AKUNTANSI DI INDONESIA
Praktik ini baru diketahui pertama kali pada tahun 1747 di saat Amphioen
Societeit melakukan pembukuan. Dalam era ini, kolonial Belanda menggunakan
sistem pembukuan berganda atau dikenal juga dengan tipe Double Entry
Bookkeeping. Bukan hanya Amphioen Society saja, Perusahaan VOC juga dikenal
memegang peranan penting dalam praktik bisnis yang berjalan di atas bumi
pertiwi sebagai organisasi komersial utama.
Kegiatan ekonomi yang berjalan relatif cepat pada rentang waktu tahun
1800-an hingga awal 1900. Hal ini ditandai dengan penghapusan sistem kerja
tanam paksa dan mulai banyaknya investor Belanda yang mempercayakan dana
mereka dalam bentuk saham di Indonesia. Hal ini menuntut permintaan tenaga
kerja khususnya akuntan dan juru pembukuan yang sudah terlatih dan siap kerja.
Sekitar tahun 1907, akibat desakan kondisi, fungsi auditing mulai dikenalkan.
Sayang, kesempatan ini justru diraih oleh akuntan asal Belanda dan Inggris yang
masuk ke Indonesia.
Kehadiran auditor kala itu, Van Schagen, adalah poin dibangunnya
Jawatan Akuntan Negara atau Government Accountant Dienst pada tahun 1915.
Pendirian komunitas ini kemudian menyulut pendirian kantor-kantor akuntan
lainnya seperti kantor akuntan H. Y. Voerens yang berdiri pada tahun 1920. Hal
ini juga tolak balik berdirinya Jawatan Akuntan Pajak atau Belasting Accountant
Dientst. Sayangnya, saat akuntansi sedang menjadi primadona yang dibutuhkan,
tak satu pun orang asli Indonesia yang bekerja dalam bidang akuntansi publik.
Hingga 29 tahun kemudian, tepatnya tanggal 21 September, JD Massie sebagai
orang Indonesia asli diangkat sebagai pemegang buku pada Jawatan Akuntansi
Pajak.
Satndar akuntansi
internasional diadopsi tahun
1995
ERA SETELAH SUHARTO Indonesia berjuang dari Regulasi diperketat untuk
(SETELAH 1998): kesulitan ekonomi dan memperbaiki pengungkapan
Suharto dipaksa mengundurkan stabilitas sosial informasi
diri pada tahun 1998
Kemajuan selanjutnya dapat dilihat pada tahun 1990an ketika Bank Dunia
mensponsori Proyek pengembangan Akuntan (PPA). Melalui proyek ini, berbagai
standar akuntansi dan auditing dikembangkang, standar profesi diperkuat dan
Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) mulai dikenal. Ujian Sertifikasi
Akuntan Publik bersetandar internasional diberlakukan sebagai syarat wajib bagi
akuntan Publik yang berpraktik sejak tahun 1997 (akuntan yang sudah berpraktik
sebagai akuntan publik sebelum 1997 tidak wajib mengikuti USAP).
Grady pada tahun 1965. Pada bulan Desember 1973, IAI mengadopsi
Akuntansi Indonesia (PAI). PAI ini berisi prinsip dasar, praktik, metode dan
teknik akuntansi. Dalam menjalankan kegiatanya, IAI juga berkerja sama dengan
Direktorat Jendral Pajak dan Bapepan untuk memastikan bahwa IAI memperoleh
dukungan resmi dari lembaga tersebut. IAI kemudian membent (KAPAI) pada
1984 KPAI mengeluarkan prinsip akuntansi yang telah direvisi yang kemudian
diberi nama Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) 1984. Meskipun sudah ada
beberapa perbaikan, PAI 1984 tidak mampu mengatasi praktik akuntansi untuk
memiliki kesempatan untuk memilih model pelaporan keuang seperti yang mereka
inginkan.
Sampai awal tahun 1990an, lebih dari 200 perusahaan terdaftar di pasar
yang cepat tersebut. Akibatnya, pada tahun 1994, IAI mengadopsi Framework for
Kuangan (PSAK). Dalam Kongres IAI ke-7, diputuskan bahwa IAI menggunakan
IAS sebagai dasar pelaporan keungan domestik dan menyetujui bebrapa PSAK
yang baru.
Selama tiga dekade, pelaporan keungan di Indonesia telah berkembang
menarik beberapa PSAK lebih maju dibandingkan IAS mampu US GAAP (ADB
Dengan adanya tim teknis yang bekerja penuh, komite cukup mempunyai
ketua yang mempunyai tanggungjawab tambahan yaitu memimpin rapat- rapat
komite dan pertemuan lain, pengembangan dan pengawasan kebijakan
administrative, bekerjasama dengan pengurus dalam membuat anggaran komite,
melakukan kontak dengan konstituen dan pengurus pusat IAI.
Ketua dan anggota komite SAK harus dibebaskan dari usaha mencari dana
penyususn standar akuntansi keuangan. Tim teknis membuat anggaran biaya
komite setiap tahun. Pengurus pusat dengan bantuan Advisory Council
mempunyai tanggungjawab untuk menyediakan dana yang anggarannya telah
disetujui Bersama antara pengurus pusat, Advisory Council dan Komite SAK.