Sukuk yang didasarkan pada kontrak asset riil memiliki risiko risiko yang beragam diantaranya:
1. Risiko Operasional
Di sebabkan adanya resiko kegagalan pembayaran, resiko pembayaran kupon, resiko
pelunasan asset, resiko SPV, resiko investor, dan resiko yang berhubungan dengan asset.
Pengurusan resiko asset dapat dilakukan dengan pensekuritian, dimana tujuan dari
pensekuritian asset tersebut adalah untuk memastikan nilai asset boleh
diperjualbelikan.Sedangkan kegunaan pensekuritian adalah untuk mengenal pasti tentang nilai
asset asli, hak sah atas kepemilikahn asset.
2. Risiko Kredit
Resiko kredit terjadi apabila salah satu pihak yang terlibat dalam kontrak gagal
menyelesaikan kontrak, baik disebabkan kelalaian originator, kelalaian SPV, ataupun karena
factor eksternal berhubungan dengan perubahan harga pasar. Dengan demikian originator
diwajibkan membayar sejumlah deposit kepada SPV, deposit itulah yang akan digunakan sebagai
denda/penalty sekirannya originator gagal membayar sewa secara berkala.
4. Risiko Counterparty
Resiko ini difokuskan pada resiko moral hazard, risiko yang berhubungan dengan
kelalaian partnership atau mudarrib terhadap pengelolaan manajemen sukuk, khususnya bagi
sukuk musyarakah dan mudharabah yang menggunakan model pembiayaan profit
sharing.Untuk mengurangi risiko ini maka dilakukan tindakan sebagaimana institusi keuangan
lainnya, yaitu meminta jaminan dalam bentuk ekuitas atau dalam bentuk garantor selama masa
kontrak sukuk berlangsung.
Kesimpulan
Berdasaran paparan diatas mengenai dampak penerbitan sukuk Negara dan obligasi Negara dalam
pembiayaan defisit APBN memang terlihat jelas bahwa sukuk Negara merupakan salah satu pembiayaan
atau solusi terbaik dalam menghadapi defisit APBN yang cendrung meningkat setiap tahunya.
Implementasi penerbitan SBSN Saat ini sudah dapat memecahkan masalah utama dalam memperoleh
alternatif sumber pembiayaan defisit APBN. Hal ini mengingat bahwa penerbitan Sukuk Negara aman
dan stabil dapat meminimalisir resiko gagal bayar (debttrap).
Instrument sukuk Negara sebagai pembiayaan defisit APBN, menjadikan pemerintah akan semakin
mudah dalam pengelolaan sumber utang, karena dalam setiap penerbitannya Sukuk Negara harus
berdasarkan underlaying asset yang jelas sebagai dasar transaksi. Pengunaan underlaying asset juga
akan membuat pemerintah tidak berlebihan dalam penerbitan sukuk Negara. Hal ini disesuaikan dengan
kapasitas dari objek yang dijadikan underlaying asset