Anda di halaman 1dari 5

OBLIGASI DAN REKSADANA

A. OBLIGASI
Obligasi Merupakan surat pengakuan hutang yang dikeluarkan oleh pemerintah
atau perusahaan atau lembaga lain sebagai pihak yang berhutang, yang mempunyai nilai
nominal tertentu dan kesanggupan untuk membayar bunga secara periodik atas dasar
persentase tertentu yang tetap (Yuliana, dkk. 2011). Bursa Efek Indonesia mendefinisikan
bahwa obligasi sebagai surat utang jangka menengah-panjang yang dapat
dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar
imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang
telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut.
Menurut Keown et al. (2001) dalam Pertiwi (2013) menyatakan bahwa obligasi memiliki
klasifikasi yang penting diantaranya yaitu:
1. Klaim terhadap Aset dan Pendapatan Perusahaan Bila perusahaan penerbit
obligasi bangkrut, maka klaim terhadap utang secara umum, termasuk obligasi,
mendapat kehormatan untuk didahulukan haknya daripada saham maupun saham
prefer.
2. Nilai Pari Nilai pari obligasi adalah nilai nominal yang tertera pada lembar
obligasi yang akan dikembalikan kepada pemegang obligasi pada saat jatuh
tempo. Tidak dinyatakan dalam jumlah melainkan dalam persentase atas nilai
nominalnya.
3. Tingkat Suku Bunga Kupon Tingkat suku bunga kupon dari suatu obligasi
menunjukan besarnya presentase terhadap nilai pari obligasi yang akan dibayar
setiap tahun sebagi bunga.
4. Periode Jatuh Tempo Periode jatuh tempo adalah lamanya waktu hingga pihak
penerbit obligasi membayarkan kembali nilai pari obligasi kepada para pemilik
obligasi yang sekaligus akan mengakhiri masa berlakunya.
5. Indenture Indenture adalah dewan perjanjian legal antara perusahaan penerbit
obligasi dengan dewan atau wali obligasi yang mewakili para pemilik atau
pembeli obligasi tersebut. Didalamnya termuat berbagai ketentuan utangpiutang,
termasuk penjelasan mengenai obligasi itu sendiri, hak-hak para pemilik obligasi,
hak-hak perusahaan atau pihak penerbit, serta tanggung jawab dewan.
6. Tingkat Penghasilan Sekarang Tingkat penghasilan sekarang dari suatu obligasi
adalah rasio pembayaran bunga tahunan terhadap harga obligasi pada saat
sekarang dipasaran.

JENIS-JENIS OBLIGASI
1. Obligasi suku bunga tetap (Fixed Rate / Straight Bonds) : Obligasi jenis ini
memiliki kupon bunga dengan besaran tetap yang dibayar secara berkala kepada
investor sepanjang masa berlakunya obligasi.
2. Obligasi Floating (Floating Rate Notes) Floating rate note (FRN) memiliki kupon
yang perhitungan besaran bunganya mengacu pada suatu indeks pasar uang
seperti LIBOR atau Euribor. Floating rate notes ini populer digunakan pada saat
inflasi dan tingkat bunga di masa yang akan datang sulit untuk diprediksi.
Obligasi ini biasanya dijual mendekati harga par karena penyesuaian yang
otomatis sesuai dengan kondisi pasar.
3. Obligasi tanpa kupon (Zero Coupon Bonds) Zero Coupon Bonds adalah obligasi
yang tidak memberikan pembayaran bunga. Obligasi ini diperdagangkan dengan
pemberian potongan harga (discount) dari nilai par. Pemegang obligasi menerima
secara penuh pokok hutang pada saat jatuh tempo obligasi.
4. Obligasi Convertible dan Exchangeable Obligasi yang dapat ditukarkan dengan
saham biasa (common stock) dari perusahaan penerbit obligasi disebut
convertible bonds. Sedangkan exchangeable bonds dapat ditukarkan dengan
saham biasa perusahaan lain.

Obligasi dapat dibedakan pula menjadi dua, yaitu :

1. Unsecured bonds
a. Debentures, hanya bisa diterbitkan oleh perusahaan yang terpercaya.
Biasanya convertible bonds adalah debentures.
b. Subordinated debentures, obligasi jenis ini tidak akan dibayar sebelum
obligasi lain yang lebih senior dibayarkan.
c. Income bonds, bunga hanya dibayarkan jika perusahaan dapat
menghasilkan laba. Biasanya diterbitkan untuk mereorganisasi perusahaan
yang kurang berhasil. Penerbit obligasi tidak dianggap default jika gagal
membayar bunga.
2. Secured bonds
a. Mortgage bonds, obligasi ini dijaminkan menggunakan bangunan atau
gedung.
b. Collateral trust bonds, obligasi ini dijaminkan menggunakan saham dan
atau obligasi yang dimiliki oleh penerbit obligasi. Nilai jaminan biasanya
25% sampai 35% di atas nilai dari obligasi yang diterbitkan.
c. Equipment trust certificates, obligasi ini biasanya digunakan untuk
mendanai asset seperti pesawat, truk, gerbong kereta, kapal, dan
sebagainya.

B. REKSA DANA
Menurut Standar Akuntansi Keuangan 2002 yaitu dalam PSAK Nomor 49,
pengertian reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer
investasi. Pengertian efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan hutang, surat
berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang dan unit penyertaan kontrak
investasi kolektif (PSAK No. 49).

Jenis Reksa Dana


1. Reksa Dana Pendapatan Tetap
Adalah reksa dana yang melakukan investasi sekurangkurangnya 80% dari
portofolio yang dikelolanya ke dalam efek bersifat hutang (Pratomo dan Nugraha,
2005). Efek bersifat hutang umumnya memberikan penghasilan dalam bentuk
bunga, seperti deposito, SBI, obligasi dan instrumen lainnya. Umumnya RDPT di
Indonesia memanfaatkan instrumen obligasi sebagai kompoonen terbesarnya.
RDPT dengan komponen obligasi sangat menarik investor individu maupun
institusi seperti asuransi dan bank, karena investasi RDPT tersebut tidak
dikenakan pajak atas kupon bunga yang diterimanya.
2. Reksa Dana Saham (RDSH)
Adalah reksa dana yang melakukan investasi sekurangkurangnya 80% dari
portofolio yang dikelolanya ke dalam efek bersifat ekuitas (saham) (Pratomo dan
Nugraha, 2005). Berbeda dengan efek pendapatan tetap seperti deposito dan
obligasi, di mana investor lebih berorientasi pada pendapatan bunga, efek saham
umumnya memberikan potensi hasil yang lebih tinggi berupa capital gain melalui
pertumbuhan harga-harga saham.
3. Reksa Dana Pasar Uang
Didefinisikan sebagai reksa dana yang melakukan investasi 100% pada efek pasar
uang (Pratomo dan Nugraha, 2005). Efek pasar uang sendiri didefinisikan sebagai
efek-efek hutang yang berjangka kurang dari satu tahun.
4. Reksa Dana Campuran (RDCP)
Dapat melakukan investasinya baik pada efek hutang maupun ekuitas dan porsi
alokasi yang lebih fleksibel. Per definisi, reksa dana campuran (RDCP) adalah
reksa dana yang melakukan investasi dalam efek ekuitas dan efek hutang yang
perbandingannya (alokasi) tidak termasuk dalam kategori RDPT dan RDSH
(Pratomo dan Nugraha, 2005).

Manfaat Reksa Dana


1. Investor walaupun tidak memiliki dana yang cukup besar dapat melakukan
diversifikasi investasi dalam Efek, sehingga dapat memperkecil risiko. Sebagai
contoh, seorang investor dengan dana terbatas dapat memiliki portofolio obligasi,
yang tidak mungkin dilakukan jika tidak memiliki dana besar. Dengan reksa dana,
maka akan terkumpul dana dalam jumlah yang besar sehingga akan memudahkan
diversifikasi baik untuk instrumen di pasar modal maupun pasar uang, artinya
investasi dilakukan pada berbagai jenis instrumen seperti deposito, saham, dan
obligasi.
2. Reksa dana mempermudah investor untuk melakukan investasi di pasar modal.
Menentukan saham-saham yang baik untuk dibeli bukanlah pekerjaan yang
mudah, namun memerlukan pengetahuan dan keahlian 29 tersendiri, di mana
tidak semua investor memiliki pengetahuan tersebut.
3. Efisiensi waktu. Melalui investasi pada reksa dana di mana dana tersebut dikelola
oleh manajer investasi profesional, maka investor tidak perlu membuang-buang
waktu dan pikiran untuk memantau kinerja investasinya karena hal tersebut telah
dialihkan kepada manajer investasi tersebut.

Risiko Reksa Dana


1. Risiko Berkurangnya Nilai Unit Penyertaan Walaupun produk reksa dana
merupakan produk diversifikasi, tidak menutup kemungkinan bahwa nilai unit
penyertaannya akan turun. Turun naiknya nilai unit penyertaan tidak terlepas dari
kenaikan atau penurunan harga efek ekuitas dan/atau efek utang yang menjadi alat
investasi reksa dana tersebut. Sebagai ilustrasi, sebuah produk reksa dana
berinvestasi pada jenis obligasi dan saham. Ketika suku bunga naik akan
menyebabkan harga obligasi turun, dan pada saat yang sama kinerja emiten
ekuitas melemah menyebabkan harga saham pun turun. Maka nilai unit
penyertaan pada produk reksa dana ini akan turun.
2. Risiko Likuiditas Risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi oleh manajer
investasi jika sebagian besar pemegang unit melakukan penjualan kembali
(redemption) 33 atas unit-unit yang dipegangnya. Manajer investasi kesulitan
dalam menyediakan uang tunai atas redemption tersebut. Sebuah perusahaan
reksa dana memperoleh dananya dengan menjual unit penyertaan kepada investor.
Ketika investor menjual kembali unit penyertaannya sedangkan perusahaan reksa
dana tidak dapat menjual portofolio investasinya dan tidak memiliki uang tunai,
maka ia tidak dapat membeli unit penyertaan yang dijual investornya. Untuk
mengatasi masalah tersebut, perusahaan reksa dana diijinkan untuk memperoleh
pinjaman untuk melunasinya.
3. Risiko Wanprestasi Risiko ini merupakan risiko terburuk, di mana risiko ini dapat
timbul ketika perusahaan asuransi yang mengasuransikan kekayaan reksa dana
tidak segera membayar ganti rugi atau membayar lebih rendah dari nilai
pertanggungan saat terjadi hal-hal yang tidak diingkan.

Anda mungkin juga menyukai