Anda di halaman 1dari 16

PENGAJUAN JUDUL SKRIPSI

Oleh :

Nama : Wahyu Nugroho

NPM : 2051020389

Jurusan : Perbankan Syariah

Semester : 7

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

1445 H / 2023 M
JUDUL 1 : Dinamika Yield Sukuk Ritel Dan Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi ( Analisa empiris tahun 2018 – 2022 )

A. Latar Belakang
Banyak jenis instrumen keuangan islam yang ada, salah satu instrumen
keuangan islam yang tengah berkembang pesat saat ini adalah sukuk. Sukuk
merupakan sertifikat kepemilikan atas suatu asset (proyek riil) yang dapat
digunakan dalam skala besar untuk membiayai suatu pembangunan. Sukuk
dipandang sebagai alternatif yang lebih baik daripada berhutang karena mengandun
unsur kerjasama dan investasi serta lebih rendah resikonya dibanding instrumen
investasi lainnya. Sukuk adalah suatu bentuk sekuritas asset. Berbeda dengan
obligasi konvensional, transaksi sukuk harus dilandasi oleh asset yang berwujud
atau harus ada underlying asset. Pendapatan yang diperolah dari sukuk berasal dari
pemanfaatan dana yang tepat. Asetnya harus memiliki nilai ekonomis, baik
berupa asset berwujud atau tidak berwujud, juga termasuk proyek yang akan
atau sedang berjalan sebab hal ini sesuai dengan hadist Rasulullah yang
diriwayat Ahmad, Abu Dawud, dan Ad-Daruquthni dari Sa`d Ibn Abi Waqqash
(teks Abu Dawud) dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No 71/DSN-
MUI/VI/2008 :

, ‫ع َو َﻣﺎ َﺳ ِﻌﺪَ ِﺑ ْﺎﻟ َﻤﺎ ِء ِﻣ ْﻨ َﮭﺎ‬ ِ ‫اﻟﺰ ْر‬‫ض ِﺑ َﻤﺎ َﻋ َﻠﻰ اﻟﺴ َﱠﻮا ِﻗﻲ ِﻣﻦَ ﱠ‬ ِ ‫ ُﻛ ﱠﻨﺎ ﻧُ ْﻜ ِﺮ ي اﻷ َ ْر‬:‫ﺎل‬ ِ ‫ﺑﻦ ْاﻟ ُﻤ َﺴﯿﱠ‬
َ ‫ َﻋ ْﻦ َﺳ ْﻌ ٍﺪ َﻗ‬,‫ﺐ‬ ِ ‫َﻋ ْﻦ َﺳ ِﻌﯿ ِﺪ‬
‫ﺐ أ َ ْو ﻓِ ﱠ‬
‫ﻀ ٍﺔ‬ ٍ ‫ َو أ َ َﻣ َﺮ ﻧَﺎأ َ ْن ﻧُ ْﻜ ِﺮ َﯾ َﮭﺎ ِﺑﺬَ َھ‬, ‫ﺻﻠﱠﻰ ﷲُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ َو َﺳﻠﱠ ْﻢ َﻋ ْﻦ ذَ ِﻟ َﻚ‬ َ ‫ﷲ‬ِ ‫ﺳ ْﻮ ُل‬ ُ ‫ﻓَﻨَ َﮭﺎﻧَﺎ َر‬

Artinya:”Dari Sa’īd bin Musayyab, dari Sa’ad, ia berkata: "Dulu kami


menyewakan tanah dengan (bayaran) hasil pertanianyang tumbuh di pinggir
selokan dan yang tumbuh di bagian yang dialiri air; maka, Rasulullah melarang
kami melakukan hal tersebut dan memerintahkan agar kami menyewakannya
dengan emas atau perak."

Mewujudkan kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan penting, dan


pemerintah memiliki peran yang penting, Pembangunan ekonomi di Indonesia
tercermin dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).Di
Indonesia sendiri APBN cenderung sering mengalami defisit, dimana pengeluaran
lebih banyak dari pendapatan yang didapat oleh Negara. Solusi yang dilakukan
pemerintah dalam menutupi defisit anggaran tersebut adalah dengan menerbitkan
surat berharga syariah Negara (SBSN). Pada peraturan menteri keuangan No. 218
tahun 2008 sukuk Negara ritel dapat diartikan sebagai surat berharga syariah Negara
(SBSN) yang dijual kepada individu atau orang perseorangan warga Negara
Indonesia melalui agen penjual yang sudah terpilih. Di Indonesia sukuk Negara ritel
berpotensi memberdayakan dana menganggur di dalam negeri untuk membiayai
proyek-proyek pemerintah yang membutuhkan dana tambahan. Panduan umum yang
dipakai investor dan para pelaku pasar untuk memantau perkembangan nilai
portofolio sukuk yang dimiliki adalah dengan memantau perkembangan pergeseran
kurva imbal hasil (yield) dan kupon. Kenaikan dan penurunan yield dipengaruhi
oleh beberapa faktor internal maupun eksternal serta hukum pasar yang berlaku
baik bisa berupa aspek ekonomi, politik, keamanan, sosial budaya dan masih
banyak lagi. Kondisi ekonomi suatu Negara merupakan acuan penting dalam
mempengaruhi keputusan investasi di Negara tersebut. Beberapa parameter kondisi
perekonomian yang dapat mempengaruhi tingkat yield sukuk ritel Negara antara lain:
PDB, inflasi, bagi hasil deposito dimana segala kondisi perkonomian akan
tercermin pada ketiga parameter tersebut. Walaupun banyak parameter makro
ekonomi lainnya, namun ketiga indikator tersebut dinilai cukup eksplisit untuk
melihat kondisi perekonomian pada waktu penelitian.

Penelitian yang dilakukan Imam, Arum, Wayan dan Tiyas menggambarkan


terdapat banyak faktor yang sangat mungkin mempengaruhi sukuk ritel Negara
Indonesia. Adapun beberapa faktor yang mungkin dapat mempengaruhinya
menurit peneliti yaitu seperti Inflasi, Tingkat bagi hasil deposito mudharabah,
Produk domestic bruto (PDB), dan Jakarta Islamic indeks (JII).Berdasarkan uraian
diatas maka perlu dilakukan suatu kajian lebih lanjut menganai faktor-faktor
yang mempengaruhi yiled sukuk ritel Negara. Dalam penelitian ini penulis
tertarik untuk mengambil judul “Faktor Determinan Terhadap Yield Sukuk Ritel
Negara Di Pasar Sekunder (Studi Tahun 2009-2017)”. 1

Menurut Fabozzi (2000), obligasi adalah instrumen hutang yang mewajibkan unit
usaha atau pemerintah yang mengeluarkan surat tersebut untuk membayar kepada
investor atau penyedia dana sejumlah yang diinvestasikan ditambah dengan bunga
dalam periode waktu tertentu (Fabozzi, 2000).

1
Fitriyah, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 6 No. 9 September2019: 1741-
1755
Yuliati dan Handoyo (1996) mengemukakan bahwa yield obligasi adalah tingkat
bunga yang menyamakan nilai sekarang dari seluruh penerimaan bunga dan nilai
nominal obligasi, dengan harga obligasi (Yuliati dan Handoyo, 1996). 2

Menurut Paisarn (2012), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi yield


obligasi yaitu factor eksternal, karakteristik obligasi dan faktor internal
perusahaan.3

Menurut Wahyuni (2011), sukuk mempunyai proses balancing/hedging sendiri


antara cost dan income dalam penerbitannya karena imbal hasilnya didasarkan pada
konsep bagi hasil, bagi kontribusi, dan bagi risiko. 4

2
Saputra, Tiyas Adrian. 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Yield
Obligasi Konvensional Indonesia (studi kasus pada perusahaan listed di BEI).Skripsi
diterbitkan Semarang: Universitas Diponegoro.
3
Linda, Ni Wayan dan Nyoman Abudanti. 2015. Variabel-variabel Yang Mempengaruhi
Yield Obligasi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Edek Indonesia. E-Juournal
Manejemen Universitas Udayana vol. 4 no. 11.
4
Fitriyanti. 2014. Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Imbal Hasil Sukuk
Negara Ritel di Indonesia ( Periode tahun 2011-2014 ). Skripsi diterbitkan Bogor :
Institut Pertanian Bogor.
Secara umum penerbitan Surat SBSN ditujukan untuk membiayai defisit
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan sebagai sumber pembiayaan
untuk pembangunan proyek pemerintah yang dilakukan oleh Kementerian dan
Lembaga (K/L) Negara. Sepanjang tahun 2019, pemerintah telah menerbitkan 19
surat berharga syariah negara (SBSN) dengan nilai pembiayaan Rp114,33 Triliun.
Sejumlah dana tersebut digunakan untuk membiayai defisit APBN secara umum,
yang dapat berkaitan dengan proyek infrastuktur pemerintah yang telah masuk dalam
APBN tahun berjalan. Selain itu, terdapat pula SBSN proyek yang telah dikhususkan
(earmarked) yang digunakan untuk pembiayaan infrastruktur dan pembangunan
fasilitas umum di sejumlah wilayah di Indonesia, seperti halnya Project
Financing Sukuk yang menjadi salah satu alternatif pembiayaan infrastruktur yang
telah dilakukan pemerintah sejak tahun 2013. Project Financing Sukuk merupakan
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) / Sukuk Negara yang diterbitkan untuk secara
langsung membiayai kegiatan/proyek pemerintah tertentu yang telah dialokasikan
dalam APBN. Proyek-proyek tersebut tidak ditujukan untuk menghasilkan
pendapatan, sehingga pembayaran pokok dan imbalannya tidak berasal dari
pendapatan proyek tersebut melainkan berasal dari penerimaan umum pemerintah dan
dialokasikan tiap tahun pada APBN. Total akumulasi Project Financing Sukuk sejak
tahun 2013 hingga 2019 berjumlah Rp90,79 triliun. Pembiayaan proyek melalui
SBSN menunjukkan angka yang terus tumbuh dibandingkan tahun-tahun sebelumnya
sejalan dengan peningkatan SBN bruto yang diterbitkan pemerintah dengan
komposisi pada kisaran 25 persen sampai 30 persen dari total. Peningkatan yang
terjadi baik dari jumlah K/L yang menjadi pemrakarsa proyek,nilai pembiayaan yang
dialokasikan, jumlah proyek yang di bangun, maupun sebaran satuan kerja (satker)
pelaksana proyek SBSN dan lokasi proyek SBSN yang dikerjakan. Sebagai
gambaran, tahun 2013 proyek yang dibiayai melalui SBSN hanya Rp800 miliar
dengan hanya satu K/L pemrakarsa proyek. Sementara untuk tahun anggaran 2020,
pembiayaan proyek melalui SBSN dialokasikan Rp27,35 triliun. Jumlah K/L
pemrakarsa proyek SBSN pada tahun 2020 juga semakin banyak, meliputi 17 unit
eselon I di 8 K/L.
Yudi dan Vianey (2004) meneliti tentang pengaruh corporate governance terhadap
peringkat obligasi dan yield obligasi yang dilakukan pada Bursa Efek Surabaya. Hasil
penelitiannya mengemukakan bahwa tidak semua elemen corporate governance
berpengaruh terhadap peringkat dan yield obligasi. Jumlah komisaris independen
berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi dan negatif terhadap yield obligasi
serta keberadaan komite audit secara statistik signifikan berpengaruh negatif terhadap
yield obligasi. 5
Hopewell dan Kaufman (1973), hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa “in a
symmetrical cycle yields on long term securities exceed yields on short term
securities when yields are low by more than short-term yields exceed long-term
yields. The inverse relationship between duration and coupon makes a higher coupon
bond a shorter term bond than a lower coupon bond of the same maturity” (dalam
suatu siklus simetris, yield efek jangka panjang lebih besar dibandingkan yield efek
jangka pendek. Ketika yield obligasi rendah, yield pada efek jangka pendek lebih
besar dibandingkan yield pada efek jangka panjang. Sebaliknya hubungan antara
jangka waktu dan bunga kupon membuat bunga obligasi dengan jatuh tempo pendek
lebih tinggi dengan jatuh tempo yang sama).
Wayne F, Tyler R. Henry dan Darren J. Kisgen (2006) dalam penelitiannya
mengatakan “that high spot rates, high term structure slopes and low term convexity
predict higher conditional expected returns” (pada saat nilai tukar (kurs) tinggi, yield
obligasi diprediksi akan lebih tinggi), dan ini sesuai dengan Lehman, dimana pada
saat nilai tukar (kurs) tinggi akan menghasilkan yield atau return yang lebih tinggi
dibandingkan pada nilai tukar (kurs) rendah.
Dartiwan, Hana (2007), Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa variabel
tingkat bunga SBI, Coupon rate dan Term To Maturity secara bersama-sama
mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menentukan yield obligasi Negara.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penulis yang telah dipaparkan di atas, dapat


dirumuskan permasalahan penulis sebagai berikut :

a. Apakah inflasi, PDB, bagi hasil deposito mudharabah, dan JII memiliki
pengaruh secara simultan terhadap tingkat yield sukuk ritel tahun 2018-
2022?
b. Apakah inflasi memiliki pengaruh terhadap tingkat yield sukuk ritel tahun
2018-2022?
c. Apakah PDB memiliki pengaruh terhadap tingkat yield sukuk ritel tahun
2018-2022?

5
Rahman, Anang Aulia dan Sam’ani.2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Yield Obligasi Negara Tahun 2010-2012.Jurnal Ekonomi Manajemen Akutansi No.35/Th
xx/Oktober 2013
d. Apakah bagi hasil deposito mudharabah memiliki pengaruh terhadap
tingkat yield sukuk ritel tahun 2018-2022?
e. Apakah JII memiliki pengaruh terhadap tingkat yield sukuk ritel tahun
2018-2022?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka tujuan dilaksanakan


penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis pengaruh antara variable independen (Inflasi, PDB,


Bagi hasil deposito mudharabah, dan JII) secara simultan terhadap tingkat
yield sukuk ritel tahun 2018-2022.
2. Untuk menganalisis pengaruh inflasi terhadap tingkat yield sukuk ritel
tahun 2018-2022.
3. Untuk menganalisis pengaruh PDB terhadap tingkat yield sukuk ritel
tahun 2018-2022.
4. Untuk menganalisis pengaruh bagi hasil deposito mudharabah terhadap
tingkat yield sukuk ritel tahun 2018-2022.
5. Untuk menganalisis pengaruh JII terhadap tingkat yield sukuk ritel tahun
2018-2022.

D. Manfaat Penelitian

Penulis ingin memaparkan beberapa manfaat terkait dengan penelitian ini,


yaitu :

1. Bagi Akademisi

a. Penulis
Penelitian ini diharapkan akan memberikan pembelajaran terbaru bagi
penulis, khususnya terkait dengan bagaimana mengimplementasikan
ilmu/teori yang didapat selama mengikuti perkuliahan, kedalam sebuah
tulisan karya ilmiah.
b. Lembaga Universitas / Perguruan Tinggi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi dalam
memberikan sebuah informasi baru bagi civitas akademisi sehingga
bermanfaat untuk masa yang akan dating.

2. Bagi Praktisi

a. Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang relevan dan
berguna bagi pemerintah dalam mengetahui faktor Produk domestik
bruto, inflasi, tingkat bagi hasil deposito mudharabah, serta Jakarta
Islamic Indeks.

3. Masyarakat Umum
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai rekomendasi untuk program atau
kebijakan dan diaplikasikan pada masyarakat.
JUDUL 2 : Pengaruh Green Banking, Relationship Marketing dan Penggunaan
Mobile Banking terhadap Loyalitas Pada Nasabah PT. Bank Muamalat ( Studi
Kasus Pada Nasabah PT. Bank Muamalat KCU Lampung )

A. Latar Belakang

Di zaman kita seperti sekarang ini telah muncul fenomena di dunia ekonomi
yaitu berkembangnya perbankan syariah, karena dunia ini memiliki potensi yang
besar. Terbukti adanya pesaing justru pada produk dan layanan yang diberikan oleh
bank syariah, sehingga perusahaan dan pelaku bisnis harus pandai berinovasi,
berkreasi dan memiliki peluang yang optimal untuk menjaga kualitas layanan yang
terbaik agar dapat terus eksis (Anggriawan, 2015). 6

Lembaga keuangan syariah di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat,


ini dikarenakan semakin banyaknya jumlah lembaga keuangan syariah. Kedepan akan
makin banyak tantangan bagi lembaga keuangan syariah yang harus dihadapi. Seperti
contohnya dalam penelitian ini peneliti memilih Bank Muamalat Indonesia
Perkembangan perbankan syariah saat ini menghadapi kenaikan secara pesat, terkait
ini bisa diketahui dari publikasi OJK tentang statistik perbankan syariah berikut ini :

Tabel Perkembangan Statistik Perbankan Syariah

Bank Umum Syariah

No. Indikator Desember 2020 Agustus 2021

1. Aset 397.073 M 413.937 M

2. Jumlah Bank 14 12

3. Jumlah Kantor 2.034 2.044

4. ATM 2.800 3.872

6
Anggriawan, F., Djoko Widodo, D., Kartini, T., Pd, S., & Pd, M. (2015). Pengaruh Customer Intimacy
terhadap Loyalitas Nasabah Bank Rakyat Indonesia Syariah Cabang Jember. Artikel Ilmiah Mahasiswa,
I(1), 1–7.
5. Jumlah Tenaga Kerja 50.261 45.379

Unit Usaha Syariah

No. Indikator Desember 2020 Agustus 2021

1. Aset 196.875 M 205.147 M

2. Jumlah Bank Umum 20 20


Konvensional yang
memiliki UUS
3. Jumlah Kantor 392 407

4. ATM 182 218

5. Jumlah Tenaga Kerja 5.326 5.455

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

No. Indikator Desember 2020 Agustus 2021

1. Jumlah Bank 163 165

2. Jumlah Kantor 627 648

3. Jumlah Tenaga 6.750 6.818


Kerja
(Sumber : OJK Statistik Perbankan Syariah, Agustus 2021)

Pada awal tahun 2019, Bank Muamalat Indonesia menorehkan prestasi dengan
menempati posisi juara dari hasil survei “Satisfaction, Loyalty, and Engagement
(SLE) 2019”. Survei SLE 2019 ini merupakan pengukuran kepuasan pelanggan yang
tidak hanya fokus pada aspek kepuasan, tapi juga secara utuh pada satisfaction,
loyalty, dan engagement. Tetapi di balik Bank Muamalat menorehkan prestasi SLE
ada fenomena bisnis yang terjadi pada Bank Muamalat yaitu bank syariah pertama di
Indonesia ini sempat lama bergulat dengan menumpuknya pembiayaan bermasalah,
munculnya non-performing financing (NPF) beberapa tahun lalu disebabkan oleh
ketidakcukupan infrastruktur risiko untuk memitigasi debitur kurang berkualitas yang
masuk ke bank (www.bankmuamalat.co.id ).

Adanya inovasi melalui pertumbuhan dan penciptaan aset masing-masing


industri seharusnya meningkatkan beberapa faktor yang dapat membuat pelanggan
semakin tertarik dan loyal. Adanya loyalitas pelanggan merupakan komitmen positif
yang diungkapkan oleh pelanggan dalam jangka panjang, dan dapat berakhir karena
adanya ketidaksesuaian antara perusahaan dengan pelanggan. Pelanggan setia
perusahaan akan menjadi sumber pendapatan yang sangat berharga bagi masing-
masing perusahaan (Al Afifah, 2017). 7

Self service technology juga merupakan sebuah strategi bisnis dengan unsur
kebaruan yang dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi dengan menyediakan
pelayanan elektronik. Contoh dari layanan SST adalah ATM, Mobile Banking,
Online Shopping, toko tiket dengan layanan checkout mandiri, dan lain sebagainya
(Iqbal et al., 2018). Hal tersebut dibuktikan dengan penelitian Wismantoro (2017)
bahwa hasil penelitiannya membuktikan variabel self service technology terhadap
loyalitas memiliki hasil positif signifikan.

Customer intimacy strategi yang populer digunakan oleh bank karena


memungkinkan mereka untuk membangun dan memelihara hubungan jangka panjang
dengan pelanggan mereka (Anggriawan et al., 2015). Hal tersebut dibuktikan dengan
penelitian (Nafiah, 2021) 8 bahwa hasil penelitiannya membuktikan variabel cutomer
intimacy terhadap loyalitas memiliki hasil positif signifikan.

Customer delight ketika seseorang merasakan nyaman dengan suatu perusahaan


dan mendapatkan perasaan senang. Nasabah yang delight merupakan aset penting
peran mereka lebih besar dari sekedar melakukan pembelian produk karna mereka
menyertakan positif word of mouth tentang perusahaan dan juga akan memberikan
keuntungan yang besar untuk perusahaan (Lestari, 2020). 9

7
AlAfifah, P., Surya, D., & Lutfi. (2017). Analisis Kualitas Layanan dan Citra Perusahaan terhadap
Loyalitas Nasabah dengan Kepuasan Nasabah sebagai Variabel Intervening (Studi Empirik Nasabah
Tabungan Tandamata Bank BJB Cabang Serang). Jurnal Riset Bisnis Dan Manajemen Tirtayasa, 1(2),
159–166. http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JRBM
8
Nafiah, N. (2021). MEREK ISLAM TERHADAP LOYALITAS NASABAH BANK SYARIAH INDONESIA KCP
GODEAN 3 DENGAN KEPUASAN SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING belakangan ini menunjukkan prospek peningkatan yang luar biasa adalah dilakukan
dengan jalinan ikatan yang kuat . Perusahaan biasanya a. 5(2), 177– 190.
9
AFRIYANI LESTARI. (2020). ANALISIS CUSTOMER DELIGHT PADA PELAYANAN DI PT. BANK
PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) ADAM BENGKULU.
B. Rumusan Masalah

1. Apakah Green Banking, Relationship Marketing, dan Penggunaan Mobile


Banking berpengaruh secara simultan terhadap Loyalitas Pada Nasabah
PT. Bank Muamalat?
2. Apakah Green Banking berpengaruh terhadap Loyalitas pada Nasabah PT.
Bank Muamalat?
3. Apakah Relationship Marketing berpengaruh terhadap Loyalitas Pada
Nasabah PT. Bank Muamalat?
4. Apakah Mobile Banking berpengaruh terhadap Loyalitas Pada Nasabah
PT. Bank Muamalat?
C. Tujuan
1. Untuk menganalisis pengaruh green banking terhadap loyalitas pada
nasabah PT. Bank Muamalat.
2. Untuk menganalis pengaruh relationship marketing terhadap loyalitas
pada nasabah PT. Bank Muamalat.
3. Untuk menganalisis pengaruh mobile banking terhadap loyalitas pada
nasabah PT. Bank Muamalat.
JUDUL 3 : Pengaruh Net Interest Margin ( NIM ), Fee Based Income ( FBI ),
dan Operation Cost Revenue ( OCR ) terhadap profitabilitas perbankan syariah
( studi kasus PT Bank Muamalat KCU Lampung )

A. Latar Belakang

Keterlibatan sektor moneter dan perbankan merupakan unsur penting dalam


keberhasilan pembangunan. Adanya keterlibatan sektor moneter dan perbankan maka
akan mempercepat pertumbuhan ekonomi (Dahlan Siamat, 2001). Masyarakat pada
dasarnya mengukur keberhasilan perusahaan berdasarkan kemampuan perusahaan
yang terlihat dari kinerja manajemen (Sarifudin, 2005). Secara umum, kinerja
perusahaan dapat dilihat dari kemampuan manajemen dalam memperoleh laba (SFAC
No. 1). Salah satu rasio yang bisa dijadikan indikator tingkat profitabilitas pada
perusahaan perbankan adalah Return On Asset (ROA) dimana rasio ini melihat
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan aset yang
dimilikinya (Muljono, 1999). Penilaian Bank Indonesia terhadap ROA lebih penting
dibandingkan ROE karena Bank Indonesia lebih mengutamakan nilai profitabilitas
bank yang diukur dari aset, dengan permodalan terutama berasal dari dana investasi
dan tabungan masyarakat sehingga ROA lebih representatif dalam mengukur tingkat
keuntungan operasional bank (Dendawijaya, 2001). Kinerja keuangan suatu bank
juga dapat dinilai dari indikator-indikator keuangan bank seperti rasio kecukupan
modal (CAR), kredit bermasalah (NPL), margin bunga bersih (NIM), biaya modal,
dan pendapatan usaha (BOPO), kredit/kredit rasio simpanan (LDR)

Beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh CAR, NPL, NIM, BOPO dan LDR
terhadap ROA memberikan hasil yang berbeda-beda. Hasil penelitian Almilia dan
Hedyningtyas (2005) menunjukkan bahwa CAR berpengaruh positif signifikan
terhadap ROA, sedangkan hasil penelitian Yogianta (2013) menunjukkan bahwa
CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Penelitian Yogianta (2013)
menunjukkan hasil NPL memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap ROA.
Hasil ini berbeda dengan penelitian Avrita dan Pangestuti (2016) yang menyatakan
bahwa bad debt tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROA bank
umum non-publik. Penelitian Almilia dan Hedyningtyas (2005) menunjukkan bahwa
NIM mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap ROA. Hal ini berbeda dengan
hasil penelitian Yogianta (2013) yang menyatakan NIM tidak berpengaruh signifikan
terhadap ROA. Hasil penelitian Yogianta (2013) menunjukkan bahwa BOPO
mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap ROA, sedangkan penelitian
Ariyanto (2004) menunjukkan bahwa BOPO tidak mempunyai pengaruh signifikan
terhadap ROA. Penelitian Yogianta (2013) menunjukkan bahwa LDR mempunyai
pengaruh positif signifikan terhadap ROA. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian
Avrita dan Pangestuti (2016) yang menyatakan bahwa LDR tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap ROA bank IPO. Apabila terdapat perbedaan hasil
penelitian tersebut maka diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh CAR,
NPL, NIM, BOPO dan LDR terhadap ROA. 10

Sektor perbankan merupakan salah satu bagian dari sektor keuangan yang
menjadi tulang punggung perekonomian suatu Negara, dimana aktivitasnya
menghimpun dan menyalurkan dana. Tujuan utama bank melakukan aktivitas bisnis
tidak lain adalah untuk memperoleh laba atau keuntungan (profit oriented). Dengan
memperoleh laba maka selain perusahaan tetap dapat hidup terus (survive),
perusahaan juga dapat meningkatkan nilai atau citra perusahaan sehingga dapat
menarik minat investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut.
Menurut Anindyntha (2016), sumber pendapatan bank adalah pendapatan bunga
(interest income) dan pendapatan non bunga (Fee Based Income). Menurut Kustina
dan Dewi (2016) Strategi yang sekarang banyak diterapkan dalam industri perbankan
dalam upaya menumbuhkan laba adalah memperbesar fee based income, strategi ini
merupakan suatu tindakan yang diambil oleh industri perbankan dalam upaya
mengantisipasi menurunnnya pendapatan dari perolehan bunga penyaluran kredit
akibat menurunnya tingkat suku bunga kredit secara umum atau ketika penyaluran
kredit mengalami kelesuan.

Seiring dengan kemajuan pembangunan, terdapat tren peningkatan pendapatan


komisi; Selama periode 10 tahun sebelumnya, pendapatan fee hanya menyumbang
15% dari total pendapatan bank. Dalam lima tahun ke depan, pendapatan komisi
akan meningkat menjadi 26% dan pendapatan bunga riil menurun dari 85% menjadi
74% (data statistik Bank Indonesia dalam Anindyntha, 2016). Fenomena tersebut
menyebabkan industri perbankan mulai berlomba-lomba meningkatkan keuntungan
10
Adhista Setyarini, (2020) , ANALISIS PENGARUH CAR, NPL, NIM, BOPO, LDR TERHADAP ROA
(Studi Pada Bank Pembangunan Daerah Di Indonesia Periode 2015-2018), Vol 4, Number 1, Januari
2020
dengan mengandalkan sejumlah strategi untuk menarik nasabah agar menggunakan
produk dan layanan perbankan. Salah satu solusinya adalah dengan memanfaatkan
perkembangan teknologi. Menurut Utaminingsih dan Sularto (2015), teknologi yang
diunggulkan didalam membantu meningkatkan pelayanan kepada nasabah adalah
Electronic Banking atau E-Banking.

Berdasarkan hasil penelitian Uppal (2010),menjelaskan bahwa fee based income


akan menjaga stabilitas pendapatan bank dalam jangka panjang. Hasil penelitian
tersebut juga menjelaskan ada dua alasan bank memberikan perhatian lebih pada
peningkatan non-interest income yakni:

(1). Interest income merupakan struktur penting pendapatan bank, namun sangat
dipengaruhi oleh regulasi dan deregulasi terkait tingkat suku bunga, dan rata-rata
besarannya akan ditentukan oleh kekuatan pasar. Adanya trend penurunan tingkat
suku bunga maka akan menurunkan tingkat profitabilitas. Ketika pendapatan bunga
menurun, bank harus mulai melakukan diversifikasi pendapatan ke dalam kegiatan
pengumpulan biaya/fee income. (2). Pendapatan bank yang berasal dari pendapatan
non bunga akan terus tumbuh dan berkesinambungan, sehingga bank akan berlomba-
lomba meningkatkan pendapatan berdasarkan aktivitasnya (aktivitas pengumpulan
fee). Menurut penelitian Stiroh dan Rumble (2006), mereka menyimpulkan secara
positif manfaat portofolio yang diperoleh dari kombinasi pendapatan non-bunga dan
pendapatan bunga yang sangat fluktuatif. 11

B. Rumusan Masalah

1. Apakah Net Interest Margin, Fee Based Income, dan Operation Cost
Revenue berpengaruh secara simultan terhadap profitabilitas perbankan
syariah ?

2. Apakah Net Interest Margin berpengaruh terhadap profitabilitas perbankan


syariah ?

11
Siti Khotijah dan Agus Sugiyono, 2021, Pengaruh Fee Based Income Dan Interest Income Terhadap
Pendapatan Perusahaan (Studi Empiris Bank Bumn Indonesia Periode 2010-2019), Wacana
Equiliberium : Jurnal Pemikiran & Penelitian Ekonomi Vol. 09, No.01
3. Apakah Fee Based Income berpengaruh terhadap profitabilitas perbankan
syariah ?

4. Apakah Operation Cost Revenue berpengaruh terhadap profitabilitas


perbankan syariah ?

C. Tujuan

1. Untuk menganalisis pengaruh Net Interest Margin terhadap profitabilitas


perbankan syariah.

2. Untuk menganalisis pengaruh Fee Based Income terhadap profitabilitas


perbankan syariah.

3. Untuk menganalisis pengaruh Operation Cost Revenue terhadap


profitabilitas perbankan syariah.

Anda mungkin juga menyukai