Anda di halaman 1dari 22

PENGUNGKAPAN PIHAK-PIHAK BERELASI

(TRANSAKSI DENGAN PIHAK-PIHAK YANG


MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA)

Disusun oleh:
Kelompok 6
Tri Ciptaningsih

731423476

Ananda Catur Wulansari

731423479

Stefani Kresentia Zebua

731423482

Maya Magdalena Latupeirissa

731423497

Rizky Ansori Hasibuan

731423507

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


YAYASAN KELUARGA PAHLAWAN NEGARA YOGYAKARTA
Oktober 2014

A.

Pendahuluan

Pengungkapan pihak-pihak yang berelasi diatur dalam PSAK Nomor 7. Tujuan


pernyataan ini adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan entitas berisi
pengungkapan yang diperlukan untuk dijadikan perhatian terhadap kemungkinan
bahwa posisi keuangan dan laba rugi telah dipengaruhi oleh keberadaan pihakpihak berelasi dan oleh transaksi dan saldo, termasuk komitmen, dengan pihakpihak tersebut.
PSAK Nomor 7 digunakan dalam:
a) Mengidentifikasi hubungan dan transaksi dengan pihak-pihak berelasi;
b) Mengidentifikasi saldo, termasuk komitmen antara entitas dengan pihak-pihak
berelasi;
c) Mengidentifikasi keadaan pengungkapan yang disyaratkan dalam poin satu dan
dua sebelumnya;
d) Menentukan pengungkapan yang dilakukan mengenai butir-butir tersebut.
Pernyataan ini mensyaratkan pengungkapan hubungan, transaksi dan saldo
pihak-pihak berelasi, termasuk komitmen, dalam laporan keuangan konsolidasian
dan laporan keuangan tersendiri entitas induk yang disajikan sesuai PSAK 4:
Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri. Pernyataan
ini juga diterapkan untuk laporan keuangan individual.
Transaksi dan saldo pihak-pihak berelasi dengan entitas lain dalam satu
kelompok usaha entitas diungkapkan dalam laporan keuangan entitas. Transaksi
dan saldo intra kelompok usaha dari pihak-pihak berelasi dieliminasi dalam
penyusunan laporan keuangan konsolidasian kelompok usaha tersebut. Tujuan
pengungkapan pihak-pihak berelasi:
1. Hubungan dengan pihak-pihak berelasi merupakan suatu karakteristik normal
dari perdagangan dan bisnis. Misalnya, entitas sering melaksanakan bagian
kegiatannya melalui entitas anak, ventura bersama, dan entitas asosiasi. Dalam
keadaan ini, entitas memiliki kemampuan untuk mempengaruhi kebijakan

keuangan dan operasi investee melalui keberadaan pengendalian, pengendalian


bersama, atau pengaruh signifikan.
2. Suatu hubungan dengan pihak-pihak berelasi dapat berpengaruh terhadap laba
rugi dan posisi keuangan entitas. Pihak-pihak berelasi dapat menyepakati
transaksi di manan pihak-pihak yang tidak berelasi tidak dapat melakukannya.
Misalnya, entitas yang menjual barang kepada entitas induknya pada harga
perolehan, mungkin tidak menjual dengan persyaratan tersebut kepada
pelanggan lain. Selain itu, transaksi antara pihak-pihak berelasi mungkin tidak
dilakukan dalam jumlah yang sama, seperti dengan pihak-pihak yang tidak
berelasi.
3. Laba rugi dan posisi keuangan entitas dapat dipengaruhi oleh pihak-pihak
berelasi bahkan jika transaksi dengan pihak-pihak berelasi tidak terjadi
sekalipun. Hanya dengan keberadaan relasi itu saja, mungkin sudah cukup
untuk mempengaruhi transaksi entitas dengan pihak lain. Misalnya, entitas
anak dapat mengakhiri hubugan dengan mitra dagangnya, pada saat terjadinya
akuisisi oleh entitas induk terhadap sesama entitas anak (fellow subsidiaries)
yang terlibat dalam kegiatan yang sama seperti mitra dagang sebelumnya.
Selain itu, satu pihak dapat menahan diri untuk bertindak, karena pengaruh
signifikan dari yang lain-misalnya, entitas anak dapat diminta oleh entitas
induk untuk tidak terlibat dalam kegiatan penelitian dan pengembangan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka pengetahuan mengenai
transaksi,saldo, termasuk komitmen, dan hubungan entitas dengan pihak-pihak
berelasi dapat mempengaruhi penilaian atas operasi entitas oleh pengguna laporan
keuangan, termasuk penilaian risiko dan kesempatan yang dihadapi entitas.
B. Pembahasan
Yang dimaksud dengan pihak-pihak berelasi adalah orang atau entitas yang
terkait dengan entitas yang menyiapkan laporan keuangan (dalam pernyataan ini
dirujuk sebagai entitas pelapor). Pihak-pihak berelasi tersebut meliputi:

1. Orang atau anggota keluarga dekatnya mempunyai relasi dengan entitas


pelapor jika orang tersebut:
a. Memiliki pengendalian atau pengendalian bersama atau entitas pelapor;
Yang dimaksud dengan pengendalian adalah kekuasaan untuk mengatur
kebijakan keuangan dan operasional dari suatu entitas sehingga memperoleh
manfaat dari aktivitas entitas tersebut. Pengendalian bersama adalah
persetujuan kontraktual untuk berbagi pengendalian terhadap suatu aktivitas
ekonomi.
b. Memiliki pengaruh signifikan atas entitas pelapor; atau
Yang dimaksud dengan pengaruh signifikan adalah kekuasaan untuk
berpartisipasi dalam keputusan kebijakan keuangan dan operasional dari
suatu entitas, tetapi tidak mengendalikan kebijakan tersebut. Pengaruh
signifikan dapat diperoleh melalui kepemilikan saham, anggaran dasar atau
perjanjian.
c. Merupakan personil manajemen kunci entitas pelapor atau entitas induk dari
entitas pelapor.
Yang dimaksud dengan personil manajmen kunci adalah orang-orang yang
mempunyai kewenangan dan tanggung jawab untuk merencanakan,
memimpin dan mengendalikan aktivitas entitas, secara langsung atau tidak
langsung, termasuk direktur dan komisaris (baik eksekutif maupun bukan
eksekutif) dari entitas.
2. Suatu entitas berelasi dengan entitas pelapor jika memenuhi salah satu hal
berikut:
a. Entitas dan entitas pelapor adalah anggora dari kelompok usaha yang sama
(artinya entitas induk, entitas anak, dan enitas anak berikutnya saling
berelasi dengan entitas lainnya).
b. Satu entitas adalah entitas asosiasi atau ventura bersama dari entitas lain
(atau entitas asosiasi atau ventura bersama yang merupakan anggota suatu
kelompok usaha, yang mana entitas lain tersebut adalah anggotanya).
c. Kedua entitas tersebut adalah ventura bersama dari pihak ketiga yang sama.

d. Satu entitas adalah ventura bersama dari entitas ketiga dan entitas yang lain
adalah entitas asosiasi dari entitas ketiga.
e. Entitas tersebut adalah suatu program imbalan pascakerja untuk imbalan
kerja dari salah satu entitas pelapor atau entitas yang terkait dengan entitas
pelapor. Jika entitas pelapor adalah entias yang menyelenggarakan program
tersebut, maka entitas sponsor juga berelasi dengan entitas pelapor.
f. Entitas yang dikendalikan atau dikendalikan bersama oleh orang yang
diidentifikasi dalam huruf (1).
g. Orang yang diidentifikasi dalam huruf (1) (a) memiliki pengaruh signifikan
atas entitas atau merupakan personil manajemen kunci entitas (atau entias
induk dari entitas).
Transaksi pihak berelasi adalah suatu pengalihan sumber daya, jasa atau
kewajiban antara entitas pelapor dengna pihak-pihak berelasi, terlepas apakah ada
harga yang dibebankan. Dalam mempertimbangkan setiap kemungkinan
hubungan pihak berelasi, perhatian diarahkan pada substansi dari hubungan dan
tidak hanya dari bentuk hukumnya.
Dalam pernyataan ini, pihak-pihak berikut ini bukan sebagai pihak-pihak
berelasi:
1. Dua entitas hanya karena mereka memiliki direktur atau personil manajemen
kunci yang sama atau karena personil manajemen kunci dari satu entitas
mempunyai pengaruh signifikan atas entitas lain.
2. Venturer hanya karena mereka mengendalikan bersama atas ventura bersama.
3. a. Penyandang dana,
b. serikat dagang,
c. entitas pelayanan publik, dan
d. departemen

dan

instansi

pemerintah

yang

tidak

mengendalikan,

mengendalikan bersama atau memiliki pengaruh signifikan atas entitas


pelapor, semata-mata dalam pelaksanaan urusan normal dengan entitas

(meskipun pihak-pihak tersebut dapat membatasi kebebasan entitas atau ikut


serta dalam proses pengambilan keputusan).
4. Pelanggan, pemasok, pemegang hak waralaba, distributor atau agen umum
dengan siapa entitas mengadakan transaksi usaha dengan volume signifikan,
semata-mata karena ketergantungan ekonomis yang diakibatkan oleh keadaan.
Dalam definisi pihak-pihak berelasi, suatu entitas asosiasi termasuk entitas
anak dari entitas asosiasi tersebut dan suatu ventura bersama termasuk entias anak
dari ventura bersama tersebut. Oleh karena itu, misalnya, entitas anak dari entias
asosiasi dan investor yang memiliki pengaruh signifikan atas entitas asosiasi
tersebut merupakan pihak berelasi satu dengan lainnya.
Pengungkapan
Hubungan antara entitas induk dan entitas anak diungkapkan terlepas dari apakah
telah terjadi transaksi antara mereka. Untuk memungkinkan pengguna laporan
keuangan memahami dampak dari hubungan pihak berelasi ketika pengendalian
itu ada, terlepas apakahtelah terjadi antara pihak-pihak berelasi.
Persyaratan untuk mengungkapkan hubungan pihak berelasi antara satu
entitas induk dan entitas anaknya merupakan tambahan pengungkapan dalam
PSAK 4: Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri,
PSAK 12: Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama, dan PSAK 15: Investasi
pada Entitas pada Asosiasi.
Entitas mengungkapkan kompensasi personil manajemen kunci secara total
dan untuk masing-masing kategori berikut:
a. Imbalan kerja jangka pendek;
b. Imbalan pascakerja;
c. Imbalan kerja jangka panjang lainnya;
d. Pasangan permutusan kontrak kerja; dan
e. Pembayaran berbasis saham.

Jika entitas memiliki transaksi dengan pihak-pihak berelasi selama periode yang
dicakup dalam laporan keuangan, maka entitas mengungkapkan sifat dari
hubungan dengan pihak-pihak berelasi serta informasi mengenai transaksi dan
saldo, termasuk komitmen, yang diperlukan untuk memahami potensi dampak
hubungan tersebut dalam laporan keuangan. Persyaratan pengungkapan ini
merupakan tambahan persyaratan di atas. Sekurang-kurangnya, pengungkapan
meliputi:
a. Jumlah transaksi;
b. Jumlah saldo, termasuk komitmen, dan:
i. Persyaratan dan ketentuannya, termasuk apakah terdapat jaminan, dan sifat
imbalan yang akan diberikan, untuk penyelesaian; dan
ii. Rincian garansi yang diberikan atau diterima;
c. Penyisihan piutang ragu-ragu terkait dengan jumlah saldo tersebut; dan
d. Beban yang diakui selama periode dalam hal piutang ragu-ragu atau
penghapusan piutang dari pihak-pihak berelasi.
Pengungkapan yang disyaratkan di atas dilakukan secara terpisah untuk masingmasing kategori berikut:
a. Entitas induk;
b. Entitas dengan pengendalian bersama atau pengaruh signifikan terhadap
entitas;
c. Entitas anak;
d. Entitas asosiasi;
e. Ventura bersama di mana entitas merupakan venturer;
f. Personil manajemen kunci dari entitas atau entitas induknya; dan
g. Pihak-pihak berelasi lainnya.
Klasifikasi jumlah yang terutang dari, dan tagihan kepada, pihak-pihak berelasi
dalam berbagai kategori seperti yang disyaratkan sebelumnya merupakan
perluasan dari persyaratan pengungkapan dalam PSAK 1: Penyajian Laporan
Keuangan untuk informasi yang akan disajikan baik dalam laporan posisi

keuangan atau catatan atas laporan keuangan. Kategori tersebut diperluas untuk
menyediakan analisis yang lebih komprehensif atas saldo dari pihak berelasi dan
berlaku untuk transaksi dengan pihak-pihak berelasi. Berikut ini adalah contoh
transaksi yang diungkapan jika dilakukan dengan pihak berelasi:
a. Pembelian atau penjualan barang (barang jadi atau setengah jadi);
b. Pembelian atau penjualan properti dan aset lain;
c. Penyediaan atau penerimaan jasa;
d. Sewa;
e. Pengalihan riset dan pengembangan;
f. Pengalihandi bawah perjanjian lisensi;
g. Pengalihan di bawah perjanjian pembiayaan (termasuk pinjaman dan kontribusi
ekuitas dalam bentuk tunai atau natura);
h. Provisi atas jaminan atau agunan; dan
i. Komitmen untuk berbuat sesuatu jika peristiwa khusus terjadi atau tidak terjadi
di masa depan, termasuk kontrak eksekutori (diakui atau tidak diakui); dan
j. Penyelesaian liabilitas atas nama entitas atau pihak berelasi.
Partisipasi oleh entitas induk atau entitas anak dalam program pensiun imbalan
pasti yang membagi risiko antar entitas dalam kelompok usaha adalah suatu
transaksi antara pihak-pihak berelasi (PSAK 24: Imbalan Kerja). Pengungkapan
bahwa transaksi transaksi pihak-pihak berelasi dilakukan dengan ketentuan yang
setara dengan yang berlaku dalam transaksi yang wajar dapat dilakukan hanya jika
hal tersebut dibuktikan.
Pos yang memiliki yang serupa dapat diungkapkan secara agregat kecuali
ketika pengungkapan terpisah diperlukan untuk memahami dampak transaksi
pihak-pihak berelasi terhadap laporan keuangan entitas.
Entitas yang Berelasi dengan Pemerintah
Entitas pelapor dikecualikan dari persyaratan pengungkapan atas transaksi dengan
pihak-pihak berelasi dan saldo, termasuk komitmen dengan:

a. Pemerintah yang memiliki pengendalian, pengendalian bersama atau pengaruh


signifikan atas entitas pelapor; dan
b. Entitas lain yang merupakan pihak berelais karena dikendalikan, dikendalikan
bersama, atau dipengaruhi secara signifikan oleh pemerintah yang sama atas
entitas pelapor dan entitas lain tersebut.
Jika entitas pelapor menerapkan pengecualian di atas, maka entitas
mengungkapkan mengenai transaksi dan saldo terkait, yaitu:
a. Nama departemen atau instansi pemerintah dan sifat hubungannya dengan
entitas pelapor (misalnya, pengendalian, pengendalian bersama atau pengaruh
signifikan);
b. Informasi berikut dengan rincian yang cukup yang memungkinkan pengguna
laporan keuangan memahami dampak transaksi dengan pihak-pihak berelasi
terhadap laporan keuangan:
i. Sifat dan jumlah setiap transaksi yang secara individual signifikan; dan
ii. Untuk transaksi lainnya yang secara kolektif; tetapi tidak secara individu,
signifikan, indikasi secara kualitatif atau kuantitatif atas luasnya transaksi
tersebut.
Dalam

menggunakan

pertimbangan

untuk

menentukan

seberapa

rinci

pengungkapan yang disyaratkan sesuai dengan di atas, entitas pelapor


mempertimbangkan kedekatan hubungan pihak-pihak berelasi dan faktor lain
yang relevan dalam menentukan tingkat signifikan suatu transaksi, misalnya:
a. Ukuran signifikan;
b. Dilakukan di luar ketentuan pasar;
c. Di luar operasi bisnis sehari-hari yang normal, misalnya sebagai pembelian dan
penjualan suatu bisnis usaha;
d. Diungkapkan kepada regulator atau otoritas regulator;
e. Dilaporkan kepada manajemen senior;
f. Bergantung pada persetujuan pemegang saham.
Ilustrasi

Pengecualian parsial untuk entitas yang berelasi dengan pemerintah


Contoh 1
Pemerintah P baik secara langsung maupun tidak langsung mengendalikan entitas
1 dan 2 dan Entitas A, B, C, dan D. Si x adalah personil manajemen kunci dari
Entitas 1.
Pemerintah P

Entitas A

Entitas 1

Entitas 2

Entitas B

Entitas C

Entitas D

Untuk laporan keuangan Entitas A, pengecualian diterapkan untuk:


a) Transaksi dengan Pemerintah P; dan
b) Transaksi dengan Entitas 1, dan 2 dan Entitas B, C, dan D.
Namun, pengecualian tersebut tidak berlaku untuk transaksi dengan X.
Persyaratan pengungkapan ketika menerpakan pengecualian (paragraf 25)
Dalam laporan ekuangan Entitas A, contoh pengungkapan yang sesuai dengan
paragraf 25(b)(i) dalam PSAK Nomor 7 untuk transaksi yang secara individual
signifikan:
Contoh pengungkapan transaksi secara individual signifikan yang dilakukan di
luar ketentuan pasar:
Pada tanggal 15 Januari 20x1 Entitas A, suatu entitas utilitas yang mana
Pemerintah P memiliki secara tidak langsung 75% dari saham yang beredar,
menjual 10 hektar lahan kepada entitas utilitas lain yang berelasi dengan

pemeritnah sebesar Rp5 juta. Pada tanggal 31 Desember 20x0, sebidang tanah
dengan lokasi, ukuran, dan karakter yang sama, dijual dengan harga Rp3 juta.
Tidak ada kenaikan nilai maupun penurunan nilai atas tanah pada periode
tersebut.
Contoh pengungkapan untuk transaksi secara individual signifikan karena ukuran
transaksinya
Pada tahun yang berakhir pada Desember 20x1 Pemerintah P menyediakan Entias
A, suatu utilitas yang mana Pemerintah P memiliki kepemilikan secara tidak
langsung sebesar 75% dari saham beredar, pinjaman setara dengan 50% dana
yang diperlukan, dibayar secara triwulan selama lima tahun berikutnya. Bunga
yang dibebankan atas pinjaman adalah l3%, nilai ini dapat diperbandingkan
dengan bunga yang dibebankan atas pinjaman bank untuk Entitas A.
Contoh pengungkapan transaksi yang secara kolektif signifikan
Dalam laporan keuangan Entitas A, contoh pengungkapan yang sesuai dengan
paragraf 25(b)(ii) atas transaksi yang secara kolektif signifikan:
Pemerintah P secara tidak langsung memiliki 75% saham beredar Entitas A.
Entitas A secara signifikan melakukan transaksi dengan Pemerintah P dan entitas
lain yang dikendalikannya, dikendalikan bersama atau dipengaruhi secara
signifikan oleh pemerintah P (suatu porsi yang besar atas penjualan barang dan
pembelian bahan material) atau (50% atas penjualan barang dan 35% atas
pembelian bahan material).
Entitas juga memperoleh manfaat dari jaminan Pemerintah P atas pinjaman bank.
Definisi Pihak-pihak Berelasi
Merujuk pada definisi pihak-pihak berelasi dalam PSAK 7 paragraf 09.
Contoh Entitas asosiasi dan entitas anak

10

Entitas induk memiliki kepentingan pengendali atas Entitas Anak A, B, dan C dan
memiliki pengaruh signifikan atas Enitas Asosiasi 1 dan 2. Entitas Anak C
memiliki pengaruh signifikan atas Entitas Asosiasi 3.

Entitas Induk

Entitas Asosiasi 1

Entitas B

Entitas A

Entitas C

Entitas
Asosiasi 2

Entitas
Asosiasi 3

Untuk laporan keuangan tersendiri Entias Induk, Entitas Anak A, B, dan C dan
Entitas Asosiasi 1, 2, dan 3 merupakan pihak-pihak berelasi. Untuk laporan
keuangan Entitas Anak A, Entitas Induk, Entitas Anak B dan C dan Entitas
Asosiasi 1, 2, dan 3 merupakan pihak-pihak berelasi, untuk Entitas Anak B yang
membuat laporan keuangan tersendiri, Entitas Induk, Entitas Anak A dan C dan
Entitas Asosiasi 1, 2, dan 3 merupakan pihak-pihak berelasi. Untuk laporan
keuangan Entitas C, Entitas Induk, Entitas Anak A dan B dan Entitas Asosiasi 1,
2, dan 3 merupakan pihak-pihak berelasi.
Untuk laporan keuangan Entitas Asosiasi 1, 2, dan 3, Entitas Induk, dan
Entitas Anak A, B, dan C merupakan pihak-pihak berelasi. Entitas Asosiasi 1, 2,
dan 3 bukan pihak berelasi satu dengan lainnya (paragraf 09(b)(i) dan (ii). Untuk
laporan keuangan konsolidasian Entitas Induk, Entitas Asosiasi 1, 2, dan 3
merupakan pihak-pihak berelasi dengan kelompok usaha tersebut (paragraf
09(b)(i) dan (ii).
Contoh Personil Manajemen Kunci

11

Si X memiliki investasi 100% dalam Entitas A dan merupakan personil


manajemen kunci dari Entitas C. Entitas B memiliki investasi 100% dalam Entitas
C.

Entitas B

Entitas A

Entitas C

Untuk laporan keuangan Entitas C, Entitas A berelasi dengan Entitas C karena X


mengandalikan Entitas A dan merupakan personil manajemen kunci Entitas C.
Untuk laporan keuangan Entitas C, Entitas A juga memiliki relasi dengan Entitas
C jika X adalah personil manajemen kunci di Entitas B dan bukan di Entitas C.
selanjutnya, hasil yang digambarkan di akan menghasilkan hasil yang sama jika X
memiliki pengendalikan bersama atas Entitas A. Jika X hanya memiliki pengaruh
signifikan atas Entitas A dan tidak mengendalikan atau tidak mengendalikan
bersama, maka Entitas A dan C bukan pihak-pihak berelasi satu dengan yang
lainnya.
Untuk laporan keuangan Entitas A, Entitas C berelasi dengan Entitas A,
karena X mengendalikan Entitas A dan X merupakan personil manajemen kunci
Entitas C. Selanjutnya, hasil yang digambar tabel sebelumnya akan menghasilkan
hasil yang sama jika X mengendalikan bersama atas Entitas A. Hasil yang sama
akan dihasilkan jika X merupakan personil manaejmen kunci di Entitas B bukan
di entitas C. Untuk laporan keuangan konsolidasian Entitas B, Entitas A adalah
pihak berelasi dengan kelompok usaha jika X merupakan personil manajemen
kunci dari kelompok usaha tersebut.

12

Contoh Seseorang sebagai investor


Si X memiliki investasi dalam Entitas A dan Entitas B.

Entitas A

Entitas B

Untuk laporan keuangan Entitas A, jika X mengendalikan atau mengendalikan


bersama atas Entitas A, maka Entitas B merupakan pihak berelasi dengan Entitas
A ketika X mengendalikan, mengendalikan bersama, atau memiliki pengaruh
signifikan atas Entitas B.
Contoh Anggota keluarga terdekat pemiliki investasi
Si X adalah istri Y. Si X memiliki investasi dalam Entitas A dan Y memiliki
investasi dalam Entitas B.

Entitas A

Entitas B

Untuk laporan keuangan Entitas A, jika X mengendalikan atau mengendalikan


bersama atas Entitas A, maka Entitas B merupakan pihak berelasi dengan Entitas

13

A ketika Y mengendalikan, mengendalikan bersama, atau memiliki pengaruh


signifikan atas Entitas B. Untuk laporan keuangan B, jika X mengendalikan atau
mengendalikan bersama atas Entitas A, maka Entitas A merupakan pihak berelasi
dengan Entitas B ketika Y mengendalikan, mengendalikan permsa atau memiliki
pengaruh signifikan atas Entitas B. Jika X memiliki pengaruh signifikan atas
Entitas A dan Y memiliki pengaruh signifikan atas Entitas B, maka Entitas A dan
B bukan merupakan pihak berelasi satu dengan yang lainnya.
Contoh Entitas dengan pengendalian bersama
Entitas A memiliki (i) pengendalian bersama atas Entitas B dan (ii) pengendalian
bersama atau pengaruh signifikan atas Entitas C.
Entitas A

Entitas C

Entitas B

Untuk laporan keuangan Entitas B, Entitas C adalah pihak berelasi dengan entitas
B. Serupa dengan hal tersebut, untuk laporan keuangan Entitas C, Entitas B adalah
pihak berelasi dengan Entitas C.

Permasalahan
Dari penerapan PSAK 7 tentang pengungkapan transaksi dengan pihak-pihak
berelasi memiliki beberapa potensi permasalahan, yaitu sebagai berikut ini:
1.

Keseimbangan antara biaya dan manfaat. Pengungkapan pihak-pihak berelasi


dalam laporan keuangan seringkali tidak dilakukan secara penuh misalkan
saja informasi terkait dengan transaksi dengan keluarga dekat. Penelusuran

14

terhadap keberadaan hubungan istimewa yang terjadi di antara anggota


keluarga dekat yang terjadi di perusahaan tempat mereka bekerja atau
berinvestasi mengakibatkan munculnya biaya dan waktu yang relatif besar.
Jadi meskipun informasi tersebut penting, bisa jadi tidak diungkapkan karena
pengorbanan yang dikeluarkan terlalu besar.
2.

Karakteristik kualitatif dapat dipahami. Penentuan pihak-pihak berelasi


yang ditetapkan dalam PSAK relatif sulit untuk dipahami. Oleh sebab itu
pengguna laporan keuangan dalam SAK diasumsikan telah memiliki
kemampuan dan keinginan yang wajar untuk memahami laporan keuangan.
Jadi meskipun informasi tersebut sulit dipahami tetap harus diungkapkan
dalam laporan keuangan.

3.

Trade off antar karakteristik kualitatif yang ada dalam kerangka konseptual
penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Informasi pengungkapan transaksi dengan pihak-pihak berelasi relevan
dengan pengambilan keputusan dari pengguna laporan keuangan. Akan tetapi
tingkat keandalan pengungkapan informasi tersebut sulit ditelusur apakah
sudah mencakup semua pihak berelasi ataukah baru pengungkapan yang
bersifat parsial saja.

4.

Munculnya praktik trasnfer pricing antara pihak-pihak yang berelasi. Praktik


ini berpengaruh bagi perusahaan terutama terkait dengan aturan perpajakan.
Masalah utama muncul dari perbedaaan nilai transaksi yang dicatat menurut
perusahaan untuk laporan komersialnya yaitu berdasarkan pada harga
kesepakatan antara pihak-pihak berelasi yang bertransaksi dengan nilai wajar
yang digunakan dalam aturan perpajakan yang mengakui nilai transaksinya
sebesar nilai wajarnya.
Definisi harga transfer dapat digolongkan menjadi dua yaitu definisi
luas dan definisi sempit. Dalam definisi luas, harga transfer adalah nilai
barang atau jasa yang ditransfer oleh suatu pusat pertanggungjawaban ke
pusat pertanggungjawaban yang lain. Dalam definisi sempit, harga transfer
adalah nilai barang dan jasa yang ditransfer antara dua pusat laba atau lebih.
Tujuan utama dari transfer pricing adalah mengevaluasi dan mengukur

15

kinerja perusahaan. Tetapi sering juga transfer pricing digunakan perusahaanperusahaan multinasional untuk meminimalkan jumlah pajak yang dibayar
melalui rekayasa harga yang ditransfer antar divisi. Adanya hubungan
istimewa merupakan kunci dari dilakukannya praktek transfer pricing dalam
bidang perpajakan.
Harga transfer sering memicu masalah terutama pada penentuan harga
sepakatannya, karena melibatkan dua unit, yaitu unit pembeli dan unit
penjual, dan harga transfer juga mempengaruhi pengukuran laba unit, harga
transfer yang tinggi akan merugikan unit pembeli sedangkan harga transfer
yang terlalu rendah akan merugikan unit penjual, maka penentuan harga
transfer menjadi hal yang sangat penting.
Penentuan harga kesepakatan antara pihak-pihak berelasi harus
memenuhi aturan dari Bapepam bagi perusahaan yang sudah go publik.
Aturan terkait dengan hal tersebut diatur dalam keputusan ketua Bapepam
NO. 32/PM/2000 tentang perubahan peraturan nomor IX.E.1 tentang benturan
kepentingan transaksi tertentu yang pada intinya transaksi dengan pihakpihak yang memiliki hubungan istimewa harus diungkapkan dan disetujui
terlebih dahulu dalam RUPS.
Harga Transfer menurut pajak
Secara umum, tujuan penetapan harga transfer adalah untuk memindahkan
data keuangan di antara departemen-departemen atau divisi-diisi perusahaan
pada waktu mereka saling menggunakan barang dan jasa satu sama. Selain
itu, transfer pricing digunakan untuk mengevaluasi kinerja divisi dan
memotivasi manajer divisi penjual dan divisi pembeli menuju keputusankeputusan yang serasi dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan.
Sedangkan

dalam

lingkup

perusahaan

multinasional, transfer

pricing digunakan untuk, meminimalkan pajak dan bea yang mereka


keluarkan diseluruh dunia.
METODE HARGA TRANSFER

16

Beberapa metode transfer pricing yang sering digunakan yaitu :


1. Penentuan harga transfer berdasarkan biaya (cost-based transfer pricing)
Penentuan harga transfer ini dipakai pada transfer antarperusahaan yang
menggunakan konsep pusat pertanggungjawaban biaya. Konsep ini
sederhana dan menghemat sumber daya, karena informasi biaya tersedia.
Namun yang menjadi permasalahan adalah ada bnayak definisi tentang
biaya yang dipakai. Sebagian perusahaan meenggunakan biaya variabel
(variable costs), sebagian menggunakan biaya penuh (full cost), biaya
standar (standard cost), ada pula yang menggunakan biaya aktual (actual
cost).
2. Penentuan harga transfer berdasarkan harga pasar (market basis transfer
pricing)
Jika barang atau jasa yang ditransfer antar divisi atau antar perusahaan
dalam grup mempunyai harga pasar, maka pada umumnya harga pasar
merupakan dasar yang digunakan, terutama dilihat dari sudut pengukuran
kinerja. Basis harga pasar merupakan tolok ukur untuk menilai kinerja
manajer divisi. Barang-barang yang diproduksi unit penjual dihargai
sama dengan harga yang berlaku di pasar, pada sisi divisi penjual ada
kemungkinan untuk memperoleh profit, pada sisi pembeli harga yang
dibayarkan adalah harga yang sewajarnya. Namun yang menjadi
kelemahan utama dari sistem ini adalah jika harga suatu produk ternyata
tidak tersedia di pasar. Tidak semua barang-barang yang diperjualbelikan antar divisi tersedia di pasar, misalnya pada suatu industri yang
terdeferensiasi dan terintegrasi seperti industri kertas, jika divisi penjual
harus mengirim kertas yang setengah jadi ke divisi lain, pasar tidak
menyediakan harga kertas mentah atau setengah jadi. Jika harga pasar
tersedia atau dapat diperkirakan maka ada baiknya menggunakan harga
pasar. Meskipun demikian, jika tidak ada cara untuk memperkirakan
harga kompetitif, pilihan lainnya adalah mengembangkan harga transfer
berdasarkan biaya(cost-based transfer price).

17

3. Penentuan harga transfer berdasarkan negosiasi (negotiated transfer


prices) Dalam ketiadaan harga, beberapa perusahaan memperkenankan
divisi-divisi dalam perusahaan yang berkepentingan dengan transfer
pricing untuk menegosiasikan harga transfer yang diinginkan. Yang harus
diperhatikan dalam penentuan harga transfer ini adalah biaya produksi,
dan harus memiliki pengetahuan yang baik tentang keinginan perusahaan
secara keseluruhan. Namun kelemahannya adalah negosiasi memakan
waktu yang lama, mengulang pemeriksaan, dan revisi harga transfer
Penentuan harga transfer berdasarkan arbitrase (arbitrationtransfer
pricing). Pendekatan ini menekankan pada harga transfer berdasarkan
interaksi kedua divisi dan pada tingkat yang dianggap terbaik bagi
kepentingan perusahaan tanpa adanya pemaksaan mengenai keputusan
akhir oleh salah satu divisi.
ARMS-LENGTH STANDARD
Aturan PER-32/PJ/2011 menyatakan bahwa penentuan harga transaksi
wajar (arms length price) bisa melalui metode perbandingan harga antara
pihak non istimewa, resale price dan metode lainnya. Syarat utama
analisis ini adalah ketersediaan data pembanding eksternal maupun
internal. Arms-length standard yang paling banyak digunakan sebagai
berikut.
1. Comparable uncontrolled pricing method
Metode ini mengevaluasi kewajaran harga transfer dengan mengacu
kepada tingat harga yang terjadi antara unit yang independen atau antara
perusahaan multinasional dengan unit yang independen. Secara teoritis
metode ini termasuk yang paling baik namun dalam pelaksaannya terdapat
beberapa kendala, misalnya perbedaan kuantitas, kualitas, kondisi, aktu
penjualan, merk dagang, pangsa pasar, dan geografis pasar
2. Resale pricing method
Metode ini ditetapkan untuk produk yang di transfer ke anggota group
lainnya utuk dijual kembali. Kewajaran harga transfer didekati dengan

18

pengurangan harga penjualan kepada ihak independen dengan suatu mark


up yang wajar (sebanyak laba dan biaya si penjual). Kesulitan terjadi
dalam menentukan mark up.
3. Cost plus pricing method
Metode ini mendekati kewajaran harga transfer dengan menambahkan
markup yang wajar pada harga pokok pihak yang mentrasnfer. Pendekatan
ini umumnya dipake dalam hal penyerahan barang setengah jadi
(semifinished

product)

atau

salah

satu

anggota

group

sebagai

subkontraktor dari yang lainnya.


4. Other method
Dalam keadaan tertentu, kombinasi ketiga metode diatas perlu diterapkan
atau mungkin metode lain, misalnya alokasi laba yang diperoleh grup
perusahaan dalam transaksi tertentu, kalkulasi tingkat keuntungan yang
pantas pada investasi wajib pajak.
Jika metode perbandingan harga antar pihak yang independen tidak tepat
untuk diterapkan, wajib diterapkan metode penjualan kembali (resale price
method) atau metode biaya-plus (cost plus method) sesuai dengan kondisi
yang tepat. Dalam hal metode penjualan kembali (resale price method)
atau metode biaya-plus (cost plus method) tidak tepat untuk diterapkan,
dapat diterapkan metode pembagian laba (profit split method) atau metode
laba bersih transaksional (transactional net margin method).
Metode Pembagian Laba (PSM)
Metode pembagian laba (profit split method) atau metode PSM adalah
metode

Penentuan

Harga

Transfer

berbasis

laba

transaksional

(transactional profit method) yang dilakukan dengan mengidentifikasi laba


gabungan atas transaksi afiliasi yang akan dibagi oleh pihak-pihak yang
mempunyai Hubungan Istimewa tersebut dengan menggunakan dasar yang
dapat diterima secara ekonomi yang memberikan perkiraan pembagian
laba yang selayaknya akan terjadi dan akan tercermin dari kesepakatan
antar pihak-pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa. Metode ini
hanya dapat digunakan dalam kondisi sebagai berikut :

19

Transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa


sangat terkait satu sama lain sehingga tidak dimungkinkan untuk
dilakukan kajian secara terpisah; atau

Terdapat barang tidak berwujud yang unik antara pihak-pihak yang


bertransaksi yang menyebabkan kesulitan dalam menemukan data
pembanding yang tepat.

Metode Laba Bersih Transaksional (TNMM)


Metode laba bersih transaksional (transactional net margin method) adalah
metode

Penentuan

Harga

Transfer

yang

dilakukan

dengan

membandingkan persentase laba bersih operasi terhadap biaya, terhadap


penjualan, terhadap aktiva, atau terhadap dasar lainnya atas transaksi
antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa dengan
persentase laba bersih operasi yang diperoleh atas transaksi sebanding
dengan pihak lain yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa atau
persentase laba bersih operasi yang diperoleh atas transaksi sebanding
yang dilakukan oleh pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa
lainnya. Metode ini digunakan jika tidak ada kondisi yang cocok yang
dapat diterapkan untuk menggunakan metode yang lain. Dengan kata lain,
metode ini adalah metode terakhir yang bisa digunakan jika metode yang
lainnya tidak dapat digunakan.

Dari masalah yang muncul tersebut solusi bagi perusahaan adalah untuk
transaksi dengan pihak berelasi pada saat melakukan pelaporan pajak maka
nilainya harus dikoreksi sesuai dengan aturan pajak. Proses tersebut disebut
dengan proses rekonsiliasi fiskal.

C. Kesimpulan
Dari penjelasan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Jika entitas memiliki transaksi dengan pihak-pihak berelasi selama periode yang
dicakup dalam laporan keuangan, maka entitas mengungkapkan sifat dari

20

hubungan dengan pihak-pihak berelasi serta informasi mengenai transaksi dan


saldo, termasuk komitmen, yang diperlukan untuk memahami potensi dampak
hubungan tersebut dalam laporan keuangan. Persyaratan pengungkapan ini
merupakan tambahan persyaratan di atas. Sekurang-kurangnya, pengungkapan
meliputi:
a. Jumlah transaksi;
b. Jumlah saldo, termasuk komitmen, dan:
a. Persyaratan dan ketentuannya, termasuk apakah terdapat jaminan, dan sifat
imbalan yang akan diberikan, untuk peyelesaian; dan
b. Rincian garansi yang diberikan atau diterima;
c. Penyisihan piutang ragu-ragu terkait dengan jumlah saldo tersebut; dan
d. Beban yang diakui selama periode dalam hal piutang ragu-ragu atau
penghapusan piutang dari pihak-pihak berelasi.
Dari aturan tersebut di atas berpotensi menimbulkan beberapa masalah yang
sudah di bahas pada bagian pembahasan sebelumnya.
Daftar Pustaka
PSAK 4 Laporan keuangan konsolidasian dan laporan keuangan tersendiri
PSAK 7 Pengungkapan pihak-pihak berelasi
PSAK 38 kombinasi bisnis entitas sepengendali
https://krispinusharuman.wordpress.com/tag/hubungan-istimewa/

21

Anda mungkin juga menyukai