Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS OBLIGASI I: BOND YIELD DAN BOND

PRICING

Obligasi merupakan surat utang pihak swasta ataupun pemerintah kepada masyarakat
baik domestik (dalam negeri) maupun masyarakat internasional (luar negeri) dengan imbalan
kupon atau diskon dan pelunasan pokok lebih dari satu tahun. Utang pokok dilunasi pada
umumnya antara 3 tahun sampai 30 tahun. Kupon dibayarkan bersifat tarif tetap (fixed rate)
ataupun tarif mengambang (floating rate) atau kombinasi antaara fixed rate dan floating rate.
Pembayaran kupon dilakukan secara periodik, baik bulanan, triwulanan, atau tengah tahunan.
Utang obligasi dapat diterbitkan dalam mata uang lokal untuk sasaran investor dalam negeri,
sedangkan untuk sasaran investor asing obligasi diterbitkan dalam mata uang asing misalnya :
dolar(AS), dan poundsterling (Inggris).
Dilihatdari sudut penerbit obligasi atau disebut emiten, utang obligasi merupakan
sumber pendanaan dengan biaya yang lebih murah daripada kredit bank. Bagi investor,
obligasi merupakan instrumen investasi yang memberikan hasil investasi lebih tinggi
daripada bunga deposito ataupun tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia.
Obligasi merupakan pinjaman jangka panjang, oleh karena itu dana yang didapatkan
dari penjualan obligasi harus diinvestasikan oleh bond’s issuer untuk proyek jangka panjang
pula. Selain itu investasi itu harus dapat menghasilkan dana untuk menbayar kupon ditambah
pokok utang. Masa jatuh tempo obligasi wajib seimbang dengan masa investasi yang akan
menghasilkan dana untuk pembayaran kupon dan utang pokok sehingga akan terjamin
likuiditas pembayaranya.
Investor yang bertujuan untuk berinvestasi jangka panjang dan cocok berinvestasi
dalam obligasi adalah dana pensiun dan perusahaan asuransi, karena kebanyakan obligasi
akan disimpan sampai jatuh tempotiba, sehingga tidak terpengaruh oleh gejolak kurs obligasi
di pasar.
Utang pemerintah kepada masyarakat melalui penerbitan obligasi lebih baik daripada
utang pemerintah kepada Bank Indonesia yang berasal dari pencetakan uang baru, sebab
pencetakan uang baru dapat menjatuhkan nilai rupiah jika tidak dijamin dengan nilai emas
atau valuta asing yang memadai.
Bagi BUMN dan perusahaan swasta, penerbitan obligasi membutuhkan persyaratan
adanya pendapatan yang stabil bagi penerbit obligasi. Pendapaan yang stabil sebagai syarat
mutlak agar obligasi dapat dilunasi dan harga obligasi akan diterima baik oleh pasar.
Perusahaan yang menggunakan dana obligasi untuk bidang usaha yang sifat pendapatanya
tidak stabil atau perusahaan yang terpengaruh oleh siklus ekonomi akan terancam kegagalan
kupon atau pokoknya (mengalami default).
A. Risiko Obligasi
 Bentuk Risiko
Bentuk resiko investasi obligasi terdiri dari fluktuasi bunga, nilai rupiah jatuh,
penundaan kupon dan utang pokok, dan likuidasi emiten. Resiko bagi emiten berbeda dengan
resiko bagi investor. Investor mempunyai resiko lebih banyak dibandingkan resiko emiten.
Pemegang obligasi atau investor mengalami keempat bentuk resiko tersebut. Pada saat
tingkat bunga naik investor menderita kerugian – karena kurs turun. Investor lokal, pemegan
obligasi valuta asing menderita kerugian pada saat rupiah terapresiasi dan mendapat
keuntungan pada saat nilai terdepresiasi. Pada saat issuer menunda pembayaran kupon
ataupun utang pokok karena kesulitan likuiditas, investor obligasi rugi. Demikian juga halnya
jika emiten terkena tindakan pailit.
 Mengurangi Risiko
Untuk mengurangi risiko investasi obligasi, beberapa cara dapat ditempuh antara
lain :
KUPON MENGAMBANG, sering disebut dengan istilah floating rate atau variable
rate adalah tingkat imbal hasil dalam presentase yang dihitung dengan rumus:
Floating rate = tingkat deposito + spread
Tingkat deposito adalah tingkat bunga bebas risiko, yang dapat berpedoman pada
deposito bank milik negara ataupun tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan
sudah tercantum di dalam prospectus saat penawaran umum obligasi.
Spread merupakan tambahan presentase yang besarnya dihitung berdasarkan
pengaruh tingkat bunga umum di pasar, atau tingkat kenaikan inflasi atau kenaikan
kurs valuta asing.
OBLIGASI YANG DAPAT DI KONVERSIKAN KE SAHAM, adalah hak
investor untuk memilih mengkonversikan obligasi menjadi saham pada suatu saat
yang telah ditetapkan di muka pada saat penawaran umum (initial public offering-
IPO) ataukah memilih pelunasan tunai.
OPSI CALL, adalah hak emiten untuk membeli kembali obligasi sebelum jatuh
tempo tiba tetapi sudah melewati protection period pada kurs yang telah ditetapkan
sejak awal IPO.
OPSI PUT, adalah hak investor untuk membeli kembali obligasi kepada emiten
sebelum jatuh tempo tiba tetapi sudah melewati protection period dengan kurs yang
sudah ditetapkan sejak awal IPO.
PERINGKAT OBLIGASI, menunjukkan tingkat bonafiditas emiten untuk melunasi
kupon dan pokok pinjaman, yang diterbitkan oleh perusahaan pemeringkat obligasi.
GUARANTOR, adalah pihak yang menjamin investor akan menerima pembayaran
kupon atau pelunasan pokok obligasi jika emiten obligasi mengalami gagal bayar
(default).
AUDIT MANAJEMEN DAN INVESTIGASI, adalah pemeriksaan yang bersifat
analisis dan investigative, yang dilakukan secaran insidentil ataupun berkala dalam
jangka pendek untuk menemukan penyimpangan penggunaan dana yang diperoleh
dari obligasi.
B. Jenis Obligasi
Terdapat berbagai jenis obligasi dalam perdagangan di bursa efek, berikut adalah
jenis-jenisnya :
 Government Bonds
Government bonds atau obligasi pemerintah adalah obligasi yang diterbitkan oleh
pemerintah pusat. Pemerintah Indonesia untuk pertama kalinya pernah menerbitkan obligasi
pada tahun 1950 dengan tingkat kupon 3% dan tenggang waktu peluasan 30 tahun. Pada saat
Indonesia mengalami krisis ekonomi yang bermula di bulan Juli 1997 pemerintah banyak
mengeluarkat obligasi untuk menutupi permodalan perbankkan nasional baik bank BUMN
maupun bank swasta berskala besar. Untuk membiayai APBN pemerintah mengeluarkan
obligasi yang disebut Surat Utang Negara (SUN) sejak 28 Mei 2000. Tingkat kupon dan jatuh
tempo bervariasi.
 Jenis-jenis Obligasi Lainnya
CORPORATE BONDS, adalah obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan.
CONVERTIBLE BONDS, adalah obligasi yang dapat ditukarkan dengan saham
perusahaan penerbit obligasi.
EXCHANGABLE BONDS, adalah obligasi yang dapat ditukarkan dengan saham
yang bukn dari perusahaan penerbit obligasi, tetapi saham anak perusahaan penerbit
obligasi yang juga sudah go public.
MUNICIPAL BONDS, adalah obligasi yang diterbitkan oleh kotapraja dan
kotamadya.
SERIE BONDS, adalah obligasi yang diterbitkan melalui beberapa tahapan.
SERAL BONDS, adalah obligasi yang pelunasannya dilakukan secara berangsur.
TERM BONDS, adalah obligasi yang diterbitkan dan dilunasi sekaligus.
BALLON BONDS, adalah obligasi yang pelunasannya dari sedikit dan makin lama
makin besar.
YANKEE BONDS, adalah obligasi dengan mata uang US$ yang diterbitkan oleh
emiten yan g berada diluar America Serikat, tetapi obligasi tersebut diperdagangkan
di America Serikat.
SAMURAI BONDS, adalah obligasi dalam mata uang yen yang diterbitkan oleh
emiten yang berada di luar Jepang, tetapi obligasi tersebut di perdagangkan di
Jepang.
BULDOG BONDS, adalah obligasi dalam mata uang poundsterling yang
diterbitkan oleh emiten yang berada di luar Inggris tetapi obligasi tersebut
diperdagangkan di Inggris.
EURO BONDS, adalah obligasi dalam mata uang euro yang diterbitkan oleh emiten
yang berada di luar (Europan Economic Community-EEC), tetapi obligasi tersebut
di perdangangkan di EEC.
INTERNATIONAL ATAU GLOBAL BONDS, adalah obligasi yang
berdenominasi mata uang asing kuat, misalnya dolar AS, yen Jepang, poundsterling
Inggris, dan euro yang diterbitkan oleh suatu emiten di luar negara valuta asing
tersebut dan diperdagangkan diluar negara-negara Amerika Serikat, Jepang, Inggris,
dan Komunitas Ekonomi Eropa.
PUTTABLE BONDS, adalah obigasi yang dsapat dimintakan pelunasannya segera
sebelum jatuh tempo oleh pemegang obligasi, tetapi sudah protection period.
CALLABLE BONDS, adalah obligasi yang dapat dilunasi oleh emiten sebelum
jatuh tempuh tempo sesudah protection period.
SCURED BONDS, adalah obligasi yang memiliki jamkinan aktiva/asset.
UNSECURED BONDS (DEBENTURES), adalah obligasi tanpa jaminan asset
atau tanpa guarantor.
BEARER BONDS, adalah obligasi atas pembawa/atas unjuk yang dapat
diperjualbelikan antar investor tanpa melalui perantara.
REGISTERED BONDS, adalah obligasi atas nama yang harus diperjual belikan
melalui bursa efek.
COUPON BONDS, adalah obligasi yang memberikan kupon secara periodic per
bulan, triwulan atau tengah tahunan selama periode sampai maturity.
ZERO COUPON BONDS, adalah obligasi tanpa kupon.
OBLIGASI SYARIAH (SUKUK), adalah obligasi yang diterbitkan berdasarkan
kaidah syariat islam.
C. Puttable Bonds dan Callable Bonds
Sampai saat ini, di Indonesia belum terbit callable bonds ataupun puttable bonds, dan
yang ada mirip dengan itu adalah penggunaan istilah “buy back” untuk opsi call. Indonesia
termasuk negara dengan tingkat Bungan yang berfluktiasi sangat tinggi. Ditambah jatuhnya
nilai uang rupiah yangsangat tinggi. Kurs obligasi pernah jatuh hingga mencapai nilai 30
pada tahun 1950, 60 pada tahun 1998, dan 70 pada tahun 2005 dan tahun 2008 penurunan
kurs obligasi dipasar telah merugikan banyak investor obligasi dan produk reksa dana
pendapatan tetap.
Mereka mengalami penurunan nilai aset investasi yang sangat drastis dan menderita
kerugian potensial yang sangat besar walaupun mereka tidak menjual obligasi yang mereka
miliki. Kerugian yang mereka alami hanya diakibatkan oleh perlakuan standar akuntansi
keuangan yang membukukan nilai obligasi sebesar harga pasar pada saat penutupan laporan
keuangan.
Pada saat krisis finansial global terjadi sejak bulan Oktober 2008, semua bursa efek di
dunia mengalami penurunan drastis sekitar 35% - 60%. Indeks Harga Saham Gabungan
Bursa Efek Indonesia (IHSG BEI) turun dari posisi 1.800 menjadi 1.321 pada tanggal 28
Januari 2009, yang berarti indeks menurun 63%. Bagi investor jangka panjang, misalnya
dana pensiun, dana asuransi, dan semacamnya akan menahan obligasi sampai jatuh tempo
maka penurunan kurs tersebut hanya bersifat potensial. Akan tetapi bagi perusahaan manajer
investasi yang memiliki produk reksa dana pendapatan tetap, penurunan kurs obligasi di
pasar akan menjatuhkan nilai aktiva bersih (NAB) dan investor yang menderita kerugian pada
saat menjual kembali (redemption) reksa dana kepada manajer investasi.
Investor asing dan lokal merasa kapok membeli obligasi di Indonesia karena tidak
adanya perlindungan. Indonesia termasuk negara yang memiliki mata uang dengan tingkat
depresiasi tinggi, dan tingkat inflasi yang relatif tinggi. Hal ini akan mengakibatkan
timbulnya halangan bagi pemerintah dalam menjual obligasi saat membutuhkan dana melalui
penerbitan berikutnya.
Pemerintah wajib mempertimbangkan perlindungan terhadap kepentingan investor
obligasi dan pemerintah sendiri sebagai issuer. Oleh karena itu kerugian yang dapat diderita
investor jika harga pasar jatuh harus dicegah dengan menerbitkan puttable bonds. Untuk
melindungi pemerintah sendiri terhadap kerugian dikarenakan jatuhnya tingkat bunga dapat
diatasi dengan penerbitan callable bonds. Satu jenis obligasi dapat memiliki dua opsi yaitu
opsi call dan opsi put untuk melindungi penerbit obligasi dan pemegang obligasi. Kasus
mengenai call option dan put option dalam perjanjian obligasi sangat penting terutama bagi
obligasi yang diterbitkan di suatu negara yang tingkat bunga umumnya berfluktuasi.
Untuk menghindari kerugian yang akan diderita oleh bond issuer maupun bondholder,
maka dibuatkan ketentuan dalam indentures yang disebut dengan put option bagi bondholder
dan call option bagi bond issuer. Bondholder memiliki put option – yaitu hak untuk meminta
pelunasan sebelum jatuh tempo tetapi setelah protection period. Bond issuer memiliki call
option – yaitu hak untuk membeli kembali sebelum jatuh tempo tetapi setelah protection
period.
Apabila tingkat bunga umum turun secara tajam dan diperkirakan oleh emiten
obligasi (bond issuer) bahwa keadaan ini akan berlangsung lama, maka bond issuer akan
merasa dirugikan. Oleh karena itu bond issuer akan melaksanakan call option yang dimiliki,
yaitu membeli kembali obligasi dari bondholder dengan harga yang telah disepakati dalam
perjanjian obligasi (indenture).
Apabila tingkat bunga umum turun secara tajam dan diperkirakan oleh
investor/pemegang obligasi (bondholder) ) bahwa keadaan ini akan berlangsung lama, maka
bondholder akan merasa dirugikan. Oleh karena itu bondholder akan melaksanakan put
option yang dimilikinya, yaitu menjual kembali obligasi dari bond issuer dengan harga yang
telah disepakati dalam perjanjian obligasi (indenture).
D. Kopur dan Kupon
Nominal obligasi disebut kopur. Satu kali emisi obligasi dapat diterbitkan dalam
beberapa kopur, yaitu : 100.000, 1.000.000, 10.000.000, 25.000.000 dan 100.000.000.
pembayaran kupon dapat dilakukan dengan tingkat yang tetap (fixed rate) dan mengambang
(floating rate). Floating rate berarti mengambang sebesar persentase tertentu (umumnya 3%)
di atas bunga deposito atau Sertifikasi Bank Indonesia. Biasanya, obligasi yang berisiko
adalah obligasi yang berkupon fixed rate. Risiko terbesar pemegang obligasi pernah dialami
pada zaman pemerintahan Orde Baru, yaitu pada pada tanggal 27 Februari 1991 ketika terjadi
“Gebrakan Sumarlin II”. Tingkat bunga umum meningkat dari 16% menjadi 28%.
Melemahnya kurs obligasi juga pernah terjadi pada tahun 1950 akibat pinjaman paksa
pemerintah terhadap para deposan. Saldo deposan hanya boleh diambil 50% dan yang 50%
lagi dipinjam pemerintah dengan mengganti Obligasi Pemerintah RI berkupon 3% dan jatuh
tampo dalam 30 tahun. Karena deposan butuh uang, kurs obligasi turun menjadi 30%.
Risiko obligasi yang paling ditakuti adalah nilai rupiah yang tidak stabil (currency
risk) dan selalu melemah selama 50 tahun merdeka. Hal ini sangat penting untuk diketahui
oleh investor obligasi, mereka harus berhati-hati terutama terhadap obligasi yang memiliki
jatuh tempo yang panjang.
E. Kurs Obligasi (Bond Pricing)
 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kurs Obligasi
Kurs obligasi dengan menggunakan metode present value yaitu menghitung nilai
sekarang dari cashflow yang akan diterima selama sisa masa jatuh tempo. Cashflow terdiri
dari kupon yang akan diterima beberapa kali sesuai dengan sisa jatuh tempo dan nominal
obligasi pada akhir jatuh tempo. Minimum yield yang diharapkan adalah tingkat bunga
deposito rata – rata bank pemerintah atau tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia untuk
obligasi negara , ditambah spread sebagai premium atas resiko yang mungkin timbul.
Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah mempunyai risiko yang lebih rendah
daripada obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan milik negara atau milik swasta. Obligasi
pemerintah memiliki kurs risiko di pasar. Oleh karena itu obligasi pemerintah tidak perlu
mendapat “peringkat” dari perusahaan pemeringkat karena pemerintah tidak pernah bangkrut.
Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan milik negara ataupun milik swasta
memiliki risiko kurs di pasar dan risiko kegagalan pembayaran kupon dan utang pokok. Oleh
karena itu obligasinya wajib diperingkat oleh perusahaan pemeringkat. Tingkat risiko
obligasi tercermin dari rating rate (peringkat bonafiditas) yang diberikan oleh perusahaan
pemeringkat obligasi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perhitungan kurs adalah :
1. Tingkat kupon;
2. Frekuensi pembayaran kupon dalam setahun;
3. Tingkat bunga bebas risiko;
4. Masa jatuh tempo; dan
5. Peringkat obligasi
Tingkat Kupon
Tingkat kupon adalah sifat dari kupon itu sendiri. Tingkat kupon yang mengambang
berarti besaran kupon yang dibayar berubah – ubah setiap periode, baik triwulan atau
setengah tahunan, mengikuti gerakan naik turunnya tingkat bunga umum atau tingkat inflasi
sehingga obligasi dengan kupon mengambang memiliki risiko lebih rendah daripada obligasi
dengan tingkat kupon tetap. Pada saat tingkat bunga risk free rate meningkat tajam, kupon
yang diterima oleh pemegang obligasi (investor) jumlahnya tetap sehingga investor dirugikan.
Pada saat tingkat bunga risk free rate turun tajam, kupon yang dibayarkan oleh penerbit
obligasi (emiten) jumlahnya tetap, sehingga emiten dirugikan.
Frekuensi Kupon
Frekuensi kupon adalah frekuensi atau beberapa kali kupon dibayar dalam satu tahun.
Kupon yang dibayarkan pada setiap bulan berarti dalam satu tahun dibayarkan sebanyak 12
kali (frekuensinya 12). Kupon yang dibayarkan setiap triwulanan berrati dalam satu tahun
dilakukan 4 kali pembayaran kupon. Kupon yang dibayar 6 bulan sekali berarti dalam satu
tahun kupon dibayarkan 2 kali. Semakin banyak jumlah frekuensi semakin tinggi kurs suatu
obligasi.
Tingkat Bunga Bebas Risiko
Tingkat bunga bebas risiko adalah tingkat bunga yang digunakan investor sebagai
pedoman minimum yield atas investasi yang bebas risiko. Suatu investasi bebas risiko hanya
ada pada investasi deposito bank milik negara atau Sertifikat Bank Indonesia. Dalam hal ini
arti dari risiko adalah gagal dalam membayar bunga dan jumlah pokok. Setiap investor
memiliki kebebasan dalam memilih tingkat bunga bebas risiko, bisa menggunakan SBI atau
bunga Bank Mandiri atau Bank BNI dan sebagainya. Tingkat bunga bebas risiko itu sendiri
berbeda – beda dalam suatu periode jatuh tempo. Jika terjadi kenaikan tajam tingkat bunga
pada suatu saat, maka perlu diestimasi waktu berlakunya bunga tinggi itu. Estimasi tersebut
dapat mempengaruhi perhitungan kurs obligasi.
Masa Jatuh Tempo
Masa jatuh tempo adalah saat tanggal pelunasan obligasi. Pada umumnya pelunasan
obligasi pada tanggal jatuh tempo orisinal. Akan tetapi untuk obligasi yang memiliki syarat
opsi call (callable bonds) dan opsi put (puttable bonds), maka pelunasan obligasi dapat
dilaksanakan jauh sebelum tanggal jatuh tempo. Masa jatuh tempo callable bonds dan
puttable bonds bisa dilakukan setiap saat selama periode callable atau puttable. Kurs callable
bonds ataupun puttable bonds selalu lebih kecil daripada kurs obligasi tanpa opsi.
Peringkat Obligasi
Peringkat obligasi adalah tingkat bonafiditas obligasi dalam melunasi pembayaran
kupon berkala dan pelunasan utang obligasi. Perinkat obligasi AAA lebih tinggi daripada AA
ataupun BBB. Obligasi dengan rating AAA memiliki risiko sangat kecil, sehingga nilai
spread yang ditambahkan dalam bunga bebas risiko juga kecil. Hal ini berarti minimum yield
obligasi rating AAA sedikit di atas risk free rate. Minimum yield rating AAA lebih rendah
daripada obligasi daripada obligasi dengan rating BBB. Besaran spread bersifat individual
untuk masing – masing investor.
 Metode Perhitungan Kurs Obligasi
Perhitungan kurs obligasi dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode present
value dan metode duration.
Metode Present Value
Kurs obligasi adalah pennjumlahan dari nilai tunai kupon – kupon selama sisa
maturity dan nilai tunai terminal value yang dihitung berdasarkan minimum yield yang
ditetapkan investor. Dengan demikian kurs obligasi teoritis berbeda untuk setiap investor.
Kurs obligasi aktual adalah kurs yang terbentuk di pasar melalui proses tawar – menawar. Di
indonesia pasar obligasi berada di Bursa Efek Indonesia untuk jenis obligasi perusahaan dan
Obligasi Ritel Indonesia (ORI). Untuk obligasi pemerintah bernominal besar (Surat Utang
Negara) diperdagangkan di counter perusahaan efek dan bank melalui Himpunan
Perdagangan Surat Utang Negara.
Interest Included dan Interest Excluded
Dalam dunia nyata jual beli obligasi kebanyakan tidak dapat pada tanggal jatuh tempo
kupon sehingga Ada sejumlah bunga yang harus dibayar kepada pemegang obligasi lama atau
penjual. Kupon yang akan datang akan diterima oleh pembeli padahal sebagian Mas akupun
sudah berlalu dan menjadi hak penjual dan karena itu pembeli wajib membayar sebagian
kupon kepada penjual secara terpisah dari kurs obligasi atau memasukkannya ke dalam kurs
obligasi.
Misalkan terdapat sebuah obligasi yang memiliki kupon 12% maturity 3 tahun dengan
kupon dibayar secara triwulan dimulai dari 15 Maret 2003 dan berakhir 15 Desember 2005.
Pelunasan pokok dilakukan pada tanggal 15 Desember 2005 tingkat bunga 8. Seseorang
membeli aplikasi pada tanggal 10 Mei Hal ini menyebabkan adanya sebagian kupon yang
masih menjadi hak penjual sehingga perlu dilakukan perhitungan sebagai berikut.
Kupon tanggal 15 Maret sudah diterima oleh penjual sedangkan kupon tanggal 15
Juni belum diterima oleh penjual penjual telah menunggu ku pun mulai dari 15 Maret sampai
10 Mei dalam perhitungan kupon 1 bulan = 30 hari dan dihitung mulai dari sampah yang
berarti tanggal 15 Maret dihitung dan tanggal 10 Mei tidak dihitung jumlah dari kupon yang
menjadi hak penjual adalah 16 hari di bulan maret ditambah 30 hari dibulan April dan 9 hari
dibulan Mei sehingga totalnya adalah 16 + 30 + 9 = 55 hari
Pembeli masih akan menerima kupon sebanyak 11 kali dari 15 Juni 2003 sampai
dengan 15 Desember 2005 untuk kupon yang jatuh tempo 15 Juni 2003 pembeli memiliki hak
dari 10 Mei sampai 15 Juni 2003 = 35 hari atau 35 per 360 x 12% = 1,17% hak pembeli
adalah 10 kali kupon ditambah 1,17%.
Bagian kupon yang jatuh tempo 15 Juni 2003 yang menjadi hak penjual adalah dari
15 Maret sampai 10 Mei 2003 = 55 hari atau 55 / 360 dikali 12% = 1,83%.
Kurs Obligasi Dengan Opsi
Pada callable bonds dan puttable bonds sudah di nyatakan dalam perjanjian obligasi,
dan tercantum pula di dalam prospektus pada saat penawaran perdana obligasi, bahwa emiten
dapat membeli kembali obligasi selama callable period denga harga yang telah di tetapkan di
muka (opsi call). Demikian juga pemegang obligasi dapat menjual kembali obligasi kepada
emiten selama callable period dengan harga yang telah di tetapkan di muka (opsi put). Jika
opsi call atau opsi put tidak dilaksanakan berarti perlunasan obligasi akan di laksanakan pada
tanggal maturity. selama callable atau puttable period obligasi dapat terlunasi. Oleh karena
itu perhitungan kurs teoretis berpedoman pada tanggal terdekat perlunasan dalam perhitungan
sisa maturity, yang biasa di beri simbol "n"
Hubungan Kurs dan YTM
Kurs meningkat apabila YTM turun menjadi 8%, dan sebaliknya kurs menurun
apabila YTM meningkat menjadi 16%. Hubungan YTM dan kurs oligasi secara teoretis
digambarkan proporsional, tetapi di dalam dunia nyata tentu tidak demikian. Hal ini di
karenakan kurs obligasi tidak hanya di tentukan oleh elemen bunga atau YTM, tetapi juga
maturity dan bonafiditas emiten yang menerbitkan obligasi. ketika YM naik, maka kurs
obligasi akan turun- tetapi tidak proposional, Demikian pula sebaliknya.
Setiap jenis obligasimempunyai reaksi yang berbeda terhadap perubahan YM karena
setiap emiten obligasiketika YM naik obligasi akan turun tetapi tidak proposional Demikian
pula sebaliknya setiap jenis aplikasi mempunyai reaksi yang berbeda terhadap perubahan YM
karena setiap emiten obligasi (bonds issuer) memiliki kondisi perusahaan yang tidak sama.
Sebagian bond issuer mungkin dapat terus membayar kupon tepat waktu, sementara
sebagaian menundanya, bahkan ada yang gagal melaksanakan pembayaran. cara yang paling
mudah untuk mengetahui hal tersebut adalah dengan melihat peringkat obligasi (bond rating)
yang diterbitkan oleh pefindo(Pemeringkat Efek Indonesia). peringkat (rating) yang diberikan
adalah AAA, AA, A, BBB, BB, B, dan seterusnya. peringkat yang terdepan (AAA) adalah
yang terbaik sementara yang terjelek adalah D. peringkat dapat mencerminkan bonafiditas
bonds issuer dalam memenuhi kewajibannya.
Hubungan Kurs dan Maturiry
Bagi semua jenis obligasi kurs mendekati 100 apabila semakin dekat dengan maturity
atau waktu jatuh temponya, dan pada saat maturity kurs akan sama dengan100-yang berarti
emiten obligasi akan melunasi sebesar nilai nominalnya. Untuk obligasi yang kursnya at
premium semakin jauh dengan maturity akan semakin tinggi Kursnya dan sebaliknya
Semakin Dekat Dengan maturity akan semakin rendah kursnya. untuk obligasi yang kursnya
at discount (misalnya, zero coupon bond), semakin jauh dengan maturitynya semakin rendah
kursnya dan semakin dekat dengan maturity semakin tinggi kursnya.
Hubungan Kurs, YTM, dan Maturity
Apabila YM lebih rendah daripada kupon maka kurs obligasi akan berbeda diatas 100
atau at Premium dan semakin panjang maturity akan semakin tinggi kursnya. Apabila YTM
yang lebih tinggi daripada kupon maka kurs obligasi akan berada dibawah 100 atau at
discount, dan semakin panjang maturity akan semakin rendah kursnya. Pada obligasi dengan
maturity yang lebih panjang, apabil terjadi kenaikan YTM kursnya akan turun lebih tajam,
dan sebaliknya jika tejadi penurunan YTM kursnya akan naik lebih tajam.
F. Bond Yield
Yield adalah keuntungan investasi obligasi yang dinyatakan dalam presentase.
Keuntungan investasi ini berupa kupon yang diterima dan selisih kurs obligasi. Keuntungan
investasi berupa selisih kurs dapat bersifat merugikan atau menguntungkan. Apabila kurs
beli lebih rendah daripada kurs jual atau kurs terminal,berarti investor dapat keuntungan dan
begitu pula sebaliknya. Terdapat beberapa metode penghitungan bond yield seperti : (1)
Nominal Yield; (2) Current Yield; (3) Yield to maturity; (4) Yield to call and Yield to put; (5)
Internal rate of return; dan (6) Holding period return.
 Nominal Yield
Nominal yield adalah Yield sebesar tingkat kupon.Nominal yield diperoleh dari
pembelian obligasi sebesar harga nominalnya dan kupon terus-menerus sampai jatuh tempo
dan pada akhir jatuh tempo diterima jumlah investasi sebesar nilai nominalnya.
Nominal Yield = Kupon / 100
 Current Yield
Current Yield adalah Kupon yang diterima dibandingkan modal yang diinvestasikan
kedalam obligasi.Apabila modal diiinvestasikan sebesar nilai nominal maka current yield
sama dengan kupon.Apabila modal diinvestasikan lebih besar dari nilai nominal maka current
yield dibawah tingkat kupon.Apabila modal yang diinvestasikan lebih rendah dari nilai
nominal,maka current yield berada di atas tingkat kupon.
Current Yield = Kupon / Kurs
 Yield to Maturity (YTM)
YTM adalah hasil investasi obligasi yang dinyatakan dalam presentase yang dihitung
mulai dari saat tanggal pembelian sampai dengan tanggal jatuh tempo.

 Yield to Call (YTC) dan Yield to Put (YTC)


Pada saat bond issuer melaksanakan opsi call,maka call price selalu lebih rendah
daripada market price, karena apabila marketb price lebih kecil daripada call price, maka
bond issuer akan menarik kembali obligasi dengan cara membeli dari pasar. Investor akan
mendapat YTC yang lebih rendah daripada YTM apabila harga beli obligasi diperoleh diatas
Call price, dan YTC yang lebih besar daripada YTM apabila harga beli obligasi dibawah call
price.
Pada saat bondholder melaksanakan opsi put,put price selalu lebih besar daripada
market price,karena apabila market price lebih besar daripada put price maka akan lebih
menguntungkan bagi bondholder untuk menjual di pasar daripada melaksanakan put option.
Investor mendapat YTP lebih rendah daripada YTM apabila harga beli diatas put price,dan
YTP lebih besar daripada YTM apabila harga beli dibawah put price. Rumus YTC dan YTM
sebagai berikut :

 Internal Rate Iof Return (IRR)


Pada saat pembelian investor membayar suatu kurs beli, selama masa penyimpanan
investor menerima kupon, dan pada saat penjualan investor menerima kurs jual atau pada
saat pelunasan oleh emiten investor menerima nilai nominal. Kurs beli merupakan nilai yang
harus dibayar sekarang, sehingga disebut sebagai nilai sekarang atau modal. Kupon yang
diterima secara periodik disebut cashflow periodik dan kurs jual ataupun nominal yang
diterima disebut terminal value pada saat periode berakhir.

Keterangan :
Kurs = kurs pasar obligasi
CF = cashflow atau kupon
TV = terminal value, yaitu nominal (100) atau call price atau put price
(1 + i) = 1 ditambahi YTM (minimum return yang dicari)
n = jumlah sisa frekuensi pembayaran kupon sampai terminal date
Dalam menghitung IRR selalu digunakan metode trial dan error.
 Holding Period Return
Penghitungan hasil investasi obligasi sejak tanggal pembelian sampai dengan tanggal
penjualan dapat dilakukan dengan metode yang disebut holding period return -
HPgaiSselama periode penyimpanan tersebut investor obligasi menerima kupon periodik dan
capital gain jika obligasi dijual dengan kurs yang lebih tinggi daripada kurs pembelian. Jika
kurs jual lebih rendah daripada kurs beli berarti investor menderita capital loss. Masa
penyimpanan obligasi bisa kurang dari 1 tahun atau lebih dari 1 tahun.
G. Zero Coupon Bond
Zero coupon bond adalah obligasi yang tidak memberikan kupon secara periodik,
tetapi pada saat dijual diberlakukan harga di bawah nominal. Pada saat jatuh tempo pelunasan
obligasi dibayar sebesar nominal. Potongan harga atau diskon tergantung tingkat yield dan
maturity obligasi yang ditetapkan oleh bond issuer. Kurs obligasi pada saat dijual
merupakan nilai sekarang dari nominal yang akan diterima, dihitung dengan metode present
value berikut :

H. Convertible Bond
Obligasi konvertibel (convertible bond) adalah obligasi yang dapat ditukarkan
dengan saham perusahaan penerbit obligasi. Penukaran obligasi menjadi saham adalah hak
pemegang obobligasi, artinya suatu hal itu akan dilaksanakan jika dianggap menguntungkan
pemegang obligasi. Pada saat ekonomi sedang berkembang (expansion) emisi obligasi
konversi akan menarik investor obligasi, karena ada kesempatan melaksanakan hak konversi.
Apabila obligasi konvertibel memasuki periode konversi dan kondisi perusahaan penerbit
obligasi sedang mengalami kemajuan, maka akan banyak obligasi konversi yang ditukarkan
menjadi saham.

Anda mungkin juga menyukai