Anda di halaman 1dari 4

Nama : Yunicha Elisabeth Sihotang

NIM : H24170076
Mata Kuliah Pasar dan Lembaga Keuangan

PASAR OBLIGASI DAN SUKUK

Obligasi merupakan suatu istilah yang dipergunakan dalam dunia keuangan, yang
merupakan suatu pernyataan utang dari penerbit obligasi kepada pemegang obligasi beserta janji
untuk membayar kembali pokok utang beserta kupon bunganya kelak pada saat tanggal jatuh
tempo pembayaran. Obligasi merupakan utang, namun dalam bentuk sekuriti. “Penerbit” obligasi
adalah si peminjam atau debitur, sementara “pemegang” obligasi adalah pemberi pinjaman atau
kreditur dan “kupon” obligasi adalah bunga pinjaman yang harus dibayar oleh debitur kepada
kreditur. Penerbit obligasi dapat digolongkan menjadi sebagai berikut:
1. Lembaga supranasional
2. Pemerintah suatu negara
3. Bagian negara berdaulat (provinsi, negara atau otoritas daerah)
4. Lembaga pemerintah
5. Perusahaan
6. Special purpose vehicles

Dalam pasar obligasi, obligasi bersifat dapat diperdagangkan. Ada dua jenis pasar obligasi,
antara lain:
1. Pasar Primer
Pasar primer adalah tempat diperdagangkannya obligasi saat mulai diterbitkan. Salah satu
persyaratan ketentutan pasar modal, obligasi harus tercatat di bursa efek agar dapat
ditawarkan kepada masyarakat (dalam hal ini adalah Bursa Efek Indonesia (BEI)).
2. Pasar Sekunder
Pasar sekunder merupakan tempat diperdagangkannya obligasi setelah diterbitkan dan
tercatat di BEI dan perdagangan obligasi akan dilakukan secara Over the Counter (OTC),
yang berarti tempat perdagangannya tidak dalam bentuk fisik. Pemegang obligasi serta
pihak yang ingin membelinya akan berinteraksi dengan bantuan perangkat elektronik
seperti email, online trading, atau telepon.

Dari aspek perpajakan, obligasi dibagi menjadi dua macam, yakni:


1. Obligasi dengan kupon (interest bearing bond)
 Atas bunganya dikenakan Pajak Pengasilan dengan tarif 20% dari jumlah bruto
bunga sesuai dengan masa kepemilikan (holding period).
 Atas diskontonya dikenakan Pajak Penghasilan sebesar 20% dari selisih lebih harga
jual pada saat transaksi atau nilai nominal pada saat jatuh tempo di atas harga
perolehan, tidak termasuk bunga berjalan (accrued interest).
2. Obligasi tanpa bunga (zero coupon bond)
 Hanya atas diskontonya saja yang dikenakan Pajak Penghasilan, yaitu sebesar 15%
dari selisih harga jual pada saat transaksi atau nilai nominal pada saat jatuh tempo
obligasi di atas harga perolehan obligasi.

Kemajuan perekonomian suatu negara terlihat dari perkembangan pasar modal di negara
tersebut karena fungsi dari pasar modal untuk menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan (Ang,
1997) yang menunjang perkembangan ekonomi dan keuangan dalam suatu negara. Fungsi pasar
modal yakni menghubungkan pihak yang mempunyai kelebihan dana (investor) dan pihak yang
membutuhkan dana (emiten) dalam tranksaksi pemindahan dana. Salah satu instrumen yang
diperdagangkan dalam pasar modal adalah obligasi. Perkembangan pasar obligasi di Indonesia
menunjukkan pergerakan cukup signifikan dari tahun 2005 hingga tahun 2007. Hal ini terlihat dari
volume perdagangan pada tahun 2005 mencapai Rp 67,33 triliun kemudian meningkat menjadi Rp
178.89 triliun. Mengingat pentingnya peran obligasi sebagai sarana pembiayaan maka pemerintah
terus berupaya untuk meningkatkan likuiditas pasar obligasi. Perkembangan pasar obligasi
khususnya pasar domestik yang aktif dan likuid dapat tercermin dengan semakin meningkatnya
total penerbitan obligasi dan rata-rata transaksi harian obligasi di pasar sekunder.

Salah satu produk keuangan obligasi yaitu sukuk. Definisi sukuk menurut Keputusan Ketua
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No. KEP-130/BL/2006 Tanggal 23
Nopember 2006 tentang penerbitan efek syariah, sukuk adalah efek syariah berupa sertifikat atau
bukti kepemilikan yang bernilai sama dan memiliki bagian penyertaan yang tidak terpisahkan atau
tidak terbagi atas: (1) kepemilikan aset berwujud tertentu, (2) nilai manfaat dan jasa atas proyek
tertentu atau aktivitas investasi tertentu, atau (3) kepemilikan atas aset proyek tertentu atau
aktivitas investasi tertentu. Sukuk merupakan salah satu instrumen keuangan syariah yang
telah diterbitkan baik oleh negara maupun korporasi. Terdapat beberapa negara yang telah
menjadi regular issuerdari sukuk, misalnya Malaysia, Bahrain, Brunei Darussalam, Uni Emirat
Arab, Qatar, Pakistan, dan State of Saxony Anhalt-Jerman. Alasan penerbitan sukuk negara
(sovereign sukuk) ditujukan bagi keperluan pembiayaan negara secara umum (general funding)
maupun pembiayaan proyek-proyek tertentu, seperti pembangunan bendungan, unit pembangkit
listrik, pelabuhan, bandar udara, rumah sakit, jalur kereta api, dan jalan tol. Disamping itu,
sukukdapat digunakan bagi pembiayaan defisit anggaran pendapatan belanja Negara (cash-
mismatch), yaitu dengan menggunakan sukuk dengan jangka waktu pendek (Islamic Treasury
Bills) yang juga dapat digunakan sebagai instrumen pasar uang (Direktorat Kebijakan
Pembiayaan Syariah, 2008). Perbedaan antara sukuk dengan obligasi adalah sebagai berikut:
1. Sukuk merupakan surat berharga berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti
kepemilikan/penyertaan terhadap aset sukuk, sementara obligasi merupakan Surat
pengakuan hutang menggunakan bunga.
2. Sukuk memerlukan underlying asset, sementara obligasi sebaliknya.
3. Sukuk memerlukan fatwa/opini Syariah, sementara obligasi tidak ada.
4. Sukuk menggunakan sumber pembiayaan dari APBN, termausk pembiayaan pemerintah,
sementara obligasi tidak ada
5. Dasar hukum yang melandasi sukuk yakni Undang Undang Nomor 19 Tahun 2008
tentang Surat Berharga Syariah Negara, sementara obligasi dilandasi oleh Peraturan
Pemerintah RI Nomor 6 Tahun 1963
6. Return dalam sukuk yaitu berupa imbalan bagi hasil, margin, capital gain, sementara
return dari obligasi berupa bunga

Sukuk jika dilihat dari sisi tujuan, fungsi utama sukuk sama halnya dengan obligasi. Sukuk
memiliki peran penting sebagai salah satu sumber pendanaan perusahaan dan menjadi solusi untuk
berinvestasi secara syariah mengingat belum ada instrumen jangka panjang syariah pada masa itu,
serta dapat juga membantu pembangunan perekonomian suatu negara.
SUMBER:

Sudaryanti, N., Mahfudz, A. A., & Wulandari, R. (n.d.). ANALISIS DETERMINAN


PERINGKAT SUKUK DAN PERINGKAT, 6(2), 105–137.

Masalah, A. L. B. (2017). Data Harga Obligasi, 8(1), 62–78.

Ekonomi, J., Lestari, E., & Putri, H. (2013). PENGARUH RISIKO LIKUIDITAS
PERUSAHAAN TERHADAP, (3).

Khatimah, H. (n.d.). SUKUK DAN KONTRIBUSINYA DALAM. 11(1), 83–103.

Anda mungkin juga menyukai