Anda di halaman 1dari 3

Dampak Positif Sukuk

1. Mendorong pertumbuhan inudstri keuangan syariah


Beberapa peneliti telah mengemukakan relevansi penerbitan SBSN dengan
perkembangan industry keuangan syariah. Azwar (2004 ) mengemukakan bahwa kepemilikan
sukuk negara domestic pada perbankan syariah sebagai bagian penyediaan asset yang aman
bagi perbankan syariah berengaruh positif dan signifikan terhadap rasio nilai total pembiayaan
perbankan syariah terhadap GDP yang mengukur perkembangan perbankan syariah. Saat ini
telah tersedia berbagai tenor SBSN, baik jangka pendek (tenor 6 bulan) sampai dengan tenor
panjang (diatas 10 tahun). Tersedianya tenor tersebut dapat memberikan kemudahan bagi
industry dalam mengatur investasinya

2. Meningkatkan porsi pembiayaan infastruktur APBN


Seiring dengan kemajuan ekonomi masyarakat, maka kemampuan masyarakat dalam
menyerap penerbitan SBSN juga akan semakin meningkat. Pemanfaatan penerbitan SBSN untuk
pembangunan insfrastruktur juga mempunyai kesempatan untuk memberikan bantuan
pembangunan bangsa dan Negara.

3. Mendorong tertib pengelolaan BMN


Penggunaan BMN untuk underlaying asset saat ini telah menggerakkan instansi
pemerintah untuk melakukan tertib administarasi dan pengelolaan asset-aset yang dimilikinya.
Secara makro, hal ini akan memperkuat posisi akuntabilitas asset-aset yang dimiliki oleh Negara
.
4. Menambah alternatif instrumen investasi
Dengan adanya penerbitan SBSN akan memberikan tambahan instrument investasi bagi
pihak-pihak yang memiliki surplus dana. SBSN sangat menarik karena dijamin pembayarannya
oleh pemerintah, sehingga dapat dikatakan sebagai instrument bebas resiko (zero risk).

5. Membantu Bank Indonesia dalam melakukan Open Market Operation


Saat ini, dengan tersedianya SBSN dalam tenor pendek ( bulan) BI dapat memanfaatkan
instrument tersebut untuk melakukan OMO.BI dapat memperoleh SBSN jangka pendek dengan
membeli dipasar perdana pada saat pemerintah mengadakan lelang SBSN brtenor pendek

Dampak Negatif Sukuk

Sukuk yang didasarkan pada kontrak asset riil memiliki risiko risiko yang beragam diantaranya:

1. Risiko Operasional
Di sebabkan adanya resiko kegagalan pembayaran, resiko pembayaran kupon, resiko
pelunasan asset, resiko SPV, resiko investor, dan resiko yang berhubungan dengan asset.
Pengurusan resiko asset dapat dilakukan dengan pensekuritian, dimana tujuan dari
pensekuritian asset tersebut adalah untuk memastikan nilai asset boleh
diperjualbelikan.Sedangkan kegunaan pensekuritian adalah untuk mengenal pasti tentang nilai
asset asli, hak sah atas kepemilikahn asset.
2. Risiko Kredit
Resiko kredit terjadi apabila salah satu pihak yang terlibat dalam kontrak gagal
menyelesaikan kontrak, baik disebabkan kelalaian originator, kelalaian SPV, ataupun karena
factor eksternal berhubungan dengan perubahan harga pasar. Dengan demikian originator
diwajibkan membayar sejumlah deposit kepada SPV, deposit itulah yang akan digunakan sebagai
denda/penalty sekirannya originator gagal membayar sewa secara berkala.

3. Risiko Country Risk


Country risk adalah risiko yang timbul disebabkan perbedaan menyangkut dengan
ketentuan hokum dan problem perundangundangan suatu Negara (risiko legalitas).Untuk
mengatsi risiko seperti ini dapat dilakukan dengan menyediakan kontrak dan perjanjian yang
disetujui bersama

4. Risiko Counterparty
Resiko ini difokuskan pada resiko moral hazard, risiko yang berhubungan dengan
kelalaian partnership atau mudarrib terhadap pengelolaan manajemen sukuk, khususnya bagi
sukuk musyarakah dan mudharabah yang menggunakan model pembiayaan profit
sharing.Untuk mengurangi risiko ini maka dilakukan tindakan sebagaimana institusi keuangan
lainnya, yaitu meminta jaminan dalam bentuk ekuitas atau dalam bentuk garantor selama masa
kontrak sukuk berlangsung.

5. Risiko sesuai dengan Syariah


Pengurusan risiko dalam bentuk ini berhubungan dengan ketentuan syara’, ia dapat
memberi akibat terhadap kerugian nilai asset disebabkan kelalaian tanggungjawab penerbit
sukuk atau SPV yang melakukan aktivitas bisnisnya pada sesuatu yang tidak sesuai dengan
syara’, maka kemungkinan besar kontrak sukuk menjadi batal.

Dampak positif obligasi

1. Memnuhi Defisit Anggaran


Penerbitan dan penjualan surat utang Negara telah membantu pemerintah dalam
memenuhi defisit anggaran Negara. SUN telah diakui oleh pemerintah sebagai salah satu
sumber pendapatan Negara, yang didapat dari penjualannya digunakan untuk keutuhan Negara.
SUN dianggap sebagai hutang yang produktif karena dana yang didapat kembali disalurkan
untuk mendapatkan output yang lebih besar.

2. Meningkatkan Iklim Invetasi


Adanya penerbitan dan penjualan SUN kepada Masyarakat umum dapat membantu
meningkatkan pertumbuhan iklim investasi di Indonesia.Masyarakat menjadi lebih sadar untuk
meningkatkan taraf hidupnya dan melakukan diversifikasi sumber penghasilan melalui investasi
SUN.

Dampak negatif obligasi


1. Hutang negara meningkat
Sesuai dengan namanya, SUN adalah hutang yang di miliki pemerintah dan harus di
bayar dalam jangka waktu tertentu. Meningkatnya penerbitan SUN berarti meningkat pula
hutang yang dimiliki oleh pemerintah, yang kemudian akan berefek lagi pada defisit anggaran.
Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Resiko menyatakan bahwa sebagian besar hutang Indonesia
memang berasal dari penerbitan surat berharga, termasuk SUN. Selain itu, imbal balik yang
diberikan pemerintah Indonesia dalam penjualan SUN lebih besar dibanding Negara lain di Asia.
Meskipun hal ini dapat menarik minat masyarakat untuk berinvestasi dan membeli SUN, namun
bagi pemerintah berarti adanya jumlah yang lebih besar untuk pembayaran imbal balik.

2. Terlalu mengandalkan SUN


Pemerintah selalu mengandalkan SUN Sebagai penghasilan negara. Meskipun SUN
merupakan hutang produktif, namun statusnya adalah hutang yang pada akhinya akan
menambah beban hutang Negara itu sendiri.

Kesimpulan

Berdasaran paparan diatas mengenai dampak penerbitan sukuk Negara dan obligasi Negara dalam
pembiayaan defisit APBN memang terlihat jelas bahwa sukuk Negara merupakan salah satu pembiayaan
atau solusi terbaik dalam menghadapi defisit APBN yang cendrung meningkat setiap tahunya.
Implementasi penerbitan SBSN Saat ini sudah dapat memecahkan masalah utama dalam memperoleh
alternatif sumber pembiayaan defisit APBN. Hal ini mengingat bahwa penerbitan Sukuk Negara aman
dan stabil dapat meminimalisir resiko gagal bayar (debttrap).

Instrument sukuk Negara sebagai pembiayaan defisit APBN, menjadikan pemerintah akan semakin
mudah dalam pengelolaan sumber utang, karena dalam setiap penerbitannya Sukuk Negara harus
berdasarkan underlaying asset yang jelas sebagai dasar transaksi. Pengunaan underlaying asset juga
akan membuat pemerintah tidak berlebihan dalam penerbitan sukuk Negara. Hal ini disesuaikan dengan
kapasitas dari objek yang dijadikan underlaying asset

Anda mungkin juga menyukai