Anda di halaman 1dari 13

Penyempurnaan Sistem Penerimaan Negara pada Perbankan

sebagai Collecting Agent

Oleh: Iskandar

ABSTRAKSI

Perkembangan Sistem Penerimaan Negara telah melewati perjalanan panjang, mulai dari
billing manual sampai pada elektronik, dan dengan cara pembayaran secara tunai (cash) ke
elektronik. Hasil evaluasi sistem sebelumnya (MPN G1), dinilai memiliki kelemahan secara
fungsional. Penyempurnaan sistem dilakukan dengan meluncurkan Sistem Penerimaan Negara
Secara Elektronik (MPN G2). Tulisan ini mengevaluasi kelemahan sistem MPN G1, dan
menganalisis penyempurnaan sistem penerimaan negara melalui MPN G2 pada perbankan
sebagai mitra pemerintah dalam pengumpulan penerimaan negara (collecting agent). Fokus
analisis terutama pada perilaku sistem yang dikehendaki berdasarkan requirement sistem yang
ditetapkan Kementerian Keuangan dalam pengembangan sistem penerimaan negara pada
perbankan.

A. PENDAHULUAN

Sistem Penerimaan Negara merupakan bagian penting dalam pengelolaan keuangan


negara secara efisien, efektif, dan akuntabel.Sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat (2) huruf d
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Menteri Keuangan selaku
Bendahara Umum Negara berwenang menetapkan sistem penerimaan dan pengeluaran kas
negara. Dalam literatur sistem pembayaran, sistem yang berkaitan dengan pengumpulan dan
penyaluran dana pemerintah atau yang secara umum dikenal dengan istilah government
payment system.

Sistem penerimaan negara pada perbankan terhubung dengan sistem pada Kementerian
Keuangan. Sistem penerimaan negara secara elektronik yang adalah sistem yang berkaitan
dengan pengumpulan dana pemerintah yang merupakan implementasi electronic government
(e-Gov) tipe Public/Citizen to Government(P2G or C2G) atau Bussinesto Government (B2G), yaitu
transaksi pembayaran penerimaan negara, baik pajak maupun bukan pajak yang dilakukan oleh
perorangan atau badan kepada pemerintah. Perkembangan sistem penerimaan negara telah
melewati perjalanan panjang, mulai dari billing manual sampai pada elektronik, dengan cara

Penyempurnaan Sistem Penerimaan Negara pada Perbankan Sebagai CA - Iskandar, Esai Keuangan Negara: sumbangsih pemikiran untuk negeri, Diandra Kreatif 2017 77
pembayaran secara tunai (cash) ke elektronik. Mengacu World Bank (2012), dalam framework
operasional bidang penerimaan negara, pengumpulan penerimaan negara dilakukan melalui
berbagai channeldan dengan alat pembayaran yang beragam. Dalam hal ini, sistem perbankan
mempunyai peran yang sangat penting. Dalam penatausahaan penerimaan negara, lembaga
tersebut disebut dengan istilah Bank/Pos Persepsi, yang selanjutnya dalam karya tulis ini
digunakan istilah perbankan.
Untuk menatausahakan penerimaan negara, mulai tahun 2006 Kementerian
Keuanganmengimplementasikan Modul Penerimaan Negara (MPN). MPN adalah
modulpenerimaan yang memuat serangkaian prosedur mulai dari penerimaan, penyetoran,
pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan yang berhubungan
dengan penerimaan negara. Sebagaisuatu sistem, meskipun MPN telah berhasil meletakkkan
pondasi bagi pengintegrasian sistem penerimaan negara yang selama ini terkotak-kotak dalam
beberapa struktur otoritas, tetapi masih ditemui beberapa permasalahan/kelemahan. Kondisi
tersebut menyebabkan pada hasil audit pada bidang penerimaan negara tidak diyakini
kewajarannya. Meskipun sudah diatur secara administrasi, tetapi secara sistem praktis tidak ada
perbaikan/penyempurnaan.
Penyempurnaan sistem MPN G1 dilakukan dengan membangun sistem baru, yaitu Sistem
Penerimaan Negara Secara Elektronik atau lebih dikenal dengan Modul Penerimaan Negara
Generasi Dua (MPN-G2), yaitu sistem penerimaan negara menggunakan surat setoran
elektronik yang dilaunching Februari 2015 . Secara umum, arah penyempurnaan MPN G2
meliputi perubahan dari sistem manual ke billing system, dari layanan over the counter (teller) ke
layanan on line, dari single currencymenjadi dapat melayani dalam valas, dari terbatas pada
beberapa jenis penerimaan menjadi mencakup keseluruhan penerimaan. Melalui MPN G-2,
penatausahaan negara dilakukansecara terpusat (sentralisasi) dengan berbasis billing system, dan
systemsettlement sebagai upaya integrasi data penerimaan negara dan penyelesaian status akhir
pembayaran.
Tulisan ini menyajikan analisis penyempurnaan desain sistem pada perbankan, yang
menjadi kunci dalam mengatasi permasalahan/kelemahan sistem sebelumnya. Meskipun
tulisan tentang sistem penerimaan negara atau MPN G2 dapat ditemui dalam beberapa media,
tetapi sejauh ini belum ada kajian yang membahas lebih spesifik mengenai penyempurnaan
desain sistem MPN G2pada sisi perbankan. Secara khusus, tulisan ini diharapkan dapat
memudahkan dan memperjelas pemahanan perilaku sistem yang diinginkan dalam rangka
penyempurnaan sistem penerimaannegara pada perbankan, dan secara umum bermanfaat

Penyempurnaan Sistem Penerimaan Negara pada Perbankan Sebagai CA - Iskandar, Esai Keuangan Negara: sumbangsih pemikiran untuk negeri, Diandra Kreatif 2017 78
pula bagi semua pihak yang memiliki perhatian terhadap governmentpayment system, dan
berkontribusi dalam upaya perbaikan layanan, penatausahaan, dan pertanggungjawaban
penerimaan negara.

B. PEMBAHASAN

Pada bagian ini, akan dipaparkan evaluasi sistem sebelumnya (MPN G1) dan
gambaransistem penerimaan negara secara elektronik (MPN G2) sebagai pengganti sekaligus
penyempurnaan sistem sebelumnya. Selanjutnya diuraikan analisis penyempurnaan sistem
yang difokuskan pada requirement sistem yang dinilai menjadi kunci dalam menyempurnakan
sekaligus mengatasi permasalahan/kelemahan sistem sebelumnya. Scope kajian tidak
termasuk permodelanrequirement.

B.1. Evaluasi Sistem Sebelumnya (MPN G1)

Untuk mengevaluasi sistem yang telah diimplementasikan, mengacu Chen et al.,


(2011)pendekatan evaluasi yang tepat digunakan adalah summative evaluation atau dikenal
sebagai outcome or impact evaluation. Cakupan evaluasi meliputi sistem MPN G1 dan
penggunaannya, sehingga objek evaluasi meliputi IT–system as such maupun IT-system in use,
yaitu evaluasi atas sistem TI dan interaksi pengguna dengan sistem (Cronholm and Goldkuhl,
2003). Sistem penerimaan pada perbankan terhubung dengan Sistem MPN G1 pada Kementerian
Keuangan. Dari sisi teknologi, dalam pertukaran data telah mengadopsi messaging ISO 8583.
ISO8583 adalah standar pertukaran data pada industri keuangan yang berlaku secara
internasional.Pada ISO tersebut telah ditentukan jenis, konfigurasi format, komponen dan
struktur paket data yang dipertukarkan. Alur proses terdiri dari inquiry danpayment. Proses
inquiry dilakukan untuk pencarian data, sedangkan payment untuk tahap pembayarannya.
Prosedur penyetoran penerimaan negara dilakukan berdasarkan surat setoran sesuai jenis
setorannya. Penyetor mengisi surat setoran secara manual dan melakukan pembayaran ke teller
over the counter). Petugas Bank melakukan perekaman sesuai elemen data pada surat setoran,
setelahsukses dilakukan inquiry, selanjutnya dilakukan proses paymentuntuk memperoleh Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN) sebagai bukti otentifikasi pembayaran dari sistem MPN.
Dalam hal terjadi kesalahan perekaman atas elemen-elemen data, maka Bank/Pos dimungkinkan
untuk melakukan prosedur pembalikan (reversal) sebelum batas waktu pelaporan. Terdapat
fasilitas membuat billing melalui e-registration,tetapi pemanfaatan dan pengembangannya

Penyempurnaan Sistem Penerimaan Negara pada Perbankan Sebagai CA - Iskandar, Esai Keuangan Negara: sumbangsih pemikiran untuk negeri, Diandra Kreatif 2017 79
kurang diperhatikan, sehingga praktis semua surat setoran masih manual dan penyetoran secara
over the counter. Kondisi tersebut menyebabkan fleksibilitas, baik tempat, waktu, dan cara
penyetoran penerimaan negara tidak terjadi.
Hasil evaluasi menunjukan adanya kelemahan sistem, beberapa yang paling menonjol
antara lain lemahnya kualitas data dan banyaknya pembatalan transaksi (reversal) yang
dilakukan oleh perbankan. Kondisi tersebut menyebabkan pada hasil audit pada bidang
penerimaan negara tidak diyakini kewajarannya. Kualitas data ditentukan pengisian elemen
data pada surat setoran oleh penyetor dan input ke Sistem Bank oleh petugas bank. Elemen
data yang diinput sering terjadi kesalahan dan tidak lengkap. Kesalahan tersebut menyebabkan
terjadinya banyak reversal, yang pada MPN G1 memang dimungkinkan adanya
reversal/pembatalan. Sebesar 50,32% penyebab transaksi reversal disebabkan human error
oleh teller bank/pos persepsi (Virgiyanti dan Inayati, 2013). Selainreversal, juga terdapat
status data yag tidak diakui, perbedaan data (unmatch), dan cancelout match yang masih
berlanjut sampai tahun 2015, yaitu sebanyak lebih dari 184 ribu transaksi dari sekitar 52 juta
transaksi. Untuk mengatasi hal tersebut telah diterbitkan beberapa regulasi yang secara
administrasi ditujukan menertibkan kondisi tersebut, tetapi masih terjadi status transaksi
yang tidak sesuai dengan ketentuan. Bahkan memunculkan effort baru berupa klarifikasi data
transaksi secara manual. Dengan pemrosesan secara real time, seharusnya dapat dilakukan
monitoring penerimaan negarasecara real time pula. Banyaknya transaksi pembatalan dan tidak
diakuinya data pada sistem MPN menyebabkan secara real time belum dapat dipastikan status
transaksinya, sehingga monitoring secara real time tidak dapat terwujud.
Dari evaluasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa sistem tidak memenuhi
fungsionalitas sesuai tujuannnya (Platisa and Balaban, 2009). Penyempurnaan hanya melalui
pengaturan secara administrasi, tetapi secara sistem tidak ada perbaikan. Penyempurnaan sistem
dilakukan dengan mengembangkan Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik atau lebih
dikenal dengan Modul Penerimaan Negara Generasi Dua (MPN-G2).

B.2. Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik (MPN G2)


Sebagai suatu sistem, MPN G2 hadir untuk menyempurnakan sistem sebelumnya,
yang meliputi aspek peraturan, proses bisnis, dan aspek infrastruktur teknologi informasi.
Beberapa keunggulan MPN G2 dibandingkan dengan sistem penerimaan negara sebelumnya,
antara lain:
1. Fleksibilitas layanan penyetoran penerimaan negara yang selama ini hanya dapat

Penyempurnaan Sistem Penerimaan Negara pada Perbankan Sebagai CA - Iskandar, Esai Keuangan Negara: sumbangsih pemikiran untuk negeri, Diandra Kreatif 2017 80
dilakukan melalui loket/teller (over the counter) pada bank/pos persepsi. Dengan
MPN-G2 penyetoran penerimaan negara dapat puladilakukan m
melalui
elalui Anjungan Tunai
Mandiri/Automatic
Automatic TellerMachine (ATM),Internet
(ATM) Banking, Mobile Banking, Phone Banking,
dan Electronic Data Capture (EDC) sehingga memberikan keleluasaan penyetoran penerimaan
negara, baik dari segi waktu,channel, dan lokasi pembayaran(kapan
pembayaran(kapan pun dan di mana pun);
2. Dapat melayani semua jenis penerimaan negara dan dapat melayani setoran dalam valuta
asing (USD);
3. Menghilangkan terjadinya kesalahan perekaman elemen data transaksi penerimaan negara
oleh teller/ petugas bank/pos persepsi karena penginputan hanya dilakukan atas kode billing
yang disampaikan oleh penyetor (Wajib Paj
Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor),
4. Sentralisasi penerimaan negara melalui rekening persepsi pada kantor pusat bank sehingga
dapat mempercepat penguasaan kas, memudahkan pengelolaan dan monitoring atas rekening
BUN.
Sistem penerimaan negara secara elektronik (MPN G2) dikembangkan dengan
berbasiselectronic billing system,, dan dengan pemrosesan transaksi pembayaran secara realtime
.MengacuTurban et al. (2008), MPN G2 merupakan interorganizational information system
yangmengintegrasikan
mengintegrasikan beberapa unit organisasi/lembaga. Sebagai suatu sistem, MPN G2
terdiri darisubsistem Billing, Settlemet
Settlemet, dan Collecting Agent (CA). Konfigurasi sistem MPN G2
digambarkansebagai berikut.

Gambar 1
1. Konfigurasi Sistem MPN G2

Penyempurnaan Sistem Penerimaan Negara pada Perbankan Sebagai CA - Iskandar, Esai Keuangan Negara: sumbangsih pemikiran untuk negeri, Diandra Kreatif 2017 81
Sesuai batasannya, masing-masing elemen dapat berperan sebagai suatu sistem.
Sistem Billing merupakan sistem yang memfasilitasi penerbitan kode billing dalam rangka
pembayaran atau penyetoran penerimaan negara secara elektronik. Sistem billing akan
menghasilkan data tagihan/billing dengan kode billing, yaitu kode identifikasi yangditerbitkan
oleh sistem billing atas suatu jenis pembayaran atau setoran yang akan dilakukan Wajib
Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor. Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor menyetorkan
Penerimaan Negara ke Bank/Pos Persepsi menggunakan Kode Billing. Sarana perekaman
data transaksi Penerimaan Negara untuk memperoleh kode billing dikelola oleh Biller, yaitu unit
eselon I Kementerian Keuangan, terdiri atas Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Bea
Dan Cukai dan Direktorat Jenderal Anggaran.
Sistem Settlement adalah sistem penerimaan negara yang dikelola oleh Direktorat
JenderalPerbendaharaan yang memfasilitasi penyelesaian proses pembayaran dan pemberian
NTPN.Berdasarkan kodebilling, Sistem Settlement memberikan konfirmasi atas permintaan
pembayaran yang disampaikan oleh Bank/Pos Persepsi. Setelah memberikan konfirmasi data
pembayaran, Sistem Settlementmenerbitkan NTPN. Selain ke Sistem Bank (CA), NTPN juga dikirim
ke sistem billingsecarareal time.Penyampaian NTPN dimaksud merupakan notifikasi atas
diterimanya pembayaran di rekeningKas Negara. Switching Systemmempunyai fungsi
menyiapkan interface ke arah systemsettlement, dan dari arah Bank/Pos Persepsi, serta
menyiapkan link yang terhubung ke Bank/Pos Persepsi. Sistem Settlement dan Switching dikelola
oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
Sistem Collecting Agent adalah sistem pada Bank/Pos yang melayani pembayaran
penerimaan negara. Dalam penatausahaan penerimaan negara, lembaga tersebut disebut dengan
istilah Bank/Pos Persepsi, yang selanjutnya dalam karya tulis ini digunakan istilah
perbankan. Perbankan adalah penyedia layanan penerimaan setoran penerimaan negara
sebagai pihak pengumpul dalam sistem penerimaannegara menggunakan surat setoran
elektronik. SistemCollecting Agent mempunyai fungsi menyiapkan interface ke arah sistem
Settlement, memungkinkanberjalannya proses transaksi penerimaan negara dengan
men-generate notifikasi transaksi Bank(Nomor Transaksi Bank), mengkredit ke Rekening Kas
Negara, dan mencetak/menyediakan fasilitas pencetakan Bukti Penerimaan Negara (BPN), dan
pelaporan ke otoritas Settlement Kementerian Keuangan.
Koneksitas sistemSettlement Kementerian Keuangan dengan Sistem Perbankan
melaluijaringan perbankan dengan backhaul Kementerian Keuangan yang dikelola oleh

Penyempurnaan Sistem Penerimaan Negara pada Perbankan Sebagai CA - Iskandar, Esai Keuangan Negara: sumbangsih pemikiran untuk negeri, Diandra Kreatif 2017 82
Pusintek Kementerian Keuangan. Sistem Bank dapat berkomunikasi dengan Sistem Settlement
menggunakan protokol komunikasi TCP/IP (Transmission Comunication Protocol/ Internet
Protocol). Mekanisme integrasi Sistem Bank dengan sistem settlementmenggunakan format data
berupa ISO 8583 atauWeb Service. ISO 8583adalah standar pertukaran data pada industri
keuangan yang berlaku secarainternasional. Pada ISO tersebut telah ditentukan jenis, konfigurasi
format, komponen dan strukturpaket data yang dipertukarkan. Web Services merupakan suatu
aplikasi berbasis web yang menggunakan standar bahasa XML dan komunikasi melalui protokol
dalam rangka pertukaran dataantar sistem. Format file berbasis web services yang digunakan
dalam pertukaran data menggunakanformat Web Services Description Language(WSDL). Dalam
hal ini, Sistem Settlement adalah penyedia services akan menggunakan format WSDL gateway
komunikasi dengan sistem Bank/PosPersepsi sebagai pemakai services. Model Komunikasi data
sistem MPN G2 digambarkan sebagaiberikut.

Gambar 2. Model Komunikasi Data MPN G2

Salah satu syarat Bank untuk dapat melaksanakan layanan Penerimaan Negara
secaraelektronik, antara lain memiliki sistem informasi yang terhubung secara online dengan
systemPenerimaan Negara Kementerian Keuangan. Sistem yang digunakan untuk
menatausahakan penerimaan negara secara elektronik tersebut harus sesuai dengan ketentuan
Requirement Sistemdan Prosedur Bank/Pos Persepsi Dalam Rangka Penerapan MPN G2 atau

Penyempurnaan Sistem Penerimaan Negara pada Perbankan Sebagai CA - Iskandar, Esai Keuangan Negara: sumbangsih pemikiran untuk negeri, Diandra Kreatif 2017 83
Collecting Agent(CA)Requirement. Dokumen CA Requirement memuat persyaratan teknis terkait
jaringan dan aplikasi yang harus dipenuhi oleh Bank/Pos Persepsi yang ingin terhubung
dengan sistem penerimaannegara secara elektronik. Untuk memastikan kesesuaian/kelayakan
bisnis proses dan sistem bank dengan persyaratan dan spesifikasi yang ditentukan oleh Kuasa
BUN Pusat, maka harus dilakukan pengujian melalui User Acceptance Test (UAT) oleh
Kementerian Keuangan.

B.3. Analisis Penyempurnaan Sistem Penerimaan Negara pada Perbankan

Dalam pengembangan suatu sistem, desain sistem dan implementasinya ditentukan oleh
requirement. Requirement berisi hal-hal yang harus dilakukan sistem, dan desain
menjelaskan bagaimana sistem harus melakukan hal tersebut. Model dan spesifikasi
requirement akan di-transform ke dalam desain dan pada akhirnyadiimplementasikan (Sutcliffe,
2003). Kebijakan harus ditentukan sejak awal munculnya requirement dan akan dijadikan
acuan tahap selanjutnya.Pengembangan electronic payment system yang mengintegrasikan dua
sistem besar perlu koordinasikedua belah pihak (Moertini et al., 2011). Dalam Sommerville (2011),
requirement untuk sistem adalah deskripsi dari hal-hal yang harus dilakukan oleh sistem dan
batasan/kendala operasonalisasinya. Secara lebih spesifik, requirement fungsional meng-
capture perilaku systemyang diinginkan. Requirement fungsional merupakan pernyataan
layanan yang harus disediakan/penuhi oleh sistem, persyaratan perilaku sistem seharusnya
terhadap input tertentu dan di dalam situasi tertentu.
Untuk menganalisis sistem penerimaan negara pada perbankan, penulis meneliti
persyaratan dan spesifikasi yang telah ditetapkan dalam pengembangan sistem informasi
padaperbankan, sebagai mitra pemerintah dalam pengumpulan penerimaan Negara (collecting
agent). Secara umum, dalam CA Requirement telah ditetapkan kebijakan bahwa perbankan
wajib melaksanakan proses penerimaan pembayaran dan juga menjamin sistem yang dimiliki
telah teruji dan menjalankan proses bisnis sesuai best practice yang lazim dijalankan oleh
perbankan yakni mudah, cepat, nyaman, aman, otomatis, paperless, dan berbasis
kepercayaan. Terkait dengan penyempurnaan desain sistem pada perbankan, penulis
mengidentifikasi dan menganalisis kebijakan, persyaratan dan spesifikasi yang dinilai krusial
dan menjadi kunci dalam mengatasi permasalahan/kelemahan sistem sebelumnya. Bahan
analisis diperoleh melalui observasi danevaluasi sistem Collecting Agent yang telah dan sedang
dikembangkan. Penulis menilai beberapapoin penting penyempurnaan sistem penerimaan negara

Penyempurnaan Sistem Penerimaan Negara pada Perbankan Sebagai CA - Iskandar, Esai Keuangan Negara: sumbangsih pemikiran untuk negeri, Diandra Kreatif 2017 84
pada perbankan terkait desain/perilakusistem, yaitu terkait basis billing system, alur transaksi dan
kebijakan pengkreditan ke Kas Negara, kebijakan reversal dan error correction, dan perlakuan
transaksi time out.

1. Layanan penerimaan negara harus dilakukan dengan berbasis billing

Layanan penerimaan negara dilakukan dengan berbasis biling, sehingga semua


transaksi penerimaan negara harus diproses melalui MPN G2 dengan menggunakan billing. Wajib
Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor (penyetor) harus membuat billing sebelum melakukan
pembayaran penerimaannegara. Billing system akan menghilangkan terjadinya kesalahan
perekaman elemen data transaksipenerimaan negara oleh teller/petugas bank karena
penginputan hanya dilakukan atas kode billing yang disampaikan oleh penyetor. Kebenaran data
pada billing sepenuhnya menjadi tanggung jawab dari penyetor. Basis billing system ini akan
mereduksi kelemahan terkait kualitas data pada sistem sebelumnya.
Pengkreditan transaksi oleh penyetor dan petugas bank/teler yang langsung masuk
ke Rekening Kas Negara, tetapi tidak melalui proses/mekanisme MPN G2, menyebabkan kas
masuk tersebut tidak diikuti adanya transaksi penerimaan pada MPN G2. Dalam kasus ini, setoran
tidak akan memperoleh otentifikasi pembayaran sehingga berakibat penyetor akan dirugikan
karena tidakdiakui sebagai pelunasan kewajiban. Sesuai ketentuan, transaksi penerimaan negara
yang masuk ke Rekening Kas Negara harus ditandai dengan otentifikasi NTPN dari Settlement.
Sehingga layanan penerimaan negara pada sistem penerimaan negara secara elektronik
(MPN G2) hanya dapat dilaksanakan dengan billing. Selain itu, dari aspek Aplikasi juga perlu
ditambahkan pembatasan/validasi agar Rekening Kas Negara tidak dapat dimasuki, selain
transaksi melalui mekanisme MPN G2.

2. Alur proses transaksi pembayaran harus mengkredit ke Rekening Kas Negara sebelum
dikirim ke Settlement MPN G2

Secara prinsip, pada sistem MPN G2, pengkreditan ke Rekening Kas Negara
dilakukan sebelum meminta respon outentifikasi (NTPN) dari Settlement MPN G2
Kementerian Keuangan. Desain sistem MPN G2 pada proses payment berbeda dengan sistem
sebelumnya dan kebanyakan billing pada umumnya, seperti pembayaran tagihan listrik,
telepon, atau air PAM. Atas suatu penyetoran penerimaan negara, proses komunikasi data
diawali dengan inquiry billing dari SistemBank ke sistem Settlement. Setelah memperoleh
response inquiry, proses dilanjutkan ke tahapan payment. Sebelum mengirimkanrequest
payment, Sistem Bank harus mengkreditkan dana keRekening Kas Negara, selanjutnya sistem

Penyempurnaan Sistem Penerimaan Negara pada Perbankan Sebagai CA - Iskandar, Esai Keuangan Negara: sumbangsih pemikiran untuk negeri, Diandra Kreatif 2017 85
Settlement akan merespon dengan menerbitkan NTPN. Apabila dana sudah terkredit dan proses
pengiriman data ke Settlement belum berhasil, sistem Bankakan melakukan reinquiry untuk
mendapatkan NTPN. Apabila sampai dengan periode pelaporan belum berhasil memperoleh
respon NTPN dari Settlemen karena time out, transaksi tersebut tetap dilaporkan, tetapi dengan
status CA Only, yaitu transaksi yang tercatat di Bank tetapi belum mendapat NTPN. Atas
transaksi tersebut akan diberikan NTPN oleh Settlement pada saat rekonsiliasi pada akhir hari.
Terhadap Bank yang desain sistemnya tidak sesuai dengan CA Requirement, akan
berakibat adanya transaksi yang sah dan memperoleh NTPN pada Settlement MPN G2, tetapi
tidak tercatat pada Rekening Koran. Transaksi yang seharusnya berstatus CA Only tidak terkredit
pada Rekening Koran, karena masih menunggu sampai berhasil memperoleh NTPN. Kondisi
tersebut menyebabkan tidak ada konsistensi antara catatan jumlah transaksi penerimaan negara
dan keadaan kas pada Rekening Koran.

3. Kebijakan larangan reversal dan kemungkinan Error Correction


Reversal adalah pembatalan transaksi yang telah memperoleh NTPN. Tidak seperti pada
MPN G1 yang secara sistem terdapat fasilitas reversal/pembatalan transaksi, pada sistem MPN G2
tidak dimungkinkan adanya reversal. Pada MPN G1, dalam hal terdapat kesalahan elemen
data pembayaran, maka dimungkinkan dilakukan reversal. Meskipun telah diatur ketentuan
penggunaan dan pelaporannya, tetapi banyak transaksi yang di-reversal yang tidak sesuai dengan
ketentuan, dan cenderung di luar kontrol. Apabila ditemukan kondisi transaksi yang sudah proses
payment dan terkredit ke Rekening Kas Negara tetapi ternyata tagihannya tidak tersedia atau
telah terbayar, maka secara sistem dapat melakukan koreksi dengan pendebetan kembali.
Pada kejadian tersebut transaksi tidak akan mendapatkan otentifikasi NTPN. Mekanisme
koreksi ini dikenal dengan istilah error correction (EC).Secararinci, EC dapat dilakukan oleh Bank
jika terjadi transaksi inquirydan mendapatkan respon code (RC) 00 (sukses) dari sistem MPNG2,
kemudian saat dilakukan payment, respon yang diperoleh Bank adalah RC 02 (tagihan sudah
kadaluarsa/expired), RC27(tagihan sudah terbayar melalui Bank lain) dan RC 88 (tagihan sudah
terbayar).Yang dikecualikan dari mekanisme ini adalah transaksi penyetoran penerimaan negara
yang tidak memperoleh NTPN dengan alasan karena time-out maupun proses re-inquiry/
re-payment yang tidak berhasil dilakukan oleh pihak bank.

4. Transaksi time out harus dilanjutkan menjadi transaksi yang sah

Transaksi payment yang dikirim oleh sistem bank ke Settlement, tetapi respon payment

Penyempurnaan Sistem Penerimaan Negara pada Perbankan Sebagai CA - Iskandar, Esai Keuangan Negara: sumbangsih pemikiran untuk negeri, Diandra Kreatif 2017 86
tidak diterima sampai dengan batas time out (25 detik), maka proses harus dilanjutkan dan
tidakbolehdibatalkan/error correction. Bank/Pos Persepsi diminta melakukan
re-inquiry/repaymentsecara otomatis sebanyak 3 (tiga) kali dengan interval 25 detik, dan apabila
setelah 3 (tiga) kali proses re-inquiry belum berhasil, maka Bank/Pos Persepsi dapat melakukan
prosesre-inquiry secara manual. Dalam hal, proses re-inquiry secara manual masih tetap tidak
memperoleh tanggapan, Bank/Pos Persepsi mencetak BPN tanpa NTPN sebagai tanda terima
dana nasabah. BPN tanpa NTPN tersebut merupakan BPN Sementara dan di bagian bawah
cetakan BPN agar disebutkan keterangan “Transaksi sedang dalam proses”.Apabila sampai
dengan waktu pelaporan belum berhasil mendapatkan NTPN, maka dimasukkan dalam laporan
sebagai transaksi dengan status CA Only, yaitu transaksi yang tercatat pada bank (CA), tetapi
belum tercatat pada Settlement. Transaksi tersebutakan diberikan NTPN setelah akhir rekonsiliasi
dan billing tersebut akan di-flag lunas oleh sistem MPN G2.
Kejelasan perlakuan transaksi time out dapat mengeliminasi permasalahan pada
system sebelumnya, yaitu terhadap perilaku sistem yang mengakibatkan status data yang tidak
diakui dan variasi lain yang muncul dari akibat transaksi time out.

C. SIMPULAN

Sistem yang dikembangkan dan telah diimplementasikan perlu dilakukan evaluasi


untuk penyempurnaan. Sistem MPN G1 terdapat kelemahan secara fungsional, yaitu rendahnya
kualitas data transaksi penerimaan negara. Penyempurnaan sistem dilakukan dengan
meluncurkan Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik (MPN G2). Untuk memperjelas
pemahanan perilaku sistem yang diinginkan dalam rangka penyempurnaan sistem penerimaan
perlu didentifikasi dan analisis terhadap requirement dan kebijakan yang telah ditetapkan
Kementerian Keuangan. Requirement dan kebijakan yang dinilai krusial dalam penyempurnaan
sistem penerimaan negara padaperbankan, yaitu basis billing system, desain alur transaksi
dan kebijakan pengkreditan ke Kas Negara, kebijakan reversal dan error correction, dan
perlakuan transaksi time out. Paparan ini dapat menjadi wawasan dalam pengembangan dan
pengujian sistem penerimaan negara pada perbankan sebagai collecting agent. Mengingat
sistem masih relatif baru, evaluasi terhadap MPN G2 juga perlu dilakukan berdasarkan
requirement dan kebijakan yang telah ditentukan, baik pada subsistem collecting agent
maupun subsistem lainnya.

Daftar Pustaka

Penyempurnaan Sistem Penerimaan Negara pada Perbankan Sebagai CA - Iskandar, Esai Keuangan Negara: sumbangsih pemikiran untuk negeri, Diandra Kreatif 2017 87
Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5Sekretariat Negara. Jakarta
Republik Indonesia. 2006. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2006
tentang Modul Penerimaan Negara
Republik Indonesia. 2006. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor
PER-78/PB/2006 Tentang Penatausahaan Penerimaan Negara Melalui Modul Penerimaan
Negara
Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 32/PMK.05/2014 Tentang Sistem
Penerimaan Negara Secara Elektronik
Republik Indonesia. 2014. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER- 43 /PB/2014
Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan User Acceptance Test (UAT) Sistem Penerimaan
Negara secara Elektronik Pada Bank Umum/Bank Persepsi/Pos Persepsi.
Republik Indonesia. 2016. Perjanjian Jasa Pelayanan Perbankan dalam Rangka Treasury
Single Account Penerimaan, Perjanjian Kerja sama antara Kementerian Keuangan
dengan Perbankan, 2016
Cronholm, Stefan. and Goldkuhl, Goran., 2003, Strategies for Information Systems Evaluation –
Six generic Types, Electonic Journal of Information System Evaluation (EJISE) Vol 6, Issue 2
Chen, S., Osman, M., Nunes, J.M.B and Peng, G.C., 2011, InformationSystem Evaluation
Methodologies. In Proceedings of the IADIS International Workshop in Information System
Research Trends, Approaches and Methodologies (ISRTAM), Rome
Iskandar, 2016, Mengenal Perilaku MPN G2, Majalah Treasury Indonesia, Nomor ISSN 2337-6902,
Terbitan Ke 2/2016, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Jakarta

Moertini, Veronica S., Athuri, Asdi A., Kemit, Hery M., and Saputro, Nico., 2011, The Developing of
Electronic Payment System For Universities In Indonesia: On Resolving Key Success Factors,
International Journal of Computer Science and Information Technology (IJCSIT), Vol 3, No
2, Bandung
Platisa, Gordana and Balaban, Nedo., 2009, Methodological Approaches to Evaluation of
Information System Functionality Performance dan Importance of Successfulness
Factors Analysis,Managemen Information System, Vol.4, 2009
Summerville, Ian., 2011, Software Engineering, Pearson Education, Inc. Addison-Wesley
Boson,
Massachussetts Sutcliffe, Alistair., 2003, Scenario-based Requirement Engineering, Center
for HCI Design Department of Computation, UMIST, Manchester.

Penyempurnaan Sistem Penerimaan Negara pada Perbankan Sebagai CA - Iskandar, Esai Keuangan Negara: sumbangsih pemikiran untuk negeri, Diandra Kreatif 2017 88
Turban, Efraim., Leidner, Dorothy., Mclean, Ephraim., Wetherbe, James., 2007,
InformationTechnology for Management, Transforming Organizations in the Digital
Economy, 6thEdition, John Wiley & Sons, Inc. NJ USA
The World Bank, 2012, Financial Infrastructure Series: Payment System Policy and Research,
General Guidelines For The Development of Government Payment Programs, The
International Bank for Reconstruction and Development/ The World Bank, Washington DC
Virgayanti, Lidya Intan., dan Inayati, 2013, Kebijakan Sistem Pembayaran Pajak Secara Elektronik
(Billing System) ditinjau dari Ease Of Administration, Administrasi Fiscal, FISIP, UI

Penyempurnaan Sistem Penerimaan Negara pada Perbankan Sebagai CA - Iskandar, Esai Keuangan Negara: sumbangsih pemikiran untuk negeri, Diandra Kreatif 2017 89

Anda mungkin juga menyukai