Anda di halaman 1dari 38

PROGRAM MANAJEMEN RESIKO FASILITAS

1. Pendahuluan
Manajemen resiko merupakan program RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dalam
mengurangi bahaya resiko akibat lingkungan kerja dan budaya kerja di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta. Untuk tujuan tersebut maka RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta membuat Tim MFK yang bertugas merumuskan dan membuat program
kerja beserta anggaran, implementasi dan pengawasan serta evaluasi terhadap
jalannya program manajemen resiko RS PKU Muhammadiyah yogyakarta. Area
kerja yang menjadi tanggung jawab tim meliputi seluruh wilayah dan masyarakat RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan Lingkungan sekitar RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta.

2. Latar belakang
Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat dan pemerintah akan kebutuhan
pelayanan yang berkualitas dan dapat bersaing dengan tetap memperhatikan aspek
keamanan, keselamatan dan keakuratan maka RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
melalui POKJA MFK berfokus pada aspek manajemen fasilitas yang memadai, aman
dan akurat maka perlu disusunlah program kerja guna mencapai maksut dan tujuan
tersebut di atas yang meliputi fasilitas pokok/kunci, peralatan medis, serta potensi
bencana yang mungkin timbul dari kegiatan pelayanan di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta.

3. Tujuan umum & khusus


Secara umun program manjemen resiko disusun untuk mengurangi dan
meminimalisir ganguan atau potensi yang dapat menganggu proses pelayanan RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta dari segala aspek.
Secara khusus program manajemen resiko berfokus menjamin keamanan dan
keselamatan pada aspek – aspek sbb :
a. Disaster Plan
b. Kebakaran
c. Sistem Utilisasi Listrik, Air dan sistem pendukung yang penting lainnyA
d. Keselamatan dan Keamanan
e. Bahan beracun dan berbahaya
f. Peralatan Medis

4. Kegiatan pokok & rincian kegiatan


Merupakan implementasi program berdasar identifikasi resiko serta rincian
kegiatannya. Adapun tabel penilaian risk priority berdasar tabel dibawah :
Tabel 1. Tabel probabilitas kejadian

Tabel 2. Tabel dampak kejadian


Tabel 3. Tabel Risk Tolerance / Kriteria Resiko

4.1. Kegiatan pokok


1. Peralatan Medis
2. Sistem Utilisasi Listrik, Air dan sistem pendukung yang penting lainnya
3. Keamanan dan Keselamatan
4. Bahan beracun dan berbahaya
5. Disaster Plan
6. Kebakaran

4.1.1. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan Peralatan Medis


Kegiatan Pokok
a. Melakukan Pemeliharaan Preventif dan Korektif Alat Medis
b. Melakukan Perbaikan Alat Medis
c. Melakukan Kalibrasi Alat Medis
d. Peningkatan Skill Staf melalui Pelatihan skill teknisi elektromedis
Rincian Kegiatan

a. Identifikasi Risiko Peralatan Medis


Identifikasi dilakukan pada sumber risiko, area dampak risiko,
penyebabnya dan potensi akibatnya. Teknik Identifikasi yang digunakan,
disesuaikan dengan kemampuan, sasaran, dan jenis risiko yang dihadapi.
Alat identifikasi yang digunakan dalam rencana induk ini adalah dengan
Brainstorming atau curah pendapat antara manajer dan pengawas program
serta pihak lain dalam internal rumah sakit yang terkait.
Identifikasi risiko pengelolaan peralatan medis antara lain sebagai berikut :
1. Tersengat arus listrik dari alat
2. Paparan radiasi panas dari alat
3. Paparan radiasi sinar X
4. Hasil pengukuran alat tidak akurat
5. Kegagalan sistem alat saat digunakan

b. Analisa Risiko Pengelolaan Peralatan Medis


Tujuan analisis risiko adalah melakukan analisis dampak dan
kemungkinan semua risiko yang dapat menghambat tercapainya sasaran
pengelolaan alat medis dan menyediakan data untuk membantu langkah
evaluasi dan mitigasi risiko. Analisis risiko mencakup pertimbangan dan
mengkombinasikan estimasi terhadap consequence dan likelihood didalam
konteks untuk mengambil tindakan pengendalian.
Adapun analisa risiko yang digunakan dalam rencana induk/program ini
adalah analisa kuantitatif dengan melakukan skoring atas probabilias
kejadian dan nilai dampak atau konsekuensi yang mungkin timbul jika
risiko benar-benar terjadi.

Probability/ Dampak/ Skor


No Jenis Risiko
Likelihood Consequences Risiko
1. Tersengat arus listrik dari alat 2 1 2
2. Paparan radiasi panas dari alat 1 1 1
3. Paparan radiasi sinar X 2 3 6
4. Paparan residu gas anestesi 2 3 6
5. Hasil pengukuran alat tidak akurat 2 4 8
6. Kegagalan sistem alat saat digunakan 1 5 5
Selanjutnya risiko yang telah diidentifikasi dan diskoring akan dibandingkan dengan
gambar diatas sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :

No Jenis Risiko Skor Kriteria Tanggungjawab Tindak lanjut


Risiko Risiko pengelolaan
risiko
1. Tersengat 2 Rendah Supervisor  Tidak perlu penanganan
arus listrik khusus
dari alat  Pemantauan periodik
untuk memastikan sejak
dini risiko tidak terjadi
2. Paparan 1 Rendah Supervisor  Tidak perlu penanganan
radiasi panas khusus
dari alat  Pemantauan periodik
untuk memastikan sejak
dini risiko tidak terjadi
3. Paparan 6 Medium Manajer  Tidak perlu penanganan
radiasi sinar khusus
X  Pemantauan periodik
untuk mMelaemastikan
sejak dini risiko tidak
terjadi
 Perlunya koordinasi antar
lintas sektoral untuk
fungsi pencegahan, deteksi
dan penanganan.
4. Paparan 6 Medium Manajer  Tidak perlu penanganan
residu gas khusus
anestesi  Pemantauan periodik
untuk memastikan sejak
dini risiko tidak terjadi
 Perlunya koordinasi antar
lintas sektoral untuk
fungsi pencegahan, deteksi
dan penanganan.
5. Hasil 8 Medium Manajer  Tidak perlu penanganan
pengukuran khusus
alat tidak  Pemantauan periodik

akurat untuk memastikan sejak


dini risiko tidak terjadi
 Perlunya koordinasi antar
lintas sektoral untuk
fungsi pencegahan, deteksi
dan penanganan.
6. Kegagalan 5 Medium Manajer  Tidak perlu penanganan
sistem alat khusus
saat  Pemantauan periodik

digunakan untuk memastikan sejak


dini risiko tidak terjadi
 Perlunya koordinasi antar
lintas sektoral untuk
fungsi pencegahan, deteksi
dan penanganan.

Secara umum seluruh skor risiko berada di bawah garis risk tolerance. Hal ini
berari bahwa risiko masih dapat diterima dan tidak diperlukan suatu upaya yang
sangat khsuus untuk melakukan pencegahan dan penanganan risiko. Perbedaan
pada kriteria rendah dan medium adalah pada tanggung jawab pengelolaan risiko.
Pada risiko rendah pengelolaan dilakukan oleh supervisor tempat alat medis
berada berkejasama dengan supervisor elektromedik. Sedangkan pada risiko
medium diperlukan koordinasi antar manajer dengan melibatkan jajaran
dibawahnya.

c. Mitigasi/Pengelolaan Risiko
Risiko-risiko yang telah tersaring pada langkah evaluasi, selanjutnya dibuat
rencana pengendalian lebih lanjut, langkah ini disebut mitigasi risiko. Langkah
mitigasi risiko meliputi pengidentifikasian beberapa kegiatan untuk menangani
risiko, memperkirakan risiko, menyiapkan rencana perlakuan risiko dan
mengimplementasikan rencana perlakuan risiko.
Risiko yang akan dilakukan mitigas/pengelolaan risiko hanya difokuskan pada
kriteria risiko medium dan dapat dijelaskan sebagai berikut :

No Jenis Risiko Mitigasi/Pengelolaan


Pencegahan Penanganan
1 Paparan radiasi Menyusun prosedur  adanya petugas yang kompeten
sinar X terkait keselamatan dalam sebagai PPR/Petugas Proteksi
pelayanan radiologi Radiasi
 Supervisi kepatuhan terhadap
prosedur keselamatan kerja di
radiologi
 Mengukur secara periodik
besarnya radiasi yang terpapar
pada petugas
 Memberikan makanan
tambahan bagi peugas untuk
meningkatkan daya tahan
tubuh.
 Melakukan kalibrasi/uji
kelayakan terhadap peralatan
medik yang dapat
memancarkan radiasi
2. Paparan residu Menyusun kebijakan dan  Memasang peralatan
gas anestesi prosedur khusus terkait penunjang sebagai penyedot
pemberian sedasi moderat gas buang anestesi
dan dalam  Melakukan kalibrasi/uji
kelayakan mesin anestesi.
 Menangani keluhan petugas
yang terkait paparan residu gas
anestesi dengan pemeriksaan
kesehatan.
3. Hasil Menyusun kebijakan dan  Melakukan kalibrasi alat ukur
pengukuran alat prosedur untuk setahun sekali pada orang atau
tidak akurat menstandarisasi proses lembaga yang kompeten.
 Untuk alat ukur penunjang
pemeriksaan pasien yang
diagnostik seperti peralatan
menggunakan alat ukur.
laboratorium, dilakukan
pemantapan mutu internal dan
eksternal (PMI/PME) untuk
mendeteksi adanya simpangan
hasil.
4. Kegagalan Menyusun kebijakan dan  Melakukan KSO/kerjasama
sistem alat saat prosedur untuk operasional untuk alat medik
digunakan standarisasi prose yang mahal dan bersifat vital
pelayanan yang sehingga jika ada kegagalan
menggunakan alat fungsi dapat diganti tanpa
termasuk standarisasi merugikan RS secara finansial.
pemeliharaan rutin.  Melakukan penetapan
spesifikasi alat yang
disesuaikan dengan kondisi RS
sebelum dilakukan
KSO/pembelian.
 Melakukan uji fungsi harian
secara rutin oleh unit tempat
alat berada.
 Menetapkan sistem recall
untuk alat yang rusak dan
membahayakan jika masih
dipakai.
 Menetapkan respon time saat
alat dilaporkan rusak sampai
petgas datang untuk
melakukan perbaikan.

d. Pelaporan Insiden dan Pelaporan Program


Jika terjadi suatu insiden yang terkait dengan resiko-resiko diatas maka alur
pelaporan insidennya adalah menganut alur pelaporan K3 yaitu mengacu kepada
SK Direktur Utama Nomor 1314/SK.3.2/VII/2015 tentang
PEMBERLAKUAAN SISTEM PENCATATAN, PENGUMPULAN DAN
PELAPORAN KEJADIAN SERTA PENANGGULANGAN KASUS AKIBAT
KECELAKAAN, PENYAKIT AKIBAT KERJA, KEBAKARAN DAN
BENCANA

e. Monitoring dan Review insiden dan kegiatan


Monitoring dan review insinden dan kegiatan dilakukan oleh Tim K3 sesuai
dengan besar kecilnya risiko, monitoring dan review insinden juga melibatkan
unit-unit terkait

4.1.2. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan Kebakaran


a. Identifikasi resiko
Identifikasi dilakukan pada sumber risiko, area dampak risiko, penyebabnya
dan potensi akibatnya. Teknik Identifikasi yang digunakan, disesuaikan
dengan kemampuan, sasaran, dan jenis risiko yang dihadapi. Alat identifikasi
yang digunakan dalam rencana induk ini adalah dengan Brainstorming atau
curah pendapat antara manajer dan pengawas program serta pihak lain dalam
internal rumah sakit yang terkait.
Identifikasi risiko pengelolaan penanggulangan Kebakaran adalah sebagai berikut :

1. Ledakan gas O2
2. Ledakan gas elpigi
3. Konsleting listrik
4. Auto clave
5. Bahan bakar padat
6. Genset over heating / kelebihan beban
7. Bahan kimia mudah terbakar

b. Analisa Risiko Pengelolaan Penanggulangan Kebakaran


Tujuan analisis risiko adalah melakukan analisis dampak dan kemungkinan
semua risiko yang dapat menghambat tercapainya sasaran pengelolaan alat
medis dan menyediakan data untuk membantu langkah evaluasi dan mitigasi
risiko. Analisis risiko mencakup pertimbangan dan mengkombinasikan
estimasi terhadap consequence dan likelihood didalam konteks untuk
mengambil tindakan pengendalian.
Adapun analisa risiko yang digunakan dalam rencana induk/program ini
adalah analisa kuantitatif dengan melakukan skoring atas probabilias kejadian
dan nilai dampak atau konsekuensi yang mungkin timbul jika risiko benar-
benar terjadi.

Probability/ Dampak/ Skor


No Jenis Risiko
Likelihood Consequences Risiko
1. Ledakan gas 02 1 3 3
2. Ledakan gas elpigi 2 5 10
3. konsleting listrik 3 4 12
4. auto clave 2 3 6
5. bahan bakar padat 1 2 2
6. genset overheating/overload 1 4 4
7. bahan kimia mudah terbakar 1 3 3

Selanjutnya risiko yang telah diidentifikasi dan diskoring akan dibandingkan


dengan gambar diatas sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :

Tanggungjawab
Skor Kriteria
No Jenis Risiko pengelolaan Tindak lanjut
Risiko Risiko
risiko
1. Ledakan gas 3 Rendah Supervisor  Tidak perlu
02 penanganan khusus
 Pemantauan periodik
untuk memastikan
sejak dini risiko tidak
terjadi
2. Ledakan gas 10 Medium Supervisor  Tidak perlu
elpigi penanganan khusus
 Pemantauan periodik
untuk memastikan
sejak dini risiko tidak
terjadi
3. konsleting 12 Medium Manajer  Tidak perlu
listrik penanganan khusus
 Pemantauan periodik
untuk memastikan
sejak dini risiko tidak
terjadi
 Perlunya koordinasi
antar lintas sektoral
untuk fungsi
pencegahan, deteksi
dan penanganan.
4. auto clave 6 Rendah Supervisor  Tidak perlu
penanganan khusus
 Pemantauan periodik
untuk memastikan
sejak dini risiko tidak
terjadi
 Perlunya koordinasi
antar lintas sektoral
untuk fungsi
pencegahan, deteksi
dan penanganan.
5. bahan bakar 2 Rendah Supervisor  Tidak perlu
padat penanganan khusus
 Pemantauan periodik
untuk memastikan
sejak dini risiko tidak
terjadi
 Perlunya koordinasi
antar lintas sektoral
untuk fungsi
pencegahan, deteksi
dan penanganan.
6. genset 4 Rendah Supervisor  Tidak perlu
overheating/ov penanganan khusus
 Pemantauan periodik
erload
untuk memastikan
sejak dini risiko tidak
terjadi
 Perlunya koordinasi
antar lintas sektoral
untuk fungsi
pencegahan, deteksi
dan penanganan.
7. Bahan Kimia 3 Rendah Supervisor  Tidak perlu
mudah penanganan khusus
terbakar  Pemantauan periodik
untuk memastikan
sejak dini risiko tidak
terjadi
 Perlunya koordinasi
antar lintas sektoral
untuk fungsi
pencegahan, deteksi
dan penanganan.

Secara umum seluruh skor risiko berada di bawah garis risk tolerance. Hal ini
berari bahwa risiko masih dapat diterima dan tidak diperlukan suatu upaya yang
sangat khsuus untuk melakukan pencegahan dan penanganan risiko. Perbedaan
pada kriteria rendah dan medium adalah pada tanggung jawab pengelolaan risiko.
c. Mitigasi/Pengelolaan Risiko
Risiko-risiko yang telah tersaring pada langkah evaluasi, selanjutnya dibuat
rencana pengendalian lebih lanjut, langkah ini disebut mitigasi risiko. Langkah
mitigasi risiko meliputi pengidentifikasian beberapa kegiatan untuk menangani
risiko, memperkirakan risiko, menyiapkan rencana perlakuan risiko dan
mengimplementasikan rencana perlakuan risiko.
Risiko yang akan dilakukan mitigas/pengelolaan risiko hanya difokuskan pada kriteria
risiko medium dan dapat dijelaskan sebagai berikut :
No Jenis Risiko Mitigasi/Pengelolaan
Pencegahan Penanganan
1 Konsleting Listrik Menyusun prosedur  Melakukan inspeksi dan
dan Jadwal pembuatan jadwal maintenance
Maintenance jaringan minimal sebulan sekali
listrik  Melakukan peremajaan
pengkabelan
 Mengukur dengan thermo digital
terhadap jaringan listrik maupun
alat Panel hubung Bagi maupun
melakukan ceklist di tempat PHB
yang di anggap rawan
2. Ledakan gas Menyusun kebijakan  Memasang alat deteksi kebocoran
elpigi dan prosedur khusus gas
terkait pemberian  Melakukan cheking ataupun

sedasi moderat dan perawatan jaringan / selang dan

dalam regulator
 Menjauhkan tabung gas elpiji dari
sumber api
 Menempatkan gas elpiji ditempat
yang aman dan terdapat sirkulasi
udara yang memadahi
3. Ledakan auto Menyusun kebijakan  Memasang alarm di alat auto
clave dan prosedur untuk clave disesuaikan dengan
menstandarisasi proses kebutuhan
kegiatan penggunaan  Menyediakan alat timer untuk

alat menyetel waktu yang dibutuhkan


 Melakukan maintenance rutin
4. genset Menyusun kebijakan  Melakukan maitenance rutin
overheating / dan prosedur untuk  Melakukan pemanasan / warming

overload standarisasi prose up secara rutin, selalu dicatat

pelayanan yang dalam buku laporan tentang hasil

menggunakan alat pemanasan


 Melakukan supervisi ke user,
termasuk standarisasi
melakukan pengechekan voltase
pemeliharaan rutin.
adakah yang pemakaiannya lebih
besar
 Menselaraskan /
menyeimbangkan pemaikaian
terhadap kekuatan yang di
sarankan

d. Pelaporan Insiden dan Pelaporan Program


Jika terjadi suatu insiden yang terkait dengan resiko-resiko diatas maka alur
pelaporan insidennya adalah menganut alur pelaporan K3 yaitu mengacu kepada
SK Direktur Utama Nomor 1314/SK.3.2/VII/2015 tentang
PEMBERLAKUAAN SISTEM PENCATATAN, PENGUMPULAN DAN
PELAPORAN KEJADIAN SERTA PENANGGULANGAN KASUS AKIBAT
KECELAKAAN, PENYAKIT AKIBAT KERJA, KEBAKARAN DAN
BENCANA

e. Monitoring dan Review insiden dan kegiatan


Monitoring dan review insinden dan kegiatan dilakukan oleh Tim K3 sesuai
dengan besar kecilnya risiko, monitoring dan review insinden juga melibatkan
unit-unit terkait

4.1.3. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan B3


a. Identifikasi resiko
Identifikasi dilakukan pada sumber risiko, area dampak risiko, penyebab dan
potensi akibatnya. Teknik Identifikasi yang digunakan, disesuaikan dengan
kemampuan, sasaran, dan jenis risiko yang dihadapi. Cara mengidentifikasi
yang digunakan dalam rencana induk ini adalah dengan Brainstorming atau
curah pendapat antara manajer dan pengawas program serta pihak lain di
internal rumah sakit.
Identifikasi risiko pengelolaan B3 antara lain sebagai berikut :
1. Ledakan / kebakaran B3
2. Tumpahan B3
3. Paparan B3
4. Penyalahgunaan limbah B3

b. Analisa Risiko Pengelolaan B3


Tujuan analisis risiko adalah melakukan analisis dampak dan kemungkinan
semua risiko yang dapat menghambat tercapainya sasaran pengelolaan B3 dan
menyediakan data untuk membantu langkah evaluasi dan mitigasi risiko.
Analisis risiko mencakup pertimbangan dan mengkombinasikan estimasi
terhadap consequence dan likelihood didalam konteks untuk mengambil
tindakan pengendalian.
Adapun analisa risiko yang digunakan dalam rencana induk/program ini adalah
analisa kuantitatif dengan melakukan skoring atas probabilias kejadian dan
nilai dampak atau konsekuensi yang mungkin timbul jika risiko benar-benar
terjadi.

No Jenis Risiko Probability/ Dampak/ Skor Resiko


Likelihood Consequences
1. Ledakan 1 4 4
/kebakaran B3
2. Tumpahan B3 3 2 6
3. Paparan B3 2 2 4
4. Penyalahgunaan 1 3 3
B3

Selanjutnya risiko yang telah diidentifikasi dan diskoring akan dibandingkan


dengan gambar diatas sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :

No Jenis Risiko Skor Kriteria Tanggung Tindak lanjut


Risiko jawab
pengelolaan
risiko
1. Ledakan 4 Medium Manajer  Tidak perlu
/kebakaran penanganan
B3 khusus
 Pemantauan
periodik untuk
memastikan sejak
dini risiko tidak
terjadi
 Perlunya
koordinasi antar
lintas sektoral
untuk fungsi
pencegahan,
deteksi dan
penanganan.
2. Tumpahan 6 Medium Manajer  Tidak perlu
B3 penanganan
khusus
 Pemantauan
periodik untuk
memastikan sejak
dini risiko tidak
terjadi
 Perlunya
koordinasi antar
lintas sektoral
untuk fungsi
pencegahan,
deteksi dan
penanganan.
3. Paparan B3 4 Medium Manajer  Tidak perlu
penanganan
khusus
 Pemantauan
periodik untuk
memastikan sejak
dini risiko tidak
terjadi
 Perlunya
koordinasi antar
lintas sektoral
untuk fungsi
pencegahan,
deteksi dan
penanganan.
4. Penyalahgu 3 Low Supervisor  Tidak perlu
naan B3 penanganan
khusus
 Pemantauan
periodik untuk
memastikan sejak
dini risiko tidak
terjadi.

Secara umum seluruh skor risiko berada di bawah garis risk tolerance. Hal ini berarti
bahwa risiko masih dapat diterima dan tidak diperlukan suatu upaya yang sangat
khsuus untuk melakukan pencegahan dan penanganan risiko. Perbedaan pada kriteria
rendah dan medium adalah pada tanggung jawab pengelolaan risiko.
Pada risiko rendah pengelolaan dilakukan oleh supervisor tempat B3 disimpan
/digunakan berkejasama dengan supervisor sanitasi. Sedangkan pada risiko medium
diperlukan koordinasi antar manajer dengan melibatkan jajaran dibawahnya.

c. Mitigasi/Pengelolaan Risiko
Risiko-risiko yang telah tersaring pada langkah evaluasi, selanjutnya dibuat rencana
pengendalian lebih lanjut, langkah ini disebut mitigasi risiko. Langkah mitigasi risiko
meliputi pengidentifikasian beberapa kegiatan untuk menangani risiko,
memperkirakan risiko, menyiapkan rencana perlakuan risiko dan
mengimplementasikan rencana perlakuan risiko.
Risiko yang akan dilakukan mitigas/pengelolaan risiko hanya difokuskan pada
kriteria risiko medium dan dapat dijelaskan sebagai berikut :

No Jenis Risiko Mitigasi/Pengelolaan


Pencegahan Penanganan
1. Ledakan/  Melakukan  Jika terjadi kebakaran,
Kebakaran monitoring suhu Pemadaman dilakukan dengan
B3 penyimpanan B3 APAR jenis Foam sesuai dengan
 Memasang detektor SOP penanganan kebakaran di
kebakaran RS
 Menyediakan APAR  Jika terjadi ledakan dilakukan
 Menyediakan
sesuai dengan prsedur
ventilasi yang penanganan sesuai kode
memadai kedaruratan di RS ( kode hitam )
 Melakukan  Meminimalisir ataupun
penandaan dengan mengisolir luasan lokasi dampak
pemasangan label kebakaran / ledakan.
dan tanda bahaya
dengan memakai
lambang atau
peringatan
 Mengatur jarak letak
sediaan B3 dengan
sumber api sesuai
standar

2. Tumpahan  Menyusun kebijakan  Menyiapkan dan menggunakan


dan prosedur dalam spill kit sesuai dengan jenis B3
Penyimpanan, yang ada
Penggunaan B3
 Menyusun kebijakan
dan prosedur dalam
Penanganan
tumpahan B3
 Membuat tempat
penyimpanan yg
standart
 Penyimpanan
dilakukan secara
benar
 Labelisasi dan
rambu rambu

3. Paparan  Menyusun kebijakan  Memberikan sarana dan


dan prosedur dalam prasarana dilokasi B3 untuk
Penyimpanan, penanganan darurat terkena
Penggunaan B3 paparan B3 ( wastafel, PPPK )
 Menyusun kebijakan
dan prosedur dalam
Penanganan paparan
B3
 Menyusun Alur
Penanganan paparan
B3
 SOP Wajib
Pemakaian APD di
lokasi B3.

Pelaporan Insiden daan Pelaporan Program

a. Pelaporan insiden
Pelaporan insinden berdasarkan prosedur pelaporan insiden dengan
SK Direktur Utama Nomor1314/SK.3.2/IV/2015 tentang
PEMBERLAKUAN SISTEM PENCATATAN, PENGUMPULAN
DAN PELAPORAN KEJADIAN SERTA PENANGGULANGAN
KASUS AKIBAT KECELAKAAN, PENYAKIT AKIBAT
KERJA, KEBAKARAN DAN BENCANA

b. Monitoring dan Review insiden dan kegiatan


Monitoring dan review insinden dan kegiatan dilakukan oleh Tim K3
sesuai dengan besar kecilnya risiko.
Monitor dan review insinden juga melibatkan unit-unit terkait

4.1.4. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan HOSDIP


Kegiatan Pokok :
a. Melakukan persiapan menghadapi bencana Mitigasi dan Kesiapsiagaan
b. Melakukan rencana Aksi jika terjadi bencana ( Resposns)
c. Melakukan rehabilitasi/pemulihan
Rincian Kegiatan
a. Melakukan kegiatan pelatihan-pelatihan menghadapi bencana baik untuk
internal maupun external RS
b. Menyiapkan dan inventarisasi SDM, sarana dan prasarana,
c. Membuat jadwal Tim
d. Mengajukan rencana anggaran
e. Melakukan pemeliharaan preventif
f. Melakukan koordinasi dengan berbagi pihak, Intenal RS maupun di Luar
g. Pelatihan untuk peningkatan kompetensi untuk Tim

Cara Melaksanakan Kegiatan


Tata cara pelaksanaan kegiatan dibukukan dalam;
1. Panduan Disaster Plan

Sasaran
Meminimalkan resiko dari yang ditimbulkan oleh bencana

Skedul ( Jadwal ) Pelaksanaan Kegiatan

TUJUAN SASARAN KEGIATAN PELAKSANAAN STRATEGI


INTERNAL
Karyawan RS RS PKU MY Pelatihan PPGD 2 kali siklus pelatihan Presentasi,
PKU MY Medis (dokter, dalam 1 tahun simulasi,
tanggap perawat) 30 a. Tribulan 1 diskusi
darurat orang b. Tribulan 4
Non medis (30
orang.)

Karyawan RS TIM DMC (26 Siaga Kebakaran 1 kali setahun Presentasi dan
PKU MY siaga orang) dan (triwulan 3) simulasi
resiko bencana kepala ruangan
(22orang)
Terjalinya Tim DMC Rapat evaluasi Tribulan sekali (4 kali Presentasi
kekompakan a. Review keilmuan setahun)
dan keakraban (BHD dan siaga
antar anggota bencana)
DMC b. Evaluasi kegiatan
c. Perencanaan
kegiatan
d. Out Bond
EKSTERNAL
TIM DMC 1. 5. Satpam Latihan November 2015
siaga bencana 2. 50 Pemadaman Api
thd Kebakaran Karyawan dan Evakusi
dengan 3. 45 Medan Sulit
Evakusi Medan Pelaksana
Sulit Pembantu
Masyarakat 1. 60 polisi 1. PPGD/MFR Tribulan pertama PRESENTASI,
Siaga Bencana 2. 60 Perujuk 2. PPGD (Triwulan 2) simulasi,diskusi
aktif , praktek
Membina 1 Area DMC 3. Rembug bersama Des 2015 Diskusi
kerjasama lain dengan DMC lain
antar DMC
Masyarakat Kecamatan atau Pelatihan Gawat 1. Jan : Ngampilan Presentasi,
tanggap gawat tingkat PCM darurat sehari-hari 2. Feb : Gondomanan diskusi,
darurat (30 orang 3. Mar : Wirobrajan simulasi
4. Apr : Pakualaman
5. Mei : Umbulharjo
6. Juni : Kota Gede
7. Juli : Mergangsan
8. Agus : Gamping
9. Sept : Kasihan
10. Okt : Godean
11. Nov : Sedayu
12. Des : Sentolo
TIM DMC Lokasi Bencana Saat bencana Pengiriman
siaga Bencana DMC melalui
Kajian IC

Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan


- Mitigasi dan Kesiapsiagaan : kegiatan meliputi Penagganan Kegawata darurata
sehari-hari dan pengelolaan bencana
- Rencana Aksi jika terjadi bencana ( Resposns) : pengiriman Tim Kesehatan di
daerah Bencana
- Melakukan rehabilitasi/pemulihan dan advokasi : menjalin kerjasama lintas
sektoral baik di pihak internal maupun extrnal Rumah Sakit.

Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan


Semua dokumen tersebut dijadikan pula sebagai data pelaporan kegiatan.
5. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan Keamanan dan Keselamatan
a. Sistem Utilisasi Listrik, Air dan sistem pendukung yang penting lainnya
b. Keamanan dan Keselamatan
c. Bahan beracun dan berbahaya
d. Disaster Plan
e. Kebakaran
f. Peralatan Medis

6. Keselamatan dan Keamanan


a.1 Identifikasi risiko
Tujuan analisis risiko adalah melakukan analisis dampak dan
kemungkinan semua risiko yang dapat menghambat tercapainya sasaran
pengelolaan alat medis dan menyediakan data untuk membantu langkah
evaluasi dan mitigasi risiko. Analisis risiko mencakup pertimbangan dan
mengkombinasikan estimasi terhadap consequence dan likelihood
didalam konteks untuk mengambil tindakan pengendalian.

a.2 Analisa risiko


Adapun analisa risiko yang digunakan dalam rencana
induk/program keamanan adalah analisa kuantitatif dengan melakukan
skoring atas probabilias kejadian dan nilai dampak atau konsekuensi
yang mungkin timbul jika risiko benar-benar terjadi.
Probability/ Dampak/ Skor
No Jenis Risiko Likelihood Consequence Risiko
s
1. Pencurian 5 2 10
2. Pengerusakan 3 2 6
3. Pelecehan 4 2 8
4. Kontak fisik 3 2 6
5. Penganiayaan terhadap pasien 2 2 4
6. Perlindungan barang 2 2 4
7. Penculikan anak & bayi 3 2 6
8. Bangunan Runtuh 3 2 6
9. Lantai licin 2 2 4
10. Tidak adanya Rambu
3 1 3
-Rambu
11. Kebocoran 3 1 3

a.3 Evaluasi risiko


Evaluasi risiko dilakukan dengan membandingkan antara skor risiko yang didapatkan
dari proses analisa risiko dengan kriteria risiko. Adapaun kirteria risiko dapat disebut
dengan Risk Apetite dan dilengkapi dengan Risk Tolerance
Selanjutnya risiko yang telah diidentifikasi dan diskoring akan dibandingkan dengan
gambar diatas sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :
Tanggung
Skor Kriteria jawab
No Jenis Risiko Tindak lanjut
Risiko Risiko pengelolaan
risiko
1. Pencurian 10 Medium Manajer  Tidak perlu
penanganan khusus
 Pemantauan periodik
untuk memastikan
sejak dini risiko tidak
terjadi
 Perlunya koordinasi
antar lintas sektoral
untuk fungsi
pencegahan, deteksi
dan penanganan.
2. pengerusakan 6 Medium Manajer  Tidak perlu
penanganan khusus
 Pemantauan periodik
untuk memastikan
sejak dini risiko tidak
terjadi
3. pelecehan 8 Medium Manager  Tidak perlu
penanganan khusus
 Pemantauan periodik
untuk memastikan
sejak dini risiko tidak
terjadi
 Perlunya koordinasi
antar lintas sektoral
untuk fungsi
pencegahan, deteksi
dan penanganan.
4. kontak fisik 6 Medium Manager  Tidak perlu
penanganan khusus
 Pemantauan periodik
untuk memastikan
sejak dini risiko tidak
terjadi
 Perlunya koordinasi
antar lintas sektoral
untuk fungsi
pencegahan, deteksi
dan penanganan.
5. Penganiayaan 4 Rendah Supervisor  Tidak perlu
terhadap pasien penanganan khusus
 Pemantauan periodik
untuk memastikan
sejak dini risiko tidak
terjadi
6. Perlindungan 4 Rendah Supervisor  Tidak perlu
barang penanganan khusus
 Pemantauan periodik
untuk memastikan
sejak dini risiko tidak
terjadi
 Perlunya koordinasi
antar lintas sektoral
untuk fungsi
pencegahan, deteksi
dan penanganan.
7. penculikan anak 6 Medium Manager  Tidak perlu
& bayi penanganan khusus
 Pemantauan periodik
untuk memastikan
sejak dini risiko tidak
terjadi
 Perlunya koordinasi
antar lintas sektoral
untuk fungsi
pencegahan, deteksi
dan penanganan.

Secara umum seluruh skor risiko berada di bawah garis risk tolerance. Hal ini berarti
bahwa risiko masih dapat diterima dan tidak diperlukan suatu upaya yang sangat
khsus untuk melakukan pencegahan dan penanganan risiko. Perbedaan pada kriteria
rendah dan medium adalah pada tanggung jawab pengelolaan risiko.
Pada risiko rendah pengelolaan dilakukan oleh supervisor Keamanan/ Satpam.
Sedangkan pada risiko medium diperlukan koordinasi antar manajer dengan
melibatkan jajaran dibawahnya.

a.4 Tata kelola risiko


Risiko-risiko yang telah tersaring pada langkah evaluasi, selanjutnya dibuat rencana
pengendalian lebih lanjut, langkah ini disebut mitigasi risiko. Langkah mitigasi risiko
meliputi pengidentifikasian beberapa kegiatan untuk menangani risiko,
memperkirakan risiko, menyiapkan rencana perlakuan risiko
danmengimplementasikan rencana perlakuan risiko.
Risiko yang akan dilakukan mitigas/pengelolaan risiko hanya difokuskan pada
kriteria risiko medium dan dapat dijelaskan sebagai berikut :

No Jenis Risiko Mitigasi/Pengelolaan


Pencegahan Penanganan
1 Pencurian Menyusun Regulasi 1. adanya petugas yang
Pengamanan kompeten sebagai Kemanan
2. Supervisi kepatuhan terhadap
Menyusun Kebijakan
prosedur keamanan kerja.
3. Pemantauan secara Intensitas
4. Melakukan uji kelayakan
terhadap bangunan dan bahan
bangunan.
2. Lantai Licin Menyusun kebijakan dan 1. Memasang tanda atau rambu
prosedur pembersihan rambu penunjang sebagai
tanda lantai licin
2. Melakukan uji kelayakan cara
dan bahan membersihkan.
3. Menangani keluhan petugas
yang terkait terhadap lantai
licin.
3. Rambu -Rambu Menyusun kebijakan dan 1. Melakukan Pengadaan
prosedur untuk Rambu rambu setiap ada
menstandarisasi tanda atau pengerjaan pekerjaan.
2. Rambu rambu dibuat sesuai
Rambu Rambu bahaya.
kondisional dan konseptual.
4. Kebocoran Menyusun kebijakan dan 1. adanya petugas yang
prosedur untuk standarisasi kompeten sebagai
proses alur air dan Pemeliharaan dan
pembuangan serta pengawasan.
2. Supervisi kepatuhan terhadap
penyerapan.
prosedur keamanan kerja.
3. Pemantauan secara periodik
besarnya kerentanan
kerusakan bangunan.
4. Melakukan uji kelayakan
terhadap bangunan dan bahan
bangunan.
5. Rambu -Rambu Menyusun kebijakan dan 1. Memasang tulisan
prosedur untuk keselamatan peringatan pada area gas
pengelolaan gas medis medis “Selain petugas
mengacu pada regulasi. dilarang masuk”, “Awas gas
mudah meledak”
2. Diberi pengaman berupa
pagar yang dilengkapi
dengan pintu dan pengunci
3. Dilengkapi monitoring suhu
dan kelembaban ruangan
yang selalu terkontrol
4. Meminta bukti kalibrasi
tabung gas kepada supplier
6. lantai licin Menyusun kebijakan dan 1. Melakukan pemeriksaan air
prosedur terkait keselamatan bersih secara berkala
2. Melakukan treatment
pengelolaan air bersih
terhadap sumber air agar
mengacu pada regulasi
sesuai persyaratan
tentang persyaratan air
3. Membatasi akses orang
bersih
terhadap sumber air bersih
untuk mencegah masuknya
kontaminan yang disengaja
4. Melakukan monitoring
kondisi pipa air secara
berkala
5. Merespon secara cepat
keluhan terhadap kualitas air
dari unit atau pasien

a.5 Pelaporan insiden


Pelaporan insinden berdasarkan prosedur pelaporan insiden dengan SK Direktur
Utama Nomer 1314 / SK. 3.2 / VII / 2015 tentang PEMBERLAKUAN SISTEM
PENCATATAN, PENGUMPULAN DAN PELAPORAN KEJADIAN SERTA
PENANGGULANGAN KASUS AKIBAT KECELAKAAN, PENYAKIT
AKIBAT KERJA, KEBAKARAN DAN BENCANA

a.6 Monitoring dan Review insiden dan kegiatan


Monitoring dan review insinden dan kegiatan dilakukan oleh Tim K3 sesuai
dengan besar kecilnya risiko.Monitor dan review insinden juga melibatkan unit-unit
terkait

I. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan


I.1. Kegiatan Pokok
a. Melakukan Pemeliharaan Preventif
b. Melakukan Perbaikan Alat Non Medis ( Korektif )
c. Melakukan Sertifikasi Alat Non Medis

I.2. Rincian Kegiatan


a. Identifikasi Resiko
Identifikasi dilakukan pada sumber risiko, area dampak risiko, penyebabnya dan potensi
akibatnya. Teknik Identifikasi yang digunakan, disesuaikan dengan kemampuan,
sasaran, dan jenis risiko yang dihadapi. Alat identifikasi yang digunakan dalam rencana
induk ini adalah denganBrainstorming atau curah pendapat antara manajer dan
pengawas program serta pihak lain dalam internal rumah sakit yang terkait.
Identifikasi risiko pengelolaan peralatan medisantara lain sebagai berikut :
1. Konsleting Instalasi Listrik
2. Genset Overload beban
3. Suplai air mati
4. Air terkontaminasi/tak penuhi syarat
5. Instalasi gas medis bocor
6. Ledakan tabung gas medis
7. Kesalahan pemasangan gas medis

Analisa Risiko Sistem Utilitas


Tujuan analisis risiko adalah melakukan analisis dampak dan kemungkinan semua
risiko yang dapat menghambat tercapainya sasaran pengelolaan sistem utilitas dan
menyediakan data untuk membantu langkah evaluasi dan mitigasi risiko. Analisis risiko
mencakup pertimbangan dan mengkombinasikan estimasi terhadap consequence dan
likelihood didalam konteks untuk mengambil tindakan pengendalian.
Adapun analisa risiko yang digunakan dalam rencana induk/program ini adalah analisa
kuantitatif dengan melakukan skoring atas probabilias kejadian dan nilai dampak atau
konsekuensi yang mungkin timbul jika risiko benar-benar terjadi.

Probability/ Dampak/ Skor


No Jenis Risiko Likelihood Consequence Risiko
s
1. Konsleting Instalasi Listrik 1 3 3
2. Genset Overload beban 1 3 3
3. Suplai air mati 1 4 4
4. Air terkontaminasi/tak penuhi 2 3 6
syarat
5. Instalasi gas medis bocor 1 3 3
6. Ledakan tabung gas medis 1 5 5
7. Kesalahan pemasangan gas 1 5 5
medis

Evaluasi Risiko Pengelolaan Peralatan non Medis


Evaluasi risiko dilakukan dengan membandingkan antara skor risiko yang didapatkan
dari proses analisa risiko dengan kriteria risiko. Adapaun kirteria risiko dapat disebut
dengan Risk Apetite dan dilengkapi dengan Risk Tolerance.
Berdasarkan pada risk tolerance maka dapat ditetapkan kewenangan dan tanggung
jawab dalam pengelolaan risiko sebagai berikut :
1. Risiko yang berada di atas garis risk tolerance dan berada di level risiko mulai
dari 16 sampai dengan 25 menjadi perhatian penuh Direksi dalam
pengelolaannya.
2. Level risiko di atas garis risk tolerance sampai lebih kecil dari 16 menjadi
perhatian penuh Manajer.
3. Risiko di bawah garis risk tolerance sepenuhnya dalam tanggung jawab
pengelolaan ditingkat operasional atau oleh supervisor.
Selanjutnya risiko yang telah diidentifikasi dan diskoring akan dibandingkan dengan
gambar diatas sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :
No Jenis Risiko Skor Kriteria Tanggungjawab Tindak lanjut
Risiko Risiko pengelolaan
risiko
1. Konsleting Instalasi 3 Rendah Supervisor  Tidak perlu
Listrik penanganan khusus
 Pemantauan periodik
untuk memastikan
sejak dini risiko tidak
terjadi
2. Genset Overload 3 Rendah Supervisor  Tidak perlu
beban penanganan khusus
 Pemantauan periodik
untuk memastikan
sejak dini risiko tidak
terjadi
3. Suplai air mati 4 Medium Manager  Tidak perlu
penanganan khusus
 Pemantauan periodik
untuk memastikan
sejak dini risiko tidak
terjadi
 Perlunya koordinasi
antar lintas sektoral
untuk fungsi
pencegahan, deteksi
dan penanganan.
4. Air 6 Medium Manager  Tidak perlu
terkontaminasi/tak penanganan khusus
penuhi syarat  Pemantauan periodik
untuk memastikan
sejak dini risiko tidak
terjadi
 Perlunya koordinasi
antar lintas sektoral
untuk fungsi
pencegahan, deteksi
dan penanganan.
5. Instalasi gas medis 3 Rendah Supervisor  Tidak perlu
bocor penanganan khusus
 Pemantauan periodik
untuk memastikan
sejak dini risiko tidak
terjadi
6. Ledakan tabung gas 5 Medium Manager  Tidak perlu
medis penanganan khusus
 Pemantauan periodik
untuk memastikan
sejak dini risiko tidak
terjadi
 Perlunya koordinasi
antar lintas sektoral
untuk fungsi
pencegahan, deteksi
dan penanganan.
7. Kesalahan 5 Medium Manager  Tidak perlu
pemasangan gas penanganan khusus
medis  Pemantauan periodik
untuk memastikan
sejak dini risiko tidak
terjadi
 Perlunya koordinasi
antar lintas sektoral
untuk fungsi
pencegahan, deteksi
dan penanganan.

Secara umum seluruh skor risiko berada di bawah garis risk tolerance. Hal ini berari
bahwa risiko masih dapat diterima dan tidak diperlukan suatu upaya yang sangat khsuus
untuk melakukan pencegahan dan penanganan risiko. Perbedaan pada kriteria rendah
dan medium adalah pada tanggung jawab pengelolaan risiko.
Pada risiko rendah pengelolaan dilakukan oleh supervisor tempat alat medis berada
berkejasama dengan supervisor elektromedik. Sedangkan pada risiko medium
diperlukan koordinasi antar manajer dengan melibatkan jajaran dibawahnya.
Mitigasi/Pengelolaan Risiko
Risiko-risiko yang telah tersaring pada langkah evaluasi, selanjutnya dibuat rencana
pengendalian lebih lanjut, langkah ini disebut mitigasi risiko. Langkah mitigasi risiko
meliputi pengidentifikasian beberapa kegiatan untuk menangani risiko, memperkirakan
risiko, menyiapkan rencana perlakuan risiko danmengimplementasikan rencana
perlakuan risiko.
Risiko yang akan dilakukan mitigas/pengelolaan risiko hanya difokuskan pada kriteria
risiko medium dan dapat dijelaskan sebagai berikut :

No Jenis Risiko Mitigasi/Pengelolaan


Pencegahan Penanganan
1 Suplai air mati Menyusun kebijakan dan 5. Melakukan pengukuran
prosedur terkait keselamatan debit air secara berkala.
6. Melakukan penilaian
pengelolaan air bersih
kebutuhan air harian RS
mengacu pada regulasi
yang diupdate secara
tentang persyaratan air
berkala
bersih
7. Menetapkan sumber air
alternatif
8. Melakukan uji coba sumber
air alternatif
2. Air Menyusun kebijakan dan 4. Melakukan pemeriksaan air
terkontaminasi/ta prosedur terkait keselamatan bersih secara berkala
5. Melakukan treatment
k penuhi syarat pengelolaan air bersih
terhadap sumber air agar
mengacu pada regulasi
sesuai persyaratan
tentang persyaratan air
6. Membatasi akses orang
bersih
terhadap sumber air bersih
untuk mencegah masuknya
kontaminan yang disengaja
7. Melakukan monitoring
kondisi pipa air secara
berkala
8. Merespon secara cepat
keluhan terhadap kualitas
air dari unit atau pasien
3. Ledakan tabung Menyusun kebijakan dan 3. Memasang tulisan
gas medis prosedur untuk keselamatan peringatan pada area gas
pengelolaan gas medis medis “Selain petugas
mengacu pada regulasi. dilarang masuk”, “Awas gas
mudah meledak”
4. Diberi pengaman berupa
pagar yang dilengkapi
dengan pintu dan pengunci
5. Dilengkapi monitoring suhu
dan kelembaban ruangan
yang selalu terkontrol
6. Meminta bukti kalibrasi
tabung gas kepada supplier
4. Kesalahan Menyusun kebijakan dan 1. Memasang prosedur
pemasangan gas prosedur untuk keselamatan pemasangan gas medis
medis pengelolaan gas medis (SPO)
2. Mengelompokkan gas
mengacu pada regulasi
medis berdasarkan jenis
gas
3. Standarisasi kode warna
berdasarkan jenis gas
medis
4. Melakukan edukasi kepada
staf pemeliharaan berkaitan
dengan pengelolaan gas
medis yang meliputi SPO,
pengelompokan gas medis,
dan standarisasi kode
warna

Pelaporan Insiden dan Pelaporan Program


Pelaporan insinden berdasarkan prosedur pelaporan insiden dengan SK Direktur
Utama Nomer 1314 / SK. 3.2 / VII / 2015 tentang PEMBERLAKUAN SISTEM
PENCATATAN, PENGUMPULAN DAN PELAPORAN KEJADIAN SERTA
PENANGGULANGAN KASUS AKIBAT KECELAKAAN, PENYAKIT AKIBAT
KERJA, KEBAKARAN DAN BENCANA
Monitoring dan Review insiden dan kegiatan
Monitoring dan review insinden dan kegiatan dilakukan oleh Tim K3 sesuai dengan
besar kecilnya risiko.
Monitor dan review insinden juga melibatkan unit-unit terkait

Edukasi staf tentang risk register


Edukasi staf tentang risk register bertujuan untuk penyiapan Kompetensi staf dalam
partisipasinya untuk mencegah dan manangani risiko. Unit Kerja penanggung jawab
dapat bekerjasama dengan Unit Diklat untuk melakukan pelatihan internal/eksternal
kepada para pengambil keputusan/pemilik risiko dan staf. Hal ini dimaksudkan agar
para pengambil keputusan dan staf memiliki pemahaman yang sama tentang manajemen
risiko.

II. Cara Melaksanakan Kegiatan


Tata cara pelaksanaan kegiatan dibukukan dalam;
2. Pedoman Pemeliharaan Alat Non Medis
3. SPO

III. Sasaran
Kerusakan pada peralatan non medis yang ada di rumah sakit dapat dikurangi
(seminimal mungkin)
IV. Skedul (Jadwal) Pelaksanaan Kegiatan
1. Pelaksanaan pemeliharaan preventif
a. Genset
No Kegiatan Pemeliharaan Periode Pelaksana
1. Warming up genset 2x Teknisi Pemeliharaan
2. Pembersihan chasis seminggu Teknisi Pemeliharaan
3. Penggantian oli 1 x sebulan Teknisi Pemeliharaan
4. Pembersihan filter oli 4 bulan Teknisi Pemeliharaan
5. Pembersihan filter solar 4 bulan Teknisi Pemeliharaan
6. Pembersihan filter udara 4 bulan Teknisi Pemeliharaan
7. Cek Radiator 4 bulan Teknisi Pemeliharaan
8. Mengisi solar Setiap saat Teknisi Pemeliharaan
9. Cek baterai Setiap saat Teknisi Pemeliharaan
10. Ganti baterai Setiap saat Teknisi Pemeliharaan
11. Over hold 2 tahun Pihak III
12. Penggantian filter oli Bila perlu Teknisi Pemeliharaan
13. Penggantian filter solar Bila perlu Teknisi Pemeliharaan
14. Kuras tangki solar Bila perlu Teknisi Pemeliharaan
15. Kuras pipa instalasi solar 1 tahun Teknisi Pemeliharaan
1 tahun

b. Instalasi Listrik
No Kegiatan Pemeliharaan Periode Pelaksana
1. Pengecekan arus KWH meter 1 minggu Teknisi Pemeliharaan
2. Pembersihan box panel induk 1 bulan Teknisi Pemeliharaan
3. Cek panas bisbar panel induk 1 bulan Teknisi Pemeliharaan
4. Penggantian MCB Bila perlu Teknisi Pemeliharaan
5. Penggantian NT Fuse Bila perlu Teknisi Pemeliharaan
6. Penggantian NFB Bila perlu Teknisi Pemeliharaan
7. Penggantian stop kontak Bila perlu Teknisi Pemeliharaan
8. Penggantian saklar Bila perlu Teknisi Pemeliharaan
9. Penggantian lampu Bila perlu Teknisi Pemeliharaan
10. Penggantian kabel Bila perlu Teknisi Pemeliharaan
11. Penambahan instalasi Bila perlu Teknisi Pemeliharaan
12. Pengecekan PHB 1 bulan Teknisi Pemeliharaan
13. Pengecekan saklar TPDT 1 bulan Teknisi Pemeliharaan
14. Merapikan instalasi Setiap saat Teknisi Pemeliharaan

c. Gas Medis
No Kegiatan Pemeliharaan Periode Pelaksana
1. Cek N2O Setiap hari Teknisi Pemeliharaan
2. Cek O2 Setiap hari Teknisi Pemeliharaan
3. Penggantian regulator Bila perlu Teknisi Pemeliharaan
4. Penggantian pipa flexible Bila perlu Teknisi Pemeliharaan
5. Pengecatan pipa instalasi O2 dan N2O 2 tahun Teknisi Pemeliharaan
6. Ganti air humidifier Setiap saat Teknisi Pemeliharaan
7. Pengecekan flow meter 3 bulan Teknisi Pemeliharaan
8. Pengecekan outlet gas medis 6 bulan Teknisi Pemeliharaan
9. Penggantian tabung O2 dan N2O Setiap saat Teknisi Pemeliharaan

d. Air
 Penyediaan Air Bersih
No Kegiatan Pemeliharaan Periode Pelaksana
1. Pemeriksaan Mikrobiologi 4 Bulan 1 x Petugas Sanitasi
2. Pemeriksaan Kimia 6 Bulan 1 x Petugas Sanitasi
3. Pengurasan Bak Bak Reservoir 4 Bulan 1 x Petugas Sanitasi
4. Pencatatan Debit Air Bersih Tiap Hari Petugas Sanitasi
5. Pengurasan Bak Reservoir CSSD 1 Bulan 1 x Petugas Sanitasi
6. Pengukuran pH dan Sisa CHLOR Tiap Hari Petugas Sanitasi
7. Pengurasan Bak Chlorinasi ! Minggu 1 x Petugas Sanitasi
8. Chlorinasi Air Bersih Tiap Hari Petugas Sanitasi
9. Pemeriksaan Air Untuk HD 4 Bulan 1 x Petugas Sanitasi
10. Pemeriksaan Pompa Air 6 Bulan 1 x Pihak III

 Pengolahan Limbah Cair


No Kegiatan Pemeliharaan Periode Pelaksana
1. Cek mesin IPLC Tiap hari Petugas Sanitasi
2. Cek Jaringan Tiap hari Petugas Sanitasi
3. Operasional Mesin IPLC Tiap hari Petugas Sanitasi
4. Cek Debit Limbah Tiap hari Petugas Sanitasi
5. Pemeriksaan pH dan Sisa Chlor Tiap hari Petugas Sanitasi
6. Pemeriksaan Kualitas Limbah Cair Tiap Akhir Bulan Petugas Sanitasi
7. Pemeriksaan Bak Bioreaktor 2 Bulan 1 x Petugas Sanitasi
8. Ganti Oli Blower 1 Bulan 1 x Petugas Pemeliharaan
9. Bersihkan Screen Tiap hari Petugas Sanitasi
10. Bersihkan Bak Lemak Tiap Akhir bulan Petugas Sanitasi
11. Bersihkan Bak Penampung di IPLC 6 Bulan 1 x Petugas Sanitasi
12. Perawatan Panel Tiap Akhir Bulan Petugas Sanitasi
13. Minimisasi Limbah Cair Tiap hari Petugas Sanitasi
V. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan
1. Pemeliharaan preventif
Kegiatan evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan oleh Supervisor
Pemeliharaan kepada Manajer Penunjang Non Medis dilakukan setiap 3 bulan
sekali setelah terlaksananya satu siklus penuh proses pemeliharaan preventif.
2. Perbaikan alat non medis (pemeliharaan korektif)
Kegiatan evaluasi dan pelaporan penanganan perbaikan alat non medis
dilakukan 1 bulan sekali
3. Sertifikasi
Kegiatan evaluasi dan pelaporan kegiatan sertifikasi alat non medis dilakukan 2
tahun sekali

VI. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan


Ada beberapa bukti pemeliharaan preventif, korektif maupun sertifikasi alat non
medis yang akan dijadikan pijakan dalam setiap proses evaluasi oleh unit
pemeliharaan, yaitu;
1. Buku Kegiatan Pemeliharaan merupakan buku yang berisi catatan setiap
kegiatan yang dilakukan oleh teknisi pemeliharaan setiap harinya.
2. Form Checklist Maintenance merupakan lembar ceklist pemeliharaan
preventif untuk masing-masing alat non medis.
3. Kartu Pemeliharaan merupakan lembar pencatatan setiap kegiatan yang
tertempel pada setiap alat non medis.
4. Sertifikasi eksternal merupakan sertifikat dari setiap alat non medis yang
telah dilakukan sertifikasi oleh pihak eksternal.
Semua dokumen tersebut dijadikan pula sebagai data pelaporan kegiatan dalam
rapat koordinasi Penunjang Non Medis. Yogyakarta, September 2015

Mengetahui Penyusun Program


Ketua Pokja MFK Sekretaris MFK

Ahmad Mukhlis, SE Sukarsono, AMd

Anda mungkin juga menyukai