TEORI AKUNTANSI
“CASE SEWA GUNA USAHA (LEASING)”
Disusun oleh:
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah Manajemen
Sekuriti yang berjudul “Case Sewa Guna Usaha (Leasing)” untuk memenuhi
tugas mata kuliah Teori Akuntansi dengan tepat waktu.
Harapan kami selaku penulis, semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat dan penambah wawasan serta memperkuat pemahaman bagi penulis
sendiri dan para pembaca mengenai materi Teori Akuntansi.
Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Mata
Kuliah Teori Akuntansi yaitu, Bapak Dr. Mulyadi yang telah memberikan
kesempatan dan kepercayaan kepada kami untuk memenuhi serta menyelesaikan
tugas makalah ini.
Melalui kata pengantar ini penulis meminta maaf apabila dalam
pembuatan makalah ini masih terdapat kesalahan atau kekurangan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diperlukan demi
penyempurnaan makalah di waktu yang akan datang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pengadaan aset tetap ini dapat dipenuhi oleh perusahaan dalam bentuk sewa
guna usaha atau leasing. Penggunaan sewa guna usaha sebagai sarana
mengalihkan hak untuk menggunakan suatu harta kepada pihak lain telah
mengalami pertumbuhan yang pesat, hal ini disebabkan semakin menyebarnya
jenis aset yang dapat disewa guna mulai dari kendaraan, mesin-mesin, alat-alat
berat sampai aset dengan tehnologi canggih. Hadirnya perusahaan sewa guna
usaha ini semakin mempopulerkan dan menambah kiprah kegiatan bisnis sewa
guna usaha sebagai sumber pembiayaan lain disamping cara-cara pembiayaan
konvensional yang lazim dilakukan melalui perbankan.
1
perusahaan harus mengacu pada pedoman standar akuntansi keuangan yang
berlaku yaitu, PSAK No.30
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari sewa guna usaha atau leasing
2. Untuk mengetahui manfaat dari sewa guna usaha
3. Untuk mengetahui pembagian atau klasifikasi sewa guna usaha
4. Untuk mengetahui contoh case leasing dari pihak lessee beserta
penyelesaiannya
5. Untuk mengetahui contoh case leasing dari pihak lessor beserta
penyelesaiannya
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pengadaan barang modal melalui leasing juga dapat dilakukan dengan cara
pembelian barang Penyewa Guna Usaha (Lessee) oleh Perusahaan Pembiayaan
(Lessor) yang kemudian disewagunausahakan kembali oleh Penyewa Guna
Usaha. Pengadaan dengan cara ini disebut Sales and Lease Back.
Sepanjang perjanjian Sewa Guna Usaha masih berlaku, hak milik atas
barang modal obyek transaksi berada pada Perusahaan Pembiayaan.
3
o Fleksibilitas
o Pembiayaan yang lebih murah
o Pembiayaan di luar neraca.
▪ Dilihat dari sisi lessor
o Pendapatan bunga
o Insentif pajak
o Nilai residu yang tinggi
Bagi lessee kedua metode yaitu capital lease dan operating lease
mempunyai akibat yang berbeda terhadap penyajian neraca dan laporan
laba rugi. Metode capital lease akan menghasilkan jumlah laba yang
lebih rendah dibandingkan dengan metode operating lease, hal ini
disebabkan metode capital lease mencatat beban yang lebih besar yang
ditimbulkan dari beban bunga dan penyusutan atau amortisasi aset yang
disewa guna usaha. Sedangkan dalam metode operating lease hanya
mencatat beban sewa guna usaha yang jumlahnya merata sepanjang
periode sewa. Perlakuan akuntansi untuk transaksi sewa guna usaha
perlu diterapkan secara konsisten sesuai dengan PSAK No.30 dalam
rangka penyusunan laporan keuangan perusahaan.
4
hal ini bisa mempakan suatu fabrikan atau dealer yang memakai
metode leasing sebagsai salah satu jalur pemasarannya.
5
2.4 Contoh Case Leasing (Lessee)
1. Jangka waktu lease adalah 5 tahun, dan perjanjian lease tidak dapat
dibatalkan, yang mengharuskan pembayaran sewa yang sama sebesar
Rp.25.981,62 pada awal setiap tahun (dasar anuitas jatuh tempo).
2. Peralatan tersebut memiliki nilai wajar pada awal lease sebesar
Rp.100.000 dengan estimasi umur ekonomis 5 tahun tanpa nilai residu.
3. Lessee Company membayar seluruh biaya executory secara langsung
kepada pihak ketiga kecuali untuk pajak properti sebesar Rp.2.000 per
tahun, yang dimasukkan dalam pembayaran tahunan kepada lessor.
4. Lease ini tidak mencakup opsi pembaharuan, dan peralatan kembali
menjadi milik lessor Company pada akhir masa lease.
5. Suku bunga pinjaman incremental Lesse Company adalah 11% per tahun.
6. Lessee Company menyusutkan peralatan atas dasar garis lurus
7. Lessor Company menetapkan sewa tahunan untuk memperoleh tingkat
pengembalian atas investasi sebesar 10% per tahun; hal ini diberitahu
kepada Lessee Company.
Lease ini memenuhi kriteria untuk diklasifikasikan sebagai lease modal, dengan
alasan sebagai berikut:
- Jangka waktu lease selama 5 tahun yang sama dengan estimasi umur
ekonomis peralatan selama 5 tahun, memenuhi pengujian 75%,
- Nilai sekarang dari pembayaran lease minimum (Rp.100.000 sesuai
perhitungan dibawah) melebihi 90% dari nilai wajar properti
(Rp.100.000)
6
Pembayaran lease minimum adalah Rp.119.908,1 (Rp.23.981,62 x 5), dan jumlah
yang dikapitalisasi sebagai aktiva yang dilease dihitung sebagai nilai sekarang
dari pembayaran lease minimum (tidak termasuk biaya executory – pajak properti
sebesar Rp.2.000) sebagai berikut:
Suku bunga implisit lessor sebesar 10% yang digunakan, bukan suku bunga
pinjaman incremental lessee sebesar 11% karena: (1) nilainya lebih rendah dan (2)
lessee mengetahui suku bunga ini.
Jurnal yang harus dibuat Lessee untuk mencatat transaksi diatas adalah sebagai
berikut:
Pada tanggal 1 Januari 2002 mencatat transaksi leasing sebagai aktiva tetap dan
kewajiban sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran lease.
Setiap pembayaran lease sebesar Rp.25.981,62 terdiri dari tiga unsur. (1)
pengurangan kewajiban lease, (2) biaya pendanaan (biaya bunga) dan (3) biaya
executory (pajak properti). Total biaya pendanaan (biaya bunga) selama jangka
waktu lease adalah Rp.19.908,10 yaitu merupakan selisih antara nilai sekarang
pembayaran lease (Rp.100.000) dan kas aktual yang dikeluarkan, dikurangi biaya
executory (Rp.119.908,10). Oleh karena itu, biaya bunga tahunan, dengan
menggunakan metode bunga efektif disajikan sebagai berikut:
7
LESSEE COMPANY
Skedul Amortisasi Lease
(Dasar anuitas jatuh tempo)
* Dibulatkan
Pada tanggal 1 Januari 2002, jurnal untuk mencatat pembayaran lease tahun
pertama adalah sebagai berikut:
Kas Rp.25.981,62
(Rp.100.000 ÷ 5 tahun)
8
Ayat jurnal berikut mencatat pembayaran lease tahun kedua dan
Penyusutan/depresiasi:
1 Januari 2003
Kas Rp.25.981,62
31 Desember 2003
Biaya Depresiasi peralatan – lease modal Rp.20.000
Ayat jurnal hingga tahun 2006 akan mengikuti pola diatas. Biaya executory yang
dikeluarkan oleh Lessee Company akan dicatat dengan pola yang sama seperti
digunakan untuk mencatat setiap biaya operasi lainnya yang terjadi atas aktiva
yang dimiliki oleh Lessee Company.
Pada saat berakhirnya masa lease, jumlah yang dikapitalisasi sebagai peralatan
yang dilease telah seluruhnya diamortisasi dan kewajiban lease telah seluruhnya
dilunasi. Jika tidak dibeli, peralatan tersebut akan dikembalikan ke lessor, serta
peralatan yang dilease dan akun akumulasi penyusutan terkait akan dihapus dari
pembukuan.
Jika peralatan dibeli pada akhir masa lease dengan harga Rp.5.000 dan estimasi
umur peralatan diubah dari 5 menjadi 7 tahun, maka ayat jurnal yang harus dibuat:
9
2.4.2 Metode Sewa Operasi (Operating lease)
Sebagai contoh, misalkan bahwa lease modal yang dicontohkan sebelumnya
tidak memenuhi kriteria sebagai lease modal dan diperlakukan sebagai lease
operasi. Beban tahun pertama ke operasi adalah Rp.25.981,62 yaitu jumlah
pembayaran sewa.
Ayat jurnal untuk mencatat pembayaran ini pada tanggal 1 Januari 2002 adalah:
Kas Rp.25.981,62
Aktiva yang disewa maupun setiap kewajiban jangka panjang untuk pembayaran
sewa di masa depan tidak dilaporkan dalam neraca. Beban sewa akan dilaporkan
pada laporan laba rugi.
10
6. Lessor Company menentukan pembayaran lease tahunan untuk menjamin
tingkatpengembalian 10% (suku bunga implisit).
Lease ini tidak termasuk lease jenis penjualan karena tidak ada selisih antara nilai
wajar peralatan (Rp.100.000) dengan biaya yang dikeluarkan oleh lessor
(Rp.100.000)
11
Pendapatan bunga diterima dimuka dihitung sebagai berikut:
= Rp.119.908,10 – Rp.19.908,10
= Rp.100.000
Lease aktiva, piutang, dan pendapatan bunga diterima dimuka dicatat per 1
Januari 2002 (awal lease) sebagai berikut:
Peralatan Rp.100.000
Seperti halnya perlakuan lessee terhadap bunga, lessor juga menerapkan metode
bunga efektif dan mengakui pendapatan bunga atas saldo investasi bersih.
Ditunjukkan dalam tabel berikut:
12
LESSEE COMPANY
Skedul Amortisasi Lease
(Dasar anuitas jatuh tempo)
* Dibulatkan
Pada tanggal 1 Januari 2002, jurnal untuk mencatat penerimaan pembayaran lease
tahun pertama adalah sebagai berikut:
Kas Rp.25.981,62
Pada tanggal 31 Desember 2002, pendapatan bunga yang diperoleh selama tahun I
diakui dengan ayat jurnal berikut:
13
Ayat jurnal berikut mencatat penerimaan pembayaran lease tahun II dan
pengakuan pendapatan bunga:
1 Januari 2003
Kas Rp.25.981,62
31 Desember 2003
Ayat jurnal yang dibuat sampai tahun 2006 akan mengikuti pola yang sama
kecuali tidak ada ayat jurnal yang dicatat untuk pendapatan bunga pada tahun
2006 (tahun terakhir). Karena piutang akan ditagih seluruhnya pada 1 Januari
2006, maka tidak ada saldo (investasi) yang beredar pada tahun 2006 dimana
Lessor Company akan menanggung setiap bunga. Pada saat lease berakhir,
piutang kotor dan pendapatan diterima di muka akan dihapus seluruhnya. Lessor
Company tidak mencatat penyusutan.
Jika pada saat lease berakhir, peralatan dijual kepada Lessee Company seharga
Rp.5.000, maka Lessor Company akan mengakui disposisi peralatan sebagai
berikut:
Kas Rp.5.000
14
2.5.2 Metode Sewa Operasi (Operating Lease)
Menurut metode operasi, setiap penerimaan sewa oleh lessor dicatat sebagai
pendapatan sewa. Aktiva yang di lease disusutkan dalam cara yang biasa, dimana
biaya depresiasi periode berjalan ditandingkan dengan pendapatan sewa.
Kas Rp.25.981,62
Ayat jurnal untuk mencatat depresiasi (penyusutan) dengan asumsi metode garis
lurus digunakan, biaya perolehan Rp.100.000 dan umur manfaat 5 tahun:
Jika Pajak Properti, asuransi, pemeliharaan, dan biaya operasi lainnya selama
setahun adalah kewajiban lessor, maka biaya-biaya ini dicatat sebagai biaya yang
dapat dibebankan ke pendapatan sewa kotor.
15
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Sewa Guna Usaha (Leasing) didefinisikan sebagai kegiatan pembiayaan
dalam bentuk penyediaan barang modal, baik secara sewa guna usaha dengan hak
opsi (Finance Lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (Operating Lease),
untuk digunakan oleh Penyewa Guna Usaha (Lessee) selama jangka waktu
tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.
16
DAFTAR PUSTAKA
Hery. 2017. Teori Akuntansi Pendekatan Konsep dan Analisis. Jakarta: Grasindo.
17