Anda di halaman 1dari 19

Obligasi syariah

Oleh : Erlin lazusa


NIM : 1887203033
Pendidikan ekonomi Semester VII
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan semakin pesatnya dunia keuangan, serta semakin maraknya
lembaga keuangan. Maka ssemakin besar juga potensi uang akan berputar dan
akan semaikin banyak cara bertransaksi menggunakan uang. Salah satunya yaitu
dalam pasar modal.
Pasar modal adalah kegiatan yang berkaitan dengan penawaran umum
dan perdagangaan efek, perusahaan public yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkan nya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
[1] Kebanyakan masyarakat ingin bergelut dalam dunia pasar modal yaitu
masyarakat yang kelebihan pendapatan yang dialokasikan untuk konsumsi.
Sehingga kelebihan tersebut akan digunakan untuk menabung atau investasi
pada pasar modal.1
Salah satu instrument pasar modal yaitu obligasi. Seiring dengan
berkembangnya zaman, maka obligasi saat ini ada yang berprinsip Islam. Atau
yang dinamakan dengan Obligasi Syariah. Obligasi syariah adalah suatu surat
berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiteen
kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar
pendapatan kepada pemegang obligasi syariah 2berupa bagi hasil/margin/fee
pada saat jatuh tempo. Alasan obligasi sangat dibutuhkan yaitu dilihat dalam
perspektif pasar modal, maka dengan adanya obligasi syariah sehingga:

1 Armadiyanti, Putri,, “Peluang Dan Tantangan Perkembangan Obligasi Syariah


(Sukuk) Di Indonesia”  Universitas Negeri Surabaya, 9.
2 DSN  MUI, Obligasi Syariah, Fatwa Dewan Syariah Nasiona, Nomor 32/DSN-
MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah.10-13
perkembangan pasar modal syariah secra lebih luas sebagai implikasi dari
masterplan pasar modal yang dicanangkan Bapepam LK. Sedangkan dilihat dari
perspektif emiten, adanya obligasi syariah maka akan memperoleh sumber
pendanaan yang kompetitif, dan memberikan alternatif investasi kepada
masyarakaat pasar modal.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian obligasi syariah?
2. Bagaimanakah Jenis dan peringkat obligasi?
3. Bagaimanakah Perbedaan obligasi Syariah dan konvensional?
4. Bagaimanakah Struktur obligasi Syariah?
5. Bagaimanakah Emisi obligasi Syariah?
6. Bagaimanakah Perhitungan bagi hasil obligasi Syariah?
7. Bagaimanakah Mekanisme obligasi Syariah?
8. Bagaimanakah Pengembangan obligasi Syariah?

C. Tujuan
Untuk mengetahui perihal obligasi syariah dan berbagai hal-hal terkait
lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Obligasi Syariah
Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 32/DSN-MUI/IX/2002,
“Obligasi syariah (sukuk) adalah sebagai suatu surat berharga jangka panjang
yang berdasarkan prinsip syariah, yang dikeluarkan emiten kepada pemegang
obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada
pemegang obligasi syariah berupa hasil/margin/fee, serta membayar kembali
dana obligasi pada saat jatuh tempo.” 3 Pendapatan (hasil) yang diperoleh
pemegang obligasi syariah sesuai akad yang digunakan. Pengawasan aspek
syariah dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah atau Tim Ahli Syariah yang
ditunjuk oleh Dewan Syariah Nasional MUI, sejak proses emisi obligasi dimulai.
Dalam hal pembiayaan, obligasi syariah adalah untuk memfasilitasi
transaksi perdagangaan termasuk pembelian fasilitas produksi, maka ikatan yang
timbul dalam penerbitan obligasi syariah tersebut harus mengikuti prinsip akad-
akad perdagangan seperti akad murabbahah dan bay’ Istishna’.[6] Hal ini sesuai
dengan firman Allah swt., yang menerangkan tentang bolehnya melakaukan
transaksi perdagangan untuk mencari kekayaan, diantaranya:
ْ َ‫َوأَ َح َّل هللاُ البَ ْي َع َو َح َّر َم الرِّ ب‬
... ‫وا‬
Artinya: Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (QS. Al-
Baqarah: 275)[7]

ِ ْ‫ َو َءا َخرُونَ يَضْ ِربُونَ فِى اأْل َر‬ ...


... ‫ض يَ ْبتَ ُغونَ ِم ْن فَضْ ِل هللا‬
Artinya: ‘… dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian
karunia Allah…’ (QS. Al-Muzammil: 20)[8]
Sedangkan dalam hal pembiayaan obligasi syariah adalah untuk
membayai kegiatan usaha, maka ikatan yang timbul dalam penerbitan obligasi

3 DSN MUI, Obligasi Syariah Mudharabah, Fatwa Dewan Syariah Nasional, Nomor:


33/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah Mudharabah.32
syariah tersebut juga harus memenuhi prisip aqad mudharabah dan
aqad ijarah atau sewa sebagai salah satu cara yang disahkan oleh syariat.
Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 32 tentang obligasi
syariah, No. 34 tentang obligasi syariah mudharabah, dan No. 41 tetang obligasi
syariah ijarah telah mengalami redefinisi sebagai surat berharga jangka panjang
berdasarkan prinsip syariah sehinga dapat diperjualbelikan.
Obligasi dan sukuk merupakan sesuatu yang tidak jauh berbeda. bedanya
yaitu dari sisi penerbitnya. Sukuk adalah obligasi syariah yang diterbitkan oleh
negara dan obligasi syariah diterbitkan oleh pihak swasta.[9]

B. Jenis dan peringkat obligasi


Obligasi memiliki beberapa jenis yang berbeda, yaitu:[10]
1.      Dilihat dari sisi penerbit
a.       Corporate bonds: obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik yang
berbentuk badan usaha milik negara (BMN), atau badan usaha swasta.
b.      Government bonds: obligasi yang diterbitkan pemerintah pusat.
c.       Municipal bonds: obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untuk
membiayai proyek-proyek yang berkaitan dengan kepentingan public (public
utility)
2.      Dilihat dari sistem pembayaran bunga:[11]
a.       Zero coupon bonds: obligasi yang tidak melakukan pembayaran bunga
secara periodik. Namun, bunga dan pokok dibayarkan sekaligus pada saat jatuh
tempo.
b.      Coupon bonds: obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara periodic
sesuai dengan ketentuan penerbitnya.
c.       Fixed coupon bonds: obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah
ditetapkan  sebelum masa penawaran di pasar perdana dan akan dibayarkan
secara periodic.
d.      Floating coupon bonds: obligasi dengan tingkat kupon bunga yang
ditentukan sebelum jangka waktu tersebut, berdasarkan suatu acuan
(benchmark) tertentu seperti average time depisot (ATD) yaitu rata-rata
tertimbang tingkat suku bunga deposito dari bank pemerintah dan swasta.

3.      Dilihat dari hak penukaran/opsi[12]


a.       Convertible bonds: obligasi yang memberikan hak kepada pemegang
obligasi untuk mengkonversikan obligasi tersebut ke dalam sejumlah saham milik
penerbitnya.
b.      Exchangeable bonds: obligasi yang memberikan hak kepada pemegang
obligasi untuk menukar saham perusahaan ke dalam sejumlah saham
perusahaan afiliasi milik penerbitnya.
c.       Callable bonds: obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk
membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.
d.      Putable bonds: obligasi yang memberikan hak kepada investornyang
mengharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu
sepanjang umur obligasi tersebut.4
4.      Dilihat dari segi jaminan atau kolateralnya:[13]
a.       Secured bonds: obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu dari
penerbitnya atau dengan jaminan lain dari pihak ketiga.
Dalam kelompok ini, termasuk didalamnya adalah:
1)      Guaranteed bonds: obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin
dengan penanggungan dari pihak ketiga.
2)      Mortgage bonds: obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin
dengan agunan hipotik atas property atau asset tetap.
3)      Collateral trust bonds: obligasi yang dijamin dengan efek yang dimiliki
penerbit dalam protofolionya, misalnya saham-saham anak perusahaan yang
dimilikinya.
b.      Unsecured bonds: obligasi yang tidak dijaminkan dengan kekayaan tertentu
tatapi dijamin dengan kekayaan penerbitnya secara umum.

4 Umam, Khaerul, Pasar Modal Syariah dan Praktik Pasar Modal Syariah, Bandung:


Pustaka Setia, 2013.99-100
5.      Dilihat dari segi nilai nominal:
a)      Konvensional bonds: obligasi yang lazim diperjualbelikan dalam satu
nominal, Rp 1 miliar per satu lot.
b)      Retail bonds: obligasi yang diperjualbelikan dalam satuan nilai nominal yang
kecil, baik corporate bonds maupun government bonds.
6.      Dilihat dari segi perhitungan imbal hasil:[14]
a)      Konvensional bonds: obligasi yang perhitungan dengan menggunakan
sistem kupon bunga.
b)      Syariah bonds: obligasi yang diperhitungkan imbal hasil dengan
menggunakan perhitungan bagi hasil. Dalm perhitungan ini dikenal 2 macam
obligasi syariah, yaitu:5
1)      Obligasi syariah mudharabah merupakan obligasi syariah yang menggunkan
akad bagi hasil sedemikian sehingga pendapatan yang diperoleh investor atas
obligasi tersebut diperoleh setelah mengetahui pendapatan emiten.
2)      Obligasi syariah ijarah merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad
sewa sedemikian sehingga kupon (fee ijarah) bersifat tetap, dan bisa
diketahui/diperhitungkan sejak awal obligasi diterbitkan.
3)      Menurut Iswi Hariyani dan R. Serfianto Dibyo Pumomo dikenal juga adanya
obligasi syariah istisna dan obligasi syariah salam.[15] Istisna adalah erjanjian
kontrak untuk barang-barang industri yang memperbolehkan pembayaran tunai
dan pengiriman pada masa depan dari barang-barang yang dibuat berdasarkan
kontrak tertentu. Salam adalah kontrak dengan pembayaran harga yang dimuka
yang di buat untuk barang-barang yang dikirim kemudian.
Peringkat obligasi
Ada tiga komponen utama yang digunakan oleh agen peringkat untuk
menentukan peringkat (rating) obligasi:[16]6

5 Sholihin, Ahmad Ifham, Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta, PT


Gramedia Pustaka Utama, 2010.90-92
6 Hariyani, Iswi dan R. Serfianto Dibyo Pumomo,  Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal , Jakarta:
Visimedia, 2010.43-45
1)      Kemampuan perusahaan penerbit untuk memenuhi kewajiban finansialnya
sesuai dengan yang dijanjikannya.
2)      Struktur dan berbagai ketentuan yang diatur dalam surat hutang.
3)      Perlindungan yang diberikan maupun posisi klaim dari pemegang suat
hutang tersebut bila terjadi pembubaran/likuidasi serta hokum lainnya yang
mempengaruhi hak-hak kreditur.
Peringkat Obligasi PEFINDO
Peringkat Obligasi Kemampuan dalam memenuhi
kewajiban financial jangka panjang
idAAA Superior, peringkat tertinggi
idAA Sangat kuat
idA Kuat
idBBB Memadai
idBB Agak lemah
idB Lemah
idCCC Rentan
idSD Gagal sebagian
idD Gagal bayar (default)

Peringkat obligasi Kemapuan dalam memenuhi


kewajiban financial jangka panjang
Perigkat dari idAAA sampai idB dapat dimodifikasi dengan tambahan tanda
plus (+) atau minus (-) untuk menunjukkan kekuatan relative dalam
kategori peringkat. Ini disebut rating outlook.[17]
Positive Peringkat bisa ditingkatkan
Negative Peringkat bisa diturunkan
Stable Peringkat mungkin tidak berubah
Developing Peringkat bisa dinaikkan atau
diturunkan

Peringkat obligasi bukan suatu saran untuk membeli atau menjual


obligasi. Meskipun begitu, lembaga pemeringkat efek dapat menjembatani
kesenjangan informasi antara emiten atau perusahaan penerbit dan investor
melalui penyediaan informasi standar atas tingat risiko kredit suatu perusahaan.
Investor umunya memanfaatkan peringkat suatu obligasi untuk mengukur risiko
yang dihadapi dalam pembelian obligasi tersebut.

C. Perbedaan obligasi Syariah dan konvensional


Perbedaan obligasi syariah (sukuk) dan obligasi konvensional[18]
Variabel Obligasi Syariah (Sukuk) Obligasi
Mudharabah Ijarah
Pembeda Konvensiona
l
Akad (Transaksi) Mudharabah (bagi Ijarah Tidak ada
hasi) (sewa/lease)
Jenis Transaksi Uncertainty Certainty Contract -
Contract
Sifat instrument Serifikat Sertifikat Intrusmen
kepemilikan kepemilikan pengakuan
penyertaan atas penyertaan atas utang
suatu asset suatu asset
Penerbit Pemerintah, Pemerintah, Pemerintah,
korporasi korporasi korporasi
Pihak yang terkait Obligor, SPV, Obligor, SPV, Obligor/issu
investor, Trustee investor, Trustee er, investor
Harga penawaran 100% 100% 100%
Kupon/Penghasil[19 Pendapatan/bagi Imbalan/fee Bunga/riba
]an hasil
Pembayaran pokok Bullet atau Bullet atau Bullet atau
amortisasi amortisasi amortisasi
Jangka waktu Pendek- Pendek- Menengah-
menengah menengah panjang
Pengembalian Indikatif Ditentukan Float/tetap
berdasarkan sebelumnya
pendapatan/inco
me
Underlying Asset Perlu Perlu Tidak perlu
objek perjanjian
Jenis investor Syariah/konvensio Syariah/konvensio Konvensiona
nal nal l
Akibat Halal Halal Haram
Hukum Maslahat dunia Maslahat dunia Madharat
dan akhirat dan akhirat
Harga Harga pasar Harga pasar Harga pasar
Penggunaan hasil Harus sesuai Harus sesuai Bebas
penerbitan syariah syariah

D. Struktur obligasi Syariah


Struktur dalam obligasi syariah mudharabah yaitu:7
a.       Bentuk pendanaan yang paling sesuai untuk investasi dalam jumlah besar
dan jangka yang relatif panjang;
b.      Dapat digunakan untuk pendanaan umum (general financing) seperti
pendanaan modal kerja ataupun pendanaan capital expenditure;
c.       Mudharabah merupakan percampuran kerja sama antara modal dan jasa
(kegiatan usaha) sehingga membuat strukturnya memungkinkan untuk tidak
memerlukan jaminan (collateral) atas asset yang spesifik. Hal ini berbeda dengan
struktur yang menggunakan dasar akad jual beli yang mensyaratkan jaminan atas
asset yang didanai;
d.      Kecenderungan regional dan global, dari penggunaan struktur murabahah
dan bai bi-thaman Ajil menjadi mudarabah dan ijarah.

E. Emisi obligasi Syariah


Syarat menerbitkan (emisi) obligasi syariah yaitu:
1.      Aktivitas utama (core business) yang halal, tidak bertentangan dengan
substansi Fatwa No. 20/DSN-MUI/IV/2001. Fatwa tersebut menjelaskan bahwa

7 Al Arif, M. Nur Rianto, Lembaga Keuangan Syariah, Bandung: CV Pustaka Setia,


2012.14-17
jenis kegiatan usaha yang bertentangan dengan syariah Islam diantaranya
adalah:8
a.       Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan
yang dilarang;
b.      Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan
asuransi konvensional;
c.       Usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta memperdagangkan
makanan, dan minuman haram; dan
d.      Usaha yang memproduksi, mendistribusi, dan/atau menyediakan barang-
barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat.
2.      Peringkat Investment Grade
a.       Memiliki fundamental usaha yang kuat
b.      Memiliki fundamental keuangan yang kuat; dan
c.       Memiliki citra yang baik bagi publik
3.      Keuntungan tambahan jika termasuk dalam komponen Jakarta Islami
Index (JII)
Penerbitan obligasi konvensional dan obligasi syariah pada dasarnya
adalah sama.9 Bahkan dalam banyak kasus penerbitan obligasi syariah
dilaksanakan bersamaan dengan penerbitan obligasi konvensional. Sebagai
contoh, ketika Indosat menerbitkan Obligasi ijarah sebesar Rp285 pada tahun
2005, obligasi tersebut diterbitkan bersamaan dengan penerbitan obligasi
konvensional sebesar Rp815 miliar. Contoh lain ketika PLN menerbitkan obligasi
ijarah pada tahun 2006 yaitu sebesar Rp200 miliar, pada saat bersamaan PLN
juga menerbitkan obligasi konvensional sekitar Rp2,1 triliun.
Seperti halnya obligasi konvensional, maka dalam penerbitan obligasi
syariah juga dilakukan peringkat, pen jamin emisi, serta dukungan lembaga dan
profesi penunjang. Satu hal yang membedakan adalah, dalam proses penerbitan

8 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahan, Jakarta: Maghfirah Pustaka, t.th.80-
82
9 Fakhruddin, Hendy M., GO PUBLIK: Strategi Pendanaan dan Peningkatan Nilai
Perusahaan, Jakarta: Gramedia, 2008.54-57
obligasi syariah adanya tambahan opini yang dikeluarkan tim ahli syariah dari
Dewan Syariah Nasional – MUI yang pada prinsipnya pernyataan bahwa obligasi
yang diterbitkan tersebut merupakan obligasi syariah yang telah sesuai dengan
ketentuan syariah yang berlaku. Di Indonesia, saat ini terdapat 3 lembaga
pemeringkat yang dapat melayani kebutuhan pemeringkat surat utang
khususnya obligasi. Lembaga tersebut antara lain Pefindo, Moody’s Indonesia,
dan Fitch Ratings.[23]
Contoh kasus penerbitan obligasi syariah[24]
a)      Nama Obligasi
“obligasi syariah ijarah Indosat tahun 2005’
b)     Jumlah Pokok, jangka waktu, dan penawaran
Obligasi ini diterbitkan dalam jumlah pokok seluruhnya sebesar Rp285 miliar,
dengan jangka waktu 6 tahun dengan opsi beli pada tahun ke-4, dan ditawarkan
100% dari nilai nominal.
c)      Peringkat obligasi
Pemeringkatan atas emisi obligasi ini dilakukan oleh Pefindo dengan hasil
peringkat sebagai berikut:
Lembaga Pemeringkat Peringkat Keterangan
Pefindo IdAA+(sy) (double A Plus, Stable
Outlook)

d)     Cicilan imbalan ijarah


Emiten akan membagikan Rp8.550.000,- per tiga bulan atau 34,2 miliar per
tahun. Jadi jika dihitung dengan pendekatan bunga maka setiap memberikan
pendapatan pasti sebesar 12%.
e)      Penjamin emisi
Penjamin emisi (underwriter) adalah pihak yang membuat kontrak dengan
emitenuntuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten dengan
atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual.[25]
Obligasi ini diterbitkan dengan penjamin dengan kesanggupan penuh (Full
Commitment).[26] Adapun anggota sindikasi penjaminan serta porsi penjaminan
masing-masing sebagai berikut:
No. Penjamin Emisi Obligasi Porsi Penjamin Persentase
(Rp) (%)
Penjamin Pelaksana Emisi Obligasi
1. PT Andalan Artha Advisindo 268.000.000.000 94,05
Sekuritas
2. PT BNI Securities (Terafiliasi) 10.000.000.000 3,50
3. PT CIMB Niaga Securities 2.000.000.000 0,70
4. PT Danareksa Sekuritas 5.000.000.000 1,75
(Terafiliasi)
Total 285.000.000.000 100,00

f)       Jadwal penawaran umum


Adapun jadwal penawaran umum sejak mendapatkan efektif dari Bapepam-LK
hingga listin di bursa adalah sebagai berikut:
Kegiatan Tanggal
Tanggal Efektif 13 Juni 2005
Masa Penawaran 14 – 16 Juni 2005
Penjatahan 17 Juni 2005
Distribusi secara Elektronik 21 Juni 2005
Pencatatan di Bursa Efek Surabaya 22 Juni 2005

g)      Penggunaan dana hasil penawaran umum[27]


Pada kasus ini seluruh dana yang diperoleh yaitu sebesar Rp285 miliar (dikurangi
biaya emisi) akan digunakan sebagai seluruhnya untuk pengeluaran modal dalam
rangka ekspansi usaha emiten melalui pengembangan jaringan seluruh emiten.

F. Perhitungan bagi hasil obligasi Syariah


Ada dua macam Obligasi:
1.      Obligasi syariah mudharabah
Obligasi syariah mudharabah adalah obligasi syariah yang berdasarkan akad
mudharabah.10
Dalam obligasi syariah mudharabah, seorang pengusaha proyek adalah
pemegang amanah terhadap modal yang diterima dari pemilik modal dimana
modal merupakan titipan/amanah dalam konsep wadiah yag dapat
dimanfaatkan untuk memperoleh keuntungan. Saat menjalankan proyek yang
berkaitan denga akad mudharabah, pengusaha bertindak sebagai wakil pemilik
modal, dan jika pengusaha memperoleh keuntungan maka pengusaha bertindak
sebagai rekan pemilik modal, seinga keuntungan tersebut harus dibagikan sesuai
dengan prinsip musyarakah yang mengharuskan adanya bagi hasil yang adil
antara rekan perkongsian.
Bagi hasil keuntungan ini menggunakan nisbah (perbandingan), misalnya 66%:
33% untuk pemilik modal:11 pengusaha, yang ditentukan pada
kesepakatan/perjajian awal. Modal disediakan seluruhnya oleh pemilik modal
sampai suatu masa tertentu dimana modal tersebut dekiembalikan secara utuh.
Sehingga mudharabah yang sering disebut sebagai trust financing ini hanya
diberikan kepada pengusaha yang sudah teruji memegang amanah yang baik.
Apabila terjadi satu dan lain hal yang merugikan kedua belah pihak, hal itu tidak
disebabkan oleh kesalahan pegelolaan si pengusaha, sehingga risiko dapat
ditanggung bersama secara adil.
2.      Obligasi syariah ijarah
Obligasi syariah ijarah merupakan obligasi syariah yang dananya khusus
digunakan untuk menyewa areal usaha. Imbalan hasil yang akan diberikan
kepada para pemegang obligasi syariah ijarah tersebut didapatkan dari hasil
sewa dengan tingkat fee ijarah tetap. fee ijarah ini diperoleh dari penyewaan
tempat dan telah ditentukan sebelumnya, bukan tergantung dari bagi hasi

10 Zulfikar, Pengantar Pasar Modal dengan Pendekatan Statistika, Yogyakarta: Deepublish, 2016.


68-78
11 Yuliani, Indah, Investasi Produk Keuangan Syariah, t.tp: UIN-MALIKI PRESS, 2010.
23-25
sebagamana obligasi syariah judharabah. Obligasi ijraah menggunakan akad
sewa, sehigga besar return yang diberikan sama panjang waktu obligasi berlaku.

G. Mekanisme obligasi Syariah


Mekanisme obligasi syariah mudharabah yaitu:[29]
1)      Kontrak atau akad mudharabah dituangkan dalam perjanjian
perwaliamanatan.
2)      Rasio atau persentase bagi hasil (nisbah) dapat ditetapkan berdasarkan
komponen pendapatan (revenue) atau keuntungan (profit, operating profit, EBIT,
atau EBITDA). Tetapi, Fatwa No. 15/DSN-MUI/IX/2000 memberi pertimbangan
bahwa dari segi kemaslahatan pembagian usaha sebaiknya menggunakan prinsip
Revenue Sharing.
3)      Nisbah ini dapat ditetapkan konstan, meningkat, ataupun menurun, dengan
mempertimbangkan proyeksi pendapatan emiten, tetapi sudah ditetapkan di
awal kontrak.
4)      Pendapatan bagi hasil berarti jumlah pendapatan yang dibagihasilkan yang
menjadi hak dan oleh karenanya harus dibayarkan oleh emiten kepada
pemegang obligasi syariah yang dihitung berdasarkan perkalian antara nisbah
pemegang obligasi syariah dengan pendapatan/keuntungan yang dibagihasilkan
yang jumlahnya tercantum dalam laporan keuangan konsolidasi emiten.
5)      Pembagian hasil pendapatan ini atau keuntungan dapat dilakukan secara
periodic (tahunan, semesteran, kuartalan, bulanan).
6)      Karena besarnya pendapatan bagi hasil akan ditentukan oleh kinerja actual
emiten, maka obligasi syariah memberikan indicative return tertentu.

H. Pengembangan obligasi Syariah


Jika dilihat dari kapitalisasi pasar, keberadaan sukuk masih kecil jika
dibandingkan dengan kapitalisasi obligasi korporasi. Dari total obligasi korporasi
yang beredar (outstanding) per akhir tahun 2007 terlihat bahwa obligasi syariah
memiliki kapitalisasi sebesar Rp2,2 triliun dari total obligasi korporasi sebesar
Rp79 triliun atau 2,78%. Namun demikian, ke depan terlihat trend bahwa sukuk
merupakan instrument pembiayaan yang akan terys tumbuh seiring dengan
pertumbuhan pasar modal syariah yang semakin meningkat.12
Pasar modal syariah secara resmi diluncurkan pada tanggal 14 Maret
2003 bersamaan dengan penandatanganan MOU antara BAPEPAM dengan
Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN – MUI). Walaupun
secara resmi diluncurkan pada tahun 2003, namun instrument pasar modal
syariah telah hadir di Indonesia pada tahun 1997. Hal ini ditandai dengan
peluncuran Danareksa Syariah pada 3 Juli 1997 oleh PT. Danareksa Investment
Management. Selanjutnya Bursa Efek Jakarta bekerasama dengan PT. Danareksa
Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index pada taggal 3 juli
2000 yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin menanamkan dananya
secara syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut, maka para pemodal telah
disediakan saham-saham yang dapat dijadikan sarana berinvestasi dengan
penerapan prinsip syariah.
Perkembangan selanjutnya, instrument investasi syariah di pasar modal
terus bertambah dengan kehadiran obligasi syariah PT. Indosat Tbk pada awal
September 2002. Instrument ini merupakan obligasi syariah pertama dan
dilanjutkan dengan penerbitan obligasi syariah lainnya. Pada tahun 2004, terbit
untuk pertama kali obligasi syariah dengan akad sewa atau dikenal dengan
obligasi syariah ijarah. Selanjutnya, pada tahun 2006 muncul instrument baru
yaitu Reksa Dana Indeks dimana indeks yang dijadikan sebagai underlying adalah
indeks JII.[30]
Perkembangan pasar modal syariah tidak terlepas dari perkembangan
institusi keuangan syariah lainnya khususnya perbankan syariah. Dewasa ini,
institsi keuangan syariah terus berkembang sehingga tidak saja terdapat
perbnaan syariah, pasar modal syariah, namun berkembang dengan hadirnya
asuransi syariah, multifinance syariah, pegadaian syariah dan lain-lain.

12 Samsul, Mohamad, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, Surabaya: Erlangga,


2006.54
Beberapa potensi peluan pengembangan obligasi syariah di Indonesia
antara lain:[31]
1)      Obligasi syariah sebagai potensi penyaluran likuiditas yang aman.
Kesulitan likuiditas pada sektor keuangan di negara-negara kawasan Amerika dan
Eropa merupakan salah satu dampak dari krisis ekonomi global. Sementara itu,
negara-negara kawasan Timur Tengah sebagai daerah penghasil minyak saat ini
masih menjadi area yang mengalami surplus likuiditas. Kondisi ini dapat menjadi
peluang bagi negara-negara yang menginginkan aliran dana dari Timur Tengah
dan Indonesia masuk ke negara tersebut. Obligasi syariah menjadi alternatif
investasi jangka panjang untuk menyalurkan kelebihan likuiditas yang aman dan
return -nya cukup baik. Contohnya adalah Indosat yang  memberi return setara
16%, bahkan pada periode awal return -nya mencapai 17,82%. 
2)      Peluang populasi penduduk muslim Indonesia yang besar
Sukuk merupakan salah satu instrumen investasi yang memberikan peluang bagi
investor muslim dan non -muslim untuk berinvestasi di Indonesia. Sebagai
negara dengan populasi penduduk muslim terbesar di dunia, industri keuangan
syariah sebenarnya berpotensi berkembang pesat di Indonesia. Populasi
penduduk Indonesia yang besar dengan jumlah sekitar 230 juta jiwa dan sekitar
85% beragama Islam merupakan peluang yang sangat besar sebagai investor
produk syariah di Indonesia. Populasi penduduk Indonesia yang besar juga dapat
dijadikan sebagai nilai tambah atau faktor lebih jika dilihat dari sisi investor
dibandingkan dengan produk konvensional. Investor produk syariah dapat
meliputi investor konvensional dan investor syariah, sedangkan investor produk
konvensional belum tentu termasuk investor syariah.
3)      Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang menjanjikan[32]
Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, tentu
memiliki prospek yang sangat bagus dalam pengembangan obligasi syariah.
Indonesia juga dinilai oleh para praktisi ekonomi syariah sebagai prototif negara
Islam penganut demokrasi terbesar di dunia dengan tingkat pertumbuhan
ekonomi yang sangat menjanjikan. Kemudahan persyaratan seperti yang telah
dikeluarkan oleh fatwa MUI dan Bapepam tentang obligasi syariah di Indonesia,
investment grade yang telah didapat kembali oleh Indonesia, serta dibentuknya
Jakarta Islamic Index (JII) sebagai Bursa Efek Islam Jakarta menjadikan Indonesia
memiliki prospek yang bagus kedepan dalam pengembangan obligasi syariah.
 

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 32/DSN-MUI/IX/2002,
“Obligasi syariah (sukuk) adalah sebagai suatu surat berharga jangka panjang
yang berdasarkan prinsip syariah, yang dikeluarkan emiten kepada pemegang
obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada
pemegang obligasi syariah berupa hasil/margin/fee, serta membayar kembali
dana obligasi pada saat jatuh tempo.
Obligasi memiliki beberapa jenis yang berbeda,  yaitu dilihat dari
beberapa sisi, diantaranya:
1.         Dilihat dari sisi penerbit
2.         Dilihat dari sistem pembayaran bunga
3.         Dilihat dari hak penukaran/opsi
4.         Dilihat dari segi jaminan atau kolateralnya
5.         Dilihat dari segi nilai nominal
6.         Dilihat dari segi perhitungan imbal hasil
Obligasi syariah dibagi menjadi 2 yaitu obligasi syariah mudharabah dan
obligasi syariah ijarah. Dimana keuntungan antara nasabah dengan emiten akan
ditentukan sesuai dengan akad yang digunakan. Beberapa potensi peluan
pengembangan obligasi syariah di Indonesia antara lain: 1)   Obligasi syariah
sebagai potensi penyaluran likuiditas yang aman; 2)          Peluang populasi
penduduk muslim Indonesia yang besar dan 3)Pertumbuhan ekonomi Indonesia
yang menjanjikan.

DAFTAR PUSTAKA

Al Arif, M. Nur Rianto, Lembaga Keuangan Syariah, Bandung: CV Pustaka Setia,


2012.
Armadiyanti, Putri,, “Peluang Dan Tantangan Perkembangan Obligasi Syariah
(Sukuk) Di Indonesia”  Universitas Negeri Surabaya, 9.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahan, Jakarta: Maghfirah
Pustaka, t.th.
DSN MUI, Obligasi Syariah Mudharabah, Fatwa Dewan Syariah Nasional, Nomor:
33/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah Mudharabah.
DSN MUI, Obligasi Syariah, Fatwa Dewan Syariah Nasiona, Nomor 32/DSN-
MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah.
Fakhruddin, Hendy M., GO PUBLIK: Strategi Pendanaan dan Peningkatan Nilai
Perusahaan, Jakarta: Gramedia, 2008.
Hariyani, Iswi dan R. Serfianto Dibyo Pumomo,  Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar
Modal , Jakarta: Visimedia, 2010.
Samsul, Mohamad, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, Surabaya: Erlangga,
2006.
Sholihin, Ahmad Ifham, Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta, PT
Gramedia Pustaka Utama, 2010.
Umam, Khaerul, Pasar Modal Syariah dan Praktik Pasar Modal Syariah, Bandung:
Pustaka Setia, 2013.
Yuliani, Indah, Investasi Produk Keuangan Syariah, t.tp: UIN-MALIKI PRESS, 2010.
Zulfikar, Pengantar Pasar Modal dengan Pendekatan Statistika, Yogyakarta:
Deepublish, 2016.

Anda mungkin juga menyukai