A. Surat Utang
Surat Utang (Obligasi) merupakan salah satu Efek yang tercatat di Bursa di samping Efek
lainnya seperti Saham, Sukuk, Efek Beragun Aset maupun Dana Investasi Real Estat.
Obligasi dapat dikelompokkan sebagai efek bersifat utang di samping Sukuk. Obligasi
dapat dijelaskan sebagai surat utang jangka menengah panjang yang dapat
dipindahtangankan, yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar
imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang
telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut. Obligasi dapat diterbitkan oleh
Korporasi maupun Negara.
B. Surat Subordinat
Surat utang subordinasi adalah subordinated debentures yaitu surat utang yang tingkat
kedudukannya berada di bawah surat utang lain sehingga baru akan dibayar kembali
setelah surat utang dengan prioritas lebih tinggi telah dilunasi atau dilakukan pelunasan
terlebih dahulu.
Surat utang subordinasi memiliki peringkat prioritas lebih rendah dibandingkan obligasi
lainnya yang diterbitkan oleh penerbit dalam hal terjadinya likuiditas. Dalam hal
terjadinya kepailitan likuidator, kemudian pembayaran utang pajak, dan lain-lain.
Pemegang obligasi yang pembayarannya diutamakan adalah obligasi yang memiliki
tanggal penerbitan paling awal yang disebut obligasi senior, setelah obligasi ini dilunasi
maka barulah pembayaran pelunasan obligasi subordinasi dilakukan. Oleh karena
resikonya lebih tinggi maka obligasi subordinasi ini biasanya memiliki peringkat kredit
lebih rendah daripada obligasi senior. Contoh utama dari obligasi subordinasi ini dapat
ditemui pada obligasi yang diterbitkan oleh perbankan dan pada Efek Beragum Aset.
Penerbitan yang berikutnya umumnya dilakukan dalam bentuk “tranches”. Senior
tranches dibayar terlebih dahulu dari tranches subordinasi. Maka ada hirarki dari para
kreditur.
C. Obligasi Euro
D. Obligasi Tanpa Bunga dan Kupon Sangat Rendah (Zero Coupon Bond)
Dalam rangka mendanai ekspansi bisnis, sebuah perusahaan atau emiten berupaya untuk
melakukan diversifikasi sumber pembiayaan agar lebih kompetitif dan mendapatkan dana
yang lebih murah. Belakangan ini, perusahaan dari sektor konstruksi aktif mencari
pendanaan dari pasar modal dengan menerbitkan obligasi.
Salah satu jenis surat utang adalah obligasi dengan skema tanpa kupon atau yang biasa
disebut zero coupon bond. Instrumen ini diartikan sebagai surat utang tanpa bunga hingga
surat utang tersebut jatuh tempo, namun investor membeli surat utang tersebut dengan
harga diskon. lalu menerima pembayaran dengan nilai penuh ketika obligasi ini jatuh
tempo.
Instrumen ini memang terbilang baru di Indonesia, hingga saat ini masih belum ada
korporasi baik swasta maupun badan usaha milik negara (BUMN) yang menerbitkan
instrumen utang dengan jenis itu.
Meskipun saat ini diversifikasi surat utang sudah mulai berkembang, namun pasar belum
sepenuhnya menerimanya. Masih diperlukan sosialisasi serta edukasi kepada invetor
untuk lebih mengenal perbedaan-perbedaan dari instrumen tersebut.
Untuk menerbitkan obligasi tanpa kupon diperlukan kondisi pasar yang stabil agar bisa
laku keras di kalangan pemilik modal. Meski, investor yang potensial masih dari kalangan
institusi dengan tujuan investasi jangka panjang seperti dana pensiun.
Seperti diketahui, investor tentu juga mempertimbangkan tingkat imbal hasil investasi
(return on investment/ROI) dari perusahaan yang menerbitkan surat utang tersebut.
Karena itu, tak hanya kestabilan pasar yang menjadi faktor untuk membuat zero coupon
bond akan dapat diserap investor, melainkan ada kinerja dari emiten yang menerbitkan
surat utang tersebut. Kemudian tingkat permintaan terhadap instrumen tersebut juga akan
bergantung pada kondisi makroekonomi suatu negara.
Di sisi lain, saat ini satu emiten BUMN tanah air berencana untuk menerbitkan zero
coupon bond yaitu PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR). Jumlah nilai utangnya
mencapai Rp2 triliun, namun bersama dengan jenis surat utang lainnya.
Pada tahun 2005, lebih dari 80% dari seluruh obligasi "sampah" yang diterbitkan oleh
perusahaan-perusahaan di Amerika digunakan untuk tujuan akuisisi ataupun leveraged
buyout
Obligasi "sampah" ini juga dapat dikemas ulang dalam bentuk kewajiban utang kolateral
atau biasa dikenal dengan istilah collateralized debt obligation(CDO). Dengan demikian
maka peringkat kreditnya akan naik di atas peringkat kredit sesungguhnya dari obligasi
tersebut secara kesatuan dan kenaikan peringkat tersebutlah yang menjadika dana pensiun
dan lembaga keuangan lainnya berani menempatkan investasinya.
Kekurangan :
• Obligasi sampah memiliki risiko gagal bayar yang lebih tinggi daripada kebanyakan
obligasi lainnya dengan peringkat kredit yang lebih baik.
• Harga obligasi sampah dapat menunjukkan volatilitas karena ketidakpastian seputar
kinerja keuangan emiten.
• Pasar obligasi sampah aktif dapat menunjukkan pasar overbought yang berarti
investor terlalu puas dengan risiko dan dapat menyebabkan penurunan pasar.
F. Hipotik
Menurut Agus pada jurnalnya (275) Hipotik adalah salah satu lembaga jaminan yang
dapat digunakan untuk mengikat objek jaminan utang yang berupa barang tidak bergerak.
Hipotek juga bisa disebut surat pernyataan berutang jangka panjang yang berisi ketentuan
bahwa kreditor dapat memindahkan sebagian atau seluruh hak tagihannya kepada pihak
ketiga. Selama periode tertentu, peminjam dapat membayar kembali pinjaman tersebut
dengan cara mengangsur dengan bunga hingga lunas, hingga peminjam bisa memiliki
properti sepenuhnya.
Dalam hipotek perumahan, pembeli rumah menjaminkan rumahnya kepada bank atau
pemberi pinjaman lain, yang memiliki klaim atas rumah tersebut jika pembeli rumah
gagal membayar hipotek.Memperpanjang pembayaran selama beberapa tahun
mengurangi pembayaran bulanan tetapi meningkatkan jumlah bunga yang harus
dibayar.Jika peminjam tidak berhasil dalam melunasi utang hipoteknya, maka objek
jaminan menjadi hak milik pemberi pinjaman (kreditur). Sementara itu, jika utang
tersebut sudah lunas, maka peminjam akan bebas dan properti tersebut bisa diambil lagi
keseluruhan haknya.
Hipotek juga termasuk sebagai hak atau klaim atas properti, maka saat meminjam uang,
peminjam akan menggunakan properti tersebut sebagai jaminan. Ini beberapa objek dari
hipotek, yaitu:
• Benda tak bergerak beserta segala kelengkapannya yang dapat dipindahtangankan
• Hak pakai atas suatu benda beserta segala kelengkapannya
• Hak untuk numpang karang dan hak usaha
• Bunga tanah yang dibayar dengan uang maupun yang dibayar dengan hasil tanah
• Bunga seperti semula
• Pasar yang diakui oleh pemerintah beserta hak-hak asli yang melekat padanya
Hipotek suku bunga tetap yaitu peminjam membayar suku bunga yang sama selama masa
pinjaman. Pokok bulanan dan pembayaran bunga tidak pernah berubah dari pembayaran
hipotek pertama hingga terakhir. Jika suku bunga pasar naik, pembayaran peminjam tidak
berubah. Jika suku bunga turun secara signifikan, peminjam mungkin dapat
mengamankan suku bunga yang lebih rendah itu dengan membiayai kembali hipotek.
Hipotek dengan suku bunga tetap juga disebut hipotek "tradisional".
Kebanyakan hipotek yang digunakan untuk membeli rumah adalah hipotek berjangka.
Saat berbelanja untuk hipotek, ada baiknya menggunakan kalkulator hipotek untuk
mendapatkan gambaran tentang pembayaran bulanan. Alat-alat ini juga dapat membantu
menghitung total biaya bunga selama masa pinjaman. Penyedia hipotek juga dapat
membuat rekening penampungan, alias rekening yang disita, untuk membayar biaya
terkait properti tertentu. Uang yang masuk ke rekening berasal dari sebagian pembayaran
hipotek bulanan.
Referensi :
Bareksa. 2019. Mengenal Zero Coupon Bond, apa bedanya dengan obligasi
lainnya?.https://www.bareksa.com/berita/sbn/2019-08-26/mengenal-zero-coupon-
bond-apa-bedanya-dengan-obligasi-lainnya. Diakses pada 26 Mei npukul 16.37.
Bareksa • 23 Jul 2019. Mengenal Junk Bond dan Eksistensisnya di Pasar Obligasi
Korporasi Indonesia. Diakses dari https://www.bareksa.com/berita/sbn/2019-07-
23/mengenal-junk-bond-dan-eksistensinya-di-pasar-obligasi-korporasi-indonesia
https://id.wikipedia.org/wiki/Obligasi_sampah
https://forexindonesia.info/kamus/apa-yang-dimaksud-dengan-junk-bond.html
https://www.infovesta.com/index/learning/learning;jsessionid=87F9FD9E948EABB916BFF
CF3EF37DF89.NGXB/41
Riyanto Agus.Aspek hukum perjanjian kredit dengan agunan kapal.vol 2 no 2,hal 275.