dan tidak ada nilai residu
3. Tidak ada biaya langsung awal yang dikeluarkan untuk negoisasidan
menutup transaksi lease
4. Lease tidak memiliki opsi untuk memperbaharui kontrak danperalatan
dikembalikan kepada Lessor Company pada akhir masa lease
5. tagihan dapat dijamin dan tidak ada biaya tambahan (dengan pengecualian
pajak properti yang ditagih dari lessee) yang harus dikeluarkan oleh lessor

10
6. Lessor Company menentukan pembayaran lease tahunan untuk menjamin
tingkatpengembalian 10% (suku bunga implisit).

Dari informasi diatas, perhitungan penentuan sewa oleh lessor adalah:

Nilai pasar wajar peralatan yang dilease Rp.100.000


Dikurangi: Nilai sekarang dari nilai residu 0
Jumlah yang akan dipulihkan oleh lessor melalui pembayaran lease Rp.100.000
Lima pembayaran lease awal tahun untuk menghasilkan
Pengembalian 10% (Rp.100.000 ÷ 4,16986a) Rp.23.981,62
a
) PV dari anuitas jatuh tempo sebesar 1 selama 5 tahun pada 10%

Lease tersebut memenuhi kriteria klasifikasi sebagai lease pembiayaan langsung,


karena:

- Jangka waktu lease melebihi 75% estimasi umur ekonomis peralatan


- Nilai sekarang dari pembayaran lease minimum melebihi 90% nilai wajar
peralatan
- Tagihan pembayaran dipastikan secara layak
- Tidak ada biaya tambahan yang harus dikeluarkan oleh lessor Company

Lease ini tidak termasuk lease jenis penjualan karena tidak ada selisih antara nilai
wajar peralatan (Rp.100.000) dengan biaya yang dikeluarkan oleh lessor
(Rp.100.000)

Piutang pembayaran lease (investasi kotor) dihitung sbg berikut:

Piutang pembayaran lease = (pembayaran lease minimum - biaya executory yang


dibayar oleh lessor) + nilai residu yang tidak dijamin
= [(Rp.25.981,62 – Rp.2.000) x 5] + Rp.0
= Rp.119.908,10

11
Pendapatan bunga diterima dimuka dihitung sebagai berikut:

Pendapatan bunga diterima dimuka = Piutang pembayaran lease - nilai pasar


wajar aktiva
= Rp.119.908,10 – Rp.100.000
= Rp.19.908,10

Investasi bersih dihitung sebagai berikut:

Investasi bersih = Investasi kotor - pendapatan bunga diterima dimuka

= Rp.119.908,10 – Rp.19.908,10

= Rp.100.000

Lease aktiva, piutang, dan pendapatan bunga diterima dimuka dicatat per 1
Januari 2002 (awal lease) sebagai berikut:

Piutang pembayaran lease Rp.119.908,10

Peralatan Rp.100.000

Pendapatan diterima dimuka – lease Rp. 19.908,10

Seperti halnya perlakuan lessee terhadap bunga, lessor juga menerapkan metode
bunga efektif dan mengakui pendapatan bunga atas saldo investasi bersih.
Ditunjukkan dalam tabel berikut:

12
LESSEE COMPANY
Skedul Amortisasi Lease
(Dasar anuitas jatuh tempo)

Bunga (10%) atas


Pembayaran Biaya Pengurangan
kewajiban yang Kewajiban
Tanggal Lease Tahunan Eksekutori kewajiban lease
belum dibayar lease (e)
(a) (b) (d)
(c)
1/1/02 Rp. 100.000,00
1/1/02 25.981,62 2.000 0 23.981,62 76.018,38
1/1/03 25.981,62 2.000 7.601,84 16.379,78 59.638,60
1/1/04 25.981,62 2.000 5.963,86 18.017,76 41.620,84
1/1/05 25.981,62 2.000 4.162,08 19.819,54 21.801,30
1/1/06 25.981,62 2.000 2.180,32* 21.801,30 0
Total Rp. 129.908,10 Rp. 10.000,- Rp. 19.908,10 Rp. 100.000,- -

* Dibulatkan

Pada tanggal 1 Januari 2002, jurnal untuk mencatat penerimaan pembayaran lease
tahun pertama adalah sebagai berikut:

Kas Rp.25.981,62

Piutang Pembayaran Lease Rp.23.981,62

Hutang Pajak Properti Rp. 2.000

Pada tanggal 31 Desember 2002, pendapatan bunga yang diperoleh selama tahun I
diakui dengan ayat jurnal berikut:

Pendapatan Bunga Diterima di Muka – Lease Rp.7.601,84

Pendapatan Bunga – Lease Rp.7.601,84

13
Ayat jurnal berikut mencatat penerimaan pembayaran lease tahun II dan
pengakuan pendapatan bunga:

1 Januari 2003

Kas Rp.25.981,62

Piutang Pembayaran Lease Rp.23.981,62

Hutang Pajak Propert Rp. 2.000

31 Desember 2003

Pendapatan Bunga Diterima di Muka – Lease Rp.5.963,86

Pendapatan Bunga – Lease Rp.5.963,86

Ayat jurnal yang dibuat sampai tahun 2006 akan mengikuti pola yang sama
kecuali tidak ada ayat jurnal yang dicatat untuk pendapatan bunga pada tahun
2006 (tahun terakhir). Karena piutang akan ditagih seluruhnya pada 1 Januari
2006, maka tidak ada saldo (investasi) yang beredar pada tahun 2006 dimana
Lessor Company akan menanggung setiap bunga. Pada saat lease berakhir,
piutang kotor dan pendapatan diterima di muka akan dihapus seluruhnya. Lessor
Company tidak mencatat penyusutan.

Jika pada saat lease berakhir, peralatan dijual kepada Lessee Company seharga
Rp.5.000, maka Lessor Company akan mengakui disposisi peralatan sebagai
berikut:

Kas Rp.5.000

Keuntungan penjualan peralatan yang dilease Rp.5.000

14
2.5.2 Metode Sewa Operasi (Operating Lease)
Menurut metode operasi, setiap penerimaan sewa oleh lessor dicatat sebagai
pendapatan sewa. Aktiva yang di lease disusutkan dalam cara yang biasa, dimana
biaya depresiasi periode berjalan ditandingkan dengan pendapatan sewa.

Ayat jurnal untuk mencatat penerimaan sewa adalah sebagai berikut:

Kas Rp.25.981,62

Pendapatan Sewa Rp.25.981,62

Ayat jurnal untuk mencatat depresiasi (penyusutan) dengan asumsi metode garis
lurus digunakan, biaya perolehan Rp.100.000 dan umur manfaat 5 tahun:

Biaya Depresiasi – Peralatan yang Dilease Rp.20.000

Akumulasi Depresiasi Rp.20.000

Jika Pajak Properti, asuransi, pemeliharaan, dan biaya operasi lainnya selama
setahun adalah kewajiban lessor, maka biaya-biaya ini dicatat sebagai biaya yang
dapat dibebankan ke pendapatan sewa kotor.

15
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Sewa Guna Usaha (Leasing) didefinisikan sebagai kegiatan pembiayaan
dalam bentuk penyediaan barang modal, baik secara sewa guna usaha dengan hak
opsi (Finance Lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (Operating Lease),
untuk digunakan oleh Penyewa Guna Usaha (Lessee) selama jangka waktu
tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.

Kegiatan sewa guna usaha dikategorikan ke dalam klasifikasi dari segi


lessee dan lessor. Klasifikasi sewa guna usaha dari segi lessee terdiri dari Capital
Lease (Finance Lease) dan Operating Lease. Sedangkan klasifikasi sewa guna
usaha dari segi lessor terdiri dari Sales Type Lease, Direct Financing Lease,
Leverage Lease dan Operating Lease.

16
DAFTAR PUSTAKA

Hery. 2017. Teori Akuntansi Pendekatan Konsep dan Analisis. Jakarta: Grasindo.

Kieso, D. E., Weygandt, J. J., & Warfield, T. D. 2016. Intermediate Accounting


16 Editio. United States of America: Wiley.

17

Anda mungkin juga menyukai