Anda di halaman 1dari 9

Makalah Seminar Akuntansi Keuangan

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH (SAP)

CONTOH KASUS (SAP)

Disusun Oleh:

1. Fatur Rahman Labarani 3201180032


2. Fidyawati 3201180033
3. Riani Agustina 3201180049
4. Rizky Ibnu Riady 3201180004

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BUNG KARNO

2022
Daftar isi
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan petunjuk dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP) dapat terselesaikan sebagaimana mestinya. Sholawat serta salam selalu
tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,
keluarganya, para sahabat, dan pengikutnya, Aamin Yarabbal ‘alamin

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak
Hofandrik Lase, SE., M.Ak pada mata kuliah Seminar Akuntansi Keuangan. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Hofandrik Lase, SE., M.Ak selaku Dosen
Seminar Akuntansi Keuangan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, karena keterbatasan
wawasan serta sepengetahuan. Oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangat kami
harapkan demi kemajuan di masa yang akan datang.
1. Pengertian Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)

Menurut Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi


Pemerintah. Standar akuntansi pemerintahan atau SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang
diterapkan dalam menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah. Laporan tersebut
seperti misalnya Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD).

Standarisasi ini dilakukan dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan


akuntansi pemerintahan. Sekaligus untuk memberikan peningkatan kualitas dari LKPP dan
LKPD. Secara umum SAP berbentuk Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) yang
memiliki judul, nomor, dan tanggal efektif berlaku standar tersebut. Selain itu SAP juga
memiliki Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan yang menjadi rangka penyusunan.

Dalam membantu penerapannya, PSAP ini dibarengi dengan Interpretasi Pernyataan


Standar Akuntansi Pemerintahan (IPSAP) atau Buletin Teknis SAP. Gunanya adalah untuk
menghindari salah arti ari penggunaan PSAP dan mengatasi permasalahn teknis. IPSAP dan
Buletin Teknis SAP disusun dan diterbitkan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
(KSAP) dan diberitahukan kepada Pemerintah dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Rancangan IPSAP disampaikan kepada BPK paling lambat empat belas hari kerja sebelum
IPSAP diterbitkan.

2. Prinsip  Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)

Prinsip-prinsip dari Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) sebagaimana tertuang dalam


Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 mengemukakan delapan prinsip yang digunakan
dalam akuntansi dan pelaporan keuangan. Prinsip-prinsip tersebut meliputi Basis akuntansi,
Prinsip nilai historis, Prinsip realisasi, Prinsip substansi mengungguli bentuk formal, Prinsip
periodisitas, Prinsip konsistensi, Prinsip pengungkapan lengkap, dan Prinsip penyajian wajar.

a) Basis Akuntansi

Pada prinsip Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), basis akuntansi digunakan dalam
laporan keuangan pemerintah dalam bentuk basis laporan operasional, akrual, untuk pengakuan
pendapatan, beban, aset, kewajiban, dan ekuitas. Dalam hal peraturan perundang-undangan
mewajibkan agar basis akuntansi disajikan bersama laporan keuangan dengan basis kas. 

Basis akrual untuk laporan operasional sebagai petunjuk bagi pendapatan yang diakui
ketika hak untuk memperoleh pendapatan telah terpenuhi meskipun kas belum diterima pada
Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan. 

b) Nilai Historis (Historical Cost)

Nilai historis dapat berupa aset yang dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara dengan
kas yang dibayar. Aset yang dicatat juga bisa sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration)
untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. Nilai historis lebih dapat diandalkan
daripada penilaian yang lain karena lebih objektif dan dapat diverifikasi dengan mudah. 

c) Realisasi (Realization)

Pendapatan basis kas tersedia yang telah diotorisasikan melalui anggaran pemerintah
pada suatu periode akuntansi dapat digunakan untuk berbagai kepentingan. Biasanya digunakan
untuk membayar utang dan melakukan belanja dalam periode tersebut. Mengingat Laporan
Realisasi Anggaran (LRA)adalah laporan yang wajib disusun, maka pendapatan basis kas harus
diakui setelah diotorisasi melalui anggaran dan telah menambah maupun mengurangi kas.

d) Substansi Mengungguli Bentuk Formal (Substance Over Form)

Prinsip ini sebagai Informasi yang dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar
transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan. Maka dari itu, segala bentuk harus
dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, dan bukan hanya aspek
formalitasnya saja. Jika substansi transaksi tidak konsisten/berbeda dengan aspek formalitasnya,
maka harus diungkapkan dengan jelas dalam catatan atas laporan arus kas.

e) Periodisitas (Periodicity)

Agar kinerja entitas dapat diukur dan posisi sumber daya yang dimiliki dapat ditentukan,
maka kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan harus dibagi menjadi
beberapa periode pelaporan. Periode utama yang digunakan adalah tahunan, meskipun
dikehendaki pula periode bulanan, triwulan, dan semester. 
f) Konsistensi (Consistency)

Konsistensi bisa berupa perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang
serupa dari periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan. Keadaan tersebut bukan berarti tidak
boleh terjadi perubahan dari satu metode akuntansi ke metode akuntansi yang lain, namun
metode akuntansi yang dipakai dapat diganti dengan syarat. Adapun syarat tersebut adalah
metode yang baru diterapkan harus mampu memberikan informasi yang lebih baik daripada
metode lama. Pengaruh atas perubahan penerapan metode tersebut diungkapkan dalam Catatan
atas Laporan Keuangan.

g) Pengungkapan Lengkap (Full Disclosure)

Laporan keuangan harus menyajikan secara lengkap segala informasi yang dibutuhkan
oleh pengguna. Selain itu pengungkapan informasi harus  dapat ditempatkan pada lembar muka
laporan keuangan atau Catatan atas Laporan Keuangan.

h) Penyajian Wajar (Fair Presentation)

Dalam rangka penyajian wajar, faktor pertimbangan sehat sangat diperlukan bagi
penyusun Laporan Keuangan dan manajemen keuangan ketika menghadapi ketidakpastian pada
peristiwa dan keadaan tertentu. Ketidakpastian tersebut diakui dengan mengungkapkan hakikat
dengan menggunakan pertimbangan sehat dalam penyusunan laporan keuangan. Pertimbangan
sehat tersebut dapat mengandung unsur kehati-hatian sehingga dalam laporan keuangan aset
tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban tidak dinyatakan terlalu rendah. 

Akuntansi dasar merupakan faktor lahirnya Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Maka
dari itu, perlu dipahami bahwa adanya pencatatan akuntansi yang baik akan memudahkan
pengolahan dan pelaporan bagi keperluan pemerintah maupun dalam membantu UKM dalam
merapihkan pembukuan bisnisnya.

Pastikan bisnis dan perusahaan Anda beralih menggunakan sistem pengelolaan keuangan
yang baik dengan Software Akuntansi Harmony. Dengan Harmony Anda dapat mengelola
pembukuan Anda dengan mudah walaupun Anda tidak memiliki backgorund sebagai seorang
akuntan sekalipun.
3. Tujuan Akuntansi Pemerintahan

Dalam penerapannya, akuntansi pada pemerintahan dan akuntansi bisnis pada dasarnya tidak
memiliki perbedaan yang signifikan. Berikut merupakan tujuan dari adanya
akuntansi pemerintahan:

1) Akuntabilitas

Adanya akuntansi pemerintah bertujuan agar pemerintah dapat


mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan negara sesuai dengan amanat konstitusi. Hal
tersebut terdapat dalam UUD 1945 pasal 23 ayat (5), yang menjelaskan bahwa setiap
pengelolaan keuangan negara harus memiliki laporan pertanggungjawaban sehingga masyarakat
dapat mengetahui secara jelas penggunaan anggaran oleh pemerintah.

2) Manajerial

Akuntansi pada pemerintahan memungkinkan pemerintah untuk melakukan perencanaan


dengan cara menyusun APBN dan strategi pembangunan lainnya guna melaksanakan kegiatan
pembangunan pada suatu negara. Adapun kegiatan tersebut bertujuan untuk mencapai ketaatan
pada peraturan perundang-undangan, efektivitas, efisiensi, dan ekonomis dalam pencapaian
tujuan.

3) Pengawasan (kontrol)

Keberadaan akuntansi pada pemerintahan memudahkan dalam pemeriksaan keuangan


negara karena di dalamnya terdapat keterangan mengenai penggunaan anggaran negara. Dengan
adanya pengawasan yang baik melalui akuntansi keuangan, maka penyalahgunaan anggaran
dapat lebih minim terjadi. Permudahkan kontrol akuntansi pemerintahan dengan software
akuntansi terunggul untuk meminimalisir adanya penyalahgunaan anggaran.   

4. Perbedaan Akuntansi Pemerintahan dengan Akuntansi Konvensional


Organisasi bisnis dan pemerintahan memiliki struktur pembukuan yang berbeda yang kemudian
berakibat pada praktek akuntansi dalam dua organisasi tersebut. Adapun beberapa perbedaannya
yaitu sebagai berikut:

a. Laporan

Pada akuntansi bisnis, laporan keuangannya yaitu terdiri atas laporan laba rugi, laporan
perubahan modal, dan laporan arus kas. Sedangkan, akuntansi pemerintahan tidak memiliki
laporan laba rugi karena tidak berorientasi pada profit. 

Namun, terdapat laporan lain pada akuntansi pada pemerintahan yaitu laporan
operasional dan laporan anggaran. Selain itu, terdapat beberapa istilah baru yang terdapat pada
akuntansi pemerintah yaitu dana cadangan dan ekuitas dana. 

b. Pendapatan

Pendapatan pada akuntansi bisnis bersumber dari penjualan barang atau jasa. Sedangkan,
pada akuntansi pemerintah pendapatan berasal dari peraturan yang berlaku salah satunya yaitu
pajak masyarakat.

c. Standar akuntansi

Standar pada akuntansi bisnis bersumber dari Standar Akuntansi Keuangan


(SAK) menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Sedangkan, pada akuntansi pemerintah
standarnya berasal dari Standar Akuntansi Pemerintahan milik Komite Standar Akuntansi
Pemerintahan (KSAP) dan diatur dalam PP Nomor 71 Tahun 2010.

d. Auditor

Dari sisi auditor, pihak yang berwenang untuk mengaudit pada akuntansi bisnis adalah
akuntan publik. Sedangkan, pada akuntansi pemerintah yang berwenang untuk memeriksa
laporan keuangan yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

e. Kepemilikan

Laporan keuangan bisnis pada dasarnya ditujukan untuk pemilik atau pemegang saham
perusahaan yang memiliki kepentingan atas laporan keuangan perusahaan. Sedangkan, akuntansi
pemerintah tidak terdapat kepemilikan dan lebih independen. 
5. Syarat-Syarat untuk Pemerintah dalam Menerapkan Akuntansi Pemerintahan

Dalam menerapkan akuntansi pada pemerintahan yang tepat, terdapat beberapa syarat yang harus
dipenuhi oleh pemerintah. Syarat-syarat tersebut meliputi:

 Akuntansi pada pemerintahan dilakukan pada anggaran yang telah pemerintah dan badan
legislatif negara setujui
 Penerapan akuntansi pemerintah tidak boleh melanggar konstitusi negara Pemerintah harus
melakukan perkiraan-perkiraan secara cepat dalam kondisi yang dapat mengganggu stabilitas
keuangan negara
 Sistem akuntansi pemerintah harus menyesuaikan dengan perubahan zaman

Anda mungkin juga menyukai