Anda di halaman 1dari 14

Modul Penerimaan Negara adalah modul penerimaan yang memuat serangkaian

prosedur mulai dari penerimaan, penyetoran, pengumpulan data, pencatatan,


pengikhtisaran sampai dengan pelaporan yang berhubungan dengan penerimaan negara
dan merupakan bagian dari Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (PMK
No. 02/PMK.05/2007).

Sebelum penerapan MPN, terdapat tiga sistem penerimaan negara yang


dioperasikan secara terpisah, yaitu: Sistem Penerimaan Negara (SISPEN) oleh Ditjen
Anggaran/Perbendaharaan, Sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3) oleh
Ditjen Pajak, dan Sistem Electronic Data Interchange (EDI) yang dikelola oleh Ditjen Bea dan
Cukai. Model pengelolaan tersebut menimbulkan kendala bagi pihak bank yang harus
mengelola mekanisme tiap-tiap sistem tersebut. Berdasarkan kondisi di atas, sebuah
terobosan untuk pencatatan penerimaan negara dilakukan oleh Kementerian Keuangan
pada akhir tahun 2006 dengan dilaunchingnya MPN pada tanggal 30 Oktober 2006.
(https://djpb.kemenkeu.go.id)

Tabel 1 Perbedaan Sistem Existing (MPN-G1) dengan Sistem Billing (MPN-G2)

[ CITATION And17 \l 1033 ]


Berdasarkan tabel yang dijelaskan diatas, kita dapat mengetahui bahwa MPN G1
masih memiliki kekurangan dalam hal pengelolaan penerimaan negara. Sehingga MPN G2
dikembangkan sebagai perbaikan mekanisme dan sistem pada MPN G1. Romli (2017) dalam
majalah berjudul MPN G2 menjelaskan bahwa pengembangan sistem MPN G2 ini
dilatarbelakangi beberapa faktor diantaranya seperti banyaknya keluhan mengenai
terbatasnya waktu layanan penyetoran melalui teller bank/kantor pos, jaringan perbankan
yang seringkali offline dengan sistem, dan opini audit BPK yang menyatakan bahwa data
transaksi penerimaan negara melalui sistem MPN (G1) tidak dapat diyakini kewajarannya.

Romli (2017) dalam majalah berjudul MPN G2 menjelaskan terkait fitur baru berupa
billing system pada MPN G2. Penggunaan billing system untuk mempermudah dan
menyederhanakan proses pengisian data dalam rangka pembayaran dan penyetoran
penerimaan negara dan menghindari/ meminimalisir kemungkinan terjadinya human error
dalam perekaman data pembayaran dan penyetoran oleh petugas. Banyaknya alternatif
media penyetoran untuk membayar pajak atau setoran lainnya melalui penggunaan billing
system diharapkan dapat meningkatkan pelayanan dan kepuasan bagi para stakeholders.
Berikut merupakan keunggulan sistem electronic billing pada MPN G2 :

Keunggulan sistem electronic billing pada MPN G2

MPN Existing MPN G2 Harapan


Menggunakan Manual Billing Menggunakan Electronic 1. Akuntabilitas, Fleksibilitas,
System Billing System Dan Kecepatan Penguasaan
Kas
Layanan Over The Counter Layanan Online Dan Flexible 2. Ketersediaan Layanan
Tanpa Terbatas Waktu Dan
Tempat
Tidak Melayani Seluruh Melayani Seluruh Transaksi 3. Akuntabilitas Seluruh Data
Transaksi Penerimaan Penerimaan Negara Transaksi Penerimaan
Negara
Layanan Single Currency Layanan Multiple Currencies 4. Ketersediaan Kas Dalam
Berbagai Jenis Valuta Asing
Audit BPK: Disclaimer Audit BPK: WTP 5. Meningkatnya
Kepercayaan Publik
Pengelolaan Layanan Dan Pengelolaan Layanan Dan 6. Kesatuan Database Dan
Data Per Transaksi Per Unit Data Transaksi Per Unit Informasi Penerimaan
Eselon I Bersama Dan Terkoordinasi Negara

(https://djpb.kemenkeu.go.id/portal/images/mti2015/mti1_2015.pdf)

PROSES BILLING PADA MPN G2

(https://djpb.kemenkeu.go.id/portal/images/mti2015/mti1_2015.pdf)

PROSES BISNIS MPN G-2

Sumantri dan Vika (2017) dalam jurnal berjudul Pelaksanaan Rekonsiliasi Transaksi
Pada Modul Penerimaan Negara Generasi Kedua menjelaskan proses bisnis MPN G-2
sebagai berikut :

1) Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor (WP/WB/WS) melakukan registrasi sesuai jenis


penerimaan negara yang akan dibayarkan dengan mengakses sistem billing masing-masing
biller yaitu biller DJP (sse.pajak.go.id), biller DJBC (customer.beacukai.go.id), atau biller DJA
(www.simponi.kemenkeu.go.id) dengan mendaftarkan alamat e-mail aktif yang dimiliki.
Apabila proses pendaftaran berhasil, WP/WB/WS akan menerima data user ID, Personal
Identification Number (PIN)/password, dan link aktivasi akun melalui e-mail yang
didaftarkan.
2) WP/WB/WS membuat billing pada biller yang sesuai. Pembuatan billing dilakukan
setiap akan melakukan pembayaran kewajiban pajak dan penyetoran PNBP. Pembuatan
ID/kode billing ini dimaksudkan untuk mengoneksikan data WP/WB/WS yang akan
melakukan pembayaran dengan data registrasi yang telah tersimpan pada saat mendaftar.
Kode billing pajak memiliki masa kedaluwarsa dua hari sedangkan PNBP selama tiga hari.
Jika dalam jangka waktu tersebut belum dilakukan pembayaran, maka ID/kode billing tidak
dapat digunakan lagi dan wajib pajak/setor harus melakukan proses ulang pembuatan kode
billing pajak/PNBP. WP/WB/WS bertanggung jawab atas kebenaran dan kelengkapan data
pembayaran berkenaan.
3) Setelah proses pembuatan billing selesai, biller akan mengirimkan kode billing
kepada WP/WB/WS untuk digunakan sebagai kode pembayaran pada channel pembayaran
yang digunakan. Pada saat yang bersamaan, biller juga mengirimkan notifikasi billing ke
sistem MPN G2.
4) WP/WB/WS melakukan pembayaran ke bank/pos persepsi melalui channel
pembayaran yang tersedia dengan menggunakan kode billing yang telah didapat. Sementara
itu kode billing yang telah di-input saat pembayaran dikirim ke sistem MPN G2 melalui MoF
switcher system (switcher). Switcher adalah sistem yang digunakan untuk setelmen dan
rekonsiliasi data transaksi penerimaan negara yang ditempatkan diantara pengelola MPN G2
(Ditjen Perbendaharaan) dengan collecting agent. Sistem MPN G2 memproses kode billing
untuk memverifikasi data identitas pembayar, jenis pembayaran (akun), dan jumlah tagihan.
5) Data konfirmasi pembayaran selanjutnya dikirimkan melalui switcher ke media
pembayaran yang tersedia pada bank/pos persepsi untuk ditayangkan. Sistem bank/pos
persepsi akan mengkredit dana ke rekening penerimaan pada bank/pos persepsi.
Selanjutnya sistem pada bank/pos persepsi memberi Nomor Transaksi Bank (NTB) atau
Nomor Transaksi Pos (NTP) beserta tanggal setor, kode bank dan flag data yang dikirimkan
ke sistem MPN G2 melalui switcher sebagai dasar pembuatan NTPN. NTB adalah nomor
bukti transaksi penyetoran penerimaan negara yang diterbitkan oleh bank sebagai Bank
Persepsi. NTP adalah nomor bukti transaksi penyetoran penerimaan negara yang diterbitkan
oleh kantor pos sebagai pos persepsi.
6) Selanjutnya, pada sistem MPN G2 dihasilkan flag data dengan status paid (dibayar),
tanggal pembayaran, jumlah setoran, NTB/NTP, kode bank, dan NTPN. Data ini dikirim ke
sistem bank/pos persepsi dan biller secara real time melalui switcher untuk direkam. Data
yang dikirim ke biller tersebut menandai bahwa status tagihan telah dibayar. Data transaksi
yang telah mendapatkan NTPN secara batch/bertahap/scheduled diunggah ke SPAN (Sistem
Perbendaharaan Anggaran Negara) oleh sistem MPN G2.
7) Data NTPN yang diterima sistem bank/pos persepsi selanjutnya diproses menjadi
Bukti Penerimaan Negara (BPN) yang dapat berupa struk ataupun tersimpan pada internet
banking. Bank/pos persepsi melimpahkan penerimaan negara ke Sub Rekening KUN
Penerimaan di Bank Indonesia paling lambat pukul 16:30 WIB untuk penerimaan yang
diterima bank/pos persepsi pada hari sebelumnya setelah pukul 15:00 WIB sampai dengan
pukul 15:00 WIB hari berkenaan.
8) Untuk keperluan rekonsiliasi, bank/pos persepsi berkewajiban untuk mengirimkan
Laporan Harian Penerimaan elektronik (e-LHP) yang terdiri dari Daftar Nominatif
Penerimaan elektronik (e-DNP), nota debet pelimpahan, dan Rekening Koran Rekonsiliasi
kepada KPPN Khusus Penerimaan. KPPN Khusus Penerimaan memonitor saldo dan mutasi
rekening melalui sarana elektronik BIG-eB yang telah disediakan oleh Bank Indonesia untuk
Kementerian Keuangan.
Salah satu dari pembaruan modul penerimaan negara generasi kedua (MPN-G2) yaitu
E-Billing. MPN-G2 membuat pembayaran dapat dilakukan kapan pun dan di mana pun
dengan menggunakan e-billing. Adapun manfaat mengenai e-billing dilansir dari
news.ddtc.co.id yaitu :
1. E-Billing mempermudah dan menyederhanakan proses pengisian data untuk
pembayaran dan penyetoran negara
2. E-Billing meminimalisiasi kemungkinan terjadinya human error dalam
perekaman data pembayaran dan penyetoran
3. E-Billing memberikan kemudahan dan fleksibilitas cara pembayaran atau
penyetoran melalui beberapa alternatif saluran pembayaran dan penyetoran.
4. E-Billing memberikan akses kepada wajib bayar dan wajib setor penerimaan
negara bukan pajak (PNBP) untuk memonitor status atau realisasi pembayaran.
5. E-Billing memberikan keleluasaan kepada wajib pajak atau wajib bayar untuk
merekam data setoran secara mandiri.
Dari banyaknya kelebihan yang telah disebutkan, masyarakat di provinsi DKI Jakarta
termasuk lambat dalam penggunaan MPN G2. Penggunaan MPN G2 meningkat tajam ketika
sistem yang lama mulai diberhentikan pelayanannya.

Grafik 1. Transaksi MPN G2 Lingkup DKI Jakarta

Sumber: Diolah penulis dari data KPPN Khusus Penerimaan

Berdasarkan grafik di atas yang diolah oleh Setyanto (2019) dalam jurnal berjudul
Evaluasi Penerimaan Aplikasi Modul Penerimaan Negara Generasi Kedua (MPN G2) dengan
Pendekatan Model Integrasi TRUST-TAM-TPB dari Perspektif Pengguna dapat diketahui
bahwa minat sebagian besar masyarakat DKI Jakarta dalam memanfaatkan fasilitas yang
disediakan oleh sistem MPN G2 baru meningkat tajam setelah layanan sistem MPN G1 mulai
dikurangi dan diberhentikan oleh pemerintah.

Sebagian besar masyarakat dalam memanfaatkan sistem MPN G2 hanya berpindah dari
pembuatan dokumen pembayaran secara daring (billing). Selebihnya, masyarakat masih
lebih memilih membayar dengan sistem yang lama yaitu langsung membayar ke teller bank
daripada menggunakan channel-channel pembayaran lain yang lebih fleksibel.
Kemudian dari hasil dari wawancara menurut Setyanto (2019) dalam jurnal berjudul
Evaluasi Penerimaan Aplikasi Modul Penerimaan Negara Generasi Kedua (MPN G2) dengan
Pendekatan Model Integrasi TRUST-TAM-TPB dari Perspektif Pengguna mengindikasikan
bahwa beberapa narasumber mengalami kesulitan dalam menggunakan sistem MPN G2
sebagai berikut :

a) Kesulitan untuk mengakses atau masuk ke halaman pembuatan billing ketika server
atau jaringan sedang sibuk atau bermasalah.
Kemudahan penggunaan sistem MPN G2 khususnya fasilitas pembuatan billing akan
menurun ketika kondisi server billing sedang bermasalah terutama pada jam-jam
sibuk. Sehingga pengguna mengalami kesulitan untuk mengakses ke halaman
pembuatan billing.
b) Terbatasnya pemberian keterangan billing atau pembayaran
Pemberian keterangan pada pembuatan billing secara online tidak seleluasa
pemberian keterangan pada sistem secara manual. Sistem billing membatasi jumlah
karakter yang bisa diinput untuk pemberian keterangan peruntukan pembayaran.
c) Proses monitoring yang sulit dan membutuhkan usaha ekstra atas billing yang sudah
dibuat atau sudah dibayar.
Kesulitan yang ketiga adalah dalam hal monitoring billing yang sudah dibuat dan
yang sudah dibayar ke bank. Pada sistem yang sekarang mereka membutuhkan
usaha lebih untuk melakukan monitoring karena desain menu monitoring yang susah
untuk digunakan.
d) Pengguna baru akan kesulitan menggunakan aplikasi billing karena kurangnya
petunjuk atau tutorial penggunaan.
Kesulitan yang terakhir adalah untuk pengguna yang baru berhadapan dengan MPN
G2 dalam hal ini fasilitas pembuatan billing, akan kesulitan untuk menggunakan
aplikasi tersebut karena mereka masih belum tahu fungsi dari setiap menu yang
disediakan dan bagaimana langkah-langkah untuk menggunakan aplikasi tersebut.
Dengan kesulitan atau kekurangan dalam penggunaan MPN G2 yang telah
disebutkan diatas, maka pada tanggal 23 Agustus 2019 Menteri Keuangan meresmikan
Modul Penerimaan Negara Generasi Ketiga (MPN G3) yang dimana ini merupakan
penyempurnaan dari MPN G2.

Pengembangan MPN G3 dilakukan secara kolaboratif antara Kementerian Keuangan


dengan sejumlah bank dan pelaku fintech dan e-commerce seperti Finnet Indonesia,
Tokopedia, dan Bukalapak. Perusahaan fintech ditetapkan sebagai lembaga persepsi
lainnya.

Melalui MPN G3 ini, diharapkan setiap penyetor dapat mengakses satu portal
penerimaan negara (single sign-on) agar mendapatkan kode billing untuk seluruh jenis
penerimaan negara yang dapat dilanjutkan pada proses penyetoran. Hal ini tentu menjadi
sautu keuntungan untuk penyetor karena penyetor hanya mengakses satu portal
dibandingkan harus mengakses portal yang berbeda untuk jenis penerimaan negara yang
berbeda.

Pengembangan Modul Penerimaan Negara Generasi Ketiga yang dimana merupakan


modernisasi sistem penerimaan negara dan pengelolaan APBN yang dilakukan untuk tiga
tuntutan :

1. Meningkatkan kolektibilitas penerimaan negara


2. Memudahkan penyetor untuk memenuhi kewajibannya
3. Adaptasi dengan perubahan teknologi informasi
Tabel Perbedaan MPN G2 dan MPN G3

MPN G2 MPN G3
Perangkat infrastuktur tahun 2011 Pemutakhiran perangkat infrastruktur baru
dengan Peningkatan Kapasitas Server dan
Database
Jumlah transaksi hanya 60 transaksi per Jumlah transaksi meningkat menjadi 1000
detik transaksi per detik
Membuat billing ke masing-masing interface Pembangunan Portal Penerimaan Negara
Biller : DJA (Simponi), DJP (SSE), DJBC (Ceisa) sebagai opsi bagi WP/WB/WS untuk
pembuatan billing dan pembayaran Pajak,
PNBP, dan Bea Cukai dalam satu website
Konfirmasi, koreksi, dan rekonsiliasi kas Konfirmasi, koreksi, dan rekonsiliasi kas
dilakukan di SPAN dilakukan di MPN
Pembayaran melalui channel pembayaran Menambah channel pembayaran baru yaitu
perbankan dan pos e-commerce dan fintech seperti : Tokopedia,
Bukalapak, dan Finnet
Messaging Web Service XML dan ISO 8583 Messaging Web Service XML, JSON, dan ISo
8583

Secara garis besar Modul Penerimaan Negara Generasi Ketiga (MPN G3) merupakan
penyempurnaan MPN G2 yang meliputi :

1. Sistem Single Sign-On


Pembangunan Portal Penerimaan Negara sebagai opsi bagi wajib
pajak. Wajib bayar/ wajib setor membuat billing berbagai jenis penerimaan
negara (pajak, bea dan cukai, PNBP, dan penerimaan lainnya) dan
pembayaran penerimaan negara tersebut dilakukan dalam satu website
2. Pemutakhiran Infrastruktur
MPN G2 yang dibangun pada tahun 2011 memiliki kecepatan
pemrosesan 60 transaksi per detik. Padahal, kapasitas yang dibutuhkan oleh
biller adalah lebih dari 600 transaksi per detik. Sehingga pemutakhiran
infrastruktur diperlukan guna meningkatkan peforma sistem penerimaan
negara. Dan sekarang dengan adanya MPN G3, pemrosesan dapat dilakukan
menjadi 1000 transaksi per detik.
3. Lembaga Persepsi Lainnya (LPL)
Perluasan saluran penerimaan negara dengan menambah cakupan
lembaga-lembaga lain seperti e-commerce dan fintech agar terdapat
lembaga yang dapat melayani pembayaran penerimaan negara selain melalui
bank/pos. Yang dimana, e-commerce dan fintech masuk dalam Lembaga
Persepsi Lainnya (LPL)

Dengan bertambahnya lembaga-lembaga yang dapat membantu melayani


pembayaran penerimaan negara selain melalui bank/pos, tentu memberikan berbagai
manfaat dengan adanya lembaga-lembaga tersebut. Seperti :

1. Penambahan Agen Penerimaan


Semakin banyak alternatif collecting agent yang dapat menerima
setoran penerimaan negara.
2. Akses Layanan 24/7
Penyetoran dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun, 24 jam dalam
sehari dan 7 hari dalam seminggu.
3. Mendorong Cashless Payment
Dengan adanya pandemi ini, kita harus membatasi kontak agar tidak
terjadi penyebaran. Maka dari itu, dengan adanya lembaga persepsi lainnya
dapat mendorong cashless payment menjadi alternatif pembayaran yang
tersedia.
4. Tarif Imbalan Jasa Lebih Murah
Tarif imbalan jasa pelayanan lebih murah ketika dilakukan di lembaga
persepsi lainnya daripada imbalan jasa pelayanan yang dibayarkan kepada
bank/pos persepsi (KMK No.206/KMK 05/2019)
Gambar Alur Penerimaan MPN G3

Gambar Alur Pelimpahan dan Pelaporan MPN G3


Perbedaan Bank Persepsi dengan Lembaga Persepsi Lainnya

Bank Persepsi Lembaga Persepsi Lainnya


1. Dibuka pada Bank Persepsi Rekening 1. Dibuka pada LPL oleh KPPN KP dengan
oleh KPPN KP (Pemilik Penerimaan istilah Rekening Yang DIpersamakan
rekening) dengan Rekening Penerimaan
2. Menampung dan 2. Mencatat seacara real time
melimpahkan penerimaan penerimaan negara setiap hari
negara setiap hari melalui 3. Menggunakan rekening di bank
BI-RTGS (peserta RTGS) untuk menampung dan
melimpahkan penerimaan negara.
Rekening ini dibuka oleh LPL (Pemilik
rekening)
Melalui teller atau ATM, EDC, Kanal Pembayaran Melalui bank transfer, virtual account, Direct
Internet Banking, dan Mobile Debit & Credit Card, dan dompet elektronik
Banking (uang elektronik)
Overbooking pada bank Mekanisme Mekanisme transfer antar bank
bersangkutan Pemindahbukuan
1. Memiliki kantor Kantor 1. Belum tentu memilik kantor
cabang/loket Cabang/Loket cabang/loket
2. Dilakukan monev terhadap 2. LPL yang berupa retailer memiliki
jam buka/tutup kantor kantor cabang/loket
cabang/loket
3. Konsekuensi denda
terhadap pelanggaran jam
buka/tutup loket
Rp 5.000 per transaksi yang Imbalan Jasa Rp 2.000 per transaksi yang berhasil divalidasi
berhasil divalidasi dengan NTB dan Pelayanan dengan NTL dan NTPN
NTPN
Nomor bukti transaksi penyetoran Lain-lain Nomor bukti transaksi penyetoran
penerimaan negara berupa Nomor penerimaan negara berupa Nomor Transaksi
Transaksi Bank (NTB) Lembaga Persepsi Lainnya (NTL)
Selain Modul Penerimaan Negara Generasi Ketiga, Menteri ekuangan juga
meresmikan beberapa inovasi digital lainnya. Seperti integrasi penyetoran pajak atas
belanja daerah, pembayaran digital dan marketplace untuk belanja uang persediaan, dan
rekening virtual untuk bendahara pengeluaran. Semua inovasi yang ada ini saling mendukun
satu sama lain dan bertujuan untuk menciptakan ekosistem keuangan negara berbasos
teknologi informasi sehingga tujuan menjadikan APBN berbasis digital dapat tercapai.

News.ddtc.co.id. (2020). Apa itu E-Billing, (Online), (https://news.ddtc.co.id/apa-itu-e-


billing-22308?page_y=0), diakses pada 23 Januari 2021.
Haq, A. A. (2019). Modul Penerimaan Negara Generasi Ketiga (MPN G3). Retrieved from
https://www.slideshare.net/aa_haq/2019-0819-modul-penerimaan-negara-
generasi-ketiga-mpn-g3, diakses pada 23 Januari 2021

Priyambodo, A. (2017). Efektivitas Penerimaan Negara dengan Penerapan Modul


Penerimaan, 109-114.

Kementerian Keuangan RI. (2019). Modul Penerimaan Negara.


http://djpb.kemenkeu.go.id/portal/id/profil/modernisasi-pengelolaan-keuangan-
negara/modul-penerimaan-negara-mpn.html, diakses pada 23 Januari 2021

Sakti, N. W. (2019). MPN G3: Portal Penerimaan Negara yang Andal. Retrieved from
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/siaran-pers/siaran-pers-mpn-g3-portal-
penerimaan-negara-yang-andal/, diakses pada 23 Januari 2021

Setyanto, G. P. (2019). Indonesian Treasury Review. Evaluasi Penerimaan Aplikasi Modul


Penerimaan Negara Generasi Kedua (MPN G2) dengan Pendekatan Model Integrasi
TRUST-TAM-TPB dari Perspektif Pengguna, 28-29.

Sumantri, J., & Ni'ma, V. D. (2017). Jurnal Pajak Indonesia. Pelaksanaan Rekonsiliasi
Transaksi Pada Modul Penerimaan Negara Generasi Kedua, 70-71.

Anda mungkin juga menyukai