Romli (2017) dalam majalah berjudul MPN G2 menjelaskan terkait fitur baru berupa
billing system pada MPN G2. Penggunaan billing system untuk mempermudah dan
menyederhanakan proses pengisian data dalam rangka pembayaran dan penyetoran
penerimaan negara dan menghindari/ meminimalisir kemungkinan terjadinya human error
dalam perekaman data pembayaran dan penyetoran oleh petugas. Banyaknya alternatif
media penyetoran untuk membayar pajak atau setoran lainnya melalui penggunaan billing
system diharapkan dapat meningkatkan pelayanan dan kepuasan bagi para stakeholders.
Berikut merupakan keunggulan sistem electronic billing pada MPN G2 :
(https://djpb.kemenkeu.go.id/portal/images/mti2015/mti1_2015.pdf)
(https://djpb.kemenkeu.go.id/portal/images/mti2015/mti1_2015.pdf)
Sumantri dan Vika (2017) dalam jurnal berjudul Pelaksanaan Rekonsiliasi Transaksi
Pada Modul Penerimaan Negara Generasi Kedua menjelaskan proses bisnis MPN G-2
sebagai berikut :
Berdasarkan grafik di atas yang diolah oleh Setyanto (2019) dalam jurnal berjudul
Evaluasi Penerimaan Aplikasi Modul Penerimaan Negara Generasi Kedua (MPN G2) dengan
Pendekatan Model Integrasi TRUST-TAM-TPB dari Perspektif Pengguna dapat diketahui
bahwa minat sebagian besar masyarakat DKI Jakarta dalam memanfaatkan fasilitas yang
disediakan oleh sistem MPN G2 baru meningkat tajam setelah layanan sistem MPN G1 mulai
dikurangi dan diberhentikan oleh pemerintah.
Sebagian besar masyarakat dalam memanfaatkan sistem MPN G2 hanya berpindah dari
pembuatan dokumen pembayaran secara daring (billing). Selebihnya, masyarakat masih
lebih memilih membayar dengan sistem yang lama yaitu langsung membayar ke teller bank
daripada menggunakan channel-channel pembayaran lain yang lebih fleksibel.
Kemudian dari hasil dari wawancara menurut Setyanto (2019) dalam jurnal berjudul
Evaluasi Penerimaan Aplikasi Modul Penerimaan Negara Generasi Kedua (MPN G2) dengan
Pendekatan Model Integrasi TRUST-TAM-TPB dari Perspektif Pengguna mengindikasikan
bahwa beberapa narasumber mengalami kesulitan dalam menggunakan sistem MPN G2
sebagai berikut :
a) Kesulitan untuk mengakses atau masuk ke halaman pembuatan billing ketika server
atau jaringan sedang sibuk atau bermasalah.
Kemudahan penggunaan sistem MPN G2 khususnya fasilitas pembuatan billing akan
menurun ketika kondisi server billing sedang bermasalah terutama pada jam-jam
sibuk. Sehingga pengguna mengalami kesulitan untuk mengakses ke halaman
pembuatan billing.
b) Terbatasnya pemberian keterangan billing atau pembayaran
Pemberian keterangan pada pembuatan billing secara online tidak seleluasa
pemberian keterangan pada sistem secara manual. Sistem billing membatasi jumlah
karakter yang bisa diinput untuk pemberian keterangan peruntukan pembayaran.
c) Proses monitoring yang sulit dan membutuhkan usaha ekstra atas billing yang sudah
dibuat atau sudah dibayar.
Kesulitan yang ketiga adalah dalam hal monitoring billing yang sudah dibuat dan
yang sudah dibayar ke bank. Pada sistem yang sekarang mereka membutuhkan
usaha lebih untuk melakukan monitoring karena desain menu monitoring yang susah
untuk digunakan.
d) Pengguna baru akan kesulitan menggunakan aplikasi billing karena kurangnya
petunjuk atau tutorial penggunaan.
Kesulitan yang terakhir adalah untuk pengguna yang baru berhadapan dengan MPN
G2 dalam hal ini fasilitas pembuatan billing, akan kesulitan untuk menggunakan
aplikasi tersebut karena mereka masih belum tahu fungsi dari setiap menu yang
disediakan dan bagaimana langkah-langkah untuk menggunakan aplikasi tersebut.
Dengan kesulitan atau kekurangan dalam penggunaan MPN G2 yang telah
disebutkan diatas, maka pada tanggal 23 Agustus 2019 Menteri Keuangan meresmikan
Modul Penerimaan Negara Generasi Ketiga (MPN G3) yang dimana ini merupakan
penyempurnaan dari MPN G2.
Melalui MPN G3 ini, diharapkan setiap penyetor dapat mengakses satu portal
penerimaan negara (single sign-on) agar mendapatkan kode billing untuk seluruh jenis
penerimaan negara yang dapat dilanjutkan pada proses penyetoran. Hal ini tentu menjadi
sautu keuntungan untuk penyetor karena penyetor hanya mengakses satu portal
dibandingkan harus mengakses portal yang berbeda untuk jenis penerimaan negara yang
berbeda.
MPN G2 MPN G3
Perangkat infrastuktur tahun 2011 Pemutakhiran perangkat infrastruktur baru
dengan Peningkatan Kapasitas Server dan
Database
Jumlah transaksi hanya 60 transaksi per Jumlah transaksi meningkat menjadi 1000
detik transaksi per detik
Membuat billing ke masing-masing interface Pembangunan Portal Penerimaan Negara
Biller : DJA (Simponi), DJP (SSE), DJBC (Ceisa) sebagai opsi bagi WP/WB/WS untuk
pembuatan billing dan pembayaran Pajak,
PNBP, dan Bea Cukai dalam satu website
Konfirmasi, koreksi, dan rekonsiliasi kas Konfirmasi, koreksi, dan rekonsiliasi kas
dilakukan di SPAN dilakukan di MPN
Pembayaran melalui channel pembayaran Menambah channel pembayaran baru yaitu
perbankan dan pos e-commerce dan fintech seperti : Tokopedia,
Bukalapak, dan Finnet
Messaging Web Service XML dan ISO 8583 Messaging Web Service XML, JSON, dan ISo
8583
Secara garis besar Modul Penerimaan Negara Generasi Ketiga (MPN G3) merupakan
penyempurnaan MPN G2 yang meliputi :
Sakti, N. W. (2019). MPN G3: Portal Penerimaan Negara yang Andal. Retrieved from
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/siaran-pers/siaran-pers-mpn-g3-portal-
penerimaan-negara-yang-andal/, diakses pada 23 Januari 2021
Sumantri, J., & Ni'ma, V. D. (2017). Jurnal Pajak Indonesia. Pelaksanaan Rekonsiliasi
Transaksi Pada Modul Penerimaan Negara Generasi Kedua, 70-71.