Anda di halaman 1dari 22

Apa itu Utang Negara?

Utang negara adalah utang yang dikeluarkan atau dijamin oleh pihak pemerintah pada sebuah negara.
Artinya, utang negara adalah surat utang yang dikeluarkan oleh pemerintahan pusat suatu negara.
Utang ini nanti harus dibayarkan oleh pemerintah pada waktu tertentu dengan pokok utang ditambah
bunga. Pemerintah juga harus mengembalikan utang negara dalam mata uang asing saat pembayaran
utang dilakukan.

Kenapa Indonesia Berutang?

Pasti kita bertanya kenapa sih Indonesia berutang? Dalam menjalankan pemerintahan, mungkin sekali
pendapatan negara mengalami surplus maupun defisit. Ketika pendapatan lebih kecil daripada
pengeluaran, maka akan terjadi defisit. Padahal pengeluaran tersebut merupakan kebutuhan yang
memang mendesak dan penting. Nah, utang diperlukan agar pemerintah dapat menjalankan fungsi
penting dan mendesak tersebut. Salah satunya untuk menjaga momentum dan menghindari
opportunity loss. Ketika ada kebutuhan belanja yang tidak bisa ditunda, penundaan pembiayaan tidak
dapat dilakukan karena akan berakibat kerugian yang lebih besar pada masa mendatang, seperti
penyediaan fasilitas kesehatan dan ketahanan pangan. Kesempatan pembiayaan pembangunan saat ini
dioptimalkan untuk menutup gap penyediaan infrastruktur dan meningkatkan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) Indonesia yang masih relatif tertinggal dibandingkan negara lain. Lalu untuk memberikan
warisan aset yang baik untuk generasi selanjutnya Indonesia juga perlu berutang. Dengan pembangunan
di sektor infrastruktur dan pendidikan, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi generasi
mendatang. Ketertinggalan infrastruktur dan masalah konektivitas menyebabkan tingginya beban
ekonomi yang ditanggung masyarakat, Utang ini dapat dimaksimalkan untuk pembangunan agar
mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain itu, pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) juga sangat diprioritaskan oleh pemerintah. Oleh karena itu, diperlukan biaya yang tidak kecil
untuk memenuhi tuntutan dari sektor pendidikan, kesehatan, dan perlindungan sosial. Dengan adanya
kebutuhan yang sangat besar tersebut pendapatan negara tidak cukup untuk memenuhi itu semua
sehingga diperlukan utang.

Dampak Utang Indonesia

Sudah diketahui, bahwa Indonesia mempunyai utang yang cukup besar. Lantas pastinya itu berdampak
secara langsung maupun tidak terhadap masyarakat Indonesia sendiri. Setiap utang yang dilakukan
pemerintah dimanfaatkan untuk membiayai berbagai kegiatan produktif dan investasi jangka panjang
yang bertujuan agar menghasilkan dampak baik terhadap generasi yang akan datang. Pemanfaatan yang
terlihat dengan banyaknya infrastruktur yang dibangun, misalnya bendungan, jalan tol, rel kereta api,
pemukiman, pelabuhan, dan lainnya. Itu semua dilakukan bertujuan supaya akses masyarakat dapat
lebih baik sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terjadi di Indonesia. Menurut data yang dirilis oleh
Badan Pusat Statistik (BPS), Ekonomi Indonesia triwulan I-2022 terhadap triwulan I-2021 tumbuh
sebesar 5,01 persen (y-on-y). Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan
mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 15,79 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, Komponen
Ekspor Barang dan Jasa mengalamai pertumbuhan tertinggi sebesar 16,22 persen. Dengan demikian
utang yang digunakan untuk berbagai pembangunan infrastruktur ini cukup berdampak baik bagi bidang
non infrastruktur seperti Alutsista (Alat Utama Sistem Senjata) dan Almatsus (Alat Material Khusus).
Diharapkan dengan regenerasi alutsista ini kedaulatan Indonesia dapat terjamin.

Jenis-jenis Utang

Saat kita mendengar utang negara, pasti yang banyak dipikirkan oleh kita adalah utang luar negeri.
Namun, ternyata jenis utang negara bukan hanya utang luar negeri saja melainkan ada juga yang dalam
negeri. Jenis utang negara terbagi menjadi 2, yaitu pinjaman dan surat berharga negara.

Pinjaman

Pinjaman adalah pembiayaan melalui utang yang diperoleh pemerintah dari pemberi Pinjaman Dalam
Negeri atau Luar Negeri yang diikat oleh suatu perjanjian pinjaman dan tidak berbentuk surat berharga
negara, yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu. Pinjaman Dalam Negeri (PDN)
merupakan jenis pinjaman yang dilakukan oleh Pemerintah yang diperoleh dari Lender Dalam Negeri,
dalam hal ini yaitu BUMN atau Pemerintah Daerah (Pemda), yang harus dibayar kembali dengan
persyaratan tertentu, sesuai dengan masa berlakunya. Biasanya Pinjaman Dalam Negeri dilakukan
sebagai alternatif untuk menutup gap defisit biaya jangka pendek APBN. Sendangkan Pinjaman Luar
Negeri biasanya digunakan untuk pembiayaan likuiditas jangka pendek, pembiayaan permodalan,
pembangunan dan pengadaan barang maupun kegiatan capacity building.

Surat Berharga Negara

Surat Utang Negara (SUN)

Surat Utang Negara (SUN) atau obligasi pemerintah adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan
utang dalam mata uang Rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya
oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya. Surat Utang Negara dibagi menjadi 2,
yakni SUN Domestik dan SUN Internasional.

Surat Utang Negara Domestik

Surat Utang Negara Domestik merupakan obligasi pemerintah yang diterbitkan di pasar domestik dalam
mata uang Rupiah maupun mata uang asing. Contohnya, seperti Fixed Rate (FR), Variable Rate (VR),
Surat Perbendaharaan Negara (SPN), Obligasi Negara Ritel (ORI), dan Savings Bond Ritel (SBR).
Surat Utang Negara Internasional

Surat Utang Negara Internasional adalah obligasi pemerintah yang juga diterbitkan untuk memenuhi
kebutuhan pembiayaan defisit APBN, yang ditransaksikan dalam valuta asing di pasar perdana
internasional dan pasar perdana Jepang.

Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)

Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau disebut juga Sukuk Negara adalah Surat Berharga Negara
(SBN) yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset
SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun mata uang asing. Sukuk didefinisikan sebagai sertifikat yang
bernilai sama yang merepresentasikan bagian kepemilikan yang tak terbagi atas suatu aset berwujud,
nilai manfaat aset (usufruct), dan jasa (services), atau atas kepemilikan aset dari suatu proyek atau
kegiatan investasi tertentu (AAOIFI Sharia Standards Nomor 17 tentang Investment Sukuk).

SBSN Domestik

Surat Berharga Syariah Negara Domestik merupakan SBSN yang diterbitkan di pasar domestik dalam
mata uang Rupiah. Contohnya, seperti Islamic Fixed Rate (IFR), Surat Perbendaharaan Negara-Syariah
(SPN-S), Project Based Sukuh (PBS), Sukuk Negara Ritel (SR), Sukuk Tabungan (ST), dan Sukuk Dana Haji
Indonesia (SDHI).

SBSN Internasional

Pemerintah mengembangkan dan menerbitkan instrumen Sukuk Negara untuk pasar internasional, yaitu
Sukuk Negara Indonesia (SNI) atau yang dikenal dengan Sukuk Global/Valas. SNI adalah Sukuk Negara
yang diterbitkan dalam denominasi valuta asing di pasar perdana internasional, memberikan tingkat
imbalan tetap (fixed coupon), serta dapat diperdagangkan (tradable).

Jika kita telisik lebih dalam, berdasarkan data yang dihimpun dari website resmi Bank Indonesia melalui
publikasi SULN (Statistik Utang Luar Negeri) Indonesia, utang luar negeri yang dimiliki oleh Indonesia
pada bulan April tahun 2022 bernilai sebesar 409,464 miliar US$ atau sekitar 6.030,995 triliun rupiah
(Kurs US$1 = Rp. 14.729 per 14 Juni 2022). Dari angka tersebut, utang luar negeri dapat diposisikan
menjadi beberapa cakupan, antara lain menurut sektor ekonomi dan kreditor (negara pemberi
pinjaman).

Posisi Utang Luar Negeri menurut Sektor Ekonomi


Utang luar negeri Indonesia dalam cakupan ini terbagi menjadi 17 sektor yakni:

Pertanian dan Peternakan

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Pengadaan Listrik, Gas, Uap/Air Panas dan Udara

Pengelolaan Air, Pengelolaan Air Limbah, Pengelolaan dan Daur Ulang Sampah, dan Aktivitas Remediasi

Konstruksi

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil, dan Sepeda Motor

Transportasi dan Pergudangan

Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum

Informasi dan Komunikasi

Jasa Keuangan dan Asuransi

Real Estate

Jasa Perusahaan

Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Jasa lainnya

Dari 17 sektor tersebut, sektor tertinggi pertama disumbangkan oleh sektor Jasa Keuangan dan Asuransi
yakni sebesar 74,320 miliar US$. Angka ini kemudian disusul oleh sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial di urutan kedua (47,016 miliar US$) dan Pengadaan Listrik, Gas, Uap/Air Panas dan Udara di
urutan ketiga (43,621 miliar US$).

Posisi Utang Luar Negeri menurut Kreditor (Negara)

Kreditor atau peminjam dalam utang luar negeri Indonesia terdiri dari 3 pihak, antara lain: Negara
Peminjam, Organisasi Internasional, dan Lainnya. Negara Peminjam memberikan sumbangan utang luar
negeri yang paling besar yaitu sebesar 212,37 miliar US$. Angka ini kemudian disusul oleh Lainnya
sebesar 154,948 miliar US$ dan Organisasi Internasional sebesar 42,146 miliar US$.
Masih berdasarkan data SULN (Statistik Utang Luar Negeri) Indonesia, dari pihak negara peminjam, sejak
tahun 2012, Singapura konsisten menjadi peminjam utang luar negeri tertinggi untuk Indonesia.
Sebelumnya, pada tahun 2011, Jepang menjadi negara peminjam utang luar negeri tertinggi bagi
Indonesia dengan nilai sebesar 43,774 miliar US$ yang disusul oleh Singapura sebesar 38,497 miliar US$.
Tetapi, pada tahun 2012, utang luar negeri Indonesia terhadap Jepang turun ke angka 40,026 miliar US$
sementara terhadap Singapura meningkat ke angka 42,288 miliar US$ dan terus berlanjut hingga saat
ini. Bahkan, utang luar negeri Indonesia terhadap Singapura pernah menyentuh angka dua kali lebih
besar dari utang luar negeri Indonesia terhadap Amerika dan Jepang dalam rentang waktu 10 tahun
kebelakang.

Berikut adalah 5 negara peminjam utang luar negeri tertinggi dan 3 negara peminjam utang luar negeri
terendah bagi Indonesia:

Tertinggi

Singapura (60,723 miliar US$)

Amerika (34,885 miliar US$)

Jepang (25,198 miliar US$)

Tiongkok (21,719 miliar US$)

Hongkong (16,857 miliar US$)

Terendah

Oceania (37 juta US$)

Belgia (112 juta US$)

Spanyol (251 juta US$)

Di sisi lain, Indonesia juga melakukan pinjaman/utang luar negeri kepada Organisasi Internasional. Dari
pihak Organisasi Internasional, Indonesia melakukan utang luar negeri tertinggi kepada IBRD
(International Bank for Reconstruction and Development) sebesar 18,936 miliar US$. Angka ini
kemudian disusul oleh pinjaman terhadap ADB (Asian Development Bank) sebesar 10,619 miliar US$ dan
IMF (International Monetary Fund) sebesar 8,680 miliar US$.

Tren Utang Indonesia dan Perbandingan dengan Negara Lain

Bank Indonesia dalam publikasinya yakni Statistik Utang Luar Negeri Indonesia merilis nilai utang luar
negeri Indonesia dengan rentang waktu 10 tahun ke belakang dan merinci perubahan nilai utang per
bulannya dengan rentang waktu 1 tahun. Dari publikasi tersebut, jika nilai utang luar negeri Indonesia
pada periode bulan April 2021 hingga April 2022 digambarkan ke dalam grafik, akan memberikan hasil
sebagai berikut.

Dari grafik di atas, terlihat bahwa tren utang luar negeri Indonesia selama setahun terakhir mengalami
peningkatan dan penurunan. Pada bulan Agustus tahun 2021, utang luar negeri Indonesia mengalami
kenaikan sebesar 1,86 persen ke angka 425,04 miliar US$. Angka ini merupakan nilai hutang tertinggi
yang pernah dicapai Indonesia dalam 10 tahun terakhir hingga saat ini. Di sisi lain, pada awal tahun
2022, tren utang luar negeri Indonesia sempat mengalami kenaikan tipis sebesar 0,64 persen ke angka
417,38 miliar US$ namun setelahnya terus mengalami penurunan hingga angka 409,464 miliar US$ pada
bulan April 2022.

Meskipun demikian, jika utang negara Indonesia dibandingkan dengan negara lain, ternyata utang
negara Indonesia jauh lebih kecil dibandingkan dengan negara-negara besar. Melansir dari laman World
Population Review, pada tahun 2022, Jepang memiliki nilai utang sebesar 9,087 triliun US$ dengan rasio
utang terhadap PDB yang paling tinggi (236,14%). Selain itu, Amerika Serikat mencatatkan nilai rasio
utang terhadap PDB sebesar 108,80% dengan nilai utang sebesar 19,23 triliun US$. Singapura sendiri
sebagai negara kreditor paling besar bagi Indonesia mencatatkan rasio utang terhadap PDB sebesar
128,2%, lebih tinggi dibandingkan Indonesia yang hanya sebesar 30,56%.

Kenapa negara maju memiliki utang yang tinggi, bahkan lebih tinggi daripada Indonesia?

Beberapa negara maju seperti Singapura, Jepang, dan AS memiliki rasio utang terhadap PDB yang tinggi.
Namun, kenapa negaranya tidak mengalami kebangkrutan? Hal ini disebabkan karena utang yang tinggi
tersebut berasal dari rakyatnya sendiri. Selain itu, untuk negara seperti AS, kepercayaan pasar keuangan
dunia terhadap pemerintahannya sangat tinggi. Hampir semua orang di dunia ini yakin, negaranya tidak
akan bangkrut. Hal tersebut didorong kualitas sumber daya manusia (SDM) dan teknologi yang unggul di
AS. Negara ini juga kaya sumber daya alam.

Sebelum membeli surat utang negara, investor melihat faktor risiko investasi. Negara maju seperti
Amerika Serikat secara umum dianggap bebas risiko, sedangkan utang negara berkembang dianggap
cukup berisiko. Investor juga harus mempertimbangkan stabilitas politik pemerintah suatu negara.
Tingginya penerimaan pajak juga mendukung negara maju meminjam lebih banyak utang. Selain itu,
PDB yang besar juga memiliki dampak positif pada risiko meminjam. Kemudian, dengan peringkat utang
yang lebih berkualitas dibandingkan negara berkembang menyebabkan mereka bisa menerbitkan surat
utang dengan bunga lebih rendah. Dengan begitu, beban bunga yang mereka tanggung tentu lebih
ringan. Sebagaimana peringkat utang mempengaruhi bunga, reputasi negara juga berpengaruh pada
bunga surat utang. Berdasarkan sebab-sebab di atas, negara maju memiliki utang yang lebih tinggi
dibanding negara berkembang.

Selanjutnya seperti yang pernah dikatakan oleh ahli ekonomi senior, Faisal Basri, Singapura memiliki
pengelolaan utang yang sangat baik dimana utang yang besar tersebut dibiayai oleh warga Singapura
sendiri. Pengelolaan utang di Singapura melibatkan dana pensiun dan jaminan kesehatan pekerja.
Pengelolaan yang mumpuni tersebut kemudian menggerakkan perekonomian negaranya.

Bagaimana Pengelolaan Utang Negara Indonesia?

Terdapat berbagai aspek dalam pengelolaan utang pemerintah, yakni:

Aset Negara

Belanja Modal

Rasio Defisit APBN & Rasio Utang Terhadap PDB

Keseimbangan Primer

Konsisten dan Hati-Hati Dalam Mengelola Utang

Utang Bukan Satu-Satunya Instrumen Kebijakan

Hasil Pada Jangka Menengah

Dalam pengelolaan tersebut, setiap langkah penyesuaian untuk mencapai satu tujuan selalu berakibat
pada tujuan yang lain. Ini yang dikenal sebagai “trade-off”. Dalam mengatasi hal ini Pemerintah terus
melakukan penyesuaian untuk mencapai tujuan pembangunan dan terus menjaga APBN tetap sehat,
kredibel dan berkelanjutan (sustainable). Pada periode 2018-2021, kebijakan fiskal Pemerintah masih
bersifat ekspansif dengan APBN defisit, namun dalam batas aman dan diupayakan cenderung menurun
secara persentase terhadap PDB serta perbaikan keseimbangan primer (primary balance) yang
ditargetkan menuju positif. Pemerintah juga berupaya agar kebutuhan pembiayaan APBN melalui utang
secara persentase terhadap PDB menurun di tahun 2018 hingga 2021.

Sumber pembiayaan utang biasanya berasal dari domestik dan valuta asing. Untuk tahun 2022, Ditjen
Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu menyatakan akan terus mengoptimalkan
penerbitan surat berharga negara (SBN) domestik sebagai sumber pembiayaan utang pada APBN 2022
sedangkan sumber utang luar negeri dimanfaatkan sebagai pelengkap. Hal itu untuk menghindari
crowding out effect dengan tetap memperhatikan cost of fund yang menarik.

Salah satu faktor yang memengaruhi utang luar negeri di Indonesia adalah kuat atau lemahnya nilai
tukar rupiah. Lalu ketika rupiah melemah, bagaimana dengan kemampuan pemerintah membayar utang
negara?

Bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed) pada Juni 2022 mengumumkan kenaikan
suku bunga acuan yang agresif mencapai 75 bps yang menjadi kenaikan suku bunga terbesar sejak tahun
1994. Inflasi menjadi salah satu tantangan utama yang dihadapi sejumlah negara saat ini. Kondisi ini
mendorong kenaikan bunga acuan oleh bank-bank sentral dunia menjadi keniscayaan untuk meredam
kenaikan harga-harga tersebut.

Kementerian Keuangan menghitung akan ada tambahan sekitar Rp420 triliun pada penerimaan negara
tahun ini. Semakin pulihnya aktivitas ekonomi juga mendukung naiknya penerimaan selain akibat
kenaikan harga komoditas. Sri Mulyani mengatakan, peningkatan pendapatan tersebut akan dikelola
sehingga bisa dialokasikan untuk mendukung pemulihan ekonomi dan peningkatan daya beli
masyarakat, termasuk juga mengurangi defisit APBN. Kemenkeu juga berencana menggunakan dana Sisa
Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya untuk menekan defisit. Mengurangi defisit
berarti pemerintah bisa mengurangi penerbitan utang baru. Ketika suku bunga meningkat namun
issuance lebih sedikit, harapannya rasio utang per PDB Indonesia bisa diturunkan.

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. (2022, 15 Juli). External Debt Statistics of Indonesia - June 2022. Diakses pada 9 Julii
2021, dari https://www.bi.go.id/en/statistik/ekonomi- keuangan/sulni/Pages/SULNI-Juni-2022.aspx

DDTC. Strategi Pembiayaan Utang 2022, Pemerintah Andalkan SBN Rupiah. Diakses pada 9 Juli 2022 dari
https://news.ddtc.co.id/strategi-pembiayaan-utang-2022-pemerintah- andalkan-sbn-rupiah-35230

detikFinance. (2022, 15 Juni). Daftar Negara dengan Utang Terbanyak di Dunia 2022, RI Termasuk?.
Diakses pada 9 Juli 2021, dari https://finance.detik.com/berita-ekonomi- bisnis/d-6129229/daftar-
negara-dengan-utang-terbanyak-di-dunia-2022-ri-termasuk
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Kementerian Keuangan RI. (2017). Pahami
Utang Negara. Diakses pada tanggal 9 Juli 2022 dari
https://www.djppr.kemenkeu.go.id/pahamiutang/index.php

Katadata. (2022, 16 Juni). Strategi Sri Mulyani Redam Dampak Kenaikan Bunga The Fed Ke Indonesia.
Diakses pada 9 Juli 2022 dari https://katadata.co.id/agustiyanti/finansial/62ab215942ac6/strategi-sri-
mulyani- redam-dampak-kenaikan-bunga-the-fed-ke-indonesia

Kementerian Keuangan RI. Mengenal Pinjaman Luar Negeri. Diakses pada 9 Juli 2022 dari
https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/kph/id/data-publikasi/artikel/2803-mengenal- pinjaman-luar-negeri-
2.html

Kompas. (2021, 1 Oktober). Mengapa Negara Maju Gemar Punya Utang Banyak?. Diakses pada 9 Juli
2022 dari https://money.kompas.com/read/2021/10/01/070238126/mengapa- negara-maju-gemar-
punya-utang banyak?page=all#:~:text=Negara%20maju%20bisa%20berutang%20banyak,damp ak
%20positif%20pada%20risiko%20meminjam

Mankiw, N. G. (2015). Principles of Macroeconomics (Mankiw's Principles of Economics).

Menteri Keuangan RI. KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR


884/KMK.08/2017 TENTANG STRATEGI PENGELOLAAN UTANG NEGARA JANGKA MENENGAH TAHUN
2018-2021

World Population Review. (2022). Debt to GDP Ratio by Country 2022. Diakses pada 10 Juli 2022, dari
https://worldpopulationreview.com/countries/countries-by-national-debt
Perlunya Berutang
Mengembangkan Pasar Keuangan
Instrumen utang Pemerintah yang diperdagangkan di pasar keuangan digunakan sebagai acuan
(benchmark) bagi industri keuangan.

Penerbitan instrumen utang Pemerintah merupakan alternatif investasi yang ditawarkan kepada
masyarakat.

Kegiatan operasi moneter oleh Bank Indonesia juga turut didukung melalui penerbitan instrumen
utang Pemerintah.

Perlunya Berutang

1. Menjaga Momentum dan Menghindari Opportunity Loss


Adanya kebutuhan belanja yang tidak bisa ditunda, misalnya penyediaan fasilitas kesehatan dan
ketahahan pangan. Penundaan pembiayaan justru akan mengakibatkan biaya/kerugian yang
lebih besar di masa mendatang.
Kesempatan pembiayaan pembangunan saat ini dioptimalkan untuk menutup gap penyediaan
infrastruktur dan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia yang masih
relative tertinggal dibanding negara lain.
Peningkatan IPM dapat dipenuhi antara lain melalui peningkatan sektor pendidikan, kesehatan,
dan perlindungan sosial.
2. Memberikan Legecy (Warisan) Aset yang Baik untuk Generasi Selanjutnya
Legacy yang baik muncul ketika utang digunakan untuk membiayai hal-hal yang produktif dan
memberikan manfaat bagi generasi mendatang, misalnya belanja infrastruktur dan pendidikan.
Pembiayaan kebutuhan belanja melalui utang merupakan investasi yang dapat memenuhi
keadilan antar generasi karena mewariskan aset bagi generasi mendatang (Golden rule).
3. Menjaga dan Mempercepat Pertumbuhan Ekonomi
Dengan kebijakan berutang, ekonomi Indonesia mampu tumbuh pada level saat ini. Studi Badan
Kebijakan Fiskal menyebutkan bahwa jika rasio utang terhadap PDB ditahan pada level 23%,
maka rata-rata pertumbuhan ekonomi 2013-2016 akan berada di bawah 5%.
Mempertahankan rasio utang terhadap PDB pada level 23% berarti menghilangkan kesempatan
penciptaan lapangan kerja 150-200 ribu orang dalam kurun waktu 2013-2016.
4. Mengembangkan Pasar Keuangan
Instrumen utang Pemerintah yang diperdagangkan di pasar keuangan digunakan sebagai acuan
(benchmark) bagi industri keuangan.
Penerbitan instrumen utang Pemerintah merupakan alternatif investasi yang ditawarkan kepada
masyarakat.
Kegiatan operasi moneter oleh Bank Indonesia juga turut didukung melalui penerbitan
instrumen utang Pemerintah.

Pembiayaan APBN

Utang negara untuk pembiayaan Defisit APBN adalah konsekuensi dari Belanja Negara yang lebih besar
dari Pendapatan Negara.

Utang merupakan Konsekuensi Belanja Negara yang Ekspansif

Kebijakan belanja yang ekspansif dilakukan dengan memprioritaskan belanja produktif pada sektor
infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan. Besarnya belanja Pemerintah ini untuk memberikan stimulus
bagi perekonomian, dan masih belum dapat terpenuhi seluruhnya dari penerimaan negara (Perpajakan,
Bea Cukai, PNBP, dan Hibah). Konsekuensi dari selisih kurang antara pendapatan dan belanja negara
adalah defisit APBN.

Pendapatan negara terdiri dari Perpajakan, Bea Cukai, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), dan
Hibah. Belanja negara terdiri dari Belanja Pemerintah Pusat dan Transfer ke Daerah & Dana Desa. Wujud
fiskal ekspansif diantaranya melalui percepatan proyek infrastruktur melalui peningkatan belanja K/L,
peningkatan dana transfer ke daerah dan dana desa, serta investasi Pemerintah (PMN dan LMAN)

Pemanfaatan

Pembiayaan Melalui Utang

Utang Pemerintah digunakan untuk pembiayaan secara umum (general financing) dan untuk membiayai
kegiatan/proyek tertentu.

Untuk pembiayaan umum, utang digunakan antara lain untuk membiayai Belanja produktif dan
Penyertaan Modal Negara (PMN). Pemberian PMN memberi ruang gerak yang lebih besar bagi BUMN
untuk melakukan leverage jika dibandingkan dengan belanja negara.

Pemanfaatan utang negara yang produktif serta sumber pembiayaan yang efisien dan berisiko rendah
akan meringankan beban generasi mendatang.

Pemanfaatan

Proyek yang Dibiayai Pinjaman

Bidang Infrastruktur

- Bendungan
- Jalan
- Pemukiman
- Rel Kereta Api
- Pelabuhan
- Air Bersih
- Listrik
- Pendidikan
- Kesehatan

Bidang Non Infrastruktur

- Alusista
- Almatsus
- Keuangan

Pemanfaatan

Proyek yang Dibiayai SBSN

Pembangunan dan pengembangan

- Bendungan
- Jalan
- Asrama Haji
- Rel Kereta Api
- Jembatan
- Air Bersih
- Balai Nikah
- Pendidikan

Jenis Utang

Jenis Utang

Jenis Utang dalam Diagram

Utang negara terbagi menjadi Pinjaman dan Surat Berharga Negara

Jenis Utang

Pinjaman

Pinjaman adalah pembiayaan melalui utang yang diperoleh Pemerintah dari Pemberi Pinjaman Dalam
Negeri atau Luar Negeri yang diikat oleh suatu perjanjian pinjaman dan tidak berbentuk surat
berharga negara, yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu.

Pinjaman Dalam Negeri


Pinjaman Dalam Negeri (PDN) merupakan jenis pinjaman yang dilakukan oleh Pemerintah yang
diperoleh dari Lender Dalam Negeri, dalam hal ini yaitu BUMN atau Pemerintah Daerah (Pemda),
yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu, sesuai dengan masa berlakunya.

Pemanfaatan Pinjaman Dalam Negeri:

 Sebagai alternatif sumber pembiayaan untuk menutup gap

 Pembiayaan jangka pendek dalam rangka pemenuhan defisit APBN

 Mendukung pemberdayaan produksi industri strategis dalam negeri

 Mendukung pembangunan infrastruktur

Pinjaman Luar Negeri

Penjaman Luar Negeri merupakan setiap pembiayaan melalui utang yang diperoleh Pemerintah dari
Lender Luar Negeri yang diikat oleh suatu perjanjian dan tidak berbentuk Surat Berharga Negara, yang
harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu. Sumber Pinjaman Luar Negeri dapat berasal dari
bilateral, multirateral dan Kreditor Swasta Asing (KSA).

Pemanfaatan Pinjaman Luar Negeri terdiri dari:

 Pinjaman Tunai

Pinjaman tunai dapat berupa pinjaman program, stand by loan, pembiayaan likuiditas jangka pendek,
pembiayaan kontinjensi,pembiayaan permodalan dan lain-lain, yang pencairannya bersifat tunai.

 Pinjaman Kegiatan

Merupakan pinjaman yang digunakan untuk membiayai kegiatan tertentu. Kegiatan ini dapat bersifat
tangible (pembangunan atau pengadaan) maupun intangible (capacity building/scholarship).

Jenis Utang

Surat Utang Negara


Obligasi pemerintah atau lebih dikenal dengan Surat Utang Negara (SUN) adalah surat berharga yang
berupa surat pengakuan utang dalam mata uang Rupiah mau pun valuta asing yang dijamin
pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya.

SUN Domestik

SUN Domestik merupakan obligasi pemerintah yang diterbitkan di pasar domestik dalam mata uang
Rupiah maupun mata uang asing.

 Fixed Rate (FR)

Merupakan SUN berjenis kupon atau bunga tetap yang diterbitkan dengan manfaat untuk mengurangi
risiko fluktuasi suku bunga.

 Variable Rate (VR)

Merupakan SUN yang berjenis kupon tidak tetap atau mengambang yang ditentukan berdasarkan
suatu acuan tertentu, seperti tingkat bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia), yang berfluktuasi
mengikuti kondisi pasar keuangan atau ekonomi makro.

 Surat Perbendaharaan Negara (SPN)

Merupakan SUN yang berjangka waktu sampai dengan 12 bulan dengan pembayaran bunga dilakukan
secara diskonto (discounted paper), yang di beberapa negara lebih dikenal dengan sebutan T-Bills
atau Treasury Bills.

 Obligasi Negara Ritel (ORI)

Merupakan Obligasi Negara yang dijual kepada individu atau perseorangan Warga Negara Indonesia
(WNI) melalui Agen Penjual di pasar perdana dan dapat diperdagangkan di pasar sekunder (tradable).

 Savings Bond Ritel (SBR)

Merupakan Obligasi Negara yang dijual kepada individu atau perseorangan WNI melalui Agen Penjual
di pasar perdana domestik yang tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder (non-tradable).

SUN Internasional

Untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan defisit APBN, selain menerbitkan SUN di pasar domestik,
Pemerintah juga menerbitkan SUN dalam valuta asing di pasar perdana internasional dan pasar
perdana Jepang.
Surat Berharga Syariah Negara

Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau disebut juga Sukuk Negara adalah Surat Berharga Negara
(SBN) yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap
aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun mata uang asing.

Sukuk didefinisikan sebagai sertifikat yang bernilai sama yang merepresentasikan bagian kepemilikan
yang tak terbagi atas suatu aset berwujud, nilai manfaat aset (usufruct), dan jasa (services), atau atas
kepemilikan aset dari suatu proyek atau kegiatan investasi tertentu (AAOIFI Sharia Standards Nomor
17 tentang Investment Sukuk).

Jenis Surat Berharga Syariah Negara:

SBSN Domestik

SBSN Domestik merupakan SBSN yang diterbitkan di pasar domestik dalam mata uang Rupiah.

- Islamic Fixed Rate (IFR)


Merupakan seri SBSN yang diterbitkan dalam denominasi Rupiah ditujukan bagi investor institusi
dengan nominal pembelian yang besar, memiliki tenor jangka menengah-panjang dan tingkat
imbalan tetap (fixed).

 Surat Perbendaharaan Negara–Syariah (SPN–S)

Merupakan seri SBSN yang memiliki tenor pendek kurang dari satu tahun (enam bulan), untuk
memenuhi kebutuhan arus kas/likuditas jangka pendek baik bagi pemerintah maupun bagi
institusi keuangan.

 Project Based Sukuk (PBS)

Merupakan seri SBSN yang digunakan untuk membiayai pembangunan proyek yang telah
dialokasikan dalam APBN, sebagai upaya mendorong percepatan pembangunan proyek
infrastruktur di tanah air.

 Sukuk Negara Ritel (SR)

Merupakan seri SBSN yang yang dijual kepada investor individu Warga Negara Indonesia melalui
Agen Penjual di pasar perdana dan dapat diperdagangkan di pasar sekunder (tradable).

 Sukuk Tabungan (ST)


Merupakan seri SBSN yang yang dijual kepada investor individu Warga Negara Indonesia melalui
Agen Penjual di pasar perdana dan tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder (non-
tradable).

 Sukuk Dana Haji Indonesia (SDHI)

Merupakan seri SBSN yang diterbitkan khusus dalam rangka penempatan dana haji dan dana
abadi umat dalam instrumen SBSN.

SBSN Internasional

Pemerintah mengembangkan dan menerbitkan instrumen Sukuk Negara untuk pasar


internasional, yaitu Sukuk Negara Indonesia (SNI) atau yang dikenal dengan Sukuk Global/Valas.
SNI adalah Sukuk Negara yang diterbitkan dalam denominasi valuta asing di pasar perdana
internasional, memberikan tingkat imbalan tetap (fixed coupon), serta dapat diperdagangkan
(tradable).

Perbandingan

Rasio Debt to GDP

Pelebaran defisit APBN mengakibatkan rasio utang pemerintah terhadap PDB meningkat selama
pandemi. Pelebaran defisit dilakukan Pemerintah untuk megakomodir pengeluaran yang besar untuk
melindungi sektor sektor yang sangat terdampak akibat pandemi. Namun demikian, rasio utang
Indonesia relatif lebih moderat jika dibandingkan dengan negara lain, dan dapat diipastikan tetap wajar
serta terkendali di bawah batas 60% PDB.
Perbandingan

Rasio Defisit dan Pertumbuhan Ekonomi

 UU 17/2003 mengatur batas maksimal defisit APBN sebesar 3% PDB dan batas maksimal rasio
utang sebesar 60% PDB. Hingga tahun 2019, Pemerintah terus konsisten melaksanakan disiplin
fiskal tersebut, namun pandemi yang bersifat extraordinary membuat APBN harus lebih fleksibel
dan perlu dilakukan pelebaran defisit di atas 3% untuk kebijakan countercyclical ( UU 2/2020).

 Pada tahun 2020 dan 2021, realisasi defisit fiskal lebih rendah dari target yang dianggarkan,
yaitu 6,14 persen dan 4,57 persen PDB. Seiring pemulihan ekonomi yang tetap kuat dan
berlanjut di tahun 2022, serta kinerja pendapatan negara yang terus membaik seiring pemulihan
ekonomi, implementasi UU HPP, dan dampak kenaikan harga komoditas, Pemerintah optimis
outlook defisit di akhir tahun 2022 dapat lebih rendah dari target, serta dapat kembali ke
kebijakan defisit di bawah 3% PDB pada tahun 2023.

 Pelebaran defisit dan penambahan utang Indonesia di masa pandemi relatif merupakan salah
satu yang terkecil. Dengan tambahan defisit yang relatif lebih moderat dan rasio utang yang
masih cukup rendah, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih baik dari banyak negara di
dunia

Sumber:
Kemenkeu,
BPS,WEO

Anda mungkin juga menyukai