Anda di halaman 1dari 13

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

PENGEMBANGAN TEORI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

KELOMPOK 3:

Anisa Sanas Nalamjra (7212540009)


AdyantoArmandoPurba(7213540015)
Mentari syahputri purba(7213540023)

PRODI ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kesehatan yang di berikan kepada kami
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan yang kami harapkan. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada dosen matakuliah Akuntansi Sektor Publik atas bimbingan beliau kami
dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Dalam makalah yang berjudul PENEMBANGAN TEORI
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK ini, kami membahas beberapa hal tentang anggaran yaitu otonomi daerah
serta perkembangan terkini akuntansi sektor publik.Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu kami sangat terbuka terhadap kritik dan saran demi perbaikan dimasa
depan. Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini berguna bagi para pengajar, mahasiswa, dan
pembaca pada umumnya.

Medan, 13 Maret 2022

Kelompok 3
DAFTAR ISI

Judul

Kata Pengantar.................................................................................................................

Daftar Isi

BAB I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang.........................................................................................................3

1.2. Rumusan Masalah....................................................................................................3

1.3. Tujuan Masalah........................................................................................................3

BAB II Pembahasan

2.1. Perkembangan Terkini Akuntansi Sektor Publik......................................................4

2.2. Hal yang Berkaitan Perkembangan Terkini..............................................................5

2.3. Contoh Kasus..........................................................................................................6

BAB III Penutup

3.1. Kesimpulan..............................................................................................................

3.2. Saran........................................................................................................................

Daftar Pustaka...................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Menurut Jones dan Maurice (1996), akuntansi sektor publik adalah entitas publik yang mengutamakan
pada layanan dan barang publik serta dalam menyampaikan informasinya berpedoman pada 3E
(Ekonomis, Efisien, dan Efektif). Di Indonesia, Akuntansi sektor publik telah ada sejak 17 agustus 1945
meskipun belum banyak berkembang dalam laporan keuangan.

Pada hakikatnya organisasi sector public adalah suatu entitas yang tujuan utamanya adalah pemberian
pelayanan kepada public tanpa adanya orientasi mencari laba. Di Indonesia proses penyediaan layanan
public mayoritas dimiliki oleh pemerintah sebagai pelaksana program kesejahteraan masyarakat.

Selain organisasi yang berada dibawah naungan pemerintah ada juga organisasi sector public yang
berada dibawah naungan pihak swasta, selama entitas tersebut tidak berorientasi pada pencarian laba.

Berdasarkan konsep sector public, dimana orientasi suatu entitas bukanlah mencari laba, oleh karena itu
tidak semua yang berada di bawah naungan pemerintah merupakan organisasi sector public. Salah satu
yang termasuk dalam entitas di bawah naungan pemerintah non sector public yaitu BUMN karena
entitas tersebut berorientasi untuk mencapai laba.

Karena basis dari sector public adalah pelayanan kepada masyarakat tanpa mencari laba maka
diperlukan transparansi keuangan yang jelas. Selain alasan tersebut, dana yang digunakan oleh
organisasi sector public berasal dari masyarakat. Untuk mencipkatan Good Governance maka diperlukan
pengelolaan keuangan yang baik.

Sebelum memasuki pembahasan terkait perkambangan terkini Akuntansi Sektor Publik, pertama akan
dipaparkan terlebih dahulu penggunaan kata “sector publik” itu sendiri, kemudian apa sebenarnya
peran dari Akuntansi Sektor Publik, dan yang terakhir terkait perkembangan terkini akuntansi sector
public.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan akuntansi sector public di Indonesia hingga saat ini?

2. Hal-hal apa saja yang mempunyai kaitan erat terhadap perkembangan akuntansi sector public saat
ini?

1.3 Landasan Teori

Menurut Jones dan Maurice (1996), akuntansi sektor publik adalah entitas publik yang mengutamakan
pada layanan dan barang publik serta dalam menyampaikan informasinya berpedoman pada 3E
(Ekonomis, Efisien, dan Efektif). Di Indonesia, Akuntansi sektor publik telah ada sejak 17 agustus 1945
meskipun belum banyak berkembang dalam laporan keuangan. Untuk penyusunan laporan keuangan
sektor publik di Indonesia berpacu pada Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2010 Tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan. Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan adalah konsep dasar
penyusunan dan pengembangan Standar Akuntansi Pemerintahan, dan merupakan acuan bagi Komite
Standar Akuntansi Pemerintahan, penyusun laporan keuangan, pemeriksa, dan pengguna laporan
keuangan dalam mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang belum diatur dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintahan.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Perkembangan Terkini Akuntansi Sektor Publik

Berbagai kritik mengenai peran organisasi sector public dalam perkambangannya telah mengalami
perubahan yang sangat pesat. Pada tahun 1950-an dan 1960-an sector public memainkan peran utama
sebagai pembuat dan pelaksana strategi pembangunan. Kemudian istilah “Sektor Publik” mulai dipakai
pertama kali pada tahun 1952. Organisasi Sektor Publik di Indonesia juga banyak mengalami
perkembangan, hal tersebut dimulai dari tahun 1959, saat itu pemerintah melakukan nasionalisasi
terhadap perusahaan asing di Indonesia. Makin meningkatnya jumlah institusi pendidikan tinggi yang
menawarkan pendidikan akuntansi-seperti pembukaan jurusan akuntansi di beberapa Universitas dan
Institut di Indonesia dan mendorong pergantian praktik akuntansi model Belanda dengan model
Amerika pada tahun 1960. Selanjutnya, pada tahun 1970 semua lembaga harus mengadopsi sistem
akuntansi model Amerika. Namun pada masa orde lama organisasi sector public tidak dikelola dengan
baik disebabkan oleh banyaknya campur tangan pemerintah sehingga proses penerapan akuntansi
belum berjalan secara maksimal. Kondisi yang demikian terus berjalan hingga masa orde baru, sampai
akhirnya pada pertengahan tahun 1980 muncul kaum tehnokrat (/téknokrat/ n cendekiawan yang
berkiprah dalam pemerintahan) dan memiliki kepedulian terhadap reformasi ekonomi dan akuntansi.
Kelompok tersebut berusaha untuk menciptakan ekonomi yang lebih kompetitif dan lebih berorientasi
pada pasar-dengan dukungan praktik akuntansi yang baik. Krisis ekonomi yang berlangsung pada tahun
1997-1998 membuat nilai rupiah menjadi jatuh yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia
semakin melambat. Pada tahun 1998 masyarakat menuntut adanya reformasi pemerintahan. Pada era
reformasi ini, masyarakat di sebagian besar wilayah Indonesia, baik di propinsi, kota maupun kabupaten
mulai membahas laporan pertanggungjawaban kepala daerah masing-masing dengan lebih seksama.
Dari peristiwa tersebut mulai berkembanglah konsep Sektor Publik yang lebih baik. Hingga pada
akhirnya di tahun 1999 pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No.22 tahun 1999 tentang
Pemerintahan. Melalui peraturan-peraturan tersebut akuntansi sektor publik, mengalami
perkembangan-perkembangan dan mulai menunjukkan titik terang serta memberikan pedoman
bagaimana sistim dan prosedur Akuntansi dan Keuangan Pemerintahan bisa dibuat. Pada tahun 2001
pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia memunculkan jenis akuntabilitas baru, sesuai dengan UU
Nomor 22 Tahun 1999 dan UU Nomor 25 Tahun 1999.

Dalam hal ini terdapat tiga jenis pertanggungjawaban keuangan daerah yaitu:

(1) Pertanggungjawaban pembiayaan pelaksanaan dekonsentrasi

(2) Pertanggungjawaban pembiayaan pelaksanaan pembantuan

(3) Pertanggungjawaban anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).

Seiring berjaannya waktu, adanya pelaksanaan otonomi daerah juga menuntut adanya perubahan pada
basis pencatatan yang digunakan dalam akuntansi sector public. Perubahan ini yaitu perubahan basis
dari basis kas menuju basis akrual dilakukan secara bertahap. Hal ini mengacu kepada praktik akuntansi
di berbagai negara yang sudah mengarah kepada akuntansi berbasis akrual. Reformasi Akuntansi Sektor
Publik yang telah dilakukan dari tahun 1980 yang artinya sudah hampir sekitar dua dawawarsa dapat
disimpulakan bahwa, telah terjadi perkembangan akuntansi sektor publik yang pesat. Sehingga dalam
pesatnya pertumbuhan yang juga dipicu oleh adanya otonomi daerah, memunculkan istilah-istilah yang
terkait dengan akuntansi sektor publik saat ini yaitu: akuntabilitas publik, value for money, reformasi
sektor publik, privatisasi, dan good public governance, yang dapat dengan cepat masuk ke dalam kamus
sektor publik.

2.2 Hal hal yang Erat Kaitannya Dengan Perkembangan Terkini Akuntansi Sektor Publik

A. Akuntansi Sektor publik dan Good Governance

Good Governance dapat diartikan sebagai cara mengelola urusan-urusan publik. Jika mengacu pada
World Bank, maka dapat didefinisikan bahwa good governance adalah suatu penyelenggaraan
manajemen pembangunan yang bertanggungjawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan psar
yang efisien,penghindaran dalam alokasi dan investasi, dan pencegahan korupsi baik secara politik
maupun administrative. Dalam prinsip good governance terdapat 3 hal yang ditekankan yaitu:
penciptaan transparansi, akuntabilitas publik, dan value of money. Untuk mewujudkan good governance
maka diperlukan serangkaian reformasi disektor publik. Dimensi reformasi sektor publik tersebut tidak
saja sekedar perubahan format lembaga, akan tetapi mencakup pembaharuan alat-alat yang digunakan
untuk mendukng jalannya lembaga-lembaga publik tersebut secara ekonomis, efisien, efektif transparan
dan akuntabel. Tuntutan pembaharuan sistem keuangan tersebut adalah agar pengelolaan uang rakyat
dapat dilkukan secara trasnparan sehingga terciptanya akuntabilitas publik.

B. Akuntabilitas Publik

Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk membuat
pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang
menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah yang memiliki hak dan kewenangan untuk
meminta pertanggungjawaban tersebut. Akuntabilitas terdiri dari dua macam yaitu:

1. Akuntabilitas vertikal, adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih
tinggi.

2. Akuntabilitas horizontal, adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.

Dalam mewujudkan akuntabilitas publik, terdapat empat dimensi yang harus dipenuhi oleh organisasi
sektor publik yaitu:

1. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum, artinya dalam perkambangannya saat ini organisasi
sektor publik diharapkan dapat melakukan penghindaran penyalahgunaan jabatan, dan adanya
keptuhan terhadap hukum dan peraturan.

2. Akutabilitas proses, yaitu terkait dengan apakah prosedur yang digunakan dalam tugas sudah cukup
baik dalam hal proses melayani publik.

3. Akuntabilitas program, yaitu terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat
dicapai atau tidak, dan apakah telah mempertimbangkan alternatif program yang memberikan hasil
yang optimal dengan biaya yang minimal.

4. Akuntabilitas Kebijakan, yaitu terkait dengan pertanggungjawaban kebijakan yang telah dibuat baik
pemerintah baik pusat maupun daerah.

C.Privatisasi

Privatisasi merupakan salah satu upaya mereformasi perusahaan publik untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas perusahaan-perusahaan publik. Privatisasi artinya melakukan pelibatan modal swasta
dalam struktur modal perusahaan publik sehingga kinerja finansial dapat dipengaruhi secara langsung
oleh investor melalui mekanisme pasar uang.

D. Otonomi Daerah

Perkembangan Akuntansi Sektor Publik khususnya di Indonesia semakin pesat seiring dengan adanya era
baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan sesentralisasi fiskal. Implikasi otonomi daerah terhadap
akuntansi sektor publik adalah bahwa pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut untuk
mampu memberikan informasi keuangan kepada publik, DPRD, dan pihak-pihak lain yang menjadi
stakeholder pemerintah daerah.

2.3 Contoh kasus:

Seiring dengan semakin berkembangan riset-riset akuntansi, teori akuntansi pun juga ikut mengalami
perkembangan yang pesat. Banyak bidang-bidang baru dalam akuntansi yang muncul, misalnya
munculnya disiplin ilmu akuntansi keperilakuan, akuntansi lingkungan, akuntansi sumber daya manusia,
dan akuntansi sektor publik yang menjadikan akuntansi sebagai alat untuk menciptakan good
governance (accounting for governance).

Sebagian besar riset akuntansi yang dilakukan sejak era teori akuntansi normatif adalah untuk orientasi
dunia bisnis (komersial). Sementara itu, riset-riset akuntansi untuk organisasi nonprofit atau sektor
publik lebih sedikit dilakukan. Akibatnya perkembangan teori akuntansi sektor publik pun tertinggal
dengan perkembangan teori akuntansi bisnis. Bahkan bukan hanya teorinya yang tertinggal, akan tetapi
praktiknya pun tertinggal. Ketertinggalan akuntansi sektor publik tersebut telah mengakibatkan
munculnya gerakan untuk memperbaiki praktik akuntansi dan manajemen sektor publik. Di bidang
akuntansi misalnya muncul upaya untuk menggantikan sistem single entry dan cash basis menjadi
double entry dan accrual basis, dilakukannya reformasi anggaran sektor publik, penggunaan pengukuran
kinerja, dan pengaplikasian akuntansi biaya di sektor publik. Sementara itu di bidang manajemen sektor
publik terjadi upaya untuk mengganti sistem administrasi publik tradisional menjadi manajemen publik
modern, misalnya dengan munculnya konsep New Public Mangement, Post- Bureaucratic Paradigm,
Managerialism, dan Reinventing Government.

Untuk memperbaiki teori dan praktik akuntansi sektor publik perlu dikembangkan riset-riset akuntansi
sektor publik. Karena akuntansi sektor publik memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda dengan
akuntansi bisnis (komersial), maka pilihan strategi riset yang digunakan untuk mengembangkan
akuntansi sektor publik perlu disesuaikan dengan kebutuhan di sektor publik. Orientasi riset akuntansi
sektor publik adalah untuk memperbaiki kebijakan (policy). Dalam akuntansi sektor publik, dihapakan
terdapat integrasi antara riset yang dilakukan dengan perencanaan dan pembuatan kebijakan. Kebijakan
publik yang diambil hendaknya didasarkan atas hasil riset yang dilakukan (Muhadjir, 2003).

Berdasarkan karakteristik akuntansi sektor publik tersebut, maka salah satu strategi riset yang
dipandang cocok untuk mengembangkan akuntansi sektor publik adalah pendekatan studi kasus.
Pemilihan studi kasus sebagai strategi riset untuk mengembangkan

akuntansi sektor publik memiliki beberapa alasan. Pertama, studi kasus merupakan teknik riset yang
paling fleksibel. Riset studi kasus bisa menggunakan data yang bervariasi, baik kuantitatif, kualitatif,
maupun gabungan dari keduanya. Riset studi kasus bisa dilakukan secara cross sectional maupun
longitudinal. Kedua, riset studi kasus mampu mengeksplorasi secara detail dan mendalam atas suatu
permasalahan, baik melalui studi kasus tunggal (single case) maupun multikasus (multiple case). Ketiga,
studi kasus dapat membantu peneliti menghubungkan kasus mikro ke dalam kasus makro. Hal ini sangat
sesuai untuk membuat suatu kebijakan makro di sektor publik yang didasarkan pada pengalaman yang
terjadi pada kasus mikro.

Memang terdapat anggapan bahwa studi kasus merupakan metode riset yang lemah di antara metode
riset lain dalam ilmu sosial. Namun dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat mengenai penggunaan
studi kasus untuk riset ilmu sosial dan berbagai usaha dibuat untuk memisahkan studi kasus dari desain
riset yang lain, seperti: action research (Bryman, 1992); riset kualitatif (Bryman, 1992; Yin, 1989); kerja
lapangan atau fieldwork (Scapens, 1990); dan field- based research (Spicer, 1992; Abdul-khalik &
Ajinkya, 1979). Beberapa peneliti berpendapat bahwa penggunaan teknik studi kasus sebagai strategi
riset di bidang akuntansi dan manajemen sektor publik merupakan teknik yang sangat dianjurkan untuk
digunakan (lihat misalnya: Barzelay, 1997 dan 2001; Rahaman dan Lawrence, 2001; dan Yin, 1989).

Meskipun terdapat pandangan bahwa studi kasus merupakan metode riset yang lemah, studi kasus
terus digunakan secara luas dalam riset-riset ilmu sosial, meliputi berbagai disiplin ilmu konvensional
(seperti: psikologi, sosiologi, ilmu politik, antropologi, sejarah, dan ekonomi) dan juga bidang atau
disiplin baru yang lebih berorientasi pada praktik, seperti: urban planning, administrasi publik, kebijakan
publik, keuangan publik, ilmu manajemen, pendidikan (Yin, 1989), dan termasuk juga riset di bidang
sistem informasi (Cavaye, 1996; Lee, 1989; Walsham, 1995). Metode studi kasus juga banyak digunakan
untuk penulisan penelitian, disertasi, dan thesis dalam berbagai disiplin ilmu (Lihat misalnya penelitian:
Mardiasmo, 1999; Kearns 1995; Spicer, 1992; dan Scapens, 1990).

Cooper dan Schindler (2001, p. 137-138) mengatakan bahwa meskipun studi kasus dituduh sebagai
“scientifically worthless” karena tidak memenuhi persyaratan minimal sebuah desain riset untuk
komparasi, akan tetapi studi kasus memiliki peran ilmiah yang signifikan. Studi kasus yang didesain
dengan baik akan mampu memberikan tantangan berarti terhadap suatu teori dan memberikan sumber
hipotesis dan konstruk baru secara simultan.

Yin (1989) dan Eisenhardt (1989) bahkan menyatakan bahwa temuan-temuan dalam studi kasus dapat
dibuat generalisasi sehingga membentuk teori. Pembangunan teori melalui studi kasus menurut Yin
(1989, p. 38-40) dapat dilakukan melalui inferensi dua tingkat. Inferensi tingkat satu merupakan
generalisasi analitis (analityc generalization), sedangkan inferensi tingkat dua merupakan generalisasi
statistik (statistical generalization). Di dalam generalisasi statistik, inferensi dibuat terhadap populasi
berdasarkan pada data empiris yang diperoleh mengenai suatu sampel. Studi kasus tunggal (single-case
study) dalam hal ini dijadikan sebagai laboratorium yang oleh peneliti digunakan untuk meneliti topik
eksperimen baru. Multiple cases dengan demikian merupakan suatu bentuk multiple experiments. Hasil
dari berbagai eksperimen melalui studi kasus baik single-case maupun multiple-case study tersebut
kemudian dapat digunakan untuk melakukan inferensi tingkat satu, yaitu generalisasi analitis, untuk
mendukung atau menolak teori yang ada. Tujuan studi kasus pada dasarnya adalah untuk membuat
generalisasi analitis (inferensi tingkat satu) yang mana temuan-temuan studi kasus akan berimplikasi
pada kebijakan dan pengembangan teori.

Sebagai sebuah strategi riset, studi kasus bisa digunakan dalam banyak seting penelitian, meliputi (Yin,
1989, p. 13):

 Risetkebijakan,ilmupolitik,danadministrasipublik;

 Sosiologidanpsikologimassa;

 Penelitianmanajemendanorganisasi;

 Risetperencanaanwilayahdantatakota;

 Penulisandisertasidantesisdibidangilmusosial.

Barzelay (1997) menyarankan bahwa riset-riset di bidang sektor publik di masa datang perlu
dikembangkan pendekatan model studi kasus. Tujuan riset studi kasus di sektor publik adalah untuk
mengembangkan pengetahuan mengenai politik perubahan kebijakan yang mempengaruhi manajemen
sektor publik. Untuk memperoleh pengetahuan tentang permasalahan tersebut, metode komparatif
digunakan untuk mengidentifikasi dan menjelaskan pola hasil kebijakan (policy outcome) pada berbagai
kasus.

Terkait dengan penelitian terhadap New Public Management sebagai suatu perubahan sistematik
terhadap manajemen sektor publik, Barzelay menyarankan untuk membangun pemahaman terhadap
perubahan dalam manajemen sektor publik tersebut dengan mengikuti riset yang berorientasi studi
kasus dalam bentuk explanatory case study yang disertai dengan metode analitis. Desain riset
berorientasi kasus yang ditawarkan Barzelay terdiri atas tiga bagian, yaitu: 1) memilih case outcome; 2)
memilih explanatory framework/model; dan 3) memilih kasus. Sementara itu, fokus studi adalah pada
kandungan kebijakan (policy content) dan proses pembuatan kebijakan (Barzelay, 2001).

Hartley (1994, p. 208) menangkap esensi riset studi kasus dalam akuntansi adalah berupa investigasi
secara detail, seringkali disertai dengan pengumpulan data selama periode waktu tertentu dari satu atau
lebih organisasi, dengan suatu pandangan untuk memberikan suatu analisis mengenai konteks dan
proses yang ada dalam fenomena riset. Pada dasarnya terdapat beberapa metode riset, studi kasus
hanyalah merupakan salah satu cara atau strategi untuk melakukan riset ilmu sosial di samping metode
riset yang lain, seperti eksperimen, survey, histori, dan analisis informasi. Masing-masing strategi
tersebut memiliki kelemahan dan keunggulan sendiri-sendiri. Pemilihan strategi riset tergantung pada
tiga kondisi, yaitu: 1) jenis pertanyaan riset, 2) tingkat kendali yang dimiliki peneliti terhadap peristiwa
keperilakuan aktual, dan 3) fokus pada periode waktu, kontemporer atau fenomena historis. Studi kasus
merupakan strategi riset pilihan apabila pertanyaan “bagaimanakah (how)” atau “mengapa (why)”
diajukan dalam riset, ketika peneliti memiliki kontrol yang kecil terhadap event, dan ketika fokus
risetnya adalah pada fenomena kontemporer (Yin, 1989).

Studi kasus memiliki beberapa bentuk, yaitu: 1) explanatory case study, 2) exploratory case study, dan 3)
desriptive case study. Beberapa menambahkan adanya narrative case study. Explanatory case study
dilakukan untuk menjawab pertanyaan riset berupa ‘bagaimana’ dan ‘mengapa.’ Dalam riset akuntansi,
Ryan et al. (1992) dalam Rahaman dan Lawrence (2001) menjelaskan bahwa explanatory case study di
bidang akuntansi merupakan suatu studi yang berusaha menjelaskan praktik akuntansi yang diamati.
Explanatory case study berfokus pada kasus tertentu dan menggunakan landasan teori untuk
mengarahkan penjelasan dan pemahaman atas praktik akuntansi yang diamati. Exploratory case study
dilakukan apabila pertanyaan ‘apa’ dan ‘berapa banyak’ diajukan dalam penelitian.

Descriptive case study dilakukan untuk menjawab pertanyaan ‘apa,’ ‘siapa,’ dan ‘di mana,’ sedangkan
narrative case study bertujuan untuk menjelaskan peristiwa secara kronologis sesuai urutan waktu. Jika
dilihat dari banyaknya unit kasus yang diteliti, studi kasus dapat berbentuk single-case study atau bisa
juga berbentuk multiple-case study.

Jika dikaitkan dengan pendekatan filosofi metodologi penelitian, studi kasus termasuk dalam kategori
interpretif-naturalistik, karena studi kasus dapat dikelompokkan sebagai field research. Studi kasus juga
dapat dikategorikan sebagai grounded research karena riset studi kasus membangun teori dari data
empiris yang diperoleh secara mendalam dan dalam waktu yang panjang. Sifat riset studi kasus adalah
membuat bangunan idiografik, yaitu mencari keberlakuan khusus lokal yang valid, bukan untuk mencari
hukum yang berlaku universal. Dalam konteks otonomi daerah, penelitian model studi kasus ini sangat
cocok untuk mempelajari fenomena khusus lokal (local contingencies) yang berimplikasi pada kebijakan
spesifik bukan general.
BAB III

PENUTUP

3.I Kesimpulan

Dari pembahasan terkait Perkembangan Terkini Akuntansi Sektor Publik diIndonesia, sudah seharusnya
kita sebagai mahasiswa akuntansi mempelajari dengan saksama agar kelak dapat memberikan
kontribusi yang nyata bagi terwujudnya Good Governance. Perkembangan Akuntansi Sektor Publik
dapat terus dikembangkan melihat masih banyaknya pihak-pihak yang belum menerapkan secar
amaksimal terutama dalam hal akuntabilitas public. Sehingga diharapkan ketika Akuntansi Sektor Publik
sudah lebih berkembang, dan akuntabilitas public dapat dijalankan dengan maksimal akan hilang
paradigma masyarakat yang memandang bahwa organisasi sector public merupakan tempat Korupsi
Kolusi dan Nepotisme.

3.2 Saran

Semoga Pemerintah dan masyarakat khususnya dapat terus mengembangkan Akuntansi Sektor Publik
yang mendorong penyajian & pelaporan keuangan yang mudah dan dapat dipahami oleh masyarakat,
sehingga tujuan dari adanya transparansi keuangan dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Mardiasmo, MBA, AK. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Salomo, Aubrey Yanarto Petrus & Roy Valiant. t.thn. Daya Serap Anggaran Bagian Intern

Biro Keuangan Kementrian Perindustrian. Diakses Feb 01, 2020. https://lib.ui.ac.id.

Anda mungkin juga menyukai