Anda di halaman 1dari 25

Makalah

Teori Akuntansi
“Aspek Kelembagaan dalam Pengembangan Akuntansi &
Akuntansi di Indonesia”

Nama Kelompok 3 :
1. Ni Kadek Aris Kristina Dewi (04/1902622010563)
2. Ni Putu Sukarini (06/1902622010565)
3. Ni Made Yuniasih (14/1902622010573)
4. Ni Kadek Desi Supriyanti (20/1902622010579)

Prodi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Mahasaraswati Denpasar
Tahun 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Teori Akuntansi tentang Aspek
Kelembagaan dalam Pengembangan Akuntansi & Akuntansi di Indonesia ini dengan
lancar dan tanpa ada kendala yang berarti.

Melalui makalah ini kami akan menjelaskan tentang Aspek Kelembagaan dalam
Pengembangan Akuntansi & Akuntansi di Indonesia meliputi, Penyusunan Standar
Akuntansi di AS, Periode Pembentukan, Komite Prosedur Akuntansi, Periode
Berakhirnya CAP dan Periode Modern, Periode Setelah Skandal Akuntansi, Sejarah
Perkembangan Akuntansi di Indonesia, Standar Akuntansi di Indonesia, dan Penyusunan
Standar Akuntansi di Indonesia. Makalah ini membantu untuk mengetahui lebih jauh
tentang materi yang berhubungan dengan Teori Akuntansi.

Tak ada sesuatu yang sempurna, demikian juga dengan makalah ini tentu masih
banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu kepada para pembaca khususnya
kepada dosen mata kuliah ini dimohon kritik dan sarannya yang bersifat membangun
guna penyempurnaan makalah ini.

Atas kontribusinya, kami ucapkan terima kasih. Semoga makalah ini benar-benar
bermanfaat.

Klungkung, 19 September 2021

Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1

1.3 Tujuan Makalah.......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

2.1 Penyusunan Standar Akuntansi di AS.....................................................................3

2.2 Periode Pembentukan..............................................................................................4

2.3 Komite Prosedur Akuntansi.....................................................................................5

2.4 Periode Berakhirnya CAP dan Periode Modern......................................................5

2.5 Periode Setelah Skandal Akuntansi.........................................................................7

2.6 Sejarah Perkembangan Akuntansi di Indonesia.......................................................9

2.7 Standar Akuntansi di Indonesia...............................................................................11

2.8 Penyusunan Standar Akuntansi di Indonesia...........................................................14

BAB III PENUTUP...........................................................................................................17

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................17

3.2 Saran............................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Amerika Serikat sebelum tahun 1930, akuntansi sebagian besar tidak diatur. Praktik
dan prosedur akuntansi yang digunakan oleh perusahaan umumnya dianggap rahasia.
Jadi, suatu perusahaan memiliki sedikit pengetahuan tentang prosedur akuntansi yang
dipakai oleh perusahaan lain. Jelas, hasilnya adalah kurangnya keseragaman dalam
praktik akuntansi antara perusahaan, baik dari tahun ke tahun dan dalam industri yang
sama. Bank dan kreditur lainnya, yang merupakan pengguna utama laporan keuangan,
memberikan arah nyata dalam praktik akuntansi. Penekanan bank dan kreditur terutama
ditujukan pada pengungkapan kas dan sumber daya mendekati kas yang dapat digunakan
untuk pembayaran utang. Ketika terjadi goncangan pasar saham pada tahun 1929
investor pemegang saham mulai mempertanyakan apakah akuntansi dan praktik
pelaporan memadai untuk menilai investasi. Realisasi bahwa laporan keuangan
didasarkan pada praktek akuntansi yang bervariasi secara luas serta sering menyesatkan
investor saat ini dan calon investor menyebabkan terjadinya periode pertama dari tiga
periode perkembangan standar akuntansi:
1. Tahun-Tahun Pembentukan (1930-1946).
2. Periode Pasca Perang (1946-1959).
3. Periode Modern (1959-Sekarang).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Bagaimana penyusunan standar akuntansi di AS?
2. Kapan periode pembentukannya?
3. Siapa komite prosedur akuntansi?
4. Bagaimana periode berakhirnya cap dan periode modern?
5. Bagaimana periode setelah skandal akuntansi?
6. Bagaimana sejarah perkembangan akuntansi di Indonesia?
7. Bagaimana standar akuntansi di Indonesia?
8. Bagaimana penyusunan standar akuntansi di Indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk:
1. Menjelaskan penyusunan standar akuntansi di AS
2. Menjelaskan periode pembentukannya
3. Mengetahui komite prosedur akuntansi
4. Menjelaskan periode berakhirnya cap dan periode modern
5. Menjelaskan periode setelah skandal akuntansi
6. Menjelaskan sejarah perkembangan akuntansi di Indonesia
7. Menjelaskan standar akuntansi di Indonesia
8. Menjelaskan penyusunan standar akuntansi di Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penyusunan Standar Akuntansi di AS


Pengaruh manajemen dalam pembentukan prinsip-prinsip akuntansi muncul dari
meningkatnya jumlah pemegang saham dan peranan ekonomi dominan yang dimainkan
oleh korporasi industri setelah 1900. Selama tahun 1920-an nilai pasar saham naik lebih
tinggi di banding dengan nilai riil terjamin yang mendasarinya sampai seluruh struktur
tersebut ambruk pada saat terjadinya malaise (crash) pasar modal tahun 1929.
Pemerintah Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Franklin D. Roosevelt
berusaha untuk menangkal terjadinya depresi dan diantara berbagai tindakan yang
diambil, Ia menciptakan satu badan yang diberi nama Securities and Exchanges
Commission (SEC atau BapepamAS). Badan ini bertanggung jawab untuk melindungi
kepentingan para investor dengan memastikan adanya ketentuan mengenai
pengungkapan yang lengkap dan layak di dalam peraturan pasar modal.
Keberadaan SEC telah memacu profesi akuntansi untuk bersatu dan menjadi lebih
cerdik dalam mengembangkan prinsip-prinsip akuntansi serta etika profesi untuk
mengatur profesi akuntansi. Hal ini menimbulkan terbentuknya beberapa organisasi
sektor swasta yang berbeda, dimana setiap organisasi mempunyai tanggung jawab untuk
menertibkan standar–standar akuntansi. Seperti yang telah kita ketahui terdapat tiga
kelompok penting yang terlibat dalam laporan keuangan, yaitu para pemakai, manajer
perusahan serta auditor eskternal. Pada umumnya, fungsi–fungsi ini dapat saja saling
bertentangan satu sama lain. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa dipandang
perlu untuk mengatasi pandangan yang berbeda yang dapat menimbulkan adanya
penerapan metode akuntansi yang berbeda dalam keadaan yang sama. Standar ini
dianggap oleh profesi sebagai cerminan posisi profesi yang diterima umum, dan harus
diikuti dengan penyusunan setiap laporan keuangan, kecuali jika keadaan membenarkan
adanya pengecualian terhadap standar yang ada.
Pengembangan standar akuntansi di Amerika dapat dibagi ke dalam tiga tahap yaitu
tahap awal pembentukan (1930-1946). Periode setelah perang dunia (1946-1959), dan
periode modern (1959 sampai sekarang). Periode sebelum tahun 1930 akuntansi di
Amerika boleh dikatakan tidak diatur. Praktek dan prosedur akuntansi yang digunakan
oleh dunia usaha umumnya dianggap rahasia. Satu perusahaan dengan perusahaan
lainnya tidak saling mengetahui prosedur akuntansi yang digunakan. Sebagai akibat
terjadi ketidakseragaman dalam praktek akuntansi antar perusahaan bahkan antar
perusahaan dalam industri yang sama. Tuntutan perlunya standar akuntansi datang dari
perbankan dan kreditur lainnya karena merekalah pemakai utama laporan keuangan
perusahaan.

2.2 Periode Pembentukan


Dalam fase ini manajemen di anggap memiliki peranan yang besar dalam
merumuskan standar akuntansi. Hal ini muncul dari akibat bertambahnya investor dan
peranannya yang besar dalam perkembangan perusahaan setelah tahun 1900. Jika situasi
manajemen memengaruhi penyusunan standar akuntansi, terjadi keadaan sebagai berikut:
a. Banyak standar akuntansi lemah dari segi teoritis, metode pemecahan masalah
akuntansi adalah pragmatis bukan di dasarkan pada teori.
b. Fokus perhatian manajemen adalah hanya ingin untuk menentukan laba kena pajak
dan upaya mengurangi beban pajak
c. Teori akuntansi yang dianut selalu dilatar belakangi oleh konsep smoot earnings.
d. Masalah-masalah rumit selalu dihindarkan dan muncullah pemecahan masalah
yang mudah
e. Beberapa perusahaan yang berbeda menerapkan teknik yang berlainan untuk satu
masalah yang sama.
Maka, akibat dari crash di pasar modal pada tahun 1929 (market crash) periode
1930 sampai 1946 memiliki pengaruh yang signifikan didalam praktek akuntansi di
Amerika. Usaha pertama mengembangkan standar dimulai dengan adanya persetujuan
antara American Institut Certified Public Accountant (AICPA) dan New York Stock
Exchanges (NYSE). Hasil kerjasama ini adalah format draft “Five Broad Accounting
Principles” yang disiapkan oleh Komite AICPA dan disetujui oleh Komite NYSE pada
tanggal 22 September 1932. Dokumen ini merupakan usaha formal untuk
mengembangkan “Generally Accepted Accounting Principles” dan dimasukan ke dalam
Accounting Research Bulletin (ARB) No.43. Upaya bersama yang dilakukan NYSE dan
AICPA memiliki pengaruh besar dalam pembuatan kebijakan akuntansi di Amerika
Serikat selama 50 tahun kedepan. Rekomendasi (semua aspek dari dokumen
NYSE/AICPA asli) belum sepenuhnya diimplementasikan, tetapi konsep dasar yang
mengizinkan tiap perusahaan untuk memilih metode-metode dan prosedur yang paling
tepat untuk laporan keuangannya sendiri dalam kerangka dasar “generally accepted
accounting principles” menjadi titik fokus pembangunan prinsip-prinsip di Amerika
Serikat.

2.3 Komite Prosedur Akuntansi


Pada tahun 1933 AICPA membentuk Komite Khusus pengembangan prinsip
akuntansi yaitu Special Committee on Development if Accounting Principles (SCDAP).
Namun tidak banyak yang bisa dikerjakan oleh Komite ini dan kemudian diganti dengan
Committee on Accounting Procedures (CAP) pada tahun 1936. Pada awalnya CAP ingin
mengembangkan prinsip-prinsip akuntansi yang komprehensif sebagai petunjuk umum
pemecahan masalah praktek khusus. Untuk menyusun prinsip seperti ini diperlukan
waktu sekitar 5 tahun dan SEC atau Bapepamnya Amerika menginginkan waktu yang
lebih cepat. Akhirnya CAP memutuskan untuk mengadopsi pemecahan masalah khusus
dan memberikan rekomendasi pemakaian metode akuntansi tertentu.
Dalam menjawab ASR No.4, CAP mulai tahun 1939 menerbitkan prinsip akuntansi
yang memiliki dukungan otoritas. Selama periode dua tahun 1938-1939 telah diterbitkan
12 Accounting Reseacrh Bulletin (ARB). Pada awalnya SEC merasa puas dengan usaha
yang dilakukan oleh profesi akuntansi untuk menyusun prinsip akuntansi. Namun
demikian tidak semua konstituen merasa senang dengan pengembangan prinsip
akuntansi selama periode tersebut. Anggota American Accounting Association (AAA)
lebih menyukai pendekatan deduktif didalam merumuskan standar akuntansi sebagai
lawan pendekatan yang dilakukan oleh CAP yang menggunakan pendekatan induktif.
Pada masa 1939–1946 ternyata tidak menghasilkan prinsip akuntansi yang
komprehensif. Namun ada dua kontribusi penting yang dihasilkan. Pertama,
keseragaman praktek akuntansi secara signifikan telah mengalami perbaikan. Kedua,
kebijakan akuntansi yang dibuat di Amerika dibuat hanya untuk sektor swasta. Selama
masa perang, CAP secara khusus menangani masalah–masalah akuntansi yang berkaitan
dengan transaksi perang (Wartransaction).

2.4 Periode Berakhirnya CAP Dan Periode Modern


1. Periode Berakhirnya CAP
Periode dari tahun 1957-1959 merupakan periode transisi pengembangan standar
akuntansi di Amerika. Kritik terhadap CAP makin meningkat khususnya kritik yang
mengecam CAP. Financial executive dan para praktisi akuntansi pada perusahaan
kecil mengeluh bahwa mereka tidak pernah diminta pendapat mereka terhadap usulan
ARBs. Banyak orang merasa bahwa CAP bekerja terlalu lambat dan selalu menolak
terhadap isu-isu kontroversial. Dalam pertemuan tahunan AICPA tahun 1957
dibentuk Special Committee on Research Program. Laporan dari komite ini menjadi
cikal bakal didirikannya Accounting Principles Board (APB) dan Accounting
Research Division. Laporan itu menekankan perlunya riset untuk mengembangkan
standar akuntansi.

3 Periode dari Tahun 1957


sampai 1959 mewakili suatu
periode transisi
4 dalam pengembangan standar
akuntansidi Amerika Serikat.
Kritik CAP
5 meningkat khususnya kritik
yang mengecam CAP.
Finansial eksekutif dan
6 para praktisi akuntan pada
perusahaan kecil mengeluh
bahwa mereka tidak
7 pernah diminta hearing
(pendapat) mereka terhadap
usaha ARBs. Banyak
8 orang merasa bahwa CAP
bekerja terlalu lambat dan
selalu menolak
9 terhadap isu-isu
kontroversial. Pada tahun
1957 AAA mempublikasikan
10 statemen yang mendasari
konsep dan definisi standar
akuntansi dengan
11 pendekatan deduktif. Dalam
pertemuan tahunan AICPA
tahun 1957
12 dibentuk Special Committee
on Research Program.
Laporan dari komite
13 ini menjadi cikal bakal
didirikannya accounting
principal Board (APB)
14 dan Accounting Research
Devision. Laporan itu
menekankan perlunya
15 riset input untuk
mengembangkan standar
akuntansi
2. Periode Modern (1959-2002)
Setelah dibentuknya APB dan Accounting Research Division pada tahun 1959,
mulailah pengembangan standar akuntansi dilakukan melalui riset terlebih dahulu.
Divisi riset adalah lembaga otonom memiliki seorang direktur yang mempunyai
otoritas untuk mempublikasikan hasil temuan staf riset yang berkaitan dengan
pengembangan prinsip akuntansi. Untuk menetapkan topik riset, direktur divisi akan
berkonsultasi terlebih dahulu dengan APB. Jika keduanya tidak ada persetujuan, maka
APB berhak menentukan topik apa yang harus dilakukan riset oleh divisi. Hasil dari
proyek penelitian ini dipublikasikan dalam bentuk Accounting Research Studies
(ARS).
Awal keberadaan APB dipenuhi dengan rasa keraguan dan kegagalan. Hasil studi
riset tidak diterima oleh profesi khususnya kontroversi berkaitan dengan masalah
investment tax credit. Ada dua alternatif perlakuan terhadap investment tax credit saat
itu yaitu: (1) pengakuan tax benefit pada saat diterima, yang didesain dengan flow-
through method, dan (2) mengakui tax benefit selama umur aktiva yang disebut
dengan deferred method. APB tidak merekomendasikan untuk melakukan penelitian
berkaitan dengan hal ini, tetapi langsung menerbitkan APB Opinion No 2 yang
mengakui deferred method.
Opini ini menimbulkan pertentangan dari tiga kantor akuntan besar yang
memerintahkan kliennya untuk tidak perlu mengikuti pendapat APB. Lebih jauh lagi
SEC pada bulan Januari 1963 menerbitkan ASR 96 yang memperbolehkan kedua
metode pengakuan investment tax credit kepada perusahaan yang go public. Jelas
bahwa kantor akuntan besar dan SEC menantang langsung otoritas APB. Sebagai
akibatnya APB menerbitkan Opini No 4 yang memperbolehkan kedua metode
tersebut. Kritik-kritik lebih lanjut muncul terhadap APB dari tahun 1965 sampai 1967
berkaitan dengan kontroversi opini APB.
a. Laporan Komite Wheat dan Trueblood
Oleh karena kritik terhadap APB bermunculan terus, maka dalam bulan April
1971 AICPA membentuk dua grup study yaitu “The Study Group on
Establishment Of Accounting Principles” yang dipimpin oleh Francis M Wheat
mantan komisi SEC dan pengkritik terdepan profesi akuntansi. Grup lainnya
adalah “The Study Group on the Objectives of Financial Statement” yang
dipimpin oleh Robert M Trueblood. Laporan Komite Wheat selesai dalam bulan
Maret 1972 yang menghendaki adanya perubahan signifikan pengembangan
standar akuntansi. Rekomendasi komite ini antara lain:
- Pembentukan Financial Accounting Foundation. Lembaga ini memiliki 9
trustee dengan tugas utama mengangkat anggota Financial Accounting
Standard Board (FASB) dan mencari dana untuk menjalankan operasinya.
- Pembentukan FASB. Dewan ini memiliki 7 orang anggota full time dan
menetapkan standar pelaporan keuangan.
- Pembentukan Financial Accounting Standard Advisory Council dengan
jumlah anggota 20 orang dan berkonsultasi dengan FASB untuk menetapkan
prioritas dan task force dari reaksi terhadap usulan standar.
Rekomendasi ini diterima oleh AICPA pada bulan Juni 1972 dan FASB resmi
berdiri 1 Juli 1973.
b. Mekanisme Operasional FASB
Prosedur penyusunan standar dimulai dengan melakukan identifikasi masalah.
Kemudian dibentuk task force untuk mengeksplorasi segala aspek dari masalah
tadi. Hasil kajian ini berupa discussion memorandum yang disebarkan ke pihak-
pihak yang berkepentingan. FASB kemudian melaksanakan public hearing
dimana semua pihak yang berkepentingan memberikan pandangannya kepada
dewan. Setelah public hearing, diterbitkan exposure draft dari standar dan
dimintakan pendapat secara tertulis kepada semua pihak yang berkepentingan.
Setelah mempertimbangkan komentar tertulis atas exposure draft diterbitkan
exposure draft baru (jika diperlukan perubahan yang signifikan) atau final vote
diambil oleh dewan FASB. Diperlukan pendapat mayoritas dari anggota FASB
(yaitu 4 dari 7 anggota menyetujui) agar dapat diterbitkan standar akuntansi final.

2.5 Periode Setelah Skandal Akuntansi


Era ini merupakan era yang mengagetkan dunia akuntansi berbagai kasus skandal
bisnis dan accounting fraud yang terjadi di berbagai negara yang melibatkan perusahaan
besar seperti Sunbearn, Kmart, Enron, WorldCom, Global Crossing (USA), BCCI,
Maxwell, Polly Peck (UK), dan HIH Insurance (Australia) menyadarkan badan
berwenang untuk melakukan reformasi berkaitan dengan praktik akuntansi.
1. Aturan Dalam Sarbanes-Oxley Act 2002
Dalam lingkup praktik akuntansi di Amerika, skandal akuntansi yang dimulai
kasusnya Enron tahun 2001 diikuti WorldCom tahun 2002 dan perusahaan lainnya
merupakan fenomena menarik yang menampar akuntan. Kasus WorldCom
merupakan kasus kebangkrutan terbesar dan terheboh dalam sejarah akuntansi
dimana manajemen WorldCom secara sengaja memalsukan data laba perusahaan.
Artuh Anderson, auditor WorldCom gagal mengungkap pengalihan dana sebesar
US$3.85 milyar untuk menaikkan pendapatan. Kasus Enron juga menunjukkan pola
serupa yaitu praktik manajemen laba, dimana Enron melaporkan laba yang tinggi dan
menggunakan transaksi yang sangat kompleks dan direkayasa untuk mencapai tujuan
mereka.
Kasus tersebut mendorong pemerintah Amerika melakukan reformasi praktik
corporate governance dan praktik pelaporan keuangan. Sarbanas-Oxley Public
Company Accounting Reform and Investor Protection Act (SOX) disetujui dan
disahkan oleh US Congress pada tahun 2002. Dengan tujuan meningkatkan
kepercayaan investor, SOX mewajibkan chief executive officers (CEO), dan chief
financial officers (CFO) perusahaan yang terdaftar di pasar modal, secara hukum
bertanggung jawab terhadap kebenaran laporan keuangan yang mereka tanda tangani.
Salah satu implikasi SOX terhadap profesi akuntansi adalah bahwa auditor
perusahaan yang terdaftar di pasar modal wajib mengeluarkan tiga opini: (1) opini
tentang kewajaran penyajian laporan keuangan, (2) penelitian manajemen atas
internal control dalam pelaporan keuangan, (3) opini tentang penilaian auditor atas
keefektifan internal control dalam pelaporan keuangan.
2. The Public Company Accountability Oversight Board
Atas dasar ketentuan yang terdapat dalam SOX, di Amerika dibentuk Public
Company Accountability Oversight Board (PCAOB). PCAOB ini merupakan
organisasi nirlaba swasta terdiri dari lima anggota yang bersertifikat akuntan publik
(certified public accountant). Misi utama PCAOB adalah untuk melindungi
kepentingan investor dan kepentingan publik dengan cara mengawasi auditor
perusahaan publik dalam menyajikan laporan audit yang independen, jujur, dan
informatif. SOX memberi wewenang kepada PCAOB untuk membuat aturan tentang
pendaftaran (perizinan) dan pelaporan kantor akuntan publik, standar audit dan
standar profesional lainnya, serta inspeksi dan investigasi atas kegiatan kantor
akuntan publik.
2.6 Sejarah Perkembangan Akuntansi Di Indonesia
1. Prinsip Akuntansi Indonesia
Pengembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia dimulai sejak tahun
1973 dengan dibentuknya Panitia Penghimpun Bahan-Bahan dan Struktur GAAP
(Generally Accepted Accounting Principles) dan GAAS (Generally Accepted
Auditing Standards). Menjelang pengaktifan pasar modal di Indonesia pada tahun
1974, sebagai wadah profesi akuntansi yang senantiasa mengubah tantangan menjadi
peluang bagi kemajuan akuntan dalam dunia bisnis, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
kemudian membentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (Komite PAI) serta
melakukan kodifikasi prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia dalam suatu buku
“Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI)” yang mengacu pada US GAAP.
Seiring dengan perkembangan pasar modal yang bergerak dengan sangat pesat,
Komite PAI juga menerbitkan standar akuntansi khusus untuk industri dan badan
hukum tertentu, antara lain standar akuntansi dana pensiun, perkoperasian, asuransi
kerugian, minyak gas dan bumi, sewa (guna usaha), perbankan (SKAPI), kehutanan,
dan lain-lain.
2. Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
Pada tahun 1994, IAI melakukan revisi total terhadap PAI dan melakukan
kodifikasi dalam buku “Standar Akuntansi Keuangan (SAK)” yang mulai
berharmonisasi dengan standar akuntansi keuangan internasional. Perubahan nama
dari PAI menjadi SAK dilakukan dengan pertimbangan bahwa prinsip lebih bersifat
buku dan memberikan konsep dasar penyusunan standar sedangkan standar bersifat
lebih fleksibel dan dapat berubah sesuai dengan dinamika bisnis. Karena pergantian
nama tersebut, Komite PAI lalu juga berganti nama menjadi Komite SAK. Untuk
menghasilkan standar akuntansi yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan
dunia usaha, SAK terus direvisi dan disempurnakan hingga 7 kali yakni pada tanggal
1 Oktober 1995, 1 Juni 1996, 1 Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, 1 September
2007 dan 1 Juli 2009. Pada tahun 1998, Komite SAK lalu diubah menjadi Dewan
Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) yang diberikan otonomi untuk menyusun dan
mengesahkan SAK.

3. Konvergensi SAK
Sebagai tindak lanjut dari salah satu butir kesepakatan Anggota G-20 pada tahun
2009, IAI telah mencanangkan dilaksanakannya program konvergensi SAK ke
International Financial Reporting Standards (IFRS Standards) secara bertahap
dengan dukungan dari regulator seperti Otoritas Jasa Keuangan (d/h Bapepam-LK)
Bank Indonesia, Kementerian Negara BUMN, Direktorat Jenderal Pajak, dan
regulator lainnya. Dampak program konvergensi ini menyebabkan SAK menjadi
bersifat principle-based, banyak menggunakan dasar pengukuran nilai wajar,
memerlukan professional judgement serta pengungkapan dalam laporan keuangan.
Dampak lain dari program konvergensi ini adalah dicabutnya beberapa PSAK yang
khusus untuk industri tertentu karena pengaturan tersebut sudah diatur secara umum
dalam SAK yang mengacu ke IFRS Standards.
- Konvergensi Tahap Pertama
Konvergensi tahap pertama dilakukan pada tahun 2012 dimana pada umumnya
SAK per 1 Juni 2012 telah mengacu pada IFRS Standards per 1 Januari 2009, SAK
per 1 Juni 2012 terdiri dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK),
Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK), dan Pernyataan Pencabutan
Standar Akuntansi Keuangan (PPSAK) yang telah disahkan termasuk yang sudah
berlaku efektif pertahun 2012 maupun yang belum berlaku efektif per tahun 2012.
SAK per 1 Juni 2012 juga dilengkapi dengan Buletin Teknis (Bultek) yang
merupakan salah satu produk yang diterbitkan oleh DSAK IAI namun bukan
merupakan bagian dari standar.
- Konvergensi Tahap Kedua
Dalam rangka mengikuti perkembangan standar akuntansi global yang sangat
progresif, konvergensi tahap kedua terus dilakukan pada tahun 2013 dan 2014.
Efektif per 1 Januari 2015, SAK yang berlaku di Indonesia secara garis besar telah
berkonvergen dengan IFRS Standards yang berlaku efektif per 1 Januari 2014.
Dengan demikian, perbedaan gap antara SAK dan IFRS Standards telah
diminimalisiir dari 3 tahun menjadi 1 tahun.
SAK efektif per 1 Januari 2015 terdiri dari produk berbasis IFRS Standards
seperti PSAK dan ISAK baru, revisi, amandemen dan yang telah melalui proses
penyesuaian SAK efektif per 1 Januari 2015 ini juga dilengkapi PPSAK dan produk
non-IFRS Standards seperti PSAK 28: Akuntansi Kontrak Asuransi Kerugian, PSAK
36: Akuntansi Kontrak Asuransi Jiwa, PSAK 38: Kombinasi Bisnis Entitas
Sepengendali, PSAK 45: Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba, dan ISAK 25: Hak atas
Tanah.
SAK efektif per 1 Januari 2017 menambahkan PSAK/ISAK baru yang terdiri dari
PSAK 70: Akuntansi Aset dan Liabilitas Pengampunan Pajak, ISAK 30: Pungutan,
dan ISAK 31: Interpretasi atas Ruang Lingkup, PSAK 13: Properti Investasi. Selain
itu, SAK efektif per 1 Januari 2017 juga menambahkan beberapa PSAK yang telah
mengalami amandemen dan penyesuaian tahunan seperti PSAK 1: Penyajian Laporan
Keuangan, PSAK 3: Laporan Keuangan Interim, PSAK 4: Laporan Keuangan
Tersendiri, PSAK 5: Segmen Operasi, PSAK 7: Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi,
PSAK13: Properti Investasi, PSAK 15: Investasi pada Entitas Asosiasi dan Ventura
Bersama, PSAK 16: Aset Tetap, PSAK 19: Aset Takberwujud, PSAK 22: Kombinasi
Bisnis, PSAK 24: Imbalan Kerja, PSAK 25: Kebijakan Akuntansi, Perubahan
Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan, PSAK 53: Pembayaran Berbasis Saham, PSAK
58, Aset Tidak Lancar yang Dikuasai untuk Dijual dan Operasi yang DIhentikan,
PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan, PSAK 65: Laporan Keuangan
Konsolidasian, PSAK 66: Pengaturan Bersama, PSAK 67: Pengungkapan
Kepentingan dalam Entitas Lain, dan PSAK 68: Pengukuran Nilai Wajar.
SAK efektif per 1 Januari 2018 menambahkan PSAK/ISAK baru, yaitu PSAK
69: Agrikultur, Selain itu, SAK efektif per 1 Januari 2018 juga menambahkan
beberapa PSAK yang telah mengalami amendemen, yaitu PSAK 2: Laporan Arus
Kas, PSAK 13: Properti Investasi, PSAK 16: Aset Tetap, PSAK 46: Pajak
Penghasilan, dan PSAK 53, Pembayaran Berbasis Saham. Sedangkan beberapa PSAK
yang mengalami penyesuaian tahunan, yaitu PSAK 15: Investasi pada Entitas
Asosiasi dan Ventura Bersama dan PSAK 67: Pengungkapan Kepentingan dalam
Entitas Lain.

2.7 Standar Akuntansi Di Indonesia


Setiap negara memiliki standar akuntansi masing-masing. Di Indonesia terdapat
empat standar akuntansi yang dipakai berdasarkan kriteria tertentu. Standar-standar
tersebut adalah sebagai berikut :
1. PSAK-IFRS
Pada standar ini Indonesia mengadopsi dari IFRS untuk menemukan keselarasan
dengan standar yang berlaku internasional. Indonesia mengadopsi IFRS juga karena
Indonesia bagian dari IFAC yang sudah pasti harus mematuhi SMO (Statement
Membership Obligation) yang menjadikan IFRS sebagai standar akuntansi. Manfaat
dari penerapan IFRS sebagai berikut:
- Meningkatkan daya banding laporan keuangan,
- Memberikan informasi yang berkualitas di pasar modal Internasional,
- Menghilangkan hambatan arus modal Internasional dengan mengurangi
perbedaan dalam ketentuan pelaporan keuangan,
- Mengurangi biaya pelaporan keuangan perusahaan multinasional dan biaya untuk
analisis keuangan bagi para analisis,
- Meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menjadi praktek terbaik.
Jadi walaupun Indonesia harus menyesuaikan standar keuangan dengan IFRS
namun hal ini akan mempermudah untuk pelaporan keuangan meskipun akan ada
perubahan-perubahan dalam penyusunan laporan keuangan itu sendiri yang bersifat
menyuluruh. IFRS menggunakan “Principles Base” yaitu:
a. Lebih menekankan Interpretasi dan aplikasi atas standar sehingga harus berfokus
pada spirit penerapan prinsip tersebut,
b. Standar membutuhkan penilaian atas substansi transaksi dan evaluasi apakah
presentasi akuntansi mencerminkan realitas ekonomi,
c. Membutuhkan professional judgement pada penerapan standar akuntansi.
IFRS juga menggunakan fair value dalam penilaian, jika tidak ada nilai pasar
aktif harus melakukan penilaian sendiri atau menggunakan jasa penilai. Selain itu
IFRS mengharuskan pengungkapan (disclosure) yang lebih banyak baik kuantitatif
maupun kualitatif.
. 2. SAK-ETAP
SAK ETAP adalah Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik. ETAP yaitu Entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik
yang signifikan serta menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi
pengguna eksternal. ETAP menggunakan acuan IFRS, dimana SAK-ETAP ini
ditujukan bagi perusahaan kecil-menengah (Small Medium Enterprise). Manfaat dari
SAK ETAP ini adalah dengan adanya SAK ETAP diharapkan perusahaan kecil dan
menangah dapat untuk menyusun laporan keuangannya sendiri juga dapat diaudit dan
mendapatkan opini audit, sehingga perusahaan dapat menggunakan laporan
keuangannya untuk mendapatkan dana untuk pengembangan usahanya. Manfaat lain
dari SAK ETAP antara lain:
a. Lebih mudah implementasinya dibandingkan PSAK-IFRS karena lebih sederhana
b. Walaupun sederhana namun tetap dapat memberikan informasi yang handal dalam
penyajian laporan keuangan
c. Disusun dengan mengadopsi IFRS for SME (Small Medium Enterpries) dengan
modifikasi sesuai dengan kondisi di Indonesia serta dibuat lebih ringkas
d. SAK ETAP masih memerlukan professional judgement namun tidak sebanyak
untuk PSAK-IFRS,
e. Tidak ada perubahan signifikan dibandingkan dengan PSAK lama, namun ada
beberapa hal yang diadopsi/modifikasi dari IFRS/IAS.
SAK ETAP terdiri dari 30 Bab dan daftar istilah yang mempermudah untuk
memahami SAK ini.
3. PSAK Syariah
PSAK Syariah digunakan oleh entitas yang melakukan transaksi syariah baik
entitas lembaga syariah maupun lembaga non syariah. Dalam PSAK Syariah ini
pengembangan dilakukan dengan model PSAK umum, namun PSAK ini berbasis
syariah dengan acuan fatwa MUI. PSAK Syariah berada dalam PSAK 100-106 yang
terdiri dari:
a. Kerangka Konseptual
b. Penyajian Laporan Keuangan Syariah
c. Akuntansi Murabahah
d. Musyarakah
e. Mudharabah
f. Salam
g. Istishna
4. SAP
SAP adalah Standar Akuntansi Pemerintah yang diterbitkan oleh Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan. SAP ini ditetapkan sebagai PP (Peraturan Pemerintah) yang
diterapkan untuk entitas pemerintah dalam menyusun Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). SAP diterapkan
dengan PP Nomor 24 Tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (PP SAP). Penyusunan SAP melalui tahapan-tahapan seperti:
a. Identifikasi Topik untuk Dikembangkan Menjadi Standar
b. Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) di dalam KSAP
c. Riset Terbatas oleh Kelompok Kerja
d. Penulisan draf SAP oleh Kelompok Kerja
e. Pembahasan Draf oleh Komite Kerja
f. Pengambilan Keputusan Draf untuk Dipublikasikan
g. Peluncuran Draf Publikasian SAP (Exposure Draft)
h. Dengar Pendapat Terbatas (Limited Hearing) dan Dengar Pendapat Publik (Public
Hearings)
i. Pembahasan Tanggapan dan Masukan Terhadap Draf Publikasian
j. Finalisasi Standar
Jadi SAP disusun hanya untuk instansi pemerintahan, baik pusat maupun daerah
untuk menyusun laporan keuangan dalam pemerintahan. Dan diharapkan dengan
adanya SAP maka akan ada transparansi, parisipasu dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan Negara sehingga dapat mewujudkan pemerintahan yang baik.

2.8 Penyusunan Standar Akuntansi Di Indonesia


Ikatan Akuntan Indonesia adalah organisasi profesi akuntan yang juga merupakan
badan yang menyusun standar akuntansi keuangan di Indonesia. Organisasi profesi ini
terus berusaha menaggapi perkembangan akuntansi keuangan baik di tingkat nasional,
regional maupu global, khususnya yang mempengaruhi dunia usaha dan profesi
akuntansi sendiri. Perkembangan standar akuntansi keuangan sejak berdirinya IAI pada
tahun 1957 hingga kini terus dilakukan secara terus menerus. Pada tahun 1973 terbentuk
Panitia Penghimpun Bahan-bahan dan Struktur GAAP dan GAAS. Dan pada tahun 1974
dibentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (Komite PAI) yang bertugas menyusun
standar keuangan.
Komite PAI telah bertugas selama 4 periode kepengurusan IAI sejak tahun 1974
hingga 1994 dengan susunan personel yang terus diperbaharui. Pada kepengurusan IAI
tahun 1994-1998 nama Komite PAI diubah menjadi Komiter Standar Akuntansi
Keuangan (Komite SAK), kemudian pada kongres VIII, tanggal 23-24 September 1998
di Jakarta, Komite SAK diubah menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan untuk
masa bakti 1998-2000 dan diberikan otonomi untuk menyusun dan mengesahkan PSAK.
Sejak IAI berdiri telah dihasilkan 3 standar akuntansi keuangan sebagai berikut:
1. Pada tahun 1973 untuk pertama kali IAI menerbitkan suatu buku Prinsip Akuntansi
Indonesia (PAI) yang sebagian besar merupakan terjemahan buku Paul Grady,
penerbitan ini dipicu oleh diaktifkannya pasar modal di Indonesia pada tahun 1973.
2. Pada tahun 1984 buku Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 yang menggantikan PAI
1973 diterbitkan. Komite PAI melakukan revisi secara mendasar terhadap PAI 1973.
3. Pada tahun 1994, IAI kembali melakukan revisi total PAI 1984 dan sejak itu
mengeluarkan standar keuangan yang diberi nama Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) yang diterbitkan sejak 1 Oktober 1994. Pengembangan standar akuntansi
ketiga ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dunia usaha dan profesi akuntansi
dalam rangka mengikuti dan mengantisipasi perkembanga internasional. Banyak
standar yang dikeluarkan itu sesuai atau sama dengan standar akuntansi internasional
yang dikeluarkan oleh IASC.
Selain itu, juga telah dibentuk Komite Akuntansi Syariah (KAS) dan Dewan
Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan (DKSAK). Komite Akuntansi Syariah (KAS)
dibentuk tanggal 18 Oktober 2005 untuk menopang kelancaran kegiatan penyusunan
PSAK yang terkait dengan perlakuan akuntansi transaksi syariah yang dilakukan oleh
DSAK. Sedangkan DKSAK yang anggotanya terdiri atas profesi akuntan dan luar profesi
akuntan, yang mewakili para pengguna, merupakan mitra DSAK dalam merumuskan
arah dan pengembangan SAK di Indonesia. Due Process Prosedure penyusunan SAK
yakni:
1. Due Process Prosedure penyusunan SAK sebagai berikut:
a. Identifikasi issue untuk dikembangkan menjadi standar;
b. Konsultasikan issue dengan DKSAK;
c. Membentuk tim kecil dalam DSAK;
d. Melakukan riset terbatas;
e. Melakukan penulisan awal draft;
f. Pembahasan dalam komite khusus pengembangan standar yang dibentuk DSAK;
g. Pembahasan dalam DSAK;
h.Penyampaian Exposure Draft kepada DKSAK untuk meminta pendapat dan
pertimbangan dampak penerapan standar;
i. Peluncuran draft sebagai Exposure Draft dan pendistribusiannya;
j. Public Hearing;
k. Pembahasan tanggapan atas Exposure Draft dan masukan Public Hearing
l. Persetujuan Exposure Draft PSAK menjadi PSAK;
m.Pengecekan akhir;
n. Sosialisasi standar 21
2. Due Process Procedure penyusunan Interpretasi SAK
Panduan Implementasi SAK dan Buletin Teknis tidak wajib mengikuti keseluruhan
tahapan due process yang diatur dalam ayat 1 diatas, misalnya proses public hearing.
3. Due Process Procedure untuk pencabutan standar atau interpretasi standar yang sudah
tidak relevan adalah sama dengan due process procedures penyusunan standar yang
diatur dalam ayat 1 diatas tanpa perlu mengikuti tahapan due proses e, f, i, j, dan k
sedangkan tahapan m dalam ayat 1 diatas diganti menjadi Persetujuan pencabutan
standar atau interpretasi.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan materi diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa penyusunan
standar akuntansi di AS berawal dari tahun 1920-an dimana nilai pasar saham naik lebih
tinggi disbanding dengan nilai riil sampai seluruh struktur tersebut malaise (crash) pasar
modal tahun 1929. Sehingga pada saat itu pemerintah AS menciptakan satu badan yang
diberi nama Securities and Exchanges Commission (SEC atau BapepamAS). Keberadaan
SEC ini telah memacu profesi akuntansi untuk bersatu dan menjadi lebih cerdik dalam
mengembangkan prinsip-prinsip akuntansi serta etika profesi untuk mengatur profesi
akuntansi sehinga menimbulkan terbentuknya beberapa organisasi sektor swasta yang
berbeda, dimana setiap organisasi mempunyai tanggung jawab untuk menerbitkan
standar-standar akuntansi. Akibat dari crash di pasar modal pada tahun 1929 (Market
crash) periode 1930 sampai 1946 memiliki pengaruh yang signifikan didalam praktek
akuntansi di Amerika. Usaha pertama mengembangkan standar dimulai dengan adanya
persetujuan antara American Institut Certified Public Accountant (AICPA) dan New
York Stock Exchanges (NYSE).
Pada tahun 1933 AICPA membentuk Komite Khusus pengembangan prinsip
akuntansi. Namun tidak banyak yang bisa dikerjakan oleh Komite ini dan kemudian
diganti dengan Committee on Accounting Procedures (CAP) pada tahun 1936. Pada
awalnya CAP ingin mengembangkan prinsip-prinsip akuntansi yang komperhensif
sebagai petunjuk umum pemecahan masalah praktek khusus. Periode dari tahun 1957-
1959 merupakan periode transisi pengembangan standar akuntansi di Amerika. Kritik
terhadap CAP makin meningkat khususnya kritik yang mengecam CAP.
Dalam pertemuan tahunan AICPA tahun 1957 dibentuk Special Committee on
Research Program. Laporan dari komite ini menjadi cikal bakal didirikannya Accounting
Principles Board (APB) dan Accounting Research Division. Dengan dibentuknya APB
dan Accounting Research Division pada tahun 1959, mulailah pengembangan standar
akuntansi dilakukan melalui riset terlebih dahulu. Pengembangan standar akuntansi
Keuangan di Indonesia dimulai sejak tahun 1973 dengan dibentuknya Panitia
Penghimpun Bahan-Bahan dan Struktur GAAP (Generally Accepted Accounting
Principles) dan GAAS (Generally Accepted Auditing Standards). Di Indonesia terdapat
empat standar akuntansi yang dipakai berdasarkan kriteria tertentu. Standar-standar
tersebut adalah PSAK-IFRS, SAK-ETAP, PSAK Syariah, dan SAP.
Organisasi profesi akuntan yang juga merupakan badan yang menyusun standar
akuntansi keuangan di Indonesia adalah Ikatan Akuntan Indonesia. Sejak IAI berdiri
telah dihasilkan 3 standar akuntansi keuangan yakni: (1) pada tahun 1973 menerbitkan
buku Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI), (2) menerbitkan PAI tahun 1984 menggantikan
PAI tahun 1973, (3) mengeluarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) tahun 1994.
3.2 Saran
Agar pembaca dapat memahami Aspek Kelembagaan dalam Pengembangan
Akuntansi dan Akuntansi di Indonesia yang mana di dalamnya berisi Penyusunan
Standar Akuntansi di AS, Periode Pembentukan, Komite Prosedur Akuntansi, Periode
Berakhirnya CAP dan Periode Modern, Periode Setelah Skandal Akuntansi, Sejarah
Perkembangkan Akuntansi di Indonesia, Standar Akuntansi di Indonesia, dan
Penyusunan Standar Akuntansi di Indonesia, diharapkan pembaca dapat membaca
dengan teliti sehingga dapat memahami maksud dan makna dari materi tersebut.
Dikarenakan materi tersebut banyak mengandung sejarah-sejarah yang memerlukan
pemahaman lebih mendalam.

DAFTAR PUSTAKA

Harahap, S. S. 2007.Teori Akuntansi. Grafindo Persada, Jakarta.

Ghozali, I. , Chariri, A. 2003. Teori Akuntansi. Badan Penerbit Univesitas Diponegoro,


Semarang

Buku Standar Akuntansi Keuangan (SAK), Efektif per 1 Januari 2018, Cetakan pertama: Mei
2018, Diterbitkan oleh : Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

https://pdfcoffee.com/aspek-kelembagaan-dalam-pengembangan-akuntansi-7-pdf-free.html
(Diakses tanggal 19 September 2021)
https://www.slideshare.net/yuniandrianyuni/aspek-kelembagaan-dalam-pengembangan-
akuntansi (Diakses tanggal 19 September 2021)

https://dokumen.tips/reader/f/aspek-kelembagaan-dalam-pengembangan-akuntansi
(Diakses tanggal 19 September 2021)

http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/607/5/118330076_file5.pdf
(Diakses tanggal 19 September 2021)

Anda mungkin juga menyukai