Anda di halaman 1dari 12

“POTENSI SUKUK DAERAH UNTUK PENINGKATAN INVESTASI DAN

KEMASLAHATAN MASYARAKAT”
DISUSUN OLEH:KELOMPOK 7
ALIF QAEDI SHADIQI (180603224)
MULKI ADIL (180603257)
T. ZULFIKAR (180603243)
IHDINA PUTRA (190603101)
FIKRY SATRIA (180603097)
 Latar Belakang
 Sistem ekonomi syariah merupakan salah satu sistem perekonomian yang
sedang berkembang dengan cukup pesat, baik di Indonesia maupun di
mancanegara. Keunggulan dan manfaat yang dirasakan pada perekonomian
syariah mendorong bekembangnya sistem ekonomi ini, baik di negara yang
banyak penduduk muslimnya seperti Bahrain, Qatar, Saudi Arabia, Malaysia,
dan Indonesia, maupun diantara negara yang notabene penduduk terbesarnya
adalah non muslim seperti Inggris, Jepang, Hongkong, Singapore dan Korea
Selatan. Dalam perkembangan sistem ekonomi syariah di Indonesia, salah satu
lembaga keuangan yang juga ikut berkembang adalah pasar modal. Pasar modal
yang selama ini merepresentasikan transaksi jual-beli efek, seperti: saham,
obligasi, reksadana, dan derivatif, kini mulai dimarakkan oleh transaksi produk
keuangan baru berbasis syariah. Salah satu produk tersebut adalah obligasi
syariah atau yang sering disebut sukuk.
 Pengertian Sukuk
 Tim studi pasar modal Bapepam-LK (2009) telah merumuskan bahwa pada
dasarnya definisi sukuk yang berasal dari berbagai sumber literatur dapat dibagi
menjadi dua, yaitu definisi secara etimologi dan definisi secara terminologi.
Secara etimologi (bahasa) sukuk berasal dari bentuk jamak bahasa Arab “sakk”
yang berarti sertifikat, perjanjian atau instrumen hukum. Secara terminologi,
sukuk dapat didefinisikan sebagai sertifikat kepercayaan atas kepemilikan
sesuatu, dengan masing-masing sakk menunjukkan kepentingan kepemilikan
yang proporsional dan tidak dapat dipisahkan dalam suatu aset atau kumpulan
 Dalam pengertian secara teknis, sukuk adalah surat hutang yang diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan sebagai
tambahan dana bagi penerbit dari pihak masyarakat sebagai investor. Para investor berhak atas keuntungan, kepemilikan
atas aset tertentu, manfaat, jasa, dan atau proyek penerbit. (Mersilia, 2014). Menurut AAOIFI (dalam Abdul Wahid,
Nazaruddin: 2010),
 ada 3 jenis sukuk yaitu
 Sukuk pemerintah atau sukuk negara (sovereign sukuk), ialah surat hutang syariah yang diterbitkan oleh negara untuk
keperluan membiayai APBN negara atau proyek-proyek negara, seperti pembangunan infrastruktur.
 Sukuk korporasi, ialah surat hutang syariah yang diterbitkan oleh perusahaan atau emiten untuk keperluan membiayai
kebutuhan dana perusahaan atau proyek-proyek perusahaan.
 Sukuk global, ialah surat hutang syariah yang diterbitkan oleh negara-negara lain secara internasional.

 Sukuk Sebagai Instrumen Pembiayaan


 Penerbitan obligasi Islam yang pertama kali sukses adalah Government Investment Issues (GII) sebelumnya dikenal
dengan Government Investment Certificate (GIC) yang dilakukan oleh pemerintah Malaysia pada 1983. Namun,
langkah inovasi yang ada lamban dan institusi finansial Islam saat itu tidak dapat mengembangkan pasar aktif bagi
sekuritas tersebut. Berikutnya, kesuksesan sekuritisasi aset dalam pasar konvensional menghadirkan kerangka yang
justru dapat diaplikasikan untuk aset Islam. Pada akhir 1990, struktur berbasis aset yang cukup diakui dalam bentuk
sukuk dikembangkan di Bahrain dan Malaysia. Struktur ini menarik perhatian investor dan peminjam karena dianggap
kendaraan potensial untuk mengembangkan pasar kapital Islam (Iqbal dan Mirakhor, 2008).
 Adapun manfaat dari penerbitan sukuk ini antara lain adalah
Memperluas basis sumber pembiayaan anggaran negara;
Memperkaya instrumen pembiayaan fiskal.
Memperluas dan mendiversifikasi basis investor SBN.
Mendorong pertumbuhan dan pengembangan pasar keuangan syariah di dalam negeri;
Mengembangkan alternatif instrumen investasi.
Menciptakan benchmark di pasar keuangan syariah.
Mengoptimalkan pemanfaatan Barang Milik Negara dan mendorong tertib administrasi pengelolaan Barang Milik Negara.

 Pembentukan Hukum Sukuk Daerah


Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2010-2014 dalam bidang hukum sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan
Presiden Nomor 5 Tahun 2010, diarahkan pada upaya mengatasi berbagai permasalahan dalam penyelenggaraan sistem dan
politik hukum yang meliputi:
• Substansi Hukum
• Struktur Hukum
• Budaya Hukum
 Kaidah yang melandasi akad obligasi atau sukuk dijelaskan dalam pasal 21 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, sebagai berikut:
A. Ihtiyari – sukarela, yaitu setiap akad dilakukan atas kehendak para pihak, terhindar dari keterpaksaan, karena tekanan salah satu
pihak atau pihak lain.
B. I’anah – menepati janji, yaitu setiap akad wajib dilaksanakan oleh para pihak sesuai dengan kesepakatan yang ditetapkan oleh
yang bersangkutan pada saat yang sama terhindar dari cidera janji; Kaidah ini berasal dari Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 1: Hai
orang-orang yang beriman penuhilan akad-akad itu.
C. Luzum – tidak berubah, yaitu akad dilakukan dengan tujuan yang jelas dan perhitungan yang cermat, sehingga terhindar dari
praktik spekulasi atau maisir;
D. Saling menguntungkan, setiap akad dilakukan untuk memenuhi kepentingan para pihak sehingga tercegah dari praktik manipulasi
dan merugikan salah satu piha
E. Taswiyah – kesetaraan – para pihak dalam akad memiliki kedudukan yang setara, dan mempunyai hak dan kewajiban yang
seimbang ;
F. Transparansi, setiap akan dilakukan dengan pertanggungjawaban para pihak secara terbuka ;
G. Kemampuan – setiap akad dilakukan sesuai dengan kemampuan para pihak sehingga tidak menjadi beban yang berlebihan bagi
yang bersangkutan ;
H. Taisir – kemudahan, yaitu setiap akad dilakukan dengan cara saling memberi kemudahan kepada masing-masing pihak untuk
dapat melaksanakan sesuai dengan kesepakatan ;
I. Itikad baik, akad dilakukan dalam rangka menegakan kemaslahatan, tidak mengandung unsur jebakan dan perbuatan buruk
lainnya ;
J. Sebab yang halal, tidak bertentangan dengan hukum dan tidak haram.
> Merujuk pada fatwa Dewan Syariah Nasional tentang Obligasi syariah,
maka akad yang dapat digunakan dalam penerbitan sukuk daerah antara
lain: akad mudharabah, musyarakah, murabahah, salam, istishna dan
ijarah.

Regulator adalah lembaga/instansi pemerintah yang memiliki kewenangan


untuk mengatur dan mengawasi pelaksanaan penawaran umum sukuk
daerah di pasar modal. Pengawasan tersebut merupakan tanggung jawab
Kementerian Keuangan yang pelaksanaannya dilakukan oleh Bapepam
Lembaga Keuangan dan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan.

Emiten adalah pihak yang melakukan penawaran umum, dalam sukuk


daerah, maka emiten adalah Pemerintah daerah. Sebagai emiten
pemerintah daerah harus mempersiapkan lembaga yang akan mengurus
dan mengelola sukuk daerah.

 
 
> Potensi Sukuk Daerah untuk Peningkatan Investasi
Sampai tahun 2019 potensi dan kinerja sukuk semakin baik dalam
membiayai pembangunan infrastruktur akan tetapi beberapa kendala dan
hambatan dapat terjadi apabila proyek-proyek penunjang pembangunan
infrastruktur tidak dijalankan dengan optimal. Perkembangan sukuk dalam
pembangunan proyek Negara sangat berperan penting.

> kewenangan pengolahan keuangan daerah diatur dalam UU No. 33 tahun 2004
tentang perimbangan keuangan antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah.
Pembentukan UU tersebut pada dasarnya untuk mendukung pendanaan
pembangunan daerah yang menganut prinsip money follow fungtion. Artinya,
bahwa sumber pendanaan harus mengikuti 3 fungsi pemerintahan, dimana 2 fungsi
dilakukan oleh pemerintahan pusat, yaitu fungsi distribusi dan stabilitas. Sedangkan
pemerintahan daerah bergerak untuk menjalankan fungsi alokasi, dengan
pertimbangan pemerintah daerah lebih mengetahui kebutuhan, kondisi, dan situasi
masyarakat setempat.
 
> Pemerintah Indonesia telah menerbitkan sukuk untuk membiayai pembangunan
infrastruktur selama kurun waktu 10 tahun lebih.Sejak diterbitkan hingga tanggal 13
Februari 2020, kumulasi hasil penerbitan SBSN mencapai Rp1,253,4 triliun. Hasil
penerbitan Sukuk tersebut digunakan infrastruktur di Indonesia.

> Hasil penertiban Sukuk tersebut digunakan pemerintah untuk mendanai berbagai
proyek pembangunan infrastruktur di Indonesia. Pemerintah bias memaksimalkan
potensi sukuk sebagai alternative pembiayaan infrastruktur di Indonesia .

> Pemerintah juga bisa memaksimalkan potensi sukuk sebagai alternative pembiayaan
infrastruktur dan sumber investasi Syariah serta mulai mengurangi ketergantungan pada
hutang luar negeri dalam pembiayaan infrastruktur.

---------------------------------------------------------------------
>Jumlah investasi di banten cenderung mengalami peningkatan yang di dukung
oleh stabilnya tingkat suku bunga perbankan. Situasi makro ekonomi ini mendorong
semakin pesantnya bisnis property, khususnya disekitar wilayah penyangga ibu
kota, misalnya daerah Tangerang dan sekitarnya, Faktor internal lain yang
berpengaruh sebagai modal atau kekuatan banten adalah kondisi social budaya
masyarakat. Corak budaya masyarakat banten yang relijius menjadi pasar potensial
dalam mengembangkan produk investasi Syariah.

> Contoh
>Sektor perbankan Syariah di banten terus mengalami pertumbuhan asset dari
yang semula Rp,2096 triliun di akhir tahun 2009 meningkat menjadi sekitar
Rp,3,545 triliun di triwulan III 2010. Perkembangan social kemasyarakatan yang di
tunjukan dengan semakin pesatnya pertumbuhan populasi di banten memaksa
pemerintahan daerah untuk menyediakan infrastruktur public, misalnya fasilitas
Pendidikan dan Kesehatan yang berkualitas.
> Identifikasi yang dilakukan terhadap factor eksternal ialah
dengan masih terbukanya peluang untuk mengembangkan instrument
investasi sukuk. Saat ini perekonomian dunia yang didominasi oleh
instrument investasi konvensional cenderung mengalami penurunan
didorong oleh adanya fenomena krisis global. Sebaliknya
pertumbuhan justru terjadi pada beberapa instrument investasi
Syariah. Salah satu aspek yang membuat suatu produk dapat
bersaing di pasar adalah dilakukannya pengembangan spesifikasi
produk. Yang terdiri dari Ijarah, kafalah, mudharabah, dan wakalah
bias menjadi keunggulan tersendiri.

> Pemerintah daerah yang hendak men ggunakan sukuk sebagai sumber
pembiayaan pembangunan tinggal memilih akad atau kombinasi akad yang
sesuai dengan kondisi dan kemampuan daerah masing-masing. Peluang lain
yang bias dimanfaatkan untuk mendorong pemanfaatan sukuk adalah
adanya kewenangan yang di berikan pemerintahan pusat terhadap
pemerintahan daerah untuk mengelola keuangan daerah secara otonom
melalui asas desentralisasi.
 Kesimpulan
 Sukuk merupakan salah satu instrumen keuangan syariah yang sedang berkembang pesat
pertumbuhannya di dunia. Tidak hanya di negara-negara yang mayoritas penduduknya
muslim, sukuk juga berkembang di berbagai negara di belahan dunia yang didominasi
penduduk non muslim. Hal ini disebabkan sifat sukuk yang merupakan suatu instrumen
investasi yang relatif aman. Pendapatan yang diperoleh dari sukuk ini berasal dari
pemanfaatan dana yang tepat dan dijamin oleh aset yang riil (Nurkholis, 2011). Selain aman,
sukuk juga telah nyata efektif digunakan sebagai instrumen pendanaan bagi berbagai
kebutuhan keuangan negara baik yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. Sejak
tahun 2008 sukuk mengambil peran yang cukup signifikan dalam pembangunan
perekonomian Indonesia.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai