Anda di halaman 1dari 18

Sejarah dan Perkembangan Akuntansi Di Indonesia

Akuntansi mulai diterapkan di Indonesia sejak tahun 1642. Akan tetapi bukti yang
jelas terdapat pada pembukuan Amphioen Socyteit yang berdiri di Jakarta sejak 1747.
Selanjutnya akuntansi di Indonesia berkembang setelah UU Tanam Paksa dihapuskan pada
tahun 1870. Hal ini mengakibatkan munculnya para pengusaha swasta Belanda yang
menanamkan modalnya di Indonesia.
Praktik akuntansi di Indonesia dapat ditelusur pada era penjajahan Belanda sekitar 17
(ADB 2003) atau sekitar tahun 1642 (Soemarso 1995). Jejak yang jelas berkaitan dengan
praktik akuntansi di Indonesia dapat ditemui pada tahun 1747, yaitu praktik pembukuan yang
dilaksanakan Amphioen Socyteit yang berkedudukan di Jakarta (Soemarso 1995). Pada era
ini Belanda mengenalkan sistem pembukuan berpasangan (double-entry book keeping)
sebagaimana yang dikembangkan oleh Luca Pacioli. Perusahaan VOC milik Belanda-yang
merupakan organisasi komersial utama selama masa penjajahan-memainkan peranan penting
dalam praktik bisnis di Indonesia selama era ini (Diga dan Yunus 1997).
Pengiriman Van Schagen merupakan titik tolak berdirinya Jawatan Akuntan NegaraGovernment Accountant Dienst yang terbentuk pada tahun 1915 (Soermarso 1995). Akuntan
publik yang pertama adalah Frese & Hogeweg yang mendirikan kantor di Indonesia pada
tahun 1918. Pendirian kantor ini diikuti kantor akuntan yang lain yaitu kantor akuntan
H.Y.Voerens pada tahun 1920 dan pendirian Jawatan Akuntan Pajak-Belasting Accountant
Dienst (Soemarso 1995).
Pada era penjajahan, tidak ada orang Indonesia yang bekerja sebagai akuntan publik.
Orang Indonesa pertama yang bekerja di bidang akuntansi adalah JD Massie, yang diangkat
sebagai pemegang buku pada Jawatan Akuntan Pajak pada tanggal 21 September 1929
(Soemarso 1995).
Kesempatan bagi akuntan lokal (Indonesia) mulai muncul pada tahun 1942-1945,
dengan mundurnya Belanda dari Indonesia. Pada tahun 1947 hanya ada satu orang akuntan
yang berbangsa Indonesia yaitu Prof. Dr. Abutari (Soermarso 1995). Praktik akuntansi model
Belanda masih digunakan selama era setelah kemerdekaan (1950an). Pendidikan dan
pelatihan akuntansi masih didominasi oleh sistem akuntansi model Belanda. Nasionalisasi
atas perusahaan yang dimiliki Belanda dan pindahnya orang orang Belanda dari Indonesia
pada tahun 1958 menyebabkan kelangkaan akuntan dan tenaga ahli (Diga dan Yunus 1997).
Sejarah akuntansi di Indonesia tentu tidak bisa lepas dari perkembangan akuntansi di
negara asal perkembangannya. Dengan perkataan lain, negara luarlah yang membawa
akuntansi itu masuk ke Indonesia kendatipun tidak bisa disangkal bahwa di masyarakat
Indonesia sendiri pasti memiliki sistem akuntansi atau sistem pencatatan pelaporan tersendiri.
Menurut Sukoharsono (1997) akuntansi masuk ke Indonesia melalui pedagang Arab yang
melakukan transaksi bisnis di kepulauan Nusantara.

Periodisasi Perkembangan Akuntasi Indonesia


1. Zaman Kolonial
a. Zaman Voc
Pada waktu orang-orang Belanda datang ke Indonesia kurang lebih abad ke 16,
mereka datang dengan tujuan untuk berdagang. Kemudian mereka membentuk
perserikatan Maskapai Belanda yang dikenal dengan nama Vereenigde Oost Indische
Compagnie (VOC), yang didirikan pada tahun 1619. BOC memperoleh hak
monopoli perdagangan rempah-rempah yang dilakukan secara paksa di Indonesia,
dimana jumlah transaksi dagangnya, baik frekuensi maupun nilainya terus bertambah
dari waktu ke waktu. Pada tahun itu bisa dipastikan Maskapai Belanda telah
melakukan pencatatan atas mutasi transaksi keuangannya.
b. Zaman Penjajahan Belanda
Setelah VOC bubar kekuasannya di ambil alih oleh kerajaan Belanda. Zaman
penjajahan Belanda dimulai tahun 1800-1942. Pada waktu itu catatan pembukuannya
menekankan pada mekanisme debit dan kredit, yang antara lain dijumpai pada
pembukuan Amphioen Socyteit di Batavia. Amphioen Socyteit bergerak dalam usaha
peredaran candu atau morfin (amphioen) yang merupakan usaha monopoli di
Belanda.
c. Zaman Penjajahan Jepang
Dalam masa pendudukan Jepang, Indonesia sangat kekurangan tenaga di bidang
akuntansi. Jabatan-jabatan pimpinan di Jawatan Keuangan yang 90% dipegang oleh
bangsa belanda, menjadi kosong. Dalam masa ini, atas prakarsa Mr. Slamet, didirikan
kusus-kursus untuk mengisi kekosongan jabatan tadi dengan tenaga-tenaga
Indonesia. Pada tahun 1874, hanya ada seorang akuntan berbangsa Indonesia, yaitu
Prof. Dr. Abutari. Di Indonesia, pendidikan akuntansi mulai dirintis dengan
dibukanya jurusan akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia tahun 1952.
Pembukaan ini kemudian diikuti Institut Ilmu Keuangan (sekarang Sekolah Tinggi
Akuntansi Negara) tahun 1960 dan Fakultas-fakultas Ekonomi di Universitas
Padjadjaran (1961), Universitas Sumatera Utara (1964), universitas Airlangga (1962),
dan universitas Gadjah Mada (1964).
2. Zaman Kemerdekaan
Sistem akuntansi yang berlaku awalnya di Indonesia adalah sistem akuntansi
Belanda yang lebih dikenal dengan sistem tata buku. Sistem ini sebenarnya merupakan
subsistem dari ilmu akuntansi dalam bidang metode pencatatan, jadi bukan seperti
disiplin ilmu akuntansi yang dikenal di Amerika. Setelah kemerdekaan kebencian kepada
Belanda juga mempengaruhi eksistensi perusahaan Belanda sehingga pada tahun 1950an, perusahaan milik Belanda dinasionalisasi dan modal asing pun mulai masuk. Pada
tahun yang sama, perusahaan yang ada masih tetap mengikuti sistem akuntansi Belanda
yang sudah mapan. Sejak saat ini muncullah dualisme sistem akuntansi di Indonesia.

Sejarah Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia


Standar Akuntansi Keuangan (SAK) telah mengadopsi standar internasional
International Financial Reporting Standards baik untuk etentitas yang berakuntabilitas public
(SAK IFRS) maupun standar untuk entitas tanpa akuntabilitas public (SAK
ETAP). Penerapannya relative rumit (karena masalah kebiasaan) sehingga banyak
perusahaan yang terdaftar di bursa efek (listing) melakukan delisiting karena sulit
menerapkan SAK IFRS dan memilih untuk menerapkan SAK ETAP. Jadi, SAK ETAP sangat
penting. Standar berkembang seiring dengan praktik yang berkembang. Standar Akuntansi di
Indonesia terdiri dari 4 (empat) pilar:
(1) Standar Akuntansi Keuangan (SAK berbasis IFRS),
Wajib diterapkan untuk entitas dengan akuntabilitas publik seperti: Emiten,
perusahaan publik, perbankan, asuransi, dan BUMN. Dapat diterapkan oleh ETAP
atau entitas lainya. Berbasis transaksi, bukan basis industri. Bertujuan: memberikan
informasi yang relevan bagi user laporan keuangan.
Indonesia melakukan adopsi penuh 1 Januari 2012. Pasca Konvergensi PSAK 2012 =
IFRS (kecuali IFRS terbaru). Perbedaan IFRS dengan PSAK dijelaskan dalam
Standar bagian depan: (1) Substansi /konseptual; (2) Redaksional; dan (3) Tanggal
efektif. Secara gradual, IFRS sudah diterapkan mengikuti pemberlakuan PSAK yang
bersangkutan. Setelah konvergensi IFRS, PSAK akan berkembang dinamis
mengikuti IFRS
(2) SAK Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP)
Diterbitkan pada 17 Juli 2009 dan berlaku efektif pada 01 Januari 2011. PSAK
IFRS dan SAK ETAP disusun dan diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI). Terdiri dari 17 orang mewakili:
Akuntan Publik, Akademisi, Akuntan Sektor Publik, dan Akuntan
Manajemen. Hasilnya adalah PSAK dan ISAK
(3) Standar Akuntansi Syariah
PSAK Syariah disusun oleh Dewan Standar Akuntansi Syariah. Berbasis transaksi
yang digunakan oleh entitas yang melakukan transaksi syariah baik entitas lembaga
syariah maupun lembaga non syariah. Pengembangan dengan model PSAK umum
namun berbasis syariah dengan acuan fatwa MUI. Pada PSAK (IFRS) 100 PSAK
106. Terdiri dari: Kerangka konseptual, Penyajian Laporan Keuangan Syariah,
Akuntansi Murabahah, Musyarakah, Mudharabah , Salam, Istishna.
(4) Standar Akuntansi Pemerintah
Diterbitkan berdasar pada Peraturan Pemerintah No. 24/2005 dan Peraturan
Pemerintah No. 71/2010) yang berbasis akrual. SAP disusun oleh Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah (PP). Diterapkan untuk entitas pemerintah dalam menyusun
LKPP dan LKPD: (1) instansi pemerintah pusat; (2) Instansi pemerintah daerah; dan
(3) BLU (digabung), BUMN (sbg investasi). Entitas sektor publik selain pemerintah
menggunakan PSAK 45 (pelaporan keuangan entitas nirlaba).
SAK yang berkualitas merupakan salah satu pedoman pokok untuk menyusun dan
menyajikan laporan keuangan bagi perusahaan. Dengan adanya standar akuntansi

yang baik, maka laporan keuangan dapat menjadi lebih berguna dan menciptakan
transparasi bagi perusahaan. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah profesi
akuntansi di Indonesia, senantiasa berusaha untuk tanggap terhadap perkembangan
yang terjadi, baik dalam lingkup nasional, regional, maupun global, khususnya dalam
hal yang mempengaruhi dunia usaha dan profesi akuntansi. Hal ini dapat dilihat dari
dinamika kegiatan pengembangan standar akuntansi sejak berdirinya IAI pada tahun
1957 hingga kini.
1. Tahun 1973 1984 Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) membentuk komite untuk
menetapkan standar-standar akuntansi yang kemudian dikenal dengan prinsipprinsip akuntansi indonesia (PAI).
2. Tahun 1984 -1994 komite PAI melakukan revisi mendasar PAI 1973 dan
kemudian menerbitkan prinsip akuntansi indonesia PAI 1994. Menjelang akhir
tahun 1994 komite standar akuntansi memulai seuatu revisi besar atas prinsipprinsip akuntansi Indonesia dengan mengumumkan pernyataan-pernyataan standar
akuntansi tambahan dan menerbitkan interpretasi atas standar tersebut. Revisi ini
menghasilkan 35 pernyataan standar akuntansi keuangan yang sebagian besar
adalah hasil harmonisasi dengan IAS yang dikeluarkan oleh IASB.
3. Tahun 1994 -2004 perubahan patokan standar keuangan dari US GAAP ke IFRS.
Hal ini telah menjadi kebijakan komite standar akuntansi keuangan untuk
menggunakan internatioanal accounting standard (IAS) sebagai dasar membangun
standar keuangan Indonesia. Pada tahun 1995 IAI melakukan revisi besar untuk
menerapkan standar-standar akuntansi baru. IAS mendominasi isi dari standar ini
selain US GAAP dan dibuat sendiri.
4. Tahun 2006 -2008 dilakukan konvergensi IFRS tahap 1. Sejak tahun 1995 sampai
dengan tahun 2010, standar akuntansi keuangan (SAK) terus direvisi secara
berkesinambungan, proses revisi ini dilakukan sebanyak enam kali, yakni 1
oktober 1995, 1 juni 1999, 1 april 2002, 1 oktober 2004, 1 juni 2006, 1 september
2007, dan 1 juli 2009. Sampai dengan 2008 jumlah IFRS yang di adopsi baru 10
standar.
Sejarah Perkembangan Penyusun Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia
IAI didirikan di Jakarta tanggal 23 Desember 1957. Pengembangan SAK di Indonesia
telah dimulai sejak tahun 1973 dengan dibentuknya Panitia Penghimpunan Bahan-bahan dan
Struktur dari pada GAAP dan GAAS. Selanjutnya pada tahun 1974 dibentuk Komite Prinsip
Akuntansi Indonesia yang bertugas menyusun dan mengembangkan Standar Akuntansi
Keuangan. Kemudian komite PAI tersebut pada tahun 1994 diubah menjadi Komite Standar
Akuntansi Keuangan. Pada kongres VIII 23-24 September 1998 di Jakarta, Komite SAK
diubah kembali namanya menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) untuk masa
bakti 19982002 dan diberi otonomi khusus untuk menyusun dan mengesahkan PSAK dan
ISAK. Selain itu, juga telah dibentuk Komite Akuntansi Syariah (KAS) dan Dewan
Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan (DKSAK). Komite Akuntansi Syariah (KAS)
dibentuk pada tanggal 18 Oktober 2005 untuk menopang kelancaran kegiatan penyusunan

PSAK yang terkait dengan perlakukan akuntansi transaksi syariah yang dilakukan oleh
DSAK.
Perbedaan profesi akuntansi dan pedoman-pedoman yang berlaku di tiap-tiap negara
yang berbeda-beda, seperti timur tengah yang di pengaruhi oleh kebudayaan setempat.
Pengaruh tersebut berdampak pada perbedaan praktek menejerial dan praktek sistem
akuntansi. Sedangkan sistem akuntansi yang diterapkan di negara amerika berbeda jauh
dengan negara timur tengah, di amerika berdasarkan pada paham arti kebebasan yang mana
masyarakatnya punya atmosfer dan individual yang tinggi. Perkembangan akuntansi di
indonesia sejak dari zaman kolonial sampai menerapkan sistem akuntansi Amerika tidak
berkembang dengan baik. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain politik yang
tidak stabil, kepercayaan, serta masih diterapkannya pembukuan tradisional.
Kelompok kami berpendapat bahwa IFRS yang ada sejak Tahun 2011 perlu
digunakan untuk menyama-ratakan pedoman akuntansi di seluruh negara. IFRS ini
merupakan upaya untuk memperkuat arsitektur keuangan global dan mencari solusi jangka
panjang terhadap kurangnya transparansi informasi keuangan.yang menjelaskan dampak
standar akuntansi, namun sejak tahun 2011 akuntan manajemen terpaksa harus mempelajari
dampak dari IFRS sendiri tanpa bergantung lagi pada konsultan atau auditor eksternal.
Negara Indonesia dalam hal profesi akuntansi masih mengalami beberapa kelemahan, antara
lain adanya pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh akuntan atau auditor. Secara spiritual
pelanggaran kode etik tersebut dikarenakan tidak adanya rasa takut terhadap Tuhan.
Semenjak orde reformasi krisis global melanda Indonesia, hal ini terlihat dari adanya unsur
politik yang mempengaruhi semua lapisan
Roadmap Konvergensi IFRS Di Indonesia:
PSAK disahkan 23 Desember 2009
1. PSAK 1 (revisi 2009)
: Penyajian Laporan Keuangan
2. PSAK 2 (revisi 2009)
: Laporan Arus Kas
3.PSAK 4 (revisi 2009)
: Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan
Tersendiri
4. PSAK 5 (revisi 2009)
: Segmen Operasi
5. PSAK 12 (revisi 2009)
: Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama
6. PSAK 15 (revisi 2009)
: Investasi Pada Entitas Asosiasi
7. PSAK 25 (revisi 2009)
: Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan
Kesalahan
8. PSAK 48 (revisi 2009)
: Penurunan Nilai Aset
9. PSAK 57 (revisi 2009)
: Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi
10.PSAK 58 (revisi 2009)
: Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi
yang Dihentikan
Interpretasi disahkan 23 Desember 2009
1. ISAK 7 (revisi 2009)
: Konsolidasi Entitas Bertujuan Khusus

2. ISAK 9
3. ISAK 10
4. ISAK 11
5. ISAK 12

1.

2.
3.
4.

5.

: Perubahan atas Liabilitas Purna Operasi, Liabilitas Restorasi,


dan Liabilitas Serupa
: Program Loyalitas Pelanggan
: Distribusi Aset Nonkas Kepada Pemilik
: Pengendalian Bersama Entitas: Kontribusi Nonmoneter oleh
Venturer

PSAK disahkan sepanjang 2009 yang berlaku efektif tahun 2010


PPSAK 1: Pencabutan PSAK 32 : Akuntansi Kehutanan;
PSAK 35: Akuntansi Pendapatan Jasa Telekomunikasi; dan
PSAK 37: Akuntansi Penyelenggaraan Jalan Tol
PPSAK 2: Pencabutan PSAK 41: Akuntansi Waran dan
PSAK 43: Akuntansi Anjak Piutang
PPSAK 3: Pencabutan PSAK 54: Akuntansi Restrukturisasi Utang Piutang
Bermasalah
PPSAK 4: Pencabutan PSAK 31 (revisi 2000) : Akuntansi Perbankan;
PSAK 42: Akuntansi Perusahaan Efek, dan
PSAK 49: Akuntansi Reksa Dana
PPSAK 5: Pencabutan ISAK 06: Interpretasi atas Paragraf 12 dan 16
PSAK No. 55 (1999) tentang Instrumen Derivatif Melekat pada Kontrak
dalam Mata Uang Asing
PSAK yang disahkan 19 Februari 2010

1. PSAK 19 (2010)
2. PSAK 14 (2010)
3. PSAK 23 (2010)
4. PSAK 7 (2010)
5. PSAK 22 (2010)
6. PSAK 10 (2010)
7. ISAK 13 (2010)

1.
2.
3.
4.
5.
6.

: Aset tidak berwujud


: Biaya Situs Web
: Pendapatan
: Pengungkapan Pihak-Pihak Yang Berelasi
: Kombinasi Bisnis (disahkan 3 Maret 2010)
: Transaksi Mata Uang Asing (disahkan 23 Maret 2010
: Lindung Nilai Investasi Neto dalam Kegiatan Usaha Luar Negeri

PSAK yang disahkan November 2010


PSAK 24 (2010)
:
Imbalan Kerja
ISAK 16
:
Perjanjian Konsesi Jasa (IFRIC 12)
PSAK 60
:
Instrumen Keuangan: Pengungkapan
PSAK 50 (R 2010) :
Instrumen Keuangan: Penyajian
PSAK 8 (R 2010)
:
Peristiwa Setelah Tanggal Neraca
PSAK 53 (R 2010) :
Pembayaran Berbasis Saham

PSAK Disahkan 2011


1.
PSAK 3
:
2.
PSAK 18 (2010)
:

Laporan Keuangan Interim


Program Manfaat Purnakarya

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.

PSAK 61
:
Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan
Bantuan Pemerintah
PSAK 56
:
Laba Per Lembar Saham
PSAK 46
:
Pajak Penghasilan
PSAK 62
:
Kontrak Asuransi
PSAK 63
:
Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi
PSAK 28
:
Revisi 2011 Akuntansi Asuransi Kerugian
PSAK 36
:
Revisi 2011 Akuntansi Asuransi Jiwa
PSAK 56
:
Laba Per Lembar Saham
PSAK 34
:
Kontrak konstruksi
PSAK 45
:
Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba
PPSAK 8
:
Pencabutan PSAK 27 Akuntansi Koperasi
PPSAK 6
:
Pencabutan PSAK 21 Akuntansi Ekuitas, ISAK
1 Penentuan Harga Pasar Dividen, ISAK 2 Penyajian Modal dalam
Neraca dan Piutang kepada Pemesan Saham, ISAK 3 Akuntansi atas
Sumbangan dan Bantuan
ISAK 15
:
Batas Aset Imbalan Pasti, Persyaratan
Pendanaan Minimum dan Interaksinya.
ISAK 17
:
Laporan Keuangan Interim dan Penurunan Nilai
ISAK 18
:
Bantuan Pemerintah Tidak ada Relasi Spesifik
dengan
Aktivitas Operasi
ISAK 19
:
Penerapan Penyajian Kembali dalam PSAK 63
Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiper Inflasi
ISAK 20
:Pajak Penghasilan: Perubahan dalam Status Pajak Entitas atau
Para Pemegang Saham
ISAK 21
:
Perjanjian Konstruksi Real Estate
PSAK 33 (revisi 2011)
: Akuntansi Pertambangan Umum
PSAK 64
: Eksplorasi dan Evaluasi Sumber Daya Mineral
ISAK 22
: Perjanjian Konsesi Jasa: Pengungkapan
ISAK 23
: Sewa Operasi-Insentif
ISAK 24
: Evaluasi Substansi Beberapa Transaksi yang Melibatkan
Suatu Bentuk Legal Sewa
PSAK 11
: Pencabutan PSAk 39: Akuntansi Kerja Sama Operasi.

ED PSAK yang belum disahkan


1.
ED PSAK 13 (revisi 2011) : Properti Investasi
2.
ED PSAK 16 (revisi 2011) : Aset Tetap
3.
ED PSAK 30 (revisi 2011) : Sewa
4.
ED PSAK 38 (revisi 2011) : Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali
5.
ED ISAK 25
: Hak atas Tanah
6.
ED PPSAK 10
: Akuntansi kuasi reorganisasi
(Pencabutan PSAK 51)
Note:

ED (Exposure Draft) adalah sebuah rancangan standar yang diterbitkan DSAK IAI. Saran
penerapan ini mencerminkan praktik-praktik terbaik yang akan bermanfaat dalam
pelaksanaan penyajian Laporan Keuangan.
Exposure Draft memiliki jatuh tempo, bilamana tidak ada tanggapan sebelum jatuh tempo,
maka exposure draft tersebut akan disahkan.
Sejarah Akuntansi Internasional
Paruh Pertama abad 20, seiring tumbuhnya kekuatan ekonomi Amerika Serikat,
kerumitan masalah akuntansi muncul bersamaan. Kemudian Akuntansi diakui sebagai suatu
disiplin ilmu akademik tersendiri. Setelah Perang Dunia II, pengaruh Akuntansi semakin
terasa di Dunia Barat. Bagi banyak negara, akuntansi merupakan masalah nasional dengan
standar dan praktik nasional yang melekat erat dengan hukum nasional dan aturan
profesional.
Perkembangan Akuntansi
Tahun 1775 : pada tahun ini mulai diperkenalkan pembukuan baik yang single entry
maupun double entry.
Tahun 1800 : masyarakat menjadikan neraca sebagai laporan yang utama digunakan dalam
perusahaan.
Tahun 1825 : mulai dikenalkan pemeriksaaan keuangan (financial auditing).
Tahun 1850 : laporan laba/rugi menggantikan posisi neraca sebagai laporan yang dianggap
lebih penting.
Tahun 1900 : di USA mulai diperkenalkan sertifikasi profesi yang dilakukan melalui ujian
yang dilaksanakan secara nasional.
Tahun 1925 : Mulai diperkenalkan teknik-teknik analisis biaya, akuntansi untuk perpajakan,
akuntansi pemerintahan, serta pengawasan dana pemerintah. Sistem akuntansi yang manual
beralih ke sistem EDP dengan mulai dikenalkannyapunch card record.
Tahun 1950 s/d 1975 : Pada periode ini akuntansi sudah menggunakan computer untuk
pengolahan data. Lalu, sudah dilakukan Perumusan Prinsip Akuntansi (GAAP). Hingga
Perencanaan manajemen serta management auditing mulai diperkenalkan.
Tahun 1975 : Total system review yang merupakan metode pemeriksaan efektif mulai
dikenal. Dan Social accounting manjadi isu yang membahas pencatatan setiap transaksi
perusahaan yang mempengaruhi lingkungan masyarakat.
Perbandingan Standar Akuntansi Menurut IFRS dengan PSAK
Artikel ini mengacu kepada perbandingan IFRS dengan PSAK yang diterbitkan oleh Deloitte
sampai dengan 1 Januari 2007. Sampai dengan tanggal tersebut, 28 PSAK disusun dengan
mengacu kepada IAS/IFRS, 20 PSAK dikembangkan dengan mengacu kepada prinsip
akuntansi Amerika Serikat, 8 PSAK dikembangkan sendiri oleh IAI, dan 1 PSAK tentang
perbankan syariah mengacu kepada standar akuntansi yang diterbitkan oleh AAOIFI serta
peraturan - peraturan terkait yang berlaku di Indonesia. Tabel berikut meringkas referensi
yang digunakan dalam pengembangan PSAK :
No.

PSAK

REFERENSI

1.

PSAK 1 Penyajian Laporan Keuangan IAS 1 (Revised 1997) Presentation of Financial


(Revisi 1998)
Statements

2.

PSAK 2 Laporan
(1994) (Reformat 2007)

3.

PSAK
3
Laporan
Interim(Reformat 2007)

4.

PSAK
4
Laporan
Keuangan IAS 27 (1989) Consolidated
Konsolidasi(Reformat 2007)
Financial Statements

5.

PSAK 5 Pelaporan Segmen (Revisi IAS 14 (Revised 1997) Segment Reporting


2000)

6.

PSAK 7 Hubungan Pihak-Pihak yang IAS 24 (1984) Related Party Disclosures


Mempunyai
Hubungan
Istimewa(Reformat 2007)

7.

PSAK 8 Peristiwa Setelah Tanggal IAS 10 (1978) Events after the Balance Sheet Date
Neraca (Revisi 2003)

8.

PSAK 10 Transaksi dalam Mata Uang IAS 21 (Revised 1993) The Effects of Changes in
Asing(Reformat 2007)
Foreign Exchange Rates

9.

PSAK 11 Penjabaran Laporan


keuangan
Dalam
Mata
Uang
Asing(Reformat 2007)

10.

PSAK 12 Pelaporan keuangan IAS 31 (Revised 1990) Financial Reporting of


mengenai Bagian Partisipasi Dalam Interests in Joint Ventures
Pengendalian Bersama Operasi dan
Aset

11.

PSAK 13 Properti Investasi (yang IAS 25 (1986) Accounting for Investments


berlaku sekarang Revisi 2007)

12.

PSAK 14 Persediaan(Reformat 2007) IAS 2 (Revised 1993) Inventories

13.

PSAK 15 Akuntansi Untuk Investasi IAS 28 (Revised 1989)


Dalam Perusahaan Asosiasi(Reformat Investments in Associates
2007)

14.

PSAK 16 Aset Tetap(yang berlaku IAS 16 (Revised 1993) Property, Plant, and
sekarang Revisi 2007)
Equipment

15.

PSAK 18 Akuntansi Dana Pensiun

16.

PSAK 19 Aset Tidak Berwujud (Revisi IAS 38 (1998) Intangible Assets


2000)

17.

PSAK 21 Akuntansi Ekuitas

Arus

Kas IAS 7 (Revised 1992), Cash Flow Statements

Keuangan APB Opinion No. 28 (1973), Interim Financial


Statements
and

Separate

Accounting

for

IAS 26 (1987) Accounting and Reporting


by Retirement Benefit Plans

Peraturan-peraturan tentang dana pension


di Indonesia, terutama UU No. 11/1992)

Peraturan-peraturan yang mengatur perseroan di

Indonesia serta
akuntansi ekuitas

beberapa

SFAS

mengenai

18.

PSAK 22 Akuntansi Penggabungan IAS 22 (Revised 1993) Accounting for Business


Usaha(Reformat 2007)
Combinations

19.

PSAK 23 Pendapatan(Reformat 2007) IAS 18 (1993) Revenue

20.

PSAK 24 Imbalan Kerja (Revisi 2004) IAS 19 (Revised 2000) Employee Benefits

21.

PSAK 25 Laba Atau Rugi Bersih IAS 8 (Revised 1993) Net Profit or Loss for the
Untuk Periode Berjalan,Kesalahan Period, Fundamental Errors, and Changes in
Mendasar,dan Perubahan Kebijakan Accounting Policies
Akuntansi(Reformat 2007)

22.

PSAK 26 Biaya Pinjaman (Revisi IAS 23 (Revised 1993) Borrowing Costs


1997) (Reformat 2007)

23.

PSAK 27 Akuntansi Perkoperasian Peraturan-peraturan


(Revisi 1998) (Reformat 2007)
Indonesia

24.

PSAK 28 (Revisi 1996) Akuntansi


SFAS 60, 91, 97, 113, 120
AsuransiI Kerugian

Peraturan-peraturan mengenai asuransi di


Indonesia

25.

PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas


SFAS 19, 25, 69
Bumi

Peraturan-peraturan mengenai migas di


Indonesia

26.

PSAK
30
Sewa (yang
sekarang Revisi 2007)

27.

PSAK 31 Akuntansi Perbankan (Revisi


IAS 30 (1990) Disclosures in the Financial
2000)
Statements of Banks and Similar Financial
Institutions

Bank for International Settlement (BIS)

Peraturan-peraturan mengenai perbankan


di Indonesia

28.

PSAK 32 Akuntansi Kehutanan

29.

PSAK 33 Akuntansi Pertambangan Peraturan-peraturan mengenai pertambangan di


Umum
Indonesia

30.

PSAK 34 Akuntansi kontrak Kontruksi IAS 11 (Revised 1993)


Construction Contracts

31.

PSAK 35 Akuntansi Pendapatan Jasa Peraturan-peraturan mengenai telekomunikasi di


Telekomunikasi
Indonesia

32.

PSAK 36 Akuntansi Asuransi Jiwa

mengenai

koperasi

di

berlaku

SFAS 13

Peraturan-peraturan mengenai sewaguna di


Indonesia

Peraturan-peraturan
Indonesia

mengenai

kehutanan

Accounting

SFAS 60, 81, 91, 97, 113, 120


Peraturan-peraturan mengenai

di

for

asuransi

jiwa di Indonesia
33.

PSAK 37 Akuntansi penyelenggaraan Peraturan-peraturan mengenai manajemen jalan tol


Jalan tol (Reformat 2007)
di Indonesia

34.

PSAK 38 Akuntansi Restrukturisasi APB 16, 29


Ekuitas Sepengendali (Revisi 2004)

35.

PSAK 39 Akuntansi
Operasi(Reformat 2007)

36.

Psak 40 Akuntansi Perubahan Ekuitas Beberapa prinsip akuntansi Amerika Serikat


Anak Perusahaan/Perusahaan Asosiasi

37.

PSAK 41 Akuntansi Waran (Reformat


APB Opinion No. 14 (1969) Accounting
2007)
for Convertible Debt and Debt Issued with Stock
Purchase Warrants

Peraturan-peraturan BAPEPAM-LK di
Indonesia

38.

PSAK 42 Akuntansi
Efek(Reformat 2007)

kerjasama Peraturan-peraturan mengenai kerjasama operasi


di Indonesia

Perusahaan

SFAS 12

Peraturan-peraturan
Indonesia

BAPEPAM-LK

di

39.

PSAK
43
Akuntansi
Piutang (Reformat 2007)

40.

PSAK
44 Akuntansi Aktivitas SFAS 66 Accounting for Sales of Real Estate
Pengembangan Real Estat (Reformat
2007)

41.

PSAK 45 Pelaporan Keuangan SFAS 117 Financial Statements of Not-for-Profit


Organisasi Nirlaba (Reformat 2007)
Organizations

42.

PSAK
46
Akuntansi
Penghasilan (Reformat 2007)

43.

PSAK 47 Akuntansi Tanah

Peraturan-peraturan pertanahan di Indonesia

44.

PSAK 48 Penurunan Nilai Aset

IAS 36 (1998) Impairment of Assets

45.

PSAK 49 Akuntansi Reksa Dana

Peraturan-peraturan mengenai reksa dana di


Indonesia

46.

PSAK 50 Instrumen Keuangan: SFAS No. 115 Accounting for Certain Investments
Penyajian dan Pengungkapan (saat ini in Debt and Equity Securities
yang berlaku Revisi 2006)

47.

PSAK
51
Akuntansi
Reorganisasi (Revisi 2003)

48.

PSAK 52 Mata Uang Pelaporan

49.

PSAK

53

Akuntansi

Anjak
SFAS 77 Reporting by Transferor for
Transfers of Receivables with Recourse

Peraturan-peraturan BAPEPAM-LK di
Indonesia

Pajak IAS 12 (1996) Income Taxes

Kuasi- ARB 43, Ch. 7 Capital Accounts, Section A: Quasi


Reorganizations or Corporate Readjustment
SFAS No. 52 Foreign Currency Translation

Kompensasi SFAS

123

Accounting

for

Stock-Based

Berbasis Saham

Compensation

50.

PSAK 54 Akuntansi Restrukturisasi SFAS 15 Accounting by Debtors and Creditors for


Utang-Piutang Bermasalah
Troubled Debt Restructuring

51.

PSAK 55 Instrumen Keuangan: SFAS 133 Accounting for Derivatives Instruments


Pengakuan dan Pengukuran (saat ini and Hedging Activities
yang berlaku Revisi 2006)

52.

PSAK 56 Laba Per Saham (LPS)

53.

PSAK 57 Kewajiban
Kewajiban Kontijensi,
Kontijensi

54.

PSAK 58 Operasi Dalam Penghentian IAS 35 (1998) Discontinuing Operations

55.

PSAK 59
Syariah

Akuntansi

IAS 33 (1997) Earnings per Share

Diestimasi, IAS 37 (1998) Provisions, Contingent Liabilities


dan Aset and Contingent Assets

Perbankan

Fatwa MUI

Rerangka Konseptual untuk Penyusunan


dan Penyajian Laporan Keuangan untuk Transaksi
Syariah

Standar akuntansi yang diterbitkan oleh


AAOIFI.

Catatan: PSAK yang dicoret menunjukkan bahwa PSAK tersebut sudah direvisi dan tidak
lagi berlaku. Sebagian revisi mungkin sudah konvergen dengan IFRS/IAS.

Pendahuluan
Indonesia memutuskan berkiblat ke IFRS, Konvergensi akuntansi Indonesia ke IFRS
perlu didukung agar Indonesia mendapatkan pengakuan maksimal. Pengakuan maksimal ini
didapat dari komunitas internasional yang sudah lama menganut standar ini. Jurang pemisah

terdalam PSAK dengan IFRS telah teratasi yaitu dengan diperbolehkannya penggunaan nilai
wajar (fair value) dalam PSAK.
Dengan mengadopsi IFRS, Indonesia akan mendapatkan manfaat dari meningkatnya
kredibilitas pasar modal Indonesia di mata investor global, meluasnya pasar investasi lintas
batas negara dan meningkatkan efisiensi alokasi modal. Teknologi informasi yang
berkembang pesat telah mengubah lingkungan pelaporan keuangan. Kemajuan ini membawa
jutaan investor (jika tidak milyaran) ke lantai pasar modal di seluruh penjuru dunia.
Antusiasme para investor tidak akan terhalangi oleh batasan negara, misal: Investor dr
Amerika bisa dengan mudah berinvestasi di Eropa atau di Singapore atau bahkan di
Indonesia. Bukan hanya investor & analis yang membutuhkan informasi seperti ini,
melainkan jg dibutuhkan oleh stakeholder lainnya. (Upaya pemerintah Untuk meningkatkan
kualitas IFRS akan melindungi investor dalam negeri, karena dengan penerapan standar
internasional akan meningkatkan kepercayaan internasional untuk investasi di Indonesia).
Konvergensi IFRS ke dalam PSAK akan berdampak besar bagi dunia usaha, terutama
dari sisi pengambilan kebijakan perusahaan yang didasarkan kepada data-data akuntansi.
Suatu perusahaan akan memiliki daya saing yang lebih besar ketika mengadopsi IFRS dalam
laporan keuangannya. Selain itu, dengan mengimplementasikan IFRS, perusahaan akan
menikmati biaya modal yang lebih rendah. Juga konsolidasi yang lebih mudah & sistem
teknologi informasi yang terpadu.
Pengertian IFRS
International accounting standard atau yang lebih dikenal sebagai international
financial reporting standards (IFRS), merupakan standar pelaporan akuntansi yang
memberikan penekanan pada penilaian profesional dengan disclosures yang jelas dan
transparan mengenai substansi ekonomis transaksi, penjelasan sehingga mencapai
kesimpulan tertentu. Standar ini muncul akibat dari tuntutan globalisasi yang mengharuskan
para pelaku bisnis disuatu negara ikut serta dalam bisnis lintas negara. Untuk itu diperlukan
suatu standar internasional yang berlaku sama disemua negara termasuk juga perusahaanperusahaan dinegara indonesia yang ingin mengembangakan bisnisnya menuju dunia
internasional wajib menggunakan standar yang berbasis internasional dengan tujuan untuk
mempermudah proses rekonsiliasi bisinis. IFRS diterbitkan oleh IASB sebuah lembaga
pembuat standar akuntansi untuk negara-negara di kawasan Eropa, yang memiliki tujuan
untuk mengembangkan satu set standar akuntansi yang berkualitas tinggi, yang dapat
dipahami dan diterapkan secara internasional.
Perbedaan utama standar internasional ini dengan standar yang berlaku di indonesia
terletak pada penerapan revaluation model, yaitu kemungkinan penilaian aktiva
menggunakan nilai wajar, sehingga laporan keuangan disajikan dengan basis true and fair.
Inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan dalam menyajikan laporan keuangan antara
standar PSAK dengan IFRS. Oleh karena perusahaan-perusahaan yang cakupan bisnisnya
sudah menuju dunia internasional (go public) wajib mengunakan standar internasional,
perusahaan-perusahaan tersebut haruslah menerapkan IFRS menjadi standar yang digunakan
jika bisnisnya ingin diterima oleh dunia internasional, termasuk juga dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuanganya haruslah sesuai dengan IFRS, namun untuk merubah sistem

yang telah digunakan sejak lama (PSAK) kedalam bentuk standar yang baru (IFRS) tidaklah
mudah perubahan ini akan berdampak secara keseluruhan terhadap kegiatan perusahaan
termasuk juga jumlah laba yang dihasilkan menurut catatan pada laporan keuangan setelah
menggunakan standar IFRS.
Adopsi IFRS dilakukan karena kewajiban sebagai anggota IFAC yang tercantum
pada Statement Membership Obligation (SMO). Juga merupakan hasil kesepakatan sebagai
anggota G20 yang ditandatangani di Washington USA pada 15 November 2008 dengan
tujuan untuk strengthening transparency and accountability, yang ditindaklanjuti dengan
penandatangan di London, UK pada 02 April 2009 dengan tujuan strengthening financial
supervision and regulation.
Karakteristik IFRS
Principle based (IFRS) versus ruled based (FASB). Justifikasi professional yang
dilakukan untuk: (1) interpretasi dan aplikasi berfokus pada spririt penerapan prinsip; (2)
membutuhkan penilaian atas substansi transaksi dan evaluasi yang mencerminkan realitas
ekonomi; dan (3) membutuhkan professional judgement. Penilaian dilakukan dengan
menggunakan fair value, nilai pasar aktif atau penilaian sendiri atau menggunakan jasa
penilai. Pengungkapan diperluas bukan hanya kuantitatif tetapi juga kualitatif dengan
menambah dan memperluas catatan-catatan atas laporan keuangan.
IFRS menggunakan Principles Base :
(1) Lebih menekankan pada interpretasi dan aplikasi atas standar sehingga harus berfokus
pada spirit penerapan prinsip tersebut.
(2) Standar membutuhkan penilaian atas substansi transaksi dan evaluasi apakah presentasi
akuntansi mencerminkan realitas ekonomi.
(3) Membutuhkan professional judgment pada penerapan standar akuntansi.
(4) Menggunakan fair value dalam penilaian, jika tidak ada nilai pasar aktif harus
melakukan penilaian sendiri (perlu kompetensi) atau menggunakan jasa penilai.
(5) Mengharuskan pengungkapan (disclosure) yang lebih banyak baik kuantitatif maupun
kualitatif.
Kelebihan Dari IFRS

IFRS dihasilkan oleh lembaga internasional yang independen.


Proses pembuatan IFRS lebih komprehensif melalui riset yang mendalam.
IFRS adalah standar yang berbasis prinsip (principle based) sehingga pengaturan lebih
sederhana.
IFRS mensyaratkan pengungkapan informasi yang lebih detail dan terperinci.
IFRS lebih diterima oleh banyak Negara.
Manfaat Konvergensi IFRS secara umum adalah:
a. Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan Standar Akuntansi
Keuangan yang dikenal secara internasional (enhance comparability).
b. Meningkatkan arus investasi global melalui transparansi.

c. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal
secara global.
d. Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
e. Meningkatkan kualitas laporan keuangan, dengan antara lain, mengurangi kesempatan
untuk melakukan earning management
Manfaat IFRS ke dalam PSAK

Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan standar


akutansi keuangan yang dikenal secara internasional.
Penerapan IFRS ke dalam PSAK juga efektif menurunkan biaya modal dengan
membuka fund raising (penggalangan dana) melalui pasar modal secara global.
(tidak ada lagi biaya modal untuk penyamaan standar, karena IFRS berlaku umum)
Meningkatnya kualitas informasi laporan keuangan di negara ini, termasuk kualitas
laporan keuangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) karena BUMN merupakan
Profit Oriented sehingga menggunakan IFRS.
Meningkatkan komparabilitas, transparansi, kredibilitas dan kegunaan laporan
keuangan.
Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan dana melalui
pasar modal.
Meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan.

Kendala dalam harmonisasi PSAK ke dalam IFRS


1. Dewan Standar Akuntansi yang kekurangan sumber daya
2. IFRS berganti terlalu cepat sehingga ketika proses adopsi suatu standar IFRS masih
dilakukan, pihak IASB sudah dalam proses mengganti IFRS tersebut.
3. Kendala bahasa, karena setiap standar IFRS harus diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia dan acapkali ini tidaklah mudah.
4. Infrastuktur profesi akuntan yang belum siap. Untuk mengadopsi IFRS banyak
metode akuntansi yang baru yang harus dipelajari lagi oleh para akuntan.
5. Kesiapan perguruan tinggi dan akuntan pendidik untuk berganti kiblat ke IFRS.
6. Support pemerintah terhadap issue konvergensi.
Dampak Konvergensi IFRS Terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan
Konvergensi IFRS dapat meningkatkan daya informasi dari pelaporan keuangan
perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia. Adopsi standar internasional juga sangat
penting dalam rangka stabilitas perekonomian. Manfaat dari program konvergensi IFRS
diharapkan akan mengurangi hambatan-hambatan investasi, meningkatkan transparansi
perusahaan, mengurangi biaya yang terkait dengan penyusunan laporan keuangan, dan
mengurangi cost of capital. Sementara tujuan akhirnya laporan keuangan yang disusun
berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) hanya akan memerlukan sedikit rekonsiliasi
untuk menghasilkan laporan keuangan berdasarkan IFRS. Banyaknya standar yang harus

dilaksanakan dalam program konvergensi ini menjadi tantangan yang cukup berat bagi publik
untuk sedari dini mengantisipasi implementasi program konvergensi IFRS.
Beberapa dampak yang terjadi atas konvergensi IFRS terhadap kualitas penyajian Pelaporan
Keuangan, akan dijelaskan lebih rinci dari dalam perspektif kualitatif:
1. Perubahan konsep dari rule based ke principle based
Principle based mengandung makna bahwa standart akuntansi tidak bersifat ketat atau rigid,
melainkan hanya memberikan prinsip-prinsip umum standar akuntansi yang harus diikuti
untuk memastikan pencapaian kualitas informasi tertentu yang relevan, dapat
diperbandingkan dan objektif, sedangkan rule based mengandung makna bahwa untuk
mencapai kualitas informasi tertentu yang relevan, dapat diperbandingkan, dan objektif,
standar akuntansi harus bersifat ketat dan rigid.
2. Peran Profesional Judgement lebih dibutuhkan
Peralihan menuju principle based standar mempunyai arti standar akuntansi yang akan kita
gunakan menjadi lebih bersifat fleksibel karena aturan-aturan yang detail sudah
disederhanakan kedalam beberapa prinsip-prinsip dasar saja. Fleksibilitas dari IFRS inilah
yang menjadikan peran professional judgement lebih dibutuhkan baik dalam hal
mempersiapkan laporan keuangan maupun dalam hal pengauditan. Dan hal terpenting yang
harus kita lakukan adalah bahwa semua dokumen serta proses Profesional Judgement itu
harus didokumentasikan.
3. Penggunaan Fair Value Accounting
Fair value bukanlah nilai yang akan diterima atau dibayarkan entitas dalam suatu transaksi
yang dipaksakan, likuidasi yang dipaksakan, atau penjualan akibat kesulitan keuangan. Nilai
adalah nilai yang wajar mencerminkan kualitas kredit suatu instrumen.Sehingga dengan
adanya fair value accounting maka penyajian atas pelaporan keuangan untuk nilai aset dan
instrumen keuangan tercatat pada nilai sebenarnya atau wajar sesuai dengan kondisi
pasar. Sehingga kualitas yang dihasilkan atas laporan keuangan menjadi dapat diandalkan.
4. Keterlibatan pihak ketiga dalam penyusunan laporan keuangan
Dengan adanya konvergensi IFRS, menyebabkan segala sesuatu yang berkaitan dengan
penilaian dan pengukuran menjadi penting, sehingga kebutuhan atas adanya pihak ketiga
didalam penyusunan laporan keuangan sangat besar. Karena laporan keuangan mewajibkan
untuk diungkapkan secara menyeluruh agar transparansi menjadi suatu hal penting bagi
pengguna laporan keuangan.

Secara umum perbedaan antara ED PSAK 1 (2013): Penyajian Laporan Keuangan dengan
PSAK 1 (2009): Penyajian Laporan Keuangan adalah sebagai berikut:
Perihal
ED PSAK 1 (2013)
PSAK 1 (2009)
Judul laporan
Laporan
Laba
Rugi Laporan Laba Rugi dan
Komprehensif
Penghasilan
Komprehensif Lain

Definisi

Komponen
laporan
keuangan

Informasi Komparatif

Penyajian
penghasilan
komprehensif
lain

Tidak memberikan definisi


mengenai:
Laba rugi
Pemilik
Penyesuaian Reklasifikasi
Total
Laba
Rugi
Komprehensif
Komponen
Laporan
Keuangan
Lengkap:
1. Laporan posisi keuangan
2. Laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif
lain
3. Laporan perubahan ekuitas
4. Laporan arus kas
5. Catatan atas laporan
keuangan
6. Informasi komparatif
Menambahkan persyaratan
penyajian
dan pengungkapan:
1. Informasi komparatif
minimum
2. Informasi komparatif
tambahan
Disajikan
berdasarkan
kelompok:
1. Pos-pos yang akan
direklasifikasi
ke laba rugi
2. Pos-pos yang tidak akan
direklasifikasi
ke laba rugi

Memberikan
definisi
mengenai:
Laba rugi
Pemilik
Penyesuaian Reklasifikasi
Total
Laba
Rugi
Komprehensif
Komponen
Laporan
Keuangan
Lengkap:
1. Laporan posisi keuangan
2.
Laporan
laba
rugi
komprehensif
lain
3. Laporan perubahan ekuitas
4. Laporan arus kas
5. Catatan atas laporan
keuangan
Tidak terdapat
mengenai
hal tersebut.

pengaturan

Disajikan dalam kelompok


Penghasilan
komprehensif lain

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN AKUNTANSI DI INDONESIA


Makalah yang disusun untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah
Teori Akuntansi
Semester VII/2014
Disusun Oleh Kelompok 8 :
DIAN APRILIYANTI

(111211..)

ANNISA MENTARI

(11121005)

PARAMITHA UNIEK WIDYASARI

(11121014)

SISCA RAMAYANTI

(11121039)

Jurusan Akuntansi
UNIVERSITAS TRLOGI
JAKARTA
2014

Anda mungkin juga menyukai