Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL


Dosen Pengampu: Drs. H. Nasrullah Dali, M.,Si., Ak.

Disusun Oleh :
Kelas D

Kelompok 1:
Mega Juliyana Salsa B1C120143

Nur Since Syaputri B1C120166


Nurhasanah B1C120167

Nurul Fatimah B1C120168


Rika Pratiwi B1C120172

Silfiani B1C120178
ST. Nuraini B1C120184

Winda Oktavianti B1C120196

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO


KENDARI

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, Tuhan semesta alam,
sebaik tempat bersandar, tumpuan harapan yang selalu memberikan rahmat,
semangat untuk terus belajar, berkarya, berfikir, sehingga dapat menyelesaikan
makalah Akuntansi Sektor Publik secara kelompok dengan judul “Akuntansi
Berbasis Akrual”.
Kami mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada pihak-pihak
yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung atas sumber- sumber materi
sebagai bahan referensi yang membantu dalam penyusunan makalah ini
Kami menyadari bahwa makalah mata kuliah Akuntasni Sektor Publik ini
masih jauh dari kata sempurna, dan begitu banyak kekurangan sehingga kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Kami juga berharap semoga
makalah ini dapat diterima sebagai makalah pertama mata kuliah Akuntansi Sektor
Publik dan memberikan manfaat bagi semua pihak terutama untuk mahasiswa
angkatan 2020 Universitas Haluoleo.
Wassalamu'alaikum Wr.Wb

Kendari, 14 November 2022

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
BAB 1 .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
.1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
.1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ 1
.1.3 Tujuan .................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
2.1. Pengertian Akuntansi Berbasis Akrual ................................................................ 3
2.2. Dasar Hukum Akuntansi Berbasis Akrual........................................................... 3
2.3. Langkah-Langkah Penerapan Akuntansi Akrual Di Indonesia ........................... 4
2.4. Persiapan Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual ................................................ 5
2.5. Peluang dan Tantangan Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual Di Indonesia .... 6
2.6. Standar Akumtansi Pemerintahan Berbasis Akrual........................................... 10
2.7 Laporan Keuangan Berbasis Akrual ..................................................................... 12
BAB III .............................................................................................................................. 20
PENUTUP ......................................................................................................................... 20
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 21

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

.1.1Latar Belakang
Semakin hari perkembangan akuntansi semakin membaik, di negara
Indonesia saja untuk pertama-kalinya laporan keuangan pemerintah pusat
(LKPP) tahun anggaran 2015 pemerintah untuk pertama-kalinya
menetapkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dengan akuntansi basis
akrual.
SAP basis akrual membuat laporan keuangan menjadi lebih akuntabel
dan transparan dalam menyajikan informasi mengenai pertanggung-
jawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Dalam dunia akuntansi, terdapat dua metode atau basis pencatatan,
yakni basis kas (cash basis) dan basis akrual (accrual basis). Keduanya
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, namun akuntansi
dengan basis akrual cenderung lebih umum digunakan dalam pencatatan
keuangan perusahaan saat ini.
Akuntansi basis akrual adalah salah satu metode yang lazim digunakan
oleh akuntan dalam pencatatan atau pembukuan keuangan. Metode ini
didaulat sebagai international best practice dalam pengelolaan keuangan
modern, karena dinilai mengedepankan transparansi serta akuntabilitas
manajemen keuangan.
Ada sejumlah alasan yang menyebabkan metode akuntansi akrual lebih
umum dipilih oleh para akuntan dan pelaku bisnis. Untuk memahami lebih
lanjut mengenai metode ini, berikut ulasan lengkapnya.
.1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu akuntansi berbasis akrual
2. Apa saja dasar hukum akuntansi berbasis akrual
3. Bagaimana penerapan akuntansi akrual di Indonesia
4. Bagaimana persiapan penerapan akuntansi berbasis akrual
5. Apa saja peluang dan tantangan penerapan akuntansi berbasis akrual di
Indonesia

1
6. Apa saja standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual
7. Bagiama laporan keuangan berbasis akrual

.1.3Tujuan
1. Memahami pengertian akuntansi berbasis akrual
2. Mengetahui Dasar Hukum Akuntansi Berbasis Akrual
3. Menjelaskan langkah-langkah penerapan akuntansi akrual di
Indonesia
4. Memahami persiapan penerapan akuntansi berbasis akrual
5. Mengetahui peluang dan tantangan penerapan akuntansi berbasis
akrual di Indonesia
6. Mengetahui standar akumtansi pemerintahan berbasis akrual
7. Menjelaskan laporan keuangan berbasis akrual

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Akuntansi Berbasis Akrual
Akuntansi berbasis akrual adalah suatu basis akuntansi dimana transaksi ekonomi
dan peristiwa lainnya diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada
terjadinya transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau
dibayarkan.

Menurut Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), pengertian akuntansi basis akrual


adalah prinsip-prinsip akuntansi yang terapkan dalam Menyusun dan menyajikan laporan
keuangan pemerintah.

2.2. Dasar Hukum Akuntansi Berbasis Akrual


Reformasi Keuangan Negara yang ditandai dengan lahirnya paket
UU di bidang Keuangan Negara pada tahun 2003 dan 2004
mengamanatkan pentingnya tata kelola keuangan yang baik (good
governance) yang antara lain berdasarkan prinsip-prinsip transparansi
dan akuntabilitas, serta mengikuti international best practices yang
disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. Reformasi keuangan
negara mencakup reformasi di bidang akuntansi dan pelaporan
keuangan pemerintah. Hal ini ditandai dengan kewajiban untuk
menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan negara berupa
laporan keuangan pemerintah yang setidak-tidaknya terdiri dari
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan
atas Laporan Keuangan dilampiri dengan laporan keuangan
perusahaan Negara dan badan lainnya. Saat ini pemerintah telah
menyusun Laporan Keuangan dengan Basis Kas Menuju Akrual yang
merupakan basis transisi sampai dengan akuntansi berbasis akrual
sebagaimana ditetapkan dengan paket UU bidang keuangan Negara
dapat diterapkan di Indonesia.

Dasar hukum penerapan akuntansi berbasis akrual adalah:

• Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara:


Pasal 1:

3
Pendapatan negara/daerah adalah hak pemerintah pusat/daerah
yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Belanja
negara/daerah adalah kewajiban pemerintah pusat/daerah yang
diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.
• Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara Pasal 70 ayat (2):
Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan
dan belanja berbasis akrual sebagaimana dimaksud dalam Pasal
12 dan Pasal 13 Undang-undang ini dilaksanakan selambat-
lambatnya pada tahun anggaran 2008 dan selama pengakuan
dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum
dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas.

2.3. Langkah-Langkah Penerapan Akuntansi Akrual Di Indonesia


Dalam rangka implementasi SAP berbasis akrual sebagaimana
diamanatkan di dalam UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, beberapa langkah yang telah dan akan dilakukan dalam
rangka penerapan akuntansi berbasis akrual di Indonesia adalah
sebagai berikut:
• Tahun 2010:
o Mengumpulkan berbagai informasi yang berkaitan dengan
akuntansi berbasis akrual,
o Menyiapkan dan menetapkan SAP berbasis akrual,
o Menyiapkan Rencana Implementasi SAP berbasis akrual.
• Tahun 2011 :
o Menyiapkan peraturan dan kebijakanuntuk penerapan
akuntansi berbasis akrual,
o Menyusun proses bisnisdan sistem akuntansiuntuk
penerapan akuntansi berbasis akrual.
• Tahun 2012 :
o Mengembangkan Sistem Akuntansi dan pedomanyang
akan digunakan dalam penerapan akuntansi berbasis akrual
o Melaksanakan capacity building berupa training dan sosialisasi
SAP berbasis akrual kepada seluruh stakeholders yang terlibat,

4
o Mengembangkan teknologi informasi termasuk sistem aplikasi
yang akan digunakan.
• Tahun 2013 :
o Melakukan uji coba implementasi Konsolidasi LK,
penyempurnaan sistem dan capacity building,
o Penyusunan peraturan yang berkaitan.
• Tahun 2014
o Implementasi secara paralel penerapan basis CTA dan akrual
dalam Laporan Keuangan, tetapi Laporan Keuangan yang diberi
opini oleh BPK adalah yang berbasis CTA.
o Konsolidasi Laporan K/L dan BUN dengan basis akrual,
o Evaluasi dan finalisasi sistem yang akan digunakan.
• Tahun 2015
Penerapan implementasi penuh akuntansi berbasis akrual di
Indonesia. Laporan Keuangan yang diberi opini adalah yang
berbasis akrual.

2.4. Persiapan Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual


Dalam rangka mendukung penerapan model manajemen keuangan
baru berbasis akrual, diperlukan strategi dan persiapan yang
terintegrasi dan efektif untuk mendukung keberhasilan proses
migrasi menuju penerapan akuntansi dan pelaporan berbasis akrual.
Persiapan yang perlu dilakukan adalah sebagi berikut:

2.4.1 Training SDM

Training kepada stakeholders diperlukan untuk


menguatkan komitmen, penguatan kompetensi SDM dan
meminimalisasi risiko ketidakandalan data keuangan.
Berdasarkan peta pemangku kepentingan, maka training
kesiapan implementasi basis akrual dibagi ke dalam 3 (tiga)
level, yaitu Level Penentu Komitmen dan Politis, Level
Manajerial dan Level Teknis. Secara umum, melalui Program
Integrasi Sosialisi/Training ini diharapkan semua pemangku
kepentingan memahami dan mendukung implementasi basis

5
akrual dan bersama-sama mengupayakan pencapaian opini
terbaik pada LKKL dan LKPP Tahun 2015.

2.4.2 Teknologi Informasi

Dalam rangka mendukung penerapan basis akuntansi


akrual, penggunaan teknologi yang andal amat diperlukan
guna mendukung keberhasilan pengolahan data baik pada
masa transisi maupun pada masa penerapan basis akrual
secara penuh. Persiapan di bidang teknologi informasi
terutama diarahkan untuk pengembangan sistem akuntansi.
Pengembangan sistem akuntansi yang dibangun saat ini terdiri
dari:

• SPAN (Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara).


Sistem SPAN telah diluncurkan pada tanggal 19 Agustus
2013.
• SAKTI (Sistem Akuntansi Tingkat Instansi). Pada tahun
2013 telah dilakukan tahapan Integration Test,
sedangkanpiloting systemrencananya akan dilaksanakan
tahun 2014 ini.

2.4.3 Dana

Dalam rangka pelaksanaan pelatihan akrual,


Pemerintah membutuhkan dana yang sangat besar dengan
mempertimbangkan jumlah satuan kerja (lebih dari 24.000
satker) yang tersebar di seluruh Indonesia, kelompok pemangku
kepentingan serta jenis komunikasi dan pelatihanyang
dibutuhkan untuk berbagai level. Untuk itu, selain dana yang
berasal dari APBN, Pemerintah juga mendapat komitmen untuk
bantuan dan dukungan dari negara-negara sahabat dan
lembaga internasional, seperti dari Australia melalui program
GPF-AIP dan Bank Dunia.

2.5. Peluang dan Tantangan Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual Di Indonesia


2.5.1 Peluang yang Dimiliki

6
Dalam menerapkan akuntansi berbasis akrual pemerintah
memiliki peluang antara lain sebagai berikut:

• Amanat UU No. 17/2003 dan UU No. 1/2004 serta


rekomendasi BPK dalam penerapan akuntansi berbasis
akrual;
• Komitmen yang tinggi dari pimpinan penyelenggaran
negara;
• Pengalaman dalam mengembangkan dan menyusun
sistem akuntansi dan aplikasi laporan keuangan berbasis
Kas Menuju Akrual;
• Pengalaman dalam menyiapkan SDM bidang akuntansi
dan pelaporan keuangan melalui Program Percepatan
Akuntabilitas Keuangan Pemerintah (PPAKP);
• Tersedianya SDM dalam jumlah yang cukup yang
memahami akuntansi berbasis Kas Menuju Akrual;
• Tersedianya lulusan STAN dan lulusan perguruan
tinggi lainnya di Indonesia yang dapat direkrut
sebagai SDM bidang akuntansi dan pelaporan
keuangan;
• Pengalaman Kementerian Keuangan dalam
pembinaan dan penyebarluasan bidang akuntansi dan
keuangan kepada seluruh kementerian negara/lembaga;
• Dapat dimanfaatkannya dukungan dari BPKP dalam
melakukan reviu dan pendampingan penyusunan
laporan keuangan;
• Lebih efektifnya pengambilan keputusan yang telah
mendapatkan informasi yang lebih komprehensif;
• Adanya komitmen bantuan dan dukungan dari negara-
negara sahabat dan lembaga internasional, seperti dari
Australia melalui program GPF- AIP dan Bank Dunia.

2.5.2 Tantangan yang dimiliki

7
Menurut Simanjuntak (2010) beberapatantangan
penerapan akuntansiberbasisakrual di pemerintahan Indonesia
adalah sebagai berikut:

• Sistem Akuntansi dan Information Technology (IT) Based


System
Adanya kompleksitas implementasi akuntansi berbasis
akrual, dapat dipastikan bahwa penerapan akuntansi
berbasis akrual di lingkungan pemerintahan
memerlukan sistem akuntansi dan IT based system yang
lebih rumit. Selain itu perlu juga dibangun sistem
pengendalian internal yang memadai untuk memberikan
keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi
melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan
pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
• Komitmen dari Pimpinan
Dukungan yang kuat dari pimpinan merupakan kunci
keberhasilan dari suatu perubahan. Salah satu penyebab
kelemahan penyusunan Laporan Keuangan pada
beberapa Kementerian/Lembaga adalah lemahnya
komitmen pimpinan satuan kerja khususnya Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) penerima dana
Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan. Kejelasan
perundang-undangan mendorong penerapan akuntansi
pemerintahan dan memberikan dukungan yang kuat
baik bagi para pimpinan kementerian/lembaga di
pusat maupun Gubernur/Bupati/Walikota di daerah.
• Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang Kompeten
Penyiapan dan penyusunan laporan keuangan
berbasis akrual memerlukan SDM yang memiliki
kompentensi, khususnya di bidang akuntansi
pemerintahan. Untuk itu, pemerintah pusat dan
pemerintah daerah perlu secara serius menyusun
perencanaan SDM di bidang akuntansi pemerintahan.
8
Termasuk di dalamnya memberikan sistem insentif dan
remunerasi yang memadai untuk mencegah timbulnya
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) oleh SDM
yang terkait dengan akuntansi pemerintahan. Di samping
itu, peran dari perguruan tinggi dan organisasi profesi
tidak kalah pentingnya untuk memenuhi kebutuhan
akan SDM yang kompeten di bidang akuntansi
pemerintahan.
• Resistensi Terhadap Perubahan
Sebagaimana layaknya untuk setiap perubahan, pada
umumnya terdapat pihak internal yang sudah terbiasa
dengan sistem yang lama dan enggan untuk mengikuti
perubahan. Untuk itu, perlu disusun berbagai
kebijakan dan dilakukan berbagai sosialisasi kepada
seluruh pihak yang terkait, sehingga penerapan
akuntansi pemerintahan berbasis akrual dapat berjalan
denganbaik tanpa ada resistensi.
• Lingkungan/Masyarakat
Apresiasi dari masyarakat sangat diperlukan untuk
mendukung keberhasilan penerapan akuntansi
pemerintahan. Masyarakat perlu didorong untuk
mampu memahami laporan keuangan pemerintah,
sehingga dapat mengetahui dan memahami penggunaan
atas penerimaan pajak yang diperoleh dari masyarakat
maupun pengalokasian sumber daya yang ada. Dengan
dukungan yang positif, masyarakat mendorong
pemerintah untuk lebih transparan dan akuntabel dalam
menjalankan kebijakannya.

Selain itu, pemerintah juga menghadapi tantangan di


dalam menerapkan akuntansi berbasis akrual, antara lain:

• Pengembangan sistem akuntansi berbasisakrual


membutuhkan suatu sistem akuntansi untuk
mengakomodasinya. Kementerian Keuangan telah

9
mengembangan SPAN (diluncurkan tanggal 19 Agustus
2013) serta SAKTI di tingkat instansi yang dapat
digunakan sebagai dasar dalam pengembangan sistem
akuntansi berbasis akrual;
• Penerapan akuntansi akrual dapat berakibat terhadap
penurunanekuitas sebagai akibat penyusutan dan
amortisasi;
• Penerapan akuntansi berbasis akrual dapat berakibat
pada penurunan kualitas laporan keuangan (opini audit
LKKL dan LKPP menurun);
• Kompleksitas akuntansi akrual dapat menimbulkan
resistensi di K/L, khususnya bagi para pelaku
akuntansi dan penyusunan laporan keuangan;
• Makin rumitnya proses pelaporan dan audit laporan
keuangan

2.6. Standar Akumtansi Pemerintahan Berbasis Akrual


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 pasal 1 ayat (8) menyatakan
bahwa:

Standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual adalah standar akuntansi pemerintahan


yang mengakui pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial
berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan
pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBN/APBD (KSAP,
2012).

Selain itu dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar
Akuntansi Pemerintah berbasis akrual dalam kerangka konseptualnya menjelaskan ada
dua entitas dalam pelaksanaan akuntansi pada pemerintah yaitu: entitas akuntansi
dan entitas pelaporan (Tanjung, 2 : 2015).
Adapun laporan keuangan dan karakteristik kualitatif laporan keuangan pemerintah
sebagai berikut :

Laporan keuangan pokok menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010


terdiri dari (KSAP, 2012):

a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);

10
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL);

c. Neraca;

d. Laporan Operasional (LO);

e. Laporan Arus Kas (LAK);

f. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE);

g. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

Laporan keuangan yang dihasilkan dari penerapan basis akrual dimaksudkan


untuk memberikan informasi yang lebih baik bagi para pemangku kepentingan
baik para pengguna laporan keuangan dibandingkan dengan basis kas menuju
akrual yang selama ini dianut. Hal ini sejalan dengan salah satu prinsip akuntansi
yaitu pengungkapan paripurna atau ful disclosure (Anonim. 3 : 2014).

Karakteristik kualitatif laporan keuangan pemerintah berikut ini merupakan


prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat
memenuhi kualitas yang dikehendaki (Mahsun dkk, 35-36:2015) :

a. Relevan

Laporan keuangan bisa dilakukan relevan apabila informasi yang termuat


di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan masa lalu atau masa kini,
dan memprediksi masa kini, dan memprediksi masa depan, serta
menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Informasi
yang relevan akan bercirikan memiliki manfaat umpan balik, memiliki
manfaat prediktif, tepat waktu dan lengkap.

b. Andal

1) Penyajian jujur

Informasi menggambarkan dengan jujur trasaksi serta peristiwa lainnya


yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk
disajikan.

2) Dapat diverifikasi (verifiability)

11
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat di uji, dan
apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang
berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.

3) Netralitas

Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada


kebutuhan pihak tertentu.

c. Dapat dibandingkan

Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika
dapat dibandingkan dengan laporan keunagn periode sebelumnya atau
laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat
dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat
dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari
tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila
entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang
sama.

d. Dapat dipahami

Informasi yang disajikan dalam laporan keaungan dapat dipahami oleh


pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan
dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan
memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi
entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari
informasi yang dimaksud

2.7 Laporan Keuangan Berbasis Akrual


2.7.1 Laporan Realisasi Anggaran
2.7.1.1 Pengertian dan Tujuan
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah
satu komponen laporan keuangan pemerintah yang
menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian
sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah
pusat/daerah, yang menggambarkan perbandingan
antara anggaran dan realisasinya dalam suatu periode
tertentu.

12
2.7.1.2 Manfaat

• Menyediakan informasi mengenai realisasi


pendapatan-LRA, belanja, transfer,
surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan dari suatu
entitas pelaporan yang masing-masing
diperbandingkan dengan anggarannya.
• Menyediakan informasi yang berguna dalam
memprediksi sumber daya ekonomi yang akan
diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah pusat
dan daerah dalam periode mendatang dengan cara
menyajikan laporan secara komparatif.

2.7.1.3 Struktur dan Isi

• Pendapatan LRA
• Belanja
• Transfer
• Surplus/deficit LRA
• Penerimaan Pembiayaan
• Pengeluaran Pembiayaan
• Pembiayaan Neto
• Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA)

2.7.2 Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih

2.7.2.1 Pengertian
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL)
menyajikan informasi kenaikan atau penurunan SAL
tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.

2.7.2.2 Manfaat
Menyajikan informasi kenaikan atau penurunan
SAL tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya

2.7.2.3 Struktur dan Isi

13
Laporan perubahan saldo anggaran lebih menyajikan secara komparatif
dengan periode sebelumnya pos-pos berikut:
• Saldo Anggaran Lebih Awal
• Penggunaan Saldo Anggaran Lebih
• Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran Tahun Berjalan
• Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya
• Saldo Anggaran Lebih Akhir

2.7.3 Neraca

2.7.3.1 Pengertian

Neraca merupakan laporan keuangan yang


menggambarkan posisi keuangan suatu entitas
pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan
ekuitas pada tanggal tertentu

2.7.3.2 Manfaat
Menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya
ekonomi, kewajiban dan eukitas pemerintah pada tanggal
tertentu.

2.7.3.3 Struktur dan Isi


Unsur yang dicakup oleh neraca terdiri dari aset,
kewajiban dan ekuitas. Setiap entitas pelaporan
mengklasifikasikan asetnya dalam aset lancar dan
nonlancar serta mengklasifikasikan kewajibannya
menjadi kewajiban jangka pendek dan jangka panjang
dalam neraca. Dengan demikian, neraca menyajikan
secara komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos i)
kas dan setara kas, ii) investasi jangka pendek, iii) piutang
pajak dan bukan pajak, iv) persediaan, v)investasi jangka
panjang, vi) aset tetap, vii) kewajiban jangka pendek, viii)
kewajiban jangka panjang dan ix) ekuitas.
2.7.4 Laporan Operasional
2.7.4.1 Pengertian

14
Laporan Operasional (LO) disusun untuk melengkapi
pelaporan dari siklus akuntansi berbasis akrual (full
accrual accounting cycle) sehingga penyusunan Laporan
Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca
mempunyai keterkaitan yang dapat
dipertanggungjawabkan.

2.7.4.2 Manfaat

Menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan


operasional keuangan entitas pelaporan yang
tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban, dan
surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan
yang penyajiannya disandingkan dengan periode
sebelumnya.

2.7.4.3 Struktur dan Isi


Struktur Laporan Operasional mencakup pos-pos sebagai berikut:
• Pendapatan-LO
• Beban
• Surplus/Defisit dari operasi
• Kegiatan non operasional
• Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa
• Pos Luar Biasa
• Surplus/Defisit-LO

2.7.5 Laporan Arus Kas

2.7.5.1 Pengertian
Laporan Arus Kas adalah bagian dari laporan finansial
yang menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran
kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan
berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan
transitoris.

2.7.5.2 Manfaat

15
Informasi dalam Laporan Arus Kas memiliki manfaat
sebagai berikut:
• Sebagai indikator jumlah arus kas di masa yang
akan datang, serta berguna untuk menilai
kecermatan atas taksiran arus kas yang telah dibuat
sebelumnya.
• Alat pertanggung-jawaban arus kas masuk dan arus
kas keluar selama periode pelaporan.
• Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan lainnya,
laporan arus kas memberikan informasi yang
bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam
mengevaluasi perubahan kekayaan bersih/ekuitas
suatu entitas pelaporan dan struktur keuangan
pemerintah (termasuk likuiditas dan solvabilitas).
2.7.5.3 Struktur dan Isi
Laporan Arus Kasmenyajikan informasi penerimaan dan
pengeluaran kas selama periode tertentu yang
diklasifikasikan berdasarkan berikut:
a) Aktivitas Operasi
▪ Arus masuk kas diperoleh dari:
• Penerimaan Perpajakan;
• Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP);
• Penerimaan Hibah;
• Penerimaan Bagian Laba perusahaan
negara/daerah dan Investasi Lainnya;
• Penerimaan Lain-lain/penerimaan dari
pendapatan Luar Biasa; dan
• Penerimaan Transfer
▪ Arus keluar kas diperoleh dari:
• Pembayaran Pegawai
• Pembayarn Barang
• Pembayaran Bunga
• Pembayaran Subsidi
• Pembayaran Hibah
16
• Pembayaran Bantuan Sosial
• Pembayaran Lain-lain/Kejadian Luar Biasa; dan
• Pembayaran Transfer
b) Aktivitas Investasi
▪ Arus masuk kas terdiri dari:
• Penjualan Aset Tetap
• Penjualan Aset Lainnya
• Pencarian Dana Cadangan
• Penerimaan dari Investasi
• Penjualan Investasi dalam bentuk Sekuritas
▪ Arus keluar kas terdiri dari:
• Perolehan Aset Tetap
• Perolehan Aset lainnya
• Pembentukan Dana Cadangan
• Penyertaan Modal Pemerintah
• Pembelian Investasi dalam bentuk Sekuritas
c) Aktivitas Pendanaan
▪ Arus masuk kas antara lain:
• Penerimaan utang luar negeri
• Penerimaan dari utang obligasi
• Penerimaan Kembali pinjaman kepada pemerintah daerah
• Penerimaan kembali pinjaman kepada perusahaan negara
▪ Arus keluar kas antara lain:
• Pembayaran pokok utang luar negeri
• Pembayaran pokok utang obligasi
• Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada pemerintah
daerah
• Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada perusahaan
negara

d) Aktivitas Transitoris
Aktivitas transitoris adalah aktivitas penerimaan dan
pengeluaran kas yang tidak termasuk dalam
aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
17
Arus kas dari aktivitas transitoris mencerminkan
penerimaan dan pengeluaran kas bruto yang tidak
mempengaruhi pendapatan, beban, dan pendanaan
pemerintah. Arus kas dari aktivitas transitoris antara
lain transaksi Perhitungan Fihak Ketiga (PFK),
pemberian/penerimaan kembali uang persediaan
kepada/dari bendahara pengeluaran, serta kiriman
uang.
2.7.6 Laporan Perubahan Ekuitas
2.7.6.1 Pengertian
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) menyajikan informasi
kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
2.7.6.2 Manfaat
Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi
keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami
kenaikan atau penurunan sebagai akibat kegiatan yang
dilakukan selama periode pelaporan.
2.7.6.3 Struktur dan Isi
Laporan perubahan ekuitas menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos:
• Ekuitas awal
• Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan;
• Koreksi-koreksi yang langsung menambah/
mengurangi ekuitas
• Ekuitas akhi
2.7.7 Catatan Atas Laporan Keuangan
2.7.7.1 Pengertian
Catatan atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari Laporan Keuangan dan oleh
karenanya setiap entitas pelaporan diharuskan untuk
menyajikan Catatan atas Laporan Keuangan.
2.7.7.2 Manfaat
Memudahkan pengguna dalam memahami laporan
keuangan.

18
2.7.7.3 Struktur dan Isi
Catatan Atas Laporan Keuangan mengungkapkan hal-
hal sebagai berikut:
• Informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan
Entitas Akuntansi;
• Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan
ekonomi makro;
• Ikhtisar pencapaian target keuangan selama
tahun pelaporan berikut kendala dan hambatan
yang dihadapi dalam pencapaian target;
• Informasi tentang dasar penyajian laporan
keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi
yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-
transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya;
• Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang
disajikan pada lembar muka laporan keuangan;
• Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum
disajikan dalam lembar muka laporan keuangan;
dan
• Informasi lainnya yang diperlukan untuk
penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam
lembar muka laporan keuangan.

19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Akuntansi berbasis akrual adalah suatu basis akuntansi dimana transaksi
ekonomi dan peristiwa lainnya diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan
keuangan pada terjadinya transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas
atau setara kas diterima atau dibayarkan. Akuntansi berbasis akrual mempunyai
dua dasar hukum yakni, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara: Pasal 1, dan Undang-Undang Nomor
1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 70 ayat (2).
Laporan keuangan yang dihasilkan dari penerapan basis akrual dimaksudkan
untuk memberikan informasi yang lebih baik bagi para pemangku kepentingan
baik para pengguna laporan keuangan dibandingkan dengan basis kas menuju
akrual yang selama ini dianut.

20
DAFTAR PUSTAKA

Mutmainna. 2017. Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual Dengan Menggunakan Aplikasi


Saiba Pada Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Makassar. Universitas
Muhammadiyah Makassar.

Penulis. 2014. Modul. Gambaran Umum Akuntansi Berbasis Akrual. Kementerian


Keuangan Republik Indonesia.

21

Anda mungkin juga menyukai