Anda di halaman 1dari 16

OBLIGASI

    Pengertian Obligasi
Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara
pemberi pinjaman dengan penerima pinjaman. Surat obligasi adalah selembar kertas
yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut memberikan pinjaman kepada
perusahaan yang menerbitkan obligasi.

Obligasi dapat juga diartikan sebagai surat berharga yang dijual kepada
publik, dimana disana dicantumkan berbagai ketentuan yang menjelaskan berbagai
hal seperti nilai nominal, tingkat suku bunga, jangka waktu, nama penerbit dan
beberapa ketentuan lainnya yang terjelaskan dalam undang-undang yang disahkan
oleh lembaga terkait.

Ada beberapa pendapat lain yang mendefenisikan tentang obligasi yaitu :


1.)  Bond (Obligasi) merupakan janji tertulis dalam sebuah perusahaan, pemerintah,
atau lembaga keuangan lainnya untuk membayar sebanyak nilai nominal pada waktu
jatuh tempo.
2.)  Bond (Obligasi) adalah sekuritas hutang jangka panjang yang diterbitkan oleh
perusahaan atau pemerintah yang memiliki suku bunga dan tanggal jatuh tempo yang
ditetapkan.
3.)  A dictionary of economic, business and finance, memberikan definisi obligasi
sebagai berikut :
a. Persetujuan atau perjanjian tertulis yang telah ditetapkan pemerintah atau
sebaliknya.
b. Perjanjian antara dua orang atau lebih.
 Karakteristik Obligasi
Ketika investor membeli obligasi berarti investor meminjamkan uang kepada
penerbit obligasi tersebut. Sebagai bukti bahwa investor telah meminjamkan uang,
maka pihak yang berhutang akan menerbitkan sertifikat obligasi (indenture) yang
pada intinya berisi persyaratan dan ketentuan pinjaman. Berikut adalah karakteristik
obligasi:

1.  Nilai Nominal (Face Value)


Adalah nilai pokok dari suatu obligasi yang akan diterima oleh pemegang
obligasi pada saat obligasi tersebut jatuh tempo.
2.  Kupon (The Interst Rate)
Adalah nilai bunga yang diterima pemegang obligasi secara berkala
(kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah 3 atau 6 bulanan) kupon obligasi
dinyatakan dalam annual persentase.
3.  Jatuh Tempo (Maturity)
Adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan pembayaran
kembali pokok atau nilai nominal obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh tempo
obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan diatas 5 tahun. Obligasi yang
akan jatuh tempo dalam waktu 1 tahun akan lebih mudah untuk diprediksi, sehingga
memiliki resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memilik periode
jatuh tempo dalam waktu 5 tahun. Secara umum, semakin panjang jatuh tempo suatu
obligasi, maka akan semakin tinggi kupon atau bunganya.
4.  Penerbit atau Emiten (Issuer)
Mengetahui dan mengenal penerbit obligasi merupakan factor sangat penting
dalam melakukan investasi obligasi. Mengukur resiko atau kemungkinan dari
penerbit obligasi tidak dapat melakukan pembayaran kupon dan atau pokok obligasi
tepat waktu (default risk) dapat dilihat dari peringkat (rating) obligasi yang
dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat seperti PEFINDO atau Kasnic Indonesia.
Jenis-jenis Obligasi
Sebelum transaksi jual beli obligasi terjadi, ada suatu kontrak perjanjian
obligasi (bond indenture) antara pembeli dam penjual obligasi. Dan macam obligasi
ditentukan oleh kontrak perjanjian tersebut, macam-macam obligasi antara lain :
a. Berdasarkan penerbit obligasi (issuer)
Berdasrkan penerbit obligasi dapat dibagi atas 3 jenis yaitu :
1.)    Obligasi pemerintah, yaitu obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah.
2.)    Obligasi perusahaan milik Negara (state owned company) contoh penerbit
obligasi adalah BTN, Bapindo, PLN, Jasa Marga, Pegadaian, Pelabuhan
Indonesia, dan lain-lain.
3.)    Obligasi perusahaan swasta, contoh penerbit obligasinya adalah Astra
Internasional, Bank Internasional Indonesia, Citra Marga Nusaphala Persada,
Bank Modern, Multiland, Dharmala Sakti Sejahtera, Ciputra Development,
Tjiwi Kimia, dan lain-lain.

b. Berdasrkan system pembayaran bunga


Berdasrkan system pembayaran bunga maka obligasi dapat dibagi atas dua jenis
yaitu:

1.)    Obligasi Kupon (Coupon Bond)


Obligasi ini yaitu obligasi yang bunganya dibayarkan secara periodik, ada
yang setiap triwulan, semesteran atau tahunan. Pada surat obligasi terdapat
bagian yang dapat dirobek untuk mengambil bunga obligasi tersebut. Bagian
inilah yang disebut kupo obligasi. Jadi kupon obligasi adalah bagian yang
istimewa dari suatu obligasi yang mendefenisikan jumlah bunga tahunan.
Setiap 1 kupon melambangkan 1 kali bunga yang dapat diambil.
2.)    Obligasi tanpa kupon (Zero Coupon Bond)
Lain halnya dengan Coupon Bond, Zero Coupon Bond tidak mempunyai
kupon, sehingga investor tidak akan menerima bunga secara periodik, dimana
bunga langsung dibayarkan sekaligus pada saat pembelian sehingga akan
mengurangi harga obligasi.[4] Misalnya investor membeli obligasi zero
coupon dengan nilai nominal Rp. 1.000.000 tetapi investor hanya membayar
dengan harga Rp. 700.000, pada saat jatuh tempo, uang pokok akan dibayarkan
penuh sebesar Rp. 1.000.000.

c.  Berdasarkan tingkat bunganya


Berdasarkan tingkat bunga ada tiga jenis obligasi, yaitu :
1.)  Obligasi dengan bunga tetap (Fixes Rate Bond)
Bunga pada obligasi ini ditetapkan pada awal penjualan obligasi dan tidak
berubah sampai jatuh tempo.
2.)  Obligasi dengan bunga mengambang (Floating Rate Bond)
Bunga pada obligasi ini ditetapkan pada waktu pertama kali untuk kupon
pertama, sedangkan pada waktu jatuh tempo kupon pertama akan ditentukan
tingkat bunga untuk kupon berikutnya, demikian seterusnya. Biasanya obligasi
dengan bunga mengambang ini ditentukan relative terhadap suatu patokan suku
bunga misalnya 1% di atas LIBOR (London Inter Bank Offering Rate).
3.)  Obligasi dengan bung campuran (Mixed Rate bond)
Obligasi jenis ini merupakan gabungan dari obligasi bunga tetap dan bunga
mengambang. Bunga tetap ditetapkan untuk periode tertentu biasanya pada
periode awal, dan periode selanjutnya mengambang.

d. Berdasarkan jaminannya
Berdasarkan jaminannya ada lima jenis obligasi yaitu:
1.)  Collateral
Perusahaan penerbit membuat suatu janji, apabila saat jatuh tempo obligasi
perusahaan penerbit tidak dapat membayar nilai nominal obligasi maka
perusahaan penerbit menyediakan sejumlah asset milik perusahaan sebagai
jaminan. Hal tersebut akan memperkuat tingkat kepercayaan pemodal, yang
menjamin bahwa pemodal tidak akan mengalami kerugian.
2.) Debenture
Dalam tipe obligasi in, perusahaan penerbit obligasi tidak menjamin dengan
aktiva tertentu, tetapi dijamin oleh tingkat likuiditas perusahaan.

3.)    Subordinate Debenture
Dalam perjanjian kontrak obligasi, pemegang obligalsi diklasifikasikan
berdasrkan siapa yang akan dibayar terlebih dahulu. Jika perusahaan bangkrut,
siapa yang paling mendapat prioritas untuk dibayar terlebih dahulu.
Tipe Subordinate Debenture dibayar setelah Debenture. Oleh karena
itu, Subordinate Debenture merupakan obligasi yang mempunyai resiko tinggi.
4.)    Obligasi pendapatan (Income Bonds)
Obligasi tipe ini, tidak dijamin dengan aset tertentu. Disamping itu,
perusahaan penerbit tidak mempunyai kewajiban membayar bunga secara
periodik kepada pemegang obligasi. Dalam obligasi, perusahaan akan
membayar bunga apabila laba yang dicapai cukup untuk membayar bunga.
Perusahaan penerbit tidak mempunyai utang bunga apabila periode yang berlalu
tidak mampu untuk membayar bunga.
5.)    Obligasi hipotek (Mortgage)
Obligasi tipe ini dijamin dengan aset tertentu dan asset yang dijadikan
agunan disebutkan secara jelas. Asset tersebut merupakan asset yang tidak
bergerak misalnya, tanah dan gedung. Apabila perusahaan melalaikan janjinya,
agunan tersebut dapat dijual untuk menutupi kewajiban perusahaan tersebut.
Dalam obligasi tipe ini, asset perusahaan yang baru secata langsung menjadi
agunan.

e.  Dari segi tempat penerbitannya


Memandang obligasi dari segi tempat penerbitan atau tempat perdagangannya dapat
dibagi atas 3 jenis :
1.)    Obligasi domestik (Domestic Bond)
 Diterbitkan oleh perusahaan atau lembaga dalam negri dan dipasarkan
didalam negri. Misalnya obligasi PLN yang dipasrkan didalam negri
(Indonesia).
2.)    Obligasi asing (Foreign Bond)
                 Adalah obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan atau lembaga asing pada
suatu Negara dimana obligasi tersebut dipasarkan. Contoh : Yankee Bond
dipasarkan di Jepang, Dragon Bond diterbitkan dan dipasarkan di Hongkong
dan sebagainya.
f.  Dari segi pemeringkatjika dilihat dari segi rating maka obligasi dapat dibagi menjadi 3
jenis, yaitu : [7]
1.)    Grade Bond
        Yaitu obligasi yang telah diperingkat dan termasuk dalam peringkat yang
layak untuk di investasi (investment grade).yang termasuk investment grade
adalah peringkat AAA.AA, dan A menurut standards dan Poor’s atau peringkat
Aaaa,Aa dan A menurut Moody’s.
2.)    Non-Grade Bond
                 Adalah obligasi yang telah diperingkat tapi tidak termasuk peringkat yang
layak untuk di investasi (Non-investment grade). Umumnya peringkat obligasi
ini adalah BBB, BB dan B menurut standards dan Poor’s atau Bbb, Bb dan B
menurut Moody’s.
g. Berdasarkan call feature
   Adalah obligasi yang diterbitkan dengan fasilitas atau hak untuk membeli kembali.
Hak untuk membeli kemabli obligasi yang telah dijual sebelum obligasi tersebut jatuh
tempo disebut call fature. Dari segi ini obligasi dapat dibagi atas tiga jenis, yaitu :
1.)    Freely Callable Bond
                 Dalam kontrak perjanjian obligasi, pada saat tertentu perusahaan penerbit
dapat memanggil (menarik) obligasi kembali. Perusahaan penerbit mempunyai
kesempatan untuk memanggil obligasi apabila tingkat bung turun dan
menerbitkan obligasi baru dengan tingkat bunga yang lebih rendah.konsep ini
disebut Refunding. Perusahaan penerbit dapat memanggil obligasi yang beredar
apabila hal tersebut dianggap menguntungkan bagi perusahaan.

2.)    Non-Callable Bond
                 Non-Callable Bond adalah ovligasi yang tidak dapat dibeli kembali oleh
penerbitnya sebelum obligasi tersebut jatuh tempo. Kecuali penerbit membeli
melalui mekanisme pasar.
3.)    Deferred Callable Bond
       Deferred Callable Bond merupakan kombinasi antara Freely Callable
Bond dengan Non-Callable Bond. Biasanya ditentukan suatu batas waktu
tertentu dimana obligasi tersebut tidak dapat dibeli kembali (non callable),
misalnya pada tahun pertama, kemudian sesudahnya penerbit dapat membeli
kembali (freely callable).
h.  Berdasarkan segi konvers

 Dari segi konversi, obligasi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

1.)    Obligasi konversi atau tukar (Convertible Bond/Exchangeable Bond)


   Obligasi konversi atau tukar adalah obligasi yang dapat ditukar dengan
saham, baik saham penerbit obligasi sendiri (Convertible Bond) maupun saham
perseroan lain yang dimiliki oleh penerbit obligasi (exchangeable
bond. Saham0saham yang akan digunakan sebagai konversi obligasi akan
dijadikan jaminan pada wali amanat dan disimpan di Bank custodian.
2.)    Obligasi Non Konversi (Non Convertible Bond)
            Obligasi Non  konversi merupakan obligasi yang tidak dapat dikonversikan
menjadi saham tetapi hanya mencairkan pokok obligasi tersebut pada waktu
jatuh tempo sebagaimana pada obligasi lainnya.
i.   Dilihat dari segi perhitungan imbal hasil
1.)    Konvensional Bonds: obligasi yang diperhitngan dengan menggunakan kupon
system bunga.
2.)    Syariah Bonds; obligasi yang diperhitungan imbal hasil dengan menggunakan
perhitungan bagi hasil. Dalam perhitungan ini dikenal dua macam obligasi
syariah, yaitu :
a.)     Obligasi syariah Mudharabah merupakan obligasi syariah yang menggunakan
akad bagi hasil sedemikian sehingga pendapatan yang diperoleh investor atas
obligasi tersebut diperoleh setelah mengetahui pendapatan emiten.
b.)     Obligasi syariah Ijarah merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad
sewa sedemikian sehingga kupon (fee ijarah) bersifat tetap, dan bisa diketahui
atau diperhitungkan sejak awal obligasi diterbitkan.

Jenis Obligasi di Indonesia


       Secara umum jenis obligasi dapat dilihat dari penerbitanya, yaitu obligasi
perusahaan dan obligasi pemerintah. Oligasi pemerintah sendiri terdiri dari beberapa
jenis yaitu :

1.  Obligasi Rekap, diterbitkan guna suatu tujuan khusus yaitu dalam rangka program
rekapitalisasi Perbankan;

2.  Surat Utang Negara (SUN), diterbitkan untuk membiayai defisit APBN;

3. Obligasi Ritel Indonesia (ORI), sama dengan SUN, diterbitkan untuk membiayai
defisit APBN namun dengan nilai nominal yang kecil agar dapat dibeli secara ritel;

4. Surat Berharga Syariah Negara atau dapat juga disebut “Obligasi Syariah” atau
“Obligasi Sukuk”, sama dengan SUN, diterbitkan untuk membiayai defisit APBN
namun berdasrkan prinsip syariah.
 Penilaian Obligasi

              Nilai intrinsik suatu obligasi akan sama dengan nilai sekarang dari aliran kas
yang diharapkan dari obligasi tersebut. Dengan demikian, sesuai dengan prinsip
penghitungan nilai sekarang (present value), nilai atau harga obligasi bisa diketahui
dengan ‘mendiskontokan’ semua aliran kas yang berasal dari pembayaran kupon
obligasi, ditambah pelunasan obligasi sebesar nilai yang akan diterima pada saat jatuh
tempo, dengan yield yang disyaratkan investor.

              Terdapat hubungan terbalik antara kualitas obligasi yang diterbitkan dengan


pendapatannya. Obligasi yang kualitasnya rendah mempunyai penghasilan yang lebih
tinggi dari pada obligasi yang kualitasnya lebih tinggi. Dengan demikian,
perbandingan risk venture pemegang saham, penilaian obligasi sangat penting untuk
manajemen keuangan, disebabkan penilaian itu akan mempengaruhi kemampuan
pemasarannya dan biaya yang berhubungan dengan penerbitan obligasi tersebut.

Cara Perhitungan Yield Obligasi

              Setiap investasi tentunya harus diukur tingkat returnnya. Pendapatan obligasi


adalah bunga atau kupon pendapatan atau imbal hasil atau return yang akan diperoleh
dari investasi obligasi dinyatakan yield. Yaitu hasil yang akan diperoleh investor
apabila menempatkan dananya untuk dibelikan obligasi. Sebelum memutuskan untuk
berinvestasi obligasi, investor harus mempertimbangkan besarnya yield obligasi
sebagai factor pengukur tingkat pengembalian tahunan yang akan diterima.

              Ada dua istilah dalam penentuan yield yaitu current yield to maturity, untuk


kupon yang dibayarkan dengan jumlah tetap, besarnya kupon yield juga tetap.

1. Current Yield, adalah yield yang dihitung berdasrkan jumlah kupon yang diterima


selama satu tahun terhadap harga obligasi tersebut.
        Rumus : Current yield =        bunga tahunan

                                     Harga obligasi

Contoh :

Jika obligasi PT BNI memberikan kupon kepada pemegangnya sebesar 17%


pertahun, sedangkan harga obligasi tersebut adalah 98% untuk nilai nominal Rp.
1.000.000.000, maka :

Current yield   =          170.000.000

                                     980.000.000

                        =          17%    

                                    98%

=          17,34%.

2.  Yield to maturity adalah tingkat pengembalian atau pendapatan yang akan diperoleh
investor apabila memiliki obligasi sampai jatuh tempo. Formula YTM yang
seringkali digunakan oleh para pelaku adalah YTM approximation atau pendekatan
nilai YTM, sebagai berikut :

Rumus : YTM approximation = C + ( Pn - P / n) / ((Pn + P) / 2 ) x 100%

Keterangan :

C = kupon

N = periode waktu

Pn = redemption value

P = harga pembelian.
Contoh soal :

      Obligasi PT BNI dibeli pada 5 September 2003 dengan harga 94.25% memiliki
kupon sebesar 16% dibayar setiap 3 bulan sekali dan jatuh tempo pada 12 juli 2007.
[11]

C = 16%

N = 3 tahun 10 bulan 7 hari = 3,853 tahun

R = redemption

P = 100%

YTM approximation = ( 16 + {( 100 – 94,25 ) / 3,853) } / {( 100 + 94,25)/ 2)}

      = 17,49 / 97,13

      = 0,18 x 100%

      = 18%

Empat Hubungan Dalam Penilaian Obligasi

1. Semakin dekat tanggal jatuh tempo obligasi, maka nilai pasar dari obligasi tersebut
akan semakin mendekati nilai parinya.

2.  Obligasi jangka panjang memiliki resiko tingkat suku bunga yang lebih besar
dibandingkan dengan obligasi jangka pendek.

3.  Sensitivitas nilai obligasi terhadap perubahan tingkat suku bunga tidak hanya
tergantung pada lamanya jatuh tempo, tetapi juga pada pola arus kas yang dihasilkan
oleh obligasi tersebut.

4. Ukuran tingkat reaksi harga obligasi terhadap perubahan tingkat bunga. Juga
pertimbangan waktu rata-rata jatuh tempo dengan bobot tertimabng tiap-tiap tahun
adalah nilai sekarang arus kas untuk tahun itu.
Perhitungan Nilai Konversi Obligasi Konvertibel

Obligasi konversi atau yang dikenal dengan nama convertible bond, adalah


suatu jenis obligasi yang dapat di konversikan menjadi saham dari perusahaan
penerbit obligasi dan biasanya pada rasio pertukaran ang sudah ditentukan terlebih
dahulu pada penerbitan obligasi tersebut. Ini merupakan sekuriti hibrida yaitu sekuriti
yang terdiri dari dua unsur yaitu utang dan ekuitas.walaupun demikian biasanya
obligasi konversi ini memiliki tingkat suku bunga kupon yang rendah dimana
pemegang obligasi dianggap telah menerima konpensasi berupa suatu kesempatan
untuk menukarkan atau mengkonversikan obligasinya dengan saham biasa dengan
harga yang lebih rendah dari harga saham tersebut dipasaran.

Contoh soal

Pada tahun 2004. PT BMAZmenerbitkan sejumlah Rp.10 miliar obligasi konversi


dengan nilai per Rp. 1 juta dan memberikan interest 10% semi-annual,harga konversi
saham bisa Rp. 16.750 per lembar saham. Saham biasanya dijual Rp. 14.750 per
lembar saham. Obligasi konversi tersebut memilikirating B dengan yield 14%. Harga
surat berharga convertible saat ini Rp. 970.000.

Conversion Ratio        = par value of cov : conversion prices

                        = Rp. 1 juta : Rp. 16.750

                                     = 59.70 saham biasa x Rp. 14.750

Conversion Value        = conversation ratio x market value saham biasa

                        = 59.70 saham biasa x Rp. 14.750

                        = Rp. 880.580.


 Resiko Obligasi

Bagi penerbit dan pembeli obligasi resiko yang sering dihadapi adalah risiko
karena perubahan suku bunga. Apabila suku bunga naik maka harga obligasi akan
turun (pembeli obligasi rugi), dan apabila suku bunga turun maka harga obligasi akan
naik (penerbit bligasi yang rugi). Karena itu kemudian muncul obligasi yang
ditawarkan dengan suku bunga mengambang (Floating Rate). Misalnya ditentukan
bahwa suku bunga obligasi sama dengan suku bunga rata-rata deposito jangka waktu
enam bulan pada Bank-bank pemerintah ditambah dengan 1,00%.

Menurut Fabozzi dalam Maria Immacuatta, ada beberapa resiko yang


dihadapi oleh investor dalam obligasi yaitu sebagai berikut :

a.  Interest-Rate Risk

Harga dari sebuah obligasi akan berubah pada arah yang berlawanan dari
perubahan tingkat bunga: jika tingkat suku bunga naik, maka harga obligasi akan
turun. Begitu pula sebaliknya, jika suku bunga turun maka harga obligasi akan naik.
Jika seseorang investor harus menjual obligasi sebelum jatuh tempo, peningkatan
suku bunga bermakna bahwa investor akan mengalami capital loss (missal investor
menjual obligasi dibawah harga beli). Risiko jenis ini dikenal dengan interest-rate
risk atau market risk. Risiko ini merupakan risiko yang pada umumnya dialami oleh
investor pada pasar obligasi.

b.  Reinvestment Risk

Variabilitas pada tingkat reinvestment akibat adanya perubahan pada tingkat


bunga pasar dinamakan reinvestment risk.

c. Call Risk

Sebagian perusahaan menetapkan untuk menarik atau membeli obligasi yang


diterbitkannya pada harga dan waktu tertentu. Hal ini menyebabkan investor akan
mengalami Call Risk dimana tanggal tertentu perusahaan penerbit obligasi akan
menarik kembali obligasinya.
d. Default Risk

Default risk juga berkaitan dengan risiko gagal bayar, artinya risiko penerbit
obligasi yang mengalami kebangkrutan. Akibat adanya risiko ini, obligasi yang
memiliki default risk dalam perdagangan di pasar obligasi mempunyai harga yang
rendah di bandingkan dengan U.S Treasure Securities. Dilain pihak, obligasi ini
dalam perdagangan dipasar obligasi memiliki yield yang lebih besar dari Treasury
Bond.

e.  Inflation Risk

Peningkatan inflation risk atau purchasing power risk disebabkan oleh


bervariasinya nilai aliran kas yang diterima investor akibat dampak adanya security
dua inflasi. Contohnya jika investor membeli obligasi pada coupon rate sebesar 7%,
tetapi tingkat inflasi adalah 8%, maka purchasing power aliran kas secara nyata akan
dikurangi.

f.  Exchange-Rate Risk

Obligasi yang diperdagangkan denominasi valuta asing, memiliki nilai yang


tidak dapat diketahui dengan pasti. Nilai obligasi dalam mata uang local baru dapat
diketahui ketika pembayaran kupon atau nilai pokok pinjaman terjadi.

g.  Liquidity Risk

               Liquidity atau marketable risk bergantung pada kemudahan suatu obligasi


untuk dijual kembali sebesar nilai obligasinya.

h. Volatility Risk

Harga suatu jenis obligasi tertentu bergantung pada tingkat suku bunga dan faktor-
faktor lainnya yang mempengaruhi nilai obligasi tersebut. Perubahan pada faktor-
faktor tersebut berpengaruh pada harga obligasi. Risiko jenis ini dikenal
dengan Volatility Risk.
Kesimpulan

               Obligasi kini menjadi alternative bagi perusahaan untuk mendapatkan modal


dalam jumlah yang besar tanpa harus melalui syarat-syarat yang rumit ketika akan
meminjam dana ke Bank karena dalam obligasi ini penjualannya akan dipublikasikan
dan dijual kepada investor langsung. Pada dasarnya obligasi ini adalah surat tanda
utang yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh modal. Secara umum
obligasi memiliki jangka waktu jatuh tempo antara 10 sampai 30 tahun, namun ada
juga obligasi yang memiliki jangka waktu jatuh tempo antara 7 sampai 10 tahun.
Sedangkan bunga atau kupon yang diberikan bagi pemegang obligasi ini stabil
berbeda dengan pemegang saham yang cenderung berflutuaktif. Sedangkan
perusahaan dengan adanya obligasi dan sham prefer ini memberikan perlindungan
pajak. Hal ini disebabkan karena pembayaran bunga dan dividen untuk saham prefer
dan obligasi yang komulatif ini merupakan pengurang pajak. Dilihat dari segi
kepemilikannya pemegang obligasi ini disebut sebagai kreditur. Serta obligasi ini
memiliki jatuh tempo. Konsekuensinya lain penggunaan obligasi ini adalah
ketidakmampuan membayar bunga dapat mengakibatkan kebangkrutan sedangkan
ketidakmampuan membayar dividen tidak berakibat apa-apa.
DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Padji. (1995) Pengantar Pasar Modal, Jakatra: PT Rineka Cipta

P. Tampubolon, Manahan. (2005), Manajemen Keuangan. Bogor: Ghalia Indonesia

https://id.wikipedia.org/wiki/Obligasi_konversi

http://ekonomi.kabo.biz/2011/07risiko-risko-obligasi.html.

Https://Empatcerita.Blogspot.Co.Id/2014/09/Makalah-Obligasi.Html

Fahmi, Irham. (2009), Teori porofoli dan Analisis Investasi Teori dan soal
jawab. Bandung: Alfabeta

Triandaru, Sigit.(2006). Bank dan Lemabag Keuangan Lain, Jakarta: Salemba

Anda mungkin juga menyukai