Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Akuntansi Sektor Publik
Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS TADULAKO
2019
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-nya sehingga penulis dapat menyusun makalah dengan baik dan tepat
pada waktunya. Pada kesempatan ini penulis membuat makalah yang berjudul “Memahami
Basis Kas versus Basis Akrual pada Akuntansi Anggaran”. Makalah ini disusun sebagai salah
satu tugas mata kuliah Akuntansi Sektor Publik di Universitas Tadulako, Fakultas
Pascasarjana Program Studi Akuntansi.
Makalah ini dibuat beberapa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dr. Nina YusnitaYamin, SE., M.Si., Ak., CA selaku Dosen Mata Kuliah Akuntansi
Sektor Publik di Universitas Tadulako, Fakultas Pascasarjana Program Studi Akuntansi
2. Teman-Teman Kelompok 2 yang turut berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kritik dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah
ini.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
c. Tahap ketiga....................................................................................... 5
2.2 Konsep dan Implementasi Basis Kas dan Basis Akrual .......................... 6
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Selama beberapa tahun terakhir wacana mengenai good government governance sangat
gencar di perbincangkan oleh para politisi dan masyarakat dalam ranah akuntansi pemerintahan.
Pada era reformasi saat ini tuntutan masyarakat agar pengelolaan negara dijalankan dengan
transparan dan akuntabel, dimana tuntutan ini lebih menekankan pemerintah untuk bagaimana
pemerintah bertanggung jawab menggunakan uang rakyat dalam pengelolaan pemerintahannya.
Sejalan dengan adanya tuntutan masyarakat, pada akhirnya berdampak pada sistem
akuntansi pemerintahaan di Indonesia. Hasilnya, pada tahun 2010, Komite Standar Akuntansi
Pemerintahan (KSAP) menerbitkan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual yang
ditetapkan melalui PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
yang menggantikan PP Nomor 24 Tahun 2005 yang menggunakan basis kas menuju akrual (cash
toward accrual).
Pada dasarnya, hanya terdapat dua basis akuntansi atau dasar akuntansi yang dikenal
dalam akuntansi, yaitu akuntansi berbasis kas (cash basis) dan akrual (accrual basis) sedangkan
jika ada basis akuntansi yang lain seperti basis kas modifikasian, atau akrual modifikasian atau
kas menuju akrual, merupakan modifikasi diantara basis kas dan basis akrual untuk masa transisi
(Halim dan Kusufi, 2012).
Akuntansi basis kas pencatatan dilakukan ketika transasksi terjadi , dimana uang benar-
benar diterima atau dikeluarkan, penerapan dasar akuntansi ini dianggap banyak kelemahan,
terutama laporan keuangan yang dihasilkan tidak informatif. Sedangkan basis akrual pencatatan
sudah dapat dilakukan ketika transaksi terjadi walaupun uang belum benar-benar diterima atau
dikeluarkan. Akuntansi berbasis akrual dianggap memiliki sejumlah manfaat untuk organisasi
sektor publik, oleh karena itu, makalah ini bertujuan untuk menjelaskan pentingnya memahami
penerapan dasar akuntansi pada organisasi sektor publik, mulai dari perjalanan sejarah
penerapannya di indonesia, perbedaan konsep dan implementasinya dalam akuntansi anggaran,
perkembangan di berbagai negara, pro kontra mengadopsi akuntansi sektor public, dilematika
akrualisasi sektor publik dan tinjauan nya atas PP No 71 tahun 2010.
PEMBAHASAN
Pada periode ini disebut juga dengan periode pra reformasi. Pada masa ini belum ada
undang-undang yang mengatur secara spesifik tentang akuntansi pemerintahan. Semua
pengelolaan keuangan negara, termasuk akuntansi pemerintahan diatur menggunakan aturan
perundang-undangan yang merupakan warisan Belanda. Sistem pencatatan yang dilakukan
masih sangat sederhana, yaitu menggunakan sistem tata buku tunggal berbasis kas, sehingga
disebut juga periode sistem akuntansi tradisional, yang lebih berbentuk kegiatan
“pembukuan” bukan kegiatan “akuntansi”.
Pada periode kedua perjalanan praktik akuntansi pemerintahan di Indonesia ini juga
tidak bisa lepas dari pengaruh reformasi politik yang terjadi pada saat itu. Pada periode ini
merupakan masa reformasi dengan ditandai jatuhnya rezim orde baru yang telah berkuasa
selama 32 tahun. Perubahan mendasar lainnya pada sistem akuntansi pemerintahan adalah
adanya pergeseran dari sistem pencatatan single entry dan berbasis kas menjadi double entry
dan berbasis kas modifikasian. Pada masa prareformasi diterapkan sistem pencatatan single
entry dengan alasan utama untuk kemudahan dan kepraktisan saja.
Pada periode ini merupakan kelanjutan dari periode sebelumnya yaitu melanjutkan
reformasi pengelolaan keuangan negara (daerah) dengan diterbitkannya tiga paket undang-
undang tentang keuangan negara, yakni UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara,
UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang perbendaharaan Negara dan UU Nomor 15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Perubahan
mendasar pada sistem akuntansi pemerintahan periode ini adalah perlunya penyusunan sistem
akuntansi keuangan daerah yang mensyaratkan adanya standar akuntansi pemerintahan dan
prosedur akuntansi keuangan daerah untuk menjamin konsistensi dalam pelaporan keuangan.
d. Tahap Keempat : Periode Penerapan Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual
antara Tahun 2010-Sekarang
Sama halnya dengan tahap ketiga, periode ini merupakan lanjutan dari bagian reformasi
keuangan negara (daerah), terutama dalam hal akuntansi pemerintahan. Reformasi yang
terjadi adalah dimulainya penerapan akuntansi pemerintahan berbasis akrual dengan
dikeluarkannya PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang SAP yang menggantikan PP Nomor 24
Tahun 2005 tentang SAP yang telah berlaku selama lima tahun.
2.2. Basis Kas Versus Basis Akrual : Konsep Dan Implementasinya Dalam Akuntansi
Anggaran
Sistem akuntansi kas adalah sistem pencatatan yang mencatat pendapatan dan beban di
dalam periode terjadinya penerimaan dan pembayaran kas. Sementara sistem akuntansi akrual
adalah sistem pencatatan yang mencatat pendapatan pada saat pendapatan tersebut diperoleh
(earned) kas diterima maupun tidak dan beban dicatat pada saat beban tersebut terjadi (incurred)
kas dibayarkan atau tidak. Dalam sistem basis akrual harus diterapkan sistem alokasi yang
umumnya dilakukan secara subjektif arbitrer karena pembebanan biaya, pengakuan pendapatan,
dan prinsip “matching” nya harus mematuhi prinsip “time period”. Artinya, jika terdapat biaya
yang digunakan untuk mendapatkan penghasilan pada periode tahun buku yang dilaporkan, maka
walaupun belum di bayar harus diperhitungkan karena memang sudah merupakan hak atau
kewajiban entitas. Dalam basis kas murni, pembelian aset tetap misalnya bangunan harus
dianggap sebagai “beban” pada saat dikeluarkan sehingga tidak ada alokasi depresiasi selama
sisa umur penggunaannya.
a. Akuntansi Kas versus Akuntansi Akrual
Karena sistem akuntansi kas relatif sederhana, maka relatif mudah untuk
diimplementasikan dan dijalankan. Kelebihannya juga relatif mudah dalam audit dan
pengendaliannya. Namun, sistem ini cakupannya hanya terbatas pada transaksi yang
menghasilkan pembayaran atau penerimaan kas, dan sistem ini hanya mempertimbangkan
transaksi yang terjadi pada periode akuntansi yang relevan. Sedangkan akuntansi akrual relatif
rumit untuk diimplementasikan dan dijalankan dan keharusan untuk melakukan audit dan
pengendalian. Meskipun demikian, kelebihannya adalah mencakup pencatatan transaksi nonkas
sebaik transaksi kas dan mengakui pengaruh di masa mendatang (future effect) dari transaksi dan
perubahan kebijakan.
Ritonga (2010) menyimpulkan tiga kelemahan mendasar sistem akuntansi berbasis kas,
yaitu :
New
1. sejak T.A. 1992 sejak T.A. 1992 Sejak T.A. 1995
Zealand
ESA 95 sedang
2. Swedia sejak T.A. 1994 sejak T.A. 1994 dikenalkan akrual
penuh
Amerika
5. sejak T.A. 1998 sejak T.A. 1998 Beberapa
Serikat
6. Australia sejak T.A. 1995 sejak T.A. 1997 sejak T.A. 2000
Sedang dikenalkan
8. Swiss Ya Tidak
akrual penuh
Manfaat utama dari sistem akuntansi akrual adalah pendapatan dan belanja pemerintah
dapat dialokasikan secara tepat setiap saat. Dalam hal ini, akuntabilitas dapat diimplementasikan
secara lebih baik dengan akuntansi akrual yang mengakui beban saat dibayarkan. Terdapat
sejumlah kritik atas penerapan akuntansi berbasis akrual disektor publik yang meliputi dari
masalah teknik seperti penilaian aset, sampai ke pertanyaan yang lebih luas terkait dengan
perbedaan kebutuhan akuntansi antara sektor publik dengan sektor swasta dan akuntabilitas
demokratis.
Perbedaan utama diantara kedua dasar akuntansi, yaitu kas dan akrual, juga pada letak
manipulasi yang bisa dilakukan. Pada basis kas, laporan keuangan dapat dimanipulasi dengan
mengelola waktu transaksi. Sedangkan, dalam kasus akuntansi akrual, lingkup (scope)
manipulasi adalah inheren di dalam pembentukan estimasi pendapatan dan beban. Jadi, akuntansi
akrual berpotensi memiliki lingkup (scope) manipulasi yang lebih besar. Oleh karena itu,
akuntansi akrual menyebabkan munculnya masalah pengendalian keuangan yang lebih besar.
Dilematika yang timbul memang memunculkan kelemahan dari penerapan secara penuh
akrualisasi sektor publik, tetapi pemerintah Indonesia perlu menyikapinya dengan baik
mengingat tingginya kelebihan yang dimiliki.
“PSAP Sebagaimana dimaksud pada ayat 2.... tercantum dalam lampiran I yang tidak
terpisahkan dari peraturan pemerintah ini.
Lampiran I yang dimaksud adalah SAP BERBASIS Akrual yang terdiri atas Kerangka
Konseptual dan PSAP Nomor 01 sampai dengan PSAP Nomor 12. Jelas, bahwa berdasarkan
penjelasan diatas, PSAP yang ada pada lampiran I PP Nomor 71 Tahun 2010 adalah PSAP
Berbasis Akrual. Bagaimana penerapan basis akrual menurut PP No 71 Tahun 2010 ? Pertanyaan
ini merupakan pertanyaan yang mendasar, karena apakah dengan adanya peraturan pemerintah
tersebut dapat dikatakan bahwa Indonesia telah menerapkan basis akrual? Tentunya hal ini cukup
hanya dengan pernyataan pada Pasal 4 diatas. Apalagi pada pasal sebelumnya, yaitu Pasal 1 ayat
8 dinyatakan :
“SAP Berbasis Akrual adalah SAP yang mengakui pendapatan, beban, aset, utang, dan
ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja, dan
pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan
dalam APBN/APBD.”
Penerapan akuntansi secara penuh pada entitas pemerintahan bukanlah perkara yang
mudah, untuk menerapkannya perlu beberapa kondisi yang harus dipenuhi, jangan sampai
penerapan akuntansi berbasis akrual dipaksakan hanya karena telah diamanatkan dalam undang-
undang atau merupakan keharusan akibat adanya dorongan dari lembaga-lembaga internasional
seperti IMF dan Bank Dunia, tanpa mempertimbangkan kondisi dan kebutuhan organisasi
pemerintahan di Indonesia, sehingga biaya yang dikeluarkan lebih besar dari manfaat yang
diperoleh.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Di dalam ranah sektor publik sangat diperlukan basis akuntansi yang tepat., karena hal
ini akan berpengaruh pada alokasi anggaran dan pemanfaatan biaya untuk pelayanan publik
dengan anggaran pemerintah yang terbatas. Selama ini akuntansi sektor publik menggunakan
akuntansi berbasis kas, akan tetapi penerapannya dianggap kurang efektif dan efisien sehingga
demi meningkatkan sistem kinerjanya maka pemerintah mengganti sistem akuntansi berbasis
akrual dengan diterapkannya standar yang mengatur hal tersebut.
Penyesuaian untuk menggunakan akuntansi berbasis akrual yang sangat rumit bagi
instansi pemerintah menjadi implementasi basis akrual dalam instansi pemerintah tidak dapat
segera diadopsi dan membutuhkan waktu implementasi yang tidak sebentar. Kesiapan SDM,
dukungan teknologi informasi, kondisi sosial politik yang kondusif dan mendukung, serta
dukungan dari auditor pemerintah mutlak diperlukan agar reformasi akuntansi pemerintahan ini
dapat berjalan sukses dan memperoleh manfaat yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Athukorala, Sarath Lakshman, dan Reid, Barry. 2003. Accrual Budgeting and Accounting
in Government and Its Relevance for Developing Member Countries. Manila: Asian
Development Bank. http://etd.repository.ugm.ac.id/ diakses tanggal 11 September 2019, Jam
11.05 WITA.
Dwi Ratna S. 2010. Kondisi Faktual Sistem Akuntansi Pemerintah. Diedit oleh
Abdul Halim, Yanuar E. Restianto, dan I Wayan Karman, dalam Seri Bunga Rampai Akuntansi
Sektor Publik: Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat – Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah –
kapita elekta SistemAkuntansi sektor Publik. Yogyakatya: UPP STIM YKPN.
Halim, Abdul dan M. Syam Kusufi.2012. Akuntansi sektor publik : Akuntansi Keuangan
Daerah, edisi ke-4. Jakarta : Salemba Empat