B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian obligasi syariah?
2. Bagaimanakah Jenis dan peringkat obligasi?
3. Bagaimanakah Perbedaan obligasi Syariah dan konvensional?
4. Bagaimanakah Struktur obligasi Syariah?
5. Bagaimanakah Emisi obligasi Syariah?
6. Bagaimanakah Perhitungan bagi hasil obligasi Syariah?
7. Bagaimanakah Mekanisme obligasi Syariah?
8. Bagaimanakah Pengembangan obligasi Syariah?
C. Tujuan
Untuk mengetahui perihal obligasi syariah dan berbagai hal-hal terkait
lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Obligasi Syariah
Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 32/DSN-MUI/IX/2002,
“Obligasi syariah (sukuk) adalah sebagai suatu surat berharga jangka panjang
yang berdasarkan prinsip syariah, yang dikeluarkan emiten kepada pemegang
obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada
pemegang obligasi syariah berupa hasil/margin/fee, serta membayar kembali
dana obligasi pada saat jatuh tempo.” 3 Pendapatan (hasil) yang diperoleh
pemegang obligasi syariah sesuai akad yang digunakan. Pengawasan aspek
syariah dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah atau Tim Ahli Syariah yang
ditunjuk oleh Dewan Syariah Nasional MUI, sejak proses emisi obligasi dimulai.
Dalam hal pembiayaan, obligasi syariah adalah untuk memfasilitasi
transaksi perdagangaan termasuk pembelian fasilitas produksi, maka ikatan yang
timbul dalam penerbitan obligasi syariah tersebut harus mengikuti prinsip akad-
akad perdagangan seperti akad murabbahah dan bay’ Istishna’.[6] Hal ini sesuai
dengan firman Allah swt., yang menerangkan tentang bolehnya melakaukan
transaksi perdagangan untuk mencari kekayaan, diantaranya:
ْ ََوأَ َح َّل هللاُ البَ ْي َع َو َح َّر َم الرِّ ب
... وا
Artinya: Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (QS. Al-
Baqarah: 275)[7]
8 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahan, Jakarta: Maghfirah Pustaka, t.th.80-
82
9 Fakhruddin, Hendy M., GO PUBLIK: Strategi Pendanaan dan Peningkatan Nilai
Perusahaan, Jakarta: Gramedia, 2008.54-57
obligasi syariah adanya tambahan opini yang dikeluarkan tim ahli syariah dari
Dewan Syariah Nasional – MUI yang pada prinsipnya pernyataan bahwa obligasi
yang diterbitkan tersebut merupakan obligasi syariah yang telah sesuai dengan
ketentuan syariah yang berlaku. Di Indonesia, saat ini terdapat 3 lembaga
pemeringkat yang dapat melayani kebutuhan pemeringkat surat utang
khususnya obligasi. Lembaga tersebut antara lain Pefindo, Moody’s Indonesia,
dan Fitch Ratings.[23]
Contoh kasus penerbitan obligasi syariah[24]
a) Nama Obligasi
“obligasi syariah ijarah Indosat tahun 2005’
b) Jumlah Pokok, jangka waktu, dan penawaran
Obligasi ini diterbitkan dalam jumlah pokok seluruhnya sebesar Rp285 miliar,
dengan jangka waktu 6 tahun dengan opsi beli pada tahun ke-4, dan ditawarkan
100% dari nilai nominal.
c) Peringkat obligasi
Pemeringkatan atas emisi obligasi ini dilakukan oleh Pefindo dengan hasil
peringkat sebagai berikut:
Lembaga Pemeringkat Peringkat Keterangan
Pefindo IdAA+(sy) (double A Plus, Stable
Outlook)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 32/DSN-MUI/IX/2002,
“Obligasi syariah (sukuk) adalah sebagai suatu surat berharga jangka panjang
yang berdasarkan prinsip syariah, yang dikeluarkan emiten kepada pemegang
obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada
pemegang obligasi syariah berupa hasil/margin/fee, serta membayar kembali
dana obligasi pada saat jatuh tempo.
Obligasi memiliki beberapa jenis yang berbeda, yaitu dilihat dari
beberapa sisi, diantaranya:
1. Dilihat dari sisi penerbit
2. Dilihat dari sistem pembayaran bunga
3. Dilihat dari hak penukaran/opsi
4. Dilihat dari segi jaminan atau kolateralnya
5. Dilihat dari segi nilai nominal
6. Dilihat dari segi perhitungan imbal hasil
Obligasi syariah dibagi menjadi 2 yaitu obligasi syariah mudharabah dan
obligasi syariah ijarah. Dimana keuntungan antara nasabah dengan emiten akan
ditentukan sesuai dengan akad yang digunakan. Beberapa potensi peluan
pengembangan obligasi syariah di Indonesia antara lain: 1) Obligasi syariah
sebagai potensi penyaluran likuiditas yang aman; 2) Peluang populasi
penduduk muslim Indonesia yang besar dan 3)Pertumbuhan ekonomi Indonesia
yang menjanjikan.
DAFTAR PUSTAKA