Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PERKEMBANGAN AKUTANSI DI INDONESIA

DI SUSUN OLEH :

JEFLIN MUHAMMAD (202051016)

UNIVERSITAS SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN

INFORMATIKA DAN KOMPUTER

KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat ALLAH SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya,
saya dapat menyelesaikan tugas Makalah “Perkembangan Akutansi di Indonesia”.

Makalah ini berisikan informasi tentang Pengertian, tujuan dan manfaat atau yang lebih
khususnya Membahas tentang Presentasi Ilmiah.

Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua mengenai
Perkembangan Akutansi di Indonesia.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ 2


DAFTAR ISI ............................................................................................................................... 3
BAB I............................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 4
A. LATAR BELAKANG ........................................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASAALAH .................................................................................................... 4
C. TUJUAN ................................................................................................................................ 4
BAB II .......................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN........................................................................................................................... 5
A. SEJARAH PERKEMBANGAN AKUNTANSI DI INDONEISA ....................................... 5
B. PERKEMBANGAN ORGANISASI PROFESI AKUNTANSI DI INDONESIA................ 7
C. PENYUSUNAN STANDAR AKUNTANSI DI INDONESIA ............................................ 8
BAB III ....................................................................................................................................... 10
PENUTUP .................................................................................................................................. 10
A. KESIMPULAN ................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 11
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Akuntansi Indonesia mengalami pasang surut perkembangan. Ada berbagai faktor yang
mempengaruhi perkembangan akuntansi di Indonesia. Faktor tersebut antara lain lingkungan
politik dan ekonomi serta organisasi profesi. Seperti diketahui Indonesia telah mengalami
perubahan dalam lingkungan politik dengan ditandai pergantian kepemimpin yang memiliki
karakter berbeda. Perbedaan karakter kepemimpinan ini pada akhirnya akan mempengaruhi
model ekonomi Negara serta mempengaruhi praktik akuntansi. Secara singkat pada makalah
ini mencoba membahas perkembangan praktik akuntansi di Indonesia. Pembahasan pertama
dimulai dengan mengambarkan sejarah perkembangan akuntansi si Indonesia. Pada bagian
berikutnya akan dibahas perkembangan organisasi profesi akuntansi, dan penyususnan standar
akuntansi di Indonesia.

B. RUMUSAN MASAALAH
1. Bagaimana perekembangan akutansi di Indonesia?
2. Bagaimanakah perkembangan organisasi profesi akutansi di Indonesia?
3. Bagaimana proses penyusunan standar akutansi di Indonesia?

C. TUJUAN
1. Untuk menetahui bagaimana perkembangan akutansi di Indonesia
2. Untuk mengetahui bagaiman perkembangan organisasi profesi akutansi di Indonesia
3. Untuk menetahui proses penyusunan standar akutansi di Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH PERKEMBANGAN AKUNTANSI DI INDONEISA

Praktik akuntansi di Indonesia dapat ditelusuri pada era penjajahan Belanda sekitar 17
(ADB 2003) atau sekitar tahun 1642 (Soemarso 1995). Jejak yang jelas berkaitan dengan
praktik akuntansi ddi Indonesia dapat di temui pada tahun 1747, yaitu praktik pembukuan
yang dilaksanakan Amphioen Socitey yang berkedudukan di Jakarta (Soemarso 1995). Pada
era ini Belanda menganlkan sistem pembukuan berpasangan (Double-entry bookkeeping)
sebagaimana yang dikembangkan ole h luca Pacioli. Perusahaan VOC milik Belanda yang
merupakan organisasi komersial utama selama masa penjajahan memainkan peranan penting
dalam praktik bisnis di Indonesia selam era ini (Diga dan Yunus 1997).
Kegiatan ekonomi pada masa penjajahan meningkat cepat selama tahun 1800an awal
tahun 1900an. Hal ini ditandai dengan dihapuskannya tanam paksa sehingga pengusaha
Belanda banyak yang menanamkan modalnya di Indonesia. Peningkatan kegiatan ekonomi
mendorong munculnya permintaan akan tenaga akuntan dan juru buku yang terlatih.
Akibatnya, fungsi auditing mulai mulai dikenalkan di Indonesia pada tahun 1907 (Soemarso
1995). Peluang terhadap kebutuhan audit ini akhirnya diambil oleh akuntan Belanda dan
Inggris yang masuk ke Indonesia untuk membantu kegiatan administrasi di perusahaan tekstil
dan perusahaan manufaktur (Yunus 1990). Intrernal auditor yagn pertama kali datang di
Indonesia adalah J.W Labrijn yang sudah berada di Indonesia pada tahun 1896 dan orang
pertama yang melaksanakan pekerjaan audit (menyusun dan mengontrol pembukuan
perusahaan) adalah Van Schagen yang dikirim ke Indonesia pada tahun 1907 (Soemarso
1995)
Pengiriman Van Schagen merupakan titik tolak berdirinya Jawatan Akuntan Negara-
Government Accountant Dienst yang terbentuk pada tahun 1915 (Soemarso 1995). Akuntan
public yang pertama adalah Frese dan Hogeweg yang mendirikan kantor di Indonesia pada
tahun 1918. pendirian kantor ini diikuti kantor akuntan yang lain yaitu kantor akuntan H.Y.
Voerens pada tahun 1920 dan pendirian Jawatan Akuntan Pajak-Belasting Accountant Dienst
(Soemarso 1995). Pada era penjajahan, tidak ada orang Indonesia yang bekerja sebagai
akuntan public. Orang Indonesia pertama yang bekerja di bidang akuntansi adalah JD. Massie,
yang diangkat sebagai pemegang buku pada Jawatan Akuntan Pajak pada tanggal 21
September 1929 (Soemasro 1995).
Kesempatan bagi akuntan lokal (Indoenesia) mulai muncul pada tahun 1942-1945,
dengan mundurnya Belanda dari Indonesia. Sampai tahun 1947 hanya ada satu orang akuntan
yang berbangsa Indonesia yaitu Prof. Dr. Abutari (Soemarso 1995). Praktik akuntansi model
Belanda masih diggunakan selama era setelah kemerdekaan (1950an). Pendidikan dan
pelatihan akuntansi masih didominasi oleh sistem akuntansi model Belanda.
Nasionalisasi atas perusahaan yagn dimiliki Belanda dan pindahnya orang-orang
Belanda dari Indonesia pada tahun 1958 menyebabkan kelangkaan akuntan dan tenaga ahli
(Diga dan Yunus 1997).
Atas dasar nasionalisasi dan kelangkaan akuntan, Indonesia pada akhirnya berpaling
ke praktik akuntansi model Amerika. Namun demikian, pada era ini praktik akuntansi model
Amerika mampu berbaur dengan akuntansi model Belanda, terutama yang terjadi di lembaga
pemerintah. Makin meningkatnya jumlah institusi pendidikan tinggi yang menawarkan
pendidikan akuntansi-seperti oembukaan jurusan akuntansi di Universitas Indonesia 1952,
Institut Ilmu Keuangan (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara-STAN) 1990, Universitas
Padjajaran 1960, Univeritas Sumatra Utara 1960, Universitas Airlangga 1960 dan Universitas
Gajah Mada 1964 (Soemarso 1995) telah mendorong pergantian praktik akuntansi model
Belanda dengan model Amerika pada tahun 1960 (ADB 2003). Selanjutnya, pada tahun
1970 semua lembaga harus mengadopsi sistem akuntansi model Amerika (Diga dan Yunus
1997).
Pada pertengahan tahun 1980an, sekelompok tehnokrat muncul dan memiliki
kepedulian terhadap reformasi ekonomi dan akuntansi. Kelompok terebut berusaha untuk
menciptakan ekonomi yang lebih kompetetif dan lebh berorentasi pada pasar – dengan
dukungan praktik akutansi lebih baik. Kebijakan kelompok tersebut memeperoleh dukungan
yang kuta dari investor asing dan lembaga-lembaga internasional (Rosser 1990). Sebelum
perbaikan pasar model dan pengenalan reformasi akuntansi tahun 1980an dan awal 1990an,
dalam praktik banyak ditemui perusahaan yang memiliki tiga jenis pembukuan – satu untuk
menunjukkan gambaran sebenarnya dari perusahaan dan untuk dasar pengambilan keputusan;
satu untuk menunjukkan hasil yang positif dengan maksud agar dapat digunakan untuk
mengajukan pinjaman/ kredit dari bank domestic dan asing; dan satu lagi yang menunjukkan
hasil negative (rugi) untuk tujuan pajak (Kwik 1994).
Pada awal tahun 1990an, tekanan untuk memperbaiki kualitas pelaporan keuangan
muncul seiring dengan terjadinya berbagai skandal pelaporan keuangan yang dapat
mempengaruhi kepercayaan dan perilaku investor. Sekandal pertama adalah kasus Bank Duta
(bank swasta yang dimiliki oleh tiga yayasan yagn dikendalikan presiden Suharto). Bank Duta
Go Public pada tahun 1990 tetapi gagal mengungkapkan kerugian yang jumlah besar (ADB
2003). Bank Duta juga tidak menginformasi semua informasi kepada Bapepam, auditornya
atau underwriternya tentang masalah tersebut. Celakanya, auditor Bank Duta mengeluarkan
wajar tanpa pengecualian. Kasus ini diikuti oleh kasus Plaza Indonesia Realty (Pertengahan
1992) dan Barito Pacific Timber (1993). Rosser (1999) mengatakan bahwa bagi pemerintah
Indonesia, kualitas pelaporan keuangan harus diperbaiki jika memang pemerintah
menginginkan adanya transformasi pasar modal dari model “casino” mejadi model yang
dapat memobilisasi aliran investasi jangka panjang.
Berbagai skandal tersebut telah mendorong pemerintah dan badan berwenang untuk
mengeluarkan kebijakan regulasi yang ketat berkaitan dengan pelaporan keuangan. Pertama,
pada September 1994, pemerintah melalui IAI mengadopsi seperangkat standar akuntansi
keuangan (PSAK). Kedua, pemerintah bekerja sama dengan Bank Dunia (Work Bank)
melaksanakan proyek Pengembangan Akuntansi yang ditunjuk untuk mengembangakan
regulasi akuntansi dan melatih profesi akuntansi. Ketiga, pada tahun 1995, pemerintah
membuat barbagai aturan berkaitan dengan akuntansi dalam Undang-undang Perseroan
Terbatas. Keempat, pada tahun 1995 pemerintah memasukkan aspek akuntansi/ pelaporan
keuangan kedalam Undang-undang Pasar Modal (Rosser 1999).

B. PERKEMBANGAN ORGANISASI PROFESI AKUNTANSI DI INDONESIA

Sampai dengan tahun 1950an, di Indonesia belum ada profesi akuntansi lulusan
universitas lokakl. Hampir semua akuntan memiliki kualifikasi proffesional yang berasal dari
Belanda. Munculnya Undang-Undang No. 34/1954 tentang Pemakaian Gelar Akuntan
merupakan fondasi lahirnya akuntan yang berasal dari universitas lokal. Pada tahun 1957,
kelompok pertama mahasiswa akuntansi lulus dari Universitas Indonesia. Namun demikian,
kantor akuntan public milik orang Belanda tidak mengakui kualifikasi mereka. Atas dasar
kenyataan tersebut, akuntan lulusan Universitas Indonesia bersama-sama dengan dengan
akuntan senior lulusan Belanda mendirikan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada tanggal 23
Desember 1957. professor Soemarjo Tjitrosidojo – akademisi berpendidikan Belanda adalah
Ketua Umum IAI yang pertama (Yunus 1990). Tujuan didirikannya IAI ini antara lain
mempromosikan status profesi akuntansi, mendukung pembangunan nasional dan
meningkatkan keahlian serta kompetensi akuntan.
Selama tahun 1960an, menurunnya peran kegiatan keuangan mengakibatkan
penurunan permintaan jasa akuntansi dan kondisi ini berpengaruh pada perkembangan profesi
akuntansi di Indonesia. Namun demikian, perubahan kondisi ekonomi dan politik yang terjadi
pada akhir era tersebut, telah mendorong pertumbuhan profesi akuntansi. Profesi akuntansi
mulai berkembang cepat sejak tahun 1967 yaitu setelah dikeluarkannya Undang-Undang
Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri 1968
(Soemarso 1995). Usaha profesionalisasi IAI mendapat sambutan ketika dilaksanakan
konvensi akuntansi yang pertama yaitu pada tahun 1969. hal ini terutama disebabkan oleh
adanya Surat Keputusan Menteri Keuangan yang mewajibkan akuntan bersertifikat menjadi
anggota IAI (ADB 2003)
Pada tahun 1973, IAI membentuk “Komite Norma Pemeriksaan Akuntan” (KNPA)
untuk mendukung terciptanya perbaikan ujian akuntansi (Bahciar 2001). Yayasan
Pengembangan Ilmu Akuntansi Indonesia (YPAI) didirikan pada tahun 1974 untuk
mendukung pengembangan profesi melalui program pelatihan dan kegiatan penelitian.
Selanjutnya pada tahun 1985 dibentuk Tim Koordinasi Pengembangan Akuntansi (TKPA).
Kegitan TKPA ini didukung sepenuhnya oleh IAI dan didanai oleh Bank Dunia sampai
berakhir tahun 1993. misinya adalah untuk mengembangkan pendidikan akuntansi, profesi
akuntansi, standar profesi dank ode etik profesi.
Kemajuan selanjutnya dapat dilihat pada tahun 1990an ketika Bank Dunia
mensponsori Proyek Pengembangan Akunatan (PPA). Melalui proyek ini, berbagai standar
akuntansi dan auditing dikembangkan, standar profesi diperkuat dan Ujian Sertifikasi
Akuntan Publik (USAP) mulai dikenalkan. Ujian Sertifikasi Akuntan Publik berstandar
Internasional diberlakukan sebagai syarat wajib bagi akuntan publik yang berpraktik sejak
tahun 1997 (akuntan yang sudah berpraktik sebagai akuntan public selama 1997 tidak wajib
mengikuti USAP). Pengenalan USAP ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah. Hal ini
dapat dilihat SK Menteri Keuangan No. 43/ KMK. 017/ 1997 yang berisi ketentuan tentang
prosedur perizinan, pengawasan, dan sanksi bagi akuntan public yang bermasalah (SK ini
kemudian diganti dengan SK No. 470/ kmk.017/ 1999).
Empat pupluh lima tahun setelah pendirian, IAI berkembang menjadi organisasi
profesi yang diakui keberadaanya di Indonesia dan berprofesi sebagai akuntan publik, akuntan
manajemen, akuntan pendidikan dan akuntan pemerintahan.
Profesi akuntansi menjadi sorotan publik ketika terjadi krisis keuangan di Asia pada
tahun 1997 yang ditandai dengan bangkrutnya berbagai perusahaan dan Bank di Indonesia.
Hal ini disebabkan perusahaan yang mengalami kebangkrutan tersebut, banyak yang
mendapat opini wajar tanpa pengecualian (unqualified audit opinions) dari akuntan publik.
Pada bulan Juni 1998 Asian Devloment Bank (ADB) menyetujui Financial Governance
Reform Sector Develoment Program (FGRSDP) untuk mendukung usaha pemerintah
mempromosikan dan memperkuat proses pengelolaan perusahaan (governance) di sektor
public dan keuangan. Kebijakan FGRSDP yang disetujui pemerintah adalah usaha untuk
menyusun peraturan yang membuat :
1) Auditor bertanggung jawab atas kelalaian dalam melaksanakan audit
2) Direktur bertanggung jawab atas informasi yang salah dalam laporan keuangan dan
informasi publik lainnya.
Tahun 2001, Departemen Keuangan mengeluarkan Draft Akademik tentang
Rancangan Undang-Undang Akuntan Publik yang baru. Dalam draft ini disebutkan bahwa
tujuan dibenetuknya UU Akuntan Publik adalah :
a) Melindungi kepercayaan publik yang diberikan kepada akuntan public.
b) Memberikan kerangka hukum yang lebih jelas bagi akuntan publik.
c) Mendukung pembangunan ekonomi nasional dan menyiapkan akuntan dalam
menyongsong era liberalisasi jasa akuntan publik.
Hal penting dalam RUU AP ini adalah ketentuan yang menyebutkan bahwa akuntan publik
dan kantor akuntan public dapat dituntut dengan sanksi pidana.

C. PENYUSUNAN STANDAR AKUNTANSI DI INDONESIA

Proses penyusunan standar akuntansi yang baik harus memiliki lima tahapan (ADB 2003) :
1) Design – aspek khusus akuntansi tertentu diidentifikasi dan diteliti dan exposure draft
disiapkan
2) Approval – draft tersebut direview dan jika layak akan disetujui sebagai standar.
3) Education – penjelasan kepada penyusun dan pemakai laporan keuangan tentang
pengaruh dan implementasi standar yang baru
4) Implementation – ketentuan dalam standar terebut diaplikasikan dalam perusahaan.
5) Enforcement – pengawasan dan pemberian sanksi bagi yang tidak menerapkan.
Penyusunan standar akuntansi Indonesia pada dasarnya mengacu pada model Amerika
dengan sedikit modifikasi. Menurut aturan yang dibuat Dewan Standar Akuntansi Keuangan,
proses penyusunan standar akuntansi keuangan melibatkan delapan tahap berikut ini (ADB
2003) :
a. Issue Identification. Kongres IAI yang bertemu setiap 4 tahun mengeluarkan
resolusi tentang program kerja strategi DSAK. DSAK ini memonitor dan
mempertimbangkan pengumuman resmi yang dikeluarkan International
Accounting Standar Board (IASB) dan badan perumus standar akuntansi lainnya
serta mereview masukan yang diberikan secara langsung oleh pihak tertentu.
b. Preliminary Consideration. DSAK mendiskusikan isu yang ada dan komisi
yang diperlukan serta melakukan penelitian terhadap isu yang ada sebelum isu
tersebut dimasukkan dalam program kerja DSAK
c. Preparation of Accounting Discussion Paper. Untuk setiap topic yang
diterima, DSAK membentuk Komite Khusus untuk menyiapkan topic outline
dan Accounting Discussion Paper (ADP) yang secara rinci menjelaskan dan
menganalisa topik tersebut.
d. Preparation of Exposure Draft (ED). Atas dasar pertimbangan yang terdapat
dalam ADP, DSAK menyiapkan ED awal yang harus konsisten dengan
kerangan standar akuntansi internasional. ED awal ini didistribusikan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan untuk mendapatkan tanggapan.
e. Publication of ED. ED dipublikasikan di Media Akuntansi – Majalah IAI dan
didistribusikan kepada pihak yang berkepentingan paling lambat 1 bulan
sebelum Public hearing.
f. Public Hearings. Public hearing diselenggarakan untuk memeberi kesempatan
pada pihak yang berkepentingan untuk menyampaikan pandangan mereka
terhadap ED tersebut. Atas dasar masukan tersebut, DSAK akan berkonsultasi
dengan pemerintah, organisasi dan individu lain yang relevan sebelum
disyahkan menajadi PSAK.
g. PSAK Preparation. Jika perlu, DSAK mengubah ED untuk merefleksikan hasil
konsultasi yang telah dilakukan.
h. Approval and Promulgation. DSAK menyetujui PSAK untuk diterbitkan
sebagai pedoman resmi praktik akuntansi tertentu. PSAK yang disetujui
dipublikasikan melalui Media Akuntansi dan Website IAI.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Perkembangan akuntasi di Indonesia mengalami pasang surut, beberapa faktor yang


mempengaruhinya antara lain lingkungan politik dan ekonomi serta organisasi profesi.
Proses pembentukan standar akuntansi atau sering disebut dengan standar setting
process merupakan proses yang cukup pelik oleh karena melibatkan aspek politik, bisnis,
sosial budaya. Aspek politik cukup dominan karena tarikan beberapa kepentingan baik pihak
pemerintah, swasta maupun profesi akuntan itu sendiri.Hal ini dapat dipahami karena standar
akuntansi yang akan diberlakukan akan mengikat semua pihak.
Dilihat dari aspek bisnis, standar akuntansi akan berkembang seiring dengan
perkembangan dunia bisnis. Munculnya transaksi-transaksi bisnis baru yang semakin
komplek menuntut adanya standar akuntansi yang mengatur transaksi tersebut. Oleh karena
standar akuntansi akan diterapkan pada suatu komunitas tertentu maka aspek sosial budaya
juga akan mewarnai penyusunan standar tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Abdoelkadir, K.K., 1982, “The Perception of Accountants and Accounting Students on the
Accounting Profession in Indonesia”, PhD Dissertation, Texas A&M University

ADB. 2003. “Diagnosa Study of Accounting and Auditing Practice (Private Sector) :
Republic of Indonesia.” ADB Report, Asian Development Bank: Manila, 21 Februari

Bachtiar, E., 2001. “The Professionalization of Accounting in Indonesia”, Paper disajikan


dalam the Second International Accounting History Conference, Osaka Jepang, Agustus
2001.

Craig, R. and J. Diga. 1998. “Corporate Accounting Disclosure in Asean.” Journal of


International Financial Management and Accounting, 9:3, pp. 246-274.

Prof.Dr.Imam Ghozali, M.Com,Akt and Dr.Anis Chariri, M.Com,Akt “ Teori Akuntasi edisi 3

Anda mungkin juga menyukai