Anda di halaman 1dari 16

Analisis Trend dan Analisis Common Size Statement

Analisis trend 

       Analisis trend merupakan suatu metode analisis statistika yang ditujukan untuk melakukan suatu
estimasi atau peramalan pada masa yang akan datang. Untuk melakukan peramalan dengan baik
maka dibutuhkan berbagai macam informasi (data) yang cukup banyak dan diamati dalam periode
waktu yang relatif cukup panjang, sehingga hasilanalisis tersebut dapat mengetahui sampai berapa
besar fluktuasi yang terjadi dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terhadap perubahan
tersebut.

       Secara teoristis, dalam analisis runtun waktu (time series) hal yang paling menentukanadalah
kualitas dan keakuratan dari data-data yang diperoleh, serta waktu atau periodedari data-data
tersebut dikumpulkan. Jika data yang dikumpulkan tersebut semakin banyak maka semakin baik pula
estimasi atau peramalan yang diperoleh. Sebaliknya, jikadata yang dikumpulkan semakin sedikit
maka hasil estimasi atau peramalannya akansemakin jelek.

Metode Least Square

Metode yang dapat digunakan untuk analisis time series ini adalah

* Metode Garis Linier Secara Bebas (Free Hand Method),

* Metode Setengah Rata-Rata (Semi Average Method),

* Metode Rata-Rata Bergerak (Moving Average Method) dan

* Metode Kuadrat Terkecil (Least Square Method).

       Secara khusus, analisis time series dengan metode kuadrat terkecil dapat dibagi dalamdua kasus,
yaitu kasus data genap dan kasus data ganjil. Persamaan garis linear darianalisis time series akan
mengikuti:

Y = a + b X.

Keterangan : 

Y adalah variabel dependen (tak-bebas) yang dicari trendnya dan 

X adalah variabel independen (bebas) dengan menggunakan waktu (biasanya dalam tahun).

Sedangkan untuk mencari nilai konstanta (a) dan parameter (b) dapat dipakai persamaan:

a = ΣY / N dan 

b = ΣXY / ΣX2 

Analisa Common Size

       Laporan dengan prosentase per komponen menunjukan prosentase dari total aktiva yangtelah
diinvestasikan dalam masing-masing jenis aktiva. Dengan mempelajari laporandengan prosentase ini
dan memperbandingkan dengan rata-rata industri sebagaikeseluruhan dari perusahaan yang sejenis,
akan dapat diketahui apakah investasi kitadalam suatu aktiva melebihi batas-batas yang umum
berlaku (over investment) atau justrumasih terlalu kecil (under investment), dengan demikian untuk
periode berikutnya kitadapat mengambil kebijaksanaan - kebijaksanaan yang perlu, agar investasi
kita dalamsuatu aktiva tidak terlalu kecil ataupun terlalu besar.
       Laporan dengan cara ini juga menunjukan distribusi daripada hutang dan modal, jadimenunjukan
sumber-sumber darimana dana yang diinvestasikan pada aktiva tersebut.Study tentang ini akan
menunjukan sumber mana yang merupakan sumber pokok pembelanjaan perusahaan., juga akan
menunjukan seberapa jauh perusahaanmenggunakan kemampuannya untuk memperoleh kredit
dari pihak luar, karena dari itu juga dapat diduga / diketahui berapa besarnya margin of safety yang
dimiliki oleh para kreditur.

       Prosentase per komponen yang terdapat pada neraca akan merupakan prosentase per
komponen terhadap total aktiva, sehingga perbandingan secara horizontal dari tahun ketahunnya
akan menunjukan trend daripada hubungan (trend of relationship), dan tidak menunjukan ada
tidaknya perubahan secara absolut. Perubahan ini dapat dilihat kalaudikembalikan pada data
absolutnya. Jadi perubahan dari tahun ke tahun tidak menunjukansecara pasti adanya perubahan
dalam data absolut.

       Laporan dalam prosentase per komponen dalam hubungannya dengan laporan rugi-
laba,menunjukan jumlah atau prosentase dari penjualan netto atau net sales yang diserap tiap -tiap
individu biaya dan prosentase yang masih tersedia untuk income. Oleh karena ituCommon Size
percentage analysis banyak digunakan oleh perusahaan dalamhubungannya dengan income
statement, karena adanya hubungan yang erat antara penjualan, harga pokok dan biaya operasi,
sedang untuk neraca tidak banyak digunakan.Dalam laporan prosentase per komponen (Common
Size statement) semua komponenatau pos dihitung prosentasenya dari jumlah totalnya, tetapi untuk
lebih meningkatkanatau menaikan mutu atau kwalitas data maka masing-masing pos atau
komponen tersebuttidak hanya prosentase dari jumlah totalnya tetapi juga dihitung prosentase dari
masing-masing komponen terhadap sub totalnya, misalnya komponen aktiva lancar
dihubungkanatau ditentukan prosentasenya terhadap jumlah aktiva lancar, komponen hutang lancar
terhadap jumlah hutang lancar dan sebagainya

LAPORAN KEUANGAN PROFORMA

1. Pengertian Laporan Keuangan Proforma

2. Definisi Laporan Keuangan Proforma

3. Penyusunan Laporan Keuangan Proforma

4. Rasio Keuangan Proforma

Laporan Keuangan Proforma (Proforma Financial Statement) adalah Laporan Keuangan yang di


proyeksikan (Projected Financial Statement)

Laporan Keuangan Proforma  adalah laporan proyeksi keuangan secara formal untuk suatu periode
tertentu dan dalam format yang konsisten. Pada umumnya bisnis menggunakan proforma laporan
keuangan dalam melakukan perencanaan dan kontrol untuk dilaporkan ke pemegang saham,
investor dan kreditur.

Proforma ini digunakan untuk menjadi dasar untuk membandingkan dan menganalisa informasi yang
diperlukan oleh management, investor dan kreditur mengenai asal dari bisnis tersebut. Siapa saja
yang tertarik untuk memulai suatu bisnis, persiapan dari laporan keuangan ini, baik untuk
penghasilan dan juga cashflow adalah penting sebelum anda menginvestasikan uang, waktu dan
tenaga untuk bisnis ini.

Sebagai suatu bagian yang penting dalam proses perencanaan, proforma laporan keuangan ini dapat
menurunkan risiko seminimal mungkin dalam memulai operasi dari bisnis. Ini juga dapat merupakan
dasar yang dapat meyakinkan para kreditur dan investor yang menyediakan dana untuk bisnis yang
baru ini.

Proforma laporan keuangan ini haruslah dapat dipertanggung jawabkan dan akurat dan dapat
menolong agar memperoleh gambaran yang tepat untuk memulai suatu bisnis. Ini harus didasarkan
pada informasi yang dapat memberikan proyeksi yang tepat untuk memperoleh jumlah profit yang
diharapkan dari bisnis dan juga kebutuhan keuangan yang diperlukan dalam tahun pertama operasi
dan sesudahnya.

Satu kali bisnis anda telah mempersiapkan laporan keuangan, maka itu akan di sesuaikan baik secara
bulanan ataupun tahunan. Banyak perusahaan yang menggunakan proforma laporan keuangan
untuk perencanaan dan kontrol bisnis. Proforma ini digunakan manajemen untuk mengevaluasi dan
untuk dapat membandingkan dengan alternatif strategi bisnis yang lain.

Dengan mempresentasikan informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan operasional
yang satu dengan yang lainnya, manajemen dapat menganalisa hasil yang diharapkan dari berbagai
strategi, sehingga akhirnya memperoleh rencana yang paling tepat.

Dalam membuat proforma laporan keuangan, perusahaan harus menyadari bahwa setiap laporan
adalah unik dan memiliki keunikan tersendiri.

Kegunaan dari proforma ini bagi manajemen adalah :

 Mengetahui asumsi yang menyebabkan karakteristik keuangan dan operasional


berpengaruh pada perusahaan yang berbeda

 Membuat proyeksi penjualan dan budget (biaya dan penghasilan) yang berbeda

 Mensummarikan hasilnya dalam proyeksi untung dan rugi

 Mengubah data tersebut menjadi proyeksi cash flow

 Mengevaluasi dari neraca

 Menghitung analisa rasio dan membandingkan proyeksi yang satu dengan yang lainnya
seperti perusahaan yang kita bandingkan.

 Memeriksa keputusan yang akan diambil baik mengenai marketing, produk, research dan
pengembangan dan membuat penilaian bagaimana pengaruhnya terhadap profit dan juga
likuiditas perusahaan melalui simulasi dari rencana tersebut yang akan dievaluasi
pengaruhnya terhadap laporan keuangan.

Dengan berbagai asumsi yang mendasari beberapa skenario baik dalam penjualan, biaya produksi,
keefektifan dan kepraktisan, proyeksi laporan keuangan setiap skenario memiliki informasi yang
cukup untuk mengindikasikan prospek di masa datang, penjualan dan penghasilan yang akan
diperoleh, cash flow, neraca, proyeksi kapitalisasi, dan laporan laba rugi.

Manajemen perusahaan juga menggunakan data keuangan ini untuk memilih dari berbagai alternatif
budget yang ada. Perencana akan menyediakan hasil penjualan, biaya produksi, neraca dan cash
flow untuk berbagai rencana dan juga menjelaskan asumsi yang penting untuk setiap rencana ini.
Dengan menganalisa data ini, manajemen akan memiliki budget tahunannya. Setelah memilih
rencana yang akan dilakukan, maka yang masih harus dilakukan adalah menemukan penyimpangan
yang mungkin terjadi dalam rencana tersebut dan segera diperbaiki.
Apa perbedaan bentuk laporan keuangan yang menggunakan istilah proforma pada judul laporan
keuangan dan yang tidak menggunakan?

Secara esensi tidak banyak berbeda. Keduanya menunjukkan ikhtisar tentang kondisi keuangan
perusahaan dalam satu periode akuntansi. Perbedaannya adalah terletak pada dimensi waktu.
Laporan keuangan tanpa tambahan proforma adalah laporan mengenai kondisi keuangan
perusahaan yang sudah terjadi. Dalam laporan ini informasi yang ada menunjukkan hasil rekapitulasi
catatan historis atas transaksi keuangan perusahaan yang telah dicapai oleh manajemen selama satu
periode akuntansi.

Laporan keuangan dengan tambahan kata proforma menunjukkan ikhtisar kondisi keuangan
perusahaan yang belum dilaksanakan. Informasi yang ada di dalamnya masih berupa proyeksi
mengenai kondisi keuangan yang akan datang. Dengan kata lain laporan ini merupakan rencana
keuangan perusahaan yang akan dicapai untuk satu periode yang akan datang.

Walaupun berbeda dalam dimensi namun secara substansif isi laporan keuangan yang biasa dengan
proforma pada prinsipnya sama. Perbedaannya hanya terletak pada jumlah angka untuk setiap item
atau komponen, baik yang ada di dalam neraca maupun laporan laba rugi .

Dalam laporan keuangan biasa jumlah angka dari setiap item atau komponen diperoleh dari hasil
transaksi riil. Sedangkan jumlah angka dalam setiap komponen laporan proforma diperoleh dari
angka taksiran. Karena itu jumlah besaran angkanya berbeda. Meskipun besaran angka proyeksi
ditetapkan berdasarkan angka dari laporan keuangan yang lalu dan harga pasar, tetapi karena angka
proyeksi ini harus mengkalkulasi adanya nilai waktu uang (bisa inflasi atau deflasi), maka besarnya
jumlah angka dalam laporan proforma menjadi berbeda. Disamping itu penetapan angka proyeksi
harus mengacu pada pendapatan hasil yang lebih baik

Penyusunan Laporan Keuangan Proforma

Penyusunan laporan keuangan proforma memerlukan banyak asumsi (seperti tingkat pertumbuhan
penjualan, perilaku biaya dari sejumlah pos rekening, tingkat investasi pada modal kerja dan aktiva
tetap, dll). Manajemen ingin melihat sensitivitas laporan keuangan proforma terhadap perubahan-
perubahan asumsi dan pengaruh asumsi-asumsi terhadap laporan keuangan proforma.
Penggunaan software seperti Microsoft Excel dapat membantu penyusunan laporan keuangan
proforma, sekaligus melihat sensitivitas laporan keuangan terhadap perubahan-perubahan asumsi.

Prosedur penyusunan laporan keuangan proforma meliputi beberapa langkah berikut  ini:

1. Memproyeksikan penjualan untuk sejumlah periode yang akan datang.

2. Memproyeksikan biaya operasional (harga pokok penjualan, biaya penjualan dan


administrasi, biaya pajak di luar bunga) dan kemudian menurunkan proyeksi pendapatan
operasional.

3. Memproyeksikan total aset, hutang, dan modal saham yang diperlukan untuk mendukung
tingkat operasi yang diproyeksikan pada point 1 dan 2.

4. Menetukan biaya pendanaan (financing cost) dari hutang pada point 3 dan kemudian
menurunkan dari pendapatan operasional untuk memperoleh laba bersih proyeksi.

5. Menurunkan laporan aliran kas dari laporan keuangan yang diproyeksikan (laporan laba-rugi
dan neraca).

 Memproyeksikan Laporan Laba-Rugi  


Memproyeksikan Penjualan

Langkah pertama yang diperlukan adalah memproyeksikan penjualan. Proyeksi penjualan ini
kemudian dipakai untuk menurunkan angka-angka dalam laporan keuangan proforma.

Jika penjualan tumbuh relatif stabil, maka tingkat pertumbuhan penjualan bisa dipakai untuk
memproyeksikan penjualan di masa-masa datang. Jika ada faktor-faktor lain yang mempunyai
pengaruh cukup besar terhadap penjual di masa lalu, maka perlu dilakukan penyesuaian.

Sebagai contoh, penjualan tahun lalu melonjak cepat karena perusahaan melakukan akuisisi,
sementara tahun ini perusahaan tidak melakukan akuisisi, maka tingkat pertumbuhan penjualan
tahun lalu jangan dipakai untuk memproyeksikan penjualan di masa-masa datang.

Pola penjualan yang dipengaruhi siklus/musiman (cyclical) juga membuat proyeksi penjualan
menjadi lebih sulit karena variasi yang cukup besar dari tahun ke tahun.

Misalkan tingkat pertumbuhan penjualan empat tahun terakhir adalah sebagai berikut:

Tahun 1 9,0%

Tahun 2 9,8%

Tahun 3 2,5%

Tahun 4 8,4%

Rata-rata tingkat pertumbuhan empat tahun 7,4%

Misalkan analis menganggap bahwa pola pada masa lalu akan terjadi lagi (sama dengan) pada masa
datang, maka analis akan menggunakan tingkat pertumbuhan 7,4% untuk memproyeksikan tingkat
penjualan pada masa datang. Dengan tingkat pertumbuhan tersebut, berikut ini adalah proyeksi
penjualan pada masa-masa datang:

  Jumlah (Rp) % perubahan

Tahun 3 (penjualan nyata) 4.868.900.000 –

Tahun 4 (proyeksi) 5.229.200.000 7,4%

Tahun 5 (proyeksi) 5.616.200.000 7,4%

Tahun 6 (proyeksi) 6.031.800.000 7,4%

Memproyeksikan Biaya Operasional

Proyeksi biaya operasional tergantung pada asumsi perilaku biaya. Jika analis biaya mengasumsikan
biaya operasional mempunyai perilaku sebagai biaya variabel sepenuhnya, analis bisa
memproyeksikan biaya operasional pada masa datang dengan menggunakan laporan
keuangan common size (proporsional). Biaya-biaya operasional seperti harga pokok penjualan, biaya
administrasi, diperoleh dengan mengalikan proporsinya terhadap penjualan saat ini (untuk masing-
masing komponen biaya) dengan penjualan yang diproyeksikan. Alternatif lain adalah dengan
memproyeksikan masing-masing komponen biaya operasional untuk tumbuh dengan 7,4%.

Contoh Proyeksi Laporan Laba-Rugi (dalam jutaan Rp)

Tahun 3 Proyeksi
common
 
(nyata) size (%)
Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6

Dengan menggunakan pendekatan common size

Penjualan 4.868,9 100,0 5.229,2 5.616,2 6.031,8

Harga Pokok Penjualan 3.392,8 69,7 3.644,8 3.914,5 4.204,2

Biaya penjualan dan administrasi 1.092,8 21,1 1.103,4 1,185,0 1,272,7

Pendapatan lainnya 36,4 0,7 36,6 39,3 42,2

Pajak Penghasilan 179,1 3,7 193,4 207,8 223,2

Pendapatan Operasional 304,0 6,2 324,2 348,2 373,9

Biaya bunga (bersih pajak) 35,6   44,5 51,1 56,4

Item lainnya 5,7   – – –

  274,1   279,7 298,1 317,5

           

Dengan menggunakan tingkat pertumbuhan item individual

Penjualan 4.868,9 7,4 5.229,2 5.616,2 6.031,8

Harga Pokok Penjualan 3.392,8 5,9 3.593,0 3.805,0 4.029,5

Biaya penjualan dan administrasi 1.092,8 14,1 1.174,5 1.340,2 1.529,1

Pendapatan lainnya 36,4 18,2 43,0 50,9 60,1

Pajak Penghasilan 179,1 0,3 179,6 180,2 180,7

Pendapatan Operasional 304,0   325,1 341,7 352,6


Biaya bunga (bersih pajak) 35,6   44,5 50,1 56,4

Item lainnya 5,7   – – –

  274,1   280,6 291,6 296,2

Jika proporsi biaya tetap cukup tinggi, biaya operasional tidak akan berubah dengan tingkat yang
sama dengan perubahan penjualan, dalam hal ini lebih lambat. Sebagai contoh, Harga Pokok
Penjualan meningkat dengan kenaikan 5,9%, sementara penjualan meningkat dengan tingkat 7,4%.
Salah satu penjelasan perbedaan ini karena Harga Pokok Penjualan diperkirakan mempunyai
komponen biaya tetap yang cukup tinggi. Sebaliknya, biaya penjualan dan administrasi meningkat
cepat, yaitu 14,1%. Penjelasan yang mungkin adalah karena biaya tersebut mempunyai komponen
variabel yang tinggi.

Tabel di atas menampilkan laporan keuangan proforma dengan menggunakan dua pendekatan,
yaitu: (1)pendekatan common size (proporsional), dan (2)pendekatan tingkat pertumbuhan
individual.

Dengan menggunakan dua pendekatan ini, hasil yang diperoleh hampir sama. Perhatikan bahwa
biaya restrukturisasi dimasukkan ke dalam rekening item lainnya. Karena biaya ini diperkirakan tidak
akan muncul lagi pada tahun-tahun berikutnya (item yang non-recurring), maka biaya ini tidak
dimasukkan ke dalam proyeksi tahun-tahun selanjutnya.

 Memproyeksikan Neraca

Setelah proyeksi penjualan dan laporan laba-rugi dibuat, langkah berikutnya membuat proyeksi
neraca. Cara yang paling mudah membuat proyeksi neraca adalah dengan memproyeksikan sisi kiri
neraca (sisi aktiva) terlebih dahulu, baru kemudian menyusun komposisi yang diinginkan untuk sisi
kanan (sisi pasiva atau pendanaan) neraca untuk tingkat total aset yang diproyeksikan.

Ada dua pendekatan yang dapat dipakai untuk memproyeksikan aset, yaitu:

1. Memproyeksikan total aset, kemudian memproyeksikan neraca common size untuk


mengalokasikan total aset ke komponen-komponennya.

2. Memproyeksikan aset secara individual, kemudian menjumlahkan aset-aset individual untuk


memperoleh total aset.

Untuk memproyeksikan aset (baik total maupun individual), ada dua cara yang dapat dilakukan,
yaitu:

1. Memproyeksikan aset dengan menggunakan tingkat pertumbuhan.

2. Memproyeksikan aset dengan menganggap perputaran aktiva konstan (tetap) untuk masa
datang.

 Memproyeksikan Total Aset

Total aset dapat diproyeksikan dengan menggunakan pendekatan tingkat pertumbuhan aset pada
masa lalu. Misalkan aset selama lima tahun terakhir ini tumbuh rata-rata 12,6% dan analis
menganggap tingkat pertumbuhan ini akan terjadi pada masa-masa datang, maka perkiraan total
aset tahun-tahun yang akan datang berikut ini:Cara lain, dengan menggunakan pendekatan
perputaran aktiva yang konstan, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
  Jumlah (Rp) % perubahan

Tahun 3 (nyata) 3.609.600.000 –

Tahun 4 (proyeksi) 4.064.400.000 12,6%

Tahun 5 (proyeksi) 4.576.500.000 12,6%

Tahun 6 (proyeksi) 5.153.200.000 12,6%

Cara lain, dengan menggunakan pendekatan perputaran aktiva yang konstan, dapat dilihat pada
tabel berikut ini:

Penjualan Total Aset


Perputaran Total Aset Rata-
 
(Rp) Total Aset rata
Awal Tahun Akhir Tahun

Tahun 3 (nyata) 4.868.900.000 – – – 3.609.600.000

Tahun 4 (proyeksi) 5.229.200.000 12,6% 3.486.100.000 3.609.600.000 3.362.600.000

Tahun 5 (proyeksi) 5.616.200.000 12,6% 3.744.100.000 3.362.600.000 4.125.700.000

Tahun 6 (proyeksi) 6.031.800.000 12,6% 4.021.200.000 4.125.700.000 3.916.700.000

Perputaran aset sama dengan penjualan dibagi rata-rata total aset. Setelah rata-rata total aset
ditemukan, kemudian dicari aset akhir tahun dengan rumus (aset awal tahun + aset akhir tahun) /2.

Pendekatan ini mempunyai keuntungan karena mengaitkan proyeksi total aset dengan proyeksi
penjualan. Kelemahannya adalah kemungkingan proyeksi menghasilkan angka-angka yang tidak
biasa (tidak wajar). Sebagai contoh, meskipun penjualan naik dari tahun ke-3 sebesar Rp.
4.868.900.000,00 menjadi Rp. 5.229.200.000,00 pada tahun ke-4, proyeksi aset malahan menurun
dari Rp. 3.609.600.000,00 menjadi Rp. 3.362.600.000,00.

Hal semacam ini terjadi karena aset meningkat tajam dari tahun 3 ke tahun 4, sebagai
kompensasinya aset pada akhir tahun ke-4 mengalami penurunan. Pola sebaliknya terjadi pada
tahun ke-5. Karena aset pada akhit tahun ke-4 (awal tahun ke-5) sangat rendah, maka aset akhir
tahun ke-5 meningkat lebih tajam. Pola pada tahun ke-6 bergerak sebaliknya (pola ini lebih
menyerupai pola pada tahun ke-4).

Jika kenaikan aset di masa lalu menunjukkan angka yang stabil, penggunaan ke dua metode tersebut
menghasilkan proyeksi aset yang hampir sama. Bila penjualan sifatnya musiman atau tidak stabil,
maka penggunaan rata-rata (12,6% pada pendekatan pertama) akan memberikan hasil yang lebih
baik.

Setelah besarnya aset secara total ditemukan, maka besarnya komponen-komponen aset kemudian
dihitung dengan menggunakan persentase tertentu dari total aset (common size). Common size atau
proporsi dihitung dari proporsi neraca untuk tahun ini (tahun 3).
Berikut ini contoh perhitungan neraca proforma dengan menggunakan pendekatan total aset yang
kemudian diikuti dengan pendekatan proforma untuk menentukan besarnya komponen-komponen
aset.

Common
  Tahun 3 (nyata) Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6
size (%)

AKTIVA          

Kas 85.800.000 2,4 97.500.000 109.800.000 123.700.000

Surat Berharga 35.000.000 1,0 40.600.000 45.800.000 51.500.000

Piutang Dagang 486.900.000 13,5 548.700.000 617.800.000 695.700.000

Persediaan 664.700.000 18,4 747.900.000 842.100.000 948.200.000

Persekot 90.500.000 2,5 101.600.000 114.400.000 128.800.000

Total Aktiva Lancar 1.362.900.000 37,8 1.536.300.000 1.729.900.000 1.947.900.000

Bangunan, Pabrik, dan


1.508.900.000 41,8 1.698.900.000 1.913.000.000 2.154.000.000
Peralatan (bersih)

Aktiva lainnya 737.800.000 20,4 829.200.000 933.600.000 1.051.300.000

Total Aktiva 3.609.600.000 100,0 4.064.400.000 4.576.500.000 5.153.200.000

 Memproyeksikan Aset Individual

Cara lain adalah dengan menggunakan metode kedua yaitu memproyeksi aset secara individual,
kemudian menjumlahkan aset-aset menjadi total aset. Untuk memproyeksi aset secara individual,
analis bisa menggunakan tingkat pertumbuhan di masa lalu atau menggunakan asumsi perputaran
aktiva tetap.

Misalkan piutang dagang tumbuh dengan tingkat 15,5% selama lima tahun terakhir dan analis akan
menggunakan tingkat pertumbuhan tersebut, maka besarnya piutang dagang tiga tahun yang akan
datang dapat diproyeksikan. Misalkan persediaan juga tumbuh dengan tingkat 7,8%, maka berikut
ini adalah proyeksi untuk kedua rekening tersebut.

Tahun 3 Proyeksi
Tingkat
 
(nyata) Pertumbuhan
Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6

Piutang Dagang 486.900.000 15,5% 562.400.000 649.500.000 750.200.000

Persediaan 664.700.000 7,8% 716.500.000 772.400.000 832.700.000


Sebagai alternatif, analis bisa melakukan perhitungan dengan menggunakan perputaran piutang dan
perputaran persediaan sebagai berikut:

Penjualan Piutang
Perputaran Rata-rata
 
(Rp) Piutang Piutang
Awal Tahun Akhir Tahun

Tahun 3 (nyata) 4.868.900.000 11,8 kali – – 486.900.000

Tahun 4 (proyeksi) 5.229.200.000 11,8 kali 443.200.000 486.900.000 399.500.000

Tahun 5 (proyeksi) 5.616.200.000 11,8 kali 475.900.000 399.500.000 552.300.000

Tahun 6 (proyeksi) 6.031.800.000 11,8 kali 511.200.000 552.300.000 470.100.000

Harga Pokok Persediaan


Penjualan Perputaran Rata-rata
 
Persediaan Persediaan
(Rp) Awal Tahun Akhir Tahun

Tahun 3 (nyata) 3.392.800.000 5,3 kali – – 664.700.000

Tahun 4 (proyeksi) 3.644.800.000 5,3 kali 687.700.000 664.700.000 710.700.000

Tahun 5 (proyeksi) 3.914.500.000 5,3 kali 738.600.000 710.700.000 766.500.000

Tahun 6 (proyeksi) 4.204.200.000 5,3 kali 793.200.000 766.500.000 820.000.000

Untuk piutang tampak bahwa kedua pendekatan di atas (menggunakan tingkat pertumbuhan dan
mengasumsikan perputaran piutang yang tetap) menghasilan angka-angka yang cukup berbeda. Hal
ini disebabkan karena piutang dagang naik lebih cepat dibandingkan dengan penjualan pada tahun
ke-3. Sebaliknya dengan persediaan, kedua pendekatan diatas menghasilkan angka yang tidak jauh
berbeda.

Tabel berikut ini meringkas pendekatan-pendekatan yang dapat dipakai untuk memproyeksi aset.

  Memproyeksi Total Aset Memproyeksi Aset Individual

Menggunakan tingkat pertumbuhan historis X X  

Menggunakan perputaran aset untuk memproyeksi X X  


aset

Tabel di atas tampak bahwa ada empat kombinasi yang dapat dipakai untuk memproyeksi aset.
Apabila tingkat  pertumbuhan aset relatif stabil, maka keempat pendekatan diatas menghasilkan
angka-angka yang tidak jauh berbeda. Tetapi kalau tingkat pertumbuhan tidak stabil, maka keempat
pendekatan diatas mungkin akan menghasilkan angka-angka yang cukup berbeda. Dalam hal
penggunaan tingkat pertumbuhan historis akan memberikan proyeksi yang lebih wajar. Manfaat dari
penggunaan perputaran aset untuk memproyeksi aset adalah karena jumlah aset dikaitkan dengan
proyeksi penjualan. Kadang-kadang prestasi manajemen dikaitkan dengan perputaran aktiva (untuk
menaikkan profitabilitas). Kalau manajemen dievaluasi dengan cara semacam itu, penggunaan
perputaran aset akan memberikan tambahan keuntungan karena dapat dipakai sebagai dasar
evaluasi manajemen.

 Memproyeksikan Hutang dan Modal Saham

Setelah sisi kiri neraca proforma selesai disusun, tahap berikutnya adalan menyusun sisi kanan
neraca (sisi pasiva). Cara yang paling mudah untuk menyusun komposisi pasiva adalah dengan
menggunakan common size sisi kanan. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa komposisi semacam
itu tidak akan berubah untuk masa-masa datang. Kadang-kadang ada beberapa peristiwa yang
merubah total sisi kanan neraca, misalkan pada peristiwa pembelian perusahaan (leverage buy-out),
dan restrukturisasi. Pada peristiwa semacam ini barangkali common size pada saat ini tidak bisa
dipakai untuk memproyeksi sisi kanan neraca pada tahun-tahun yang akan datang.

Berikut ini penyusunan proyeksi sisi kanan neraca.

Tahun 3 Common
  Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6
(nyata) size (%)

PASIVA          

Hutang Dagang 446.700.000 12,4 504.000.000 567.500.000 639.000.000

Hutang Wesel 138.000.000 3,8 154.400.000 173.900.000 195.800.000

Hutang jangka pendek lainnya 278.600.000 7,7 313.000.000 352.400.000 396.800.000

Total Hutang Lancar 863.300.000 23,9 971.400.000 1.093.800.000 1.231.600.000

Hutang jangka panjang 525.800.000 14,6 593.400.000 668.100.000 752.400.000

Hutang jangka panjang lainnya 325.500.000 9,0 365.800.000 411.900.000 463.800.000

Total Hutang 1.714.600.000 47,5 1.930.600.000 2.173.800.000 2.447.800.000

Total Modal Saham 1.895.000.000 52,5 2.133.800.000 2.402.700.000 2.705.400.000

Total Hutang dan Modal Saham 3.609.600.000 100,0 4.064.400.000 4.576.500.000 5.153.200.000
 Memproyeksikan Biaya Pendanaan

Setelah struktur modal diproyeksikan, analis dapat menghitung biaya pendanaan (seperti bunga).
Langkah ini memerlukan asumsi bahwa struktur modal tidak akan berubah pada masa datang, dan
juga dengan tingkat bunga. Apabila struktur modal berubah (misal hutang lebih besar), maka resiko
perusahaan berubah dan dengan demikian tingkat bunga juga dapat berubah untuk
mengkompensasi kenaikan resiko.

Berikut ini perhitungan tingkat bunga untuk hutang-hutang perusahaan.

Biaya bunga bersih pajak                (1 – 0,34) (53,9)                        35,6

———————————–   = —————————————   =     ——–  =  6,3%

Rata-rata hutang yang        0,5(93,5 + 380,2 + 138,0 + 525,8)       568,8

Mempunyai beban bunga

Dalam perhitungan di atas, hutang yang mempunyai bunga diasumsikan datang dari hutang jangka
panjang dan hutang wesel. Kemudian, misal hutang keduanya pada tahun 2 (Rp. 93.500.000,00
untuk hutang wesel dan Rp. 380.200.000,00 untuk hutang jangka panjang) ditambah dengan hutang
pada tahun 3 (Rp. 138.000.000,00 untuk hutang wesel dan Rp. 525.800.000,00 untuk hutang jangka
panjang) dikalikan 0,5 untuk memperoleh hutang rata-rata. Tingkat pajak diasumsikan 34% dan ini
dipakai untuk menghitung biaya bunga bersih pajak yang menjadi angka yang dibagi (numerator)
untuk perhitungan di atas.

Setelah persentase tingkat bunga diketahui, tingkat bunga tersebut dipakai untuk menentukan
bunga dengan mengalikan tingkat bunga tersebut dengan rata-rata hutang (yang terdiri dari hutang
jangka panjang dan hutang wesel).

Berikut ini perhitungannya.

Hutang yang berbunga


Rata-rata hutang Biaya Biaya bunga
 
berbunga (Rp) bunga bersih pajak
Awal tahun Akhir tahun

Tahun 4 (proyeksi) 663.800.000 747.800.000 705.800.000 6,3% 44.500.000

Tahun 5 (proyeksi) 747.800.000 842.000.000 794.900.000 6,3% 50.100.000

Tahun 6 (proyeksi) 842.000.000 948.200.000 895.100.000 6,3% 56.400.000

Biaya bunga tersebut (bersih pajak) kemudian dikurangkan dari pendapatan operasional untuk
memperoleh proyeksi laba bersih untuk setiap tahunnya.

 Memproyeksikan Laporan Arus Kas

Langkah akhir adalah memproyeksi arus kas. Proyeksi arus kas diturunkan dari proyeksi neraca dan
proyeksi laba-rugi.

Berikut ini laporan arus kas proforma.


  Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6

OPERASI      

1.       Laba bersih 279.700.000 298.100.000 317.500.000

2.       Plus: Depresiasi dan 182.400.000 205.400.000 231.300.000

Amortisasi 10.000.000 11.300.000 12.700.000

3.       (Kenaikan) Penurunan Piutang Dagang (61.800.000) (69.100.000) (77.900.000)

4.       (Kenaikan) Penurunan Persediaan (83.200.000) (94.200.000) (106.100.000)

5.       (Kenaikan) Penurunan rekening dibayar di muka (11.100.000) (12.800.000) (14.400.000)

6.       (Kenaikan) Penurunan Hutang Dagang 57.300.000 63.500.000 71.500.000

7.       (Kenaikan) Penurunan Hutang lancar lainnya 34.400.000 39.400.000 44.400.000

Aliran kas dari operasi 407.700.000 441.600.000 479.000.000

INVESTASI      

8.       (Kenaikan) Penurunan Surat Berharga (5.600.000) (5.200.000) (5.700.000)

9.       (Kenaikan) Penurunan Aktiva Tetap, bersih depresiasi (372.400.000) (419.500.000) (472.300.000)

10.    (Kenaikan) Penurunan Aktiva lainnya, bersih depresiasi (101.400.000) (115.700.000) (130.400.000)

Aliran kas dari investasi (479.400.000) (540.400.000) (608.400.000)

PENDANAAN      

11.    (Kenaikan) Penurunan Hutang Jangka Pendek 16.400.000 19.500.000 21.900.000

12.    (Kenaikan) Penurunan Hutang Jangka Panjang 67.600.000 74.700.000 84.300.000

13.    (Kenaikan) Penurunan Hutang Jangka Panjang lainnya 40.300.000 46.100.000 51.900.000

14.    Dividen (114.500.000) (125.400.000) (137.300.000)


15.    (Kenaikan) Penurunan Modal Saham bersih dari laba
73.600.000 96.200.000 122.500.000
bersih dan dividen

Aliran kas dari pendanaan 83.400.000 111.100.000 143.300.000

Perubahan dalam kas 11.700.000 12.300.000 13.900.000

Berikut ini penjelasan penyusunan laporan arus kas:

1. Laba bersih: jumlah ini diambil dari laporan laba-rugi proforma.

2. Depresiasi dan Amortisasi: jumlah ini diasumsikan naik dengan tingkat kenaikan yang sama
dengan aset (bangunan, mesin, peralatan, dan aset lainnya). Aset ini diasumsikan untuk
tumbuh dengan tingkat kenaikan 12,6%. Tingkat kenaikan ini juga digunakan untuk
menghitung depresiasi dan amortisasi.

3,4,5,6,7: perubahan-perubahan dalam aktiva dan hutang lancar selain kas diambil langsung dari
neraca yang diproyeksikan.

8. Perubahan surat berharga: pembelian dan penjualan surat berharga dan investasi pada surat
berharga (yang masuk aktiva tidak lancar) dimasukkan ke dalam rekening Investasi.
Perubahan-perubahan dalam rekening ini diambil dari neraca yang diproyeksikan. Jika ada
perubahan disebabkan karena perubahan yang berkaitan dengan pendapatan, maka jumlah
yang disebabkan perubahan tersebut dimasukkan ke dalam operasi, bukan investaris.

9. Perubahan dalam bangunan, mesin, peralatan (bersih depresiasi): pembelian dan penjualan
bersih aktiva tetap termasuk dalam baris ini. Depresiasi tidak dimasukkan karena depresiasi
sudah dimasukkan ke dalam operasi, yaitu baris 2.

10. Perubahan dalam aktiva lainnya: biasanya aktiva lainnya datang dari goodwill yang timbul
dari selisih harga pembelian akuisisi dengan harga aset yang dibeli. Jumlah ini bersih dari
amortisasi karena amortisasi sudak dimasukkan ke dalam operasi, yaitu baris 3.

11,12,13: Perubahan dalam pinjaman, dan hutang non lancar lainnya biasanya masuk dalam bagian
pendanaan (financing), kecuali kalau ada informasi lain. Jika hutang pajak non lancar (deferred
income taxes) dilaporkan terpisah dari hutang non lancar, maka perubahan-perubahan dalam
hutang pajak tersebut dimasukkan dalam bagian operasi, bukan dalam bagian pendanaan.

14. Dividen: untuk memproyeksikan dividen diperlukan asumsi kebijakan dividen. Banyak
perusahaan yang mempunyai kebijakan untuk membayar dividen yang konstan setiap
tahunnya. Beberapa perusahaan mempunyai kebijakan membayar dividen dengan rasio
pembayaran dividen (payout ratio) yang konstan. Misalkan dividen tumbuh 9,5% setiap
tahunnya selama lima tahun terakhir ini, tingkat pertumbuhan ini dapat dipakai untuk
memproyeksikan dividen pada masa-masa datang. Proyeksi dividen dengan menggunakan
tingkat pertumbuhan tersebut dapat dilihat pada tabel proyeksi arus kas di atas.

15. Perubahan modal saham: perubahan modal saham pada baris 15 merupakan perubahan
modal saham yang belum termasuk dalam laba operasional (baris 1) dan dividen (baris 14).
Laba operasi dikurangi dividen biasanya sama dengan laba yang ditahan. Dengan demikian
baris 15 ini merupakan perubahan dalam modal disetor. Nilai baris 15 yang positif
mencerminkan adanya saham baru yang masuk (emisi baru).
16. Perubahan dalam kas: jumlah dari baris 1 sampai baris 15 akan menghasilkan perubahan kas
pada periode tersebut. Perubahan ditambah (atau dikurangi apabila perubahan negatif) kas
pada awal periode akan menghasilkan kas akhir periode.

Rasio Keuangan Proforma

Setelah laporan keuangan proforma selesai disusun, analis bisa menyusun analisis rasio untuk
laporan keuangan proforma dengan cara yang sama dengan ketika membuat analisis rasio untuk
laporan keuangan.

Berikut ini analisis rasio untuk perusahaan dengan mendasarkan pada laporan keuangan proforma.

Tahun3
  Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6
(nyata)

PROFITABILITAS        

Return On Asset  (ROA) 9,1% 8,4% 8,1% 7,7%

Profit Margin 6,2% 6,2% 6,2% 6,2%

Perputaran Aktiva 1,5 kali 1,4 kali 1,3 kali 1,2 kali

Return On Equity (ROE) 14,8% 13,9% 13,1% 12,4%

Common Earning Leverage 0,87% 0,86% 0,86% 0,85%

Leverage Struktur Modal 1,9% 1,9% 1,9% 1,9%

Harga Pokok Penjualan / Penjualan 69,7% 69,7% 69,7% 69,7%

Biaya Penjualan dan Administrasi / Penjualan 21,1% 21,1% 21,1% 21,1%

Biaya Pajak Penghasilan / Penjualan 3,7% 3,7% 3,7% 3,7%

Perputaran Piutang Dagang 11,8 kali 10,1 kali 9,6 kali 9,2 kali

Perputaran Persediaan 5,3 kali 5,2 kali 4,9 kali 4,7 kali

Perputaran Aktiva Tetap 3,4 kali 3,3 kali 3,1 kali 3,0 kali

         

LIKUIDITAS JANGKA PENDEK        

Rasio Lancar 1,6% 1,6% 1,6% 1,6%


Rasio Quick 0,7% 0,7% 0,7% 0,7%

Rasio aliran kas dari operasi / Hutang lancar 60,2% 44,4% 42,8% 41.2%

         

SOLVABILITAS        

Rasio Hutang Jangka Panjang 21,8% 21,8% 21,8% 21,8%

Rasio Hutang Modal Saham 27,8% 27,8% 27,8% 27,8%

Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Aset 14,6% 14,6% 14,6% 14,6%

Times Interest Earned 8,2% 7,7% 7,3% 7,0%

Aliran kas operasi terhadap total hutang 30,6% 22,4% 21,5% 20,7%

Aliran kas operasi terhadap pengeluaran modal 1,91% 1,09% 1,05% 1,01%

Profitabilitas perusahaan diproyeksikan akan menurun sesuai dengan penurunan ROA dan ROE.
Penurunan ini dikarenakan turunnya perputaran aktiva. Penjualan diproyeksikan untuk tumbuh 7,4%
setiap tahunnya, sedangkan aset diproyeksikan untuk tumbuh 12,6% per tahun. Perbedaan asumsi
pertumbuhan ini mengakibatkan turunnya perputaran aktiva. Penurunan perputaran aktiva tidak
diimbangi oleh kenaikan profit margin yang diproyeksikan untuk tetap selama tiga tahun
mendatang.

Rasio-rasio untuk mengukur resiko perusahaan (dilihat dari perbandingan hutang dengan non
hutang) tidak berubah selama tiga tahun mendatang. Hal ini disebabkan karena common size dari
neraca diproyeksikan tetap sama untuk tahun-tahun mendatang. Rasio yang melibatkan laporan
laba-rugi atau laporan arus kas diproyeksikan untuk menurun. Ini disebabkan karena aset
diproyeksikan tumbuh lebih cepat dibandingkan penjualan.

Analisis rasio ini menunjukkan bahwa asumsi-asumsi yang dipakai untuk menyusun laporan
keuangan proforma akan menentukan besarnya laporan keuangan proforma.

Dalam contoh di atas, asumsi pertumbuhan penjualan dan asumsi pertumbuhan aset yang berbeda
akan menghasilkan angka-angka dan rasio-rasio yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai