Anda di halaman 1dari 6

OBLIGASI SYARI’AH DAN SUKUK SYARI’AH

Intan Desyani (1219210052)

Maya Alawiyah (1219210065)

Nenden Suci Munawaroh (1219210082)

Akuntansi Syariah B Semester 4

Email :

idesyani22@gmail.com

mayaalawiyah44@gmail.com

nendensmunawar24@gmail.com

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung

ABSTRAK

Obligasi merupakan salah satu efek yang diperdagangkan di pasar modal. Secara konvensional
skema pengembalian obligasi berbasis bunga (interest) ditambah pokok setelah masa jatuh tempo
tiba, karena obligasi pada dasarnya surat pengakuan hutang dari sebuah perusahaan (emiten)
kepada investor. Dalam ekonomi syariah (iqtishodiyah) konsep obligasi dengan basis bunga diubah
dengan konsep bagi hasil, fee atau margin. Dalam ekonomi syariah obligasi bukan surat hutang,
tetapi hubungan antara emiten dengan obligor adalah transaksi berbagi untung dan Resiko. Maka
kemudian di pasar modal lahirlah sukuk, sebagai bentuk efek syariah yang mirip Dengan obligasi
dalam ekonomi konvensional. Sukuk menurut sejarah dalam ekonomi syariah Sebenarnya sudah
lahir lebih dari 14 abad yang lalu. Dalam transaksi sukuk konsep keadilan, amanah dan tanggung
jawab emiten dan obligor terjawab dengan alamiah. Tidak seperti obligasi Investasi dengan basis
bunga, obligor hanya mengharapkan investasi kembali dengan tambahan, tanpa berpikir bahwa
bisnis tidak selalu untung.

KATA KUNCI:

Obligasi, Sukuk dan Bagi hasil.


PENDAHULUAN

Praktik investasi dalam ekonomi syariah (iqtishodiyah), khususnya dalam bidang perdagangan, sudah
dikenal luas, karena Islam lahir di jazirah Arab (kota Mekkah) dengan mata pencaharian pokok
Masyarakatnya sebagai pedagang. Dalam Bahasa Arab kata investasi sepadan dengan kata
istathmara, yang berarti menjadikan berbuah, berkembang dan bertambah jumlahnya. Maka
investasi menurut konsep Islam adalah penanaman dana Atau penyertaan modal untuk suatu bidang
usaha tertentu yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan prinsipprinsip syariah, baik
obyeknya maupun Prosesnya Karena di dalam ekonomi syariah Tidak dibolehkan adanya meminjam
dengan pengembalian berlebih (riba), maka Investasi yang dilakukan bukan dalam Bentuk hutang,
tetapi dalam bentuk berbagi untung dan resiko yang menjelma Dalam bentuk kerjasama bisnis yang
Disebut dengan musyarakah, mudharabah Dalam bidang perdagangan atau bisnis, Atau bentuk
lainnya yang ada dalam bidang pertanian, misalnya muzaraah, mutsaqah. Bentuk-bentuk investasi
itu termasuk dalam kategori invenstasi langsung (direct investment).

Pada zaman modern sekarang secara Formal salah satu tempat usaha penarikan Sumber-sumber
(dana) untuk mengadakan barang modal adalah pasarmodal. Pasar modal adalah tempat
berinvestasi Secara tidak langsung (indirect investment). Pengertian pasar modal menurut
undangundang pasar modal adalah kegiatan Yang bersangkutan dengan penawaran Umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek Yang diterbitkannya, serta
lembaga dan Profesi yang berkaitan dengan efek Instrument pasar modal di Indonesia Adalah
saham, obligasi, sukuk, reksadana, Instrument derivative, Efek Beragun Aset (EBA), dan Dana
Investasi Real Estate (DIRE).

Dilihat dari segi iqtishodiyah pasar Modal saat ini menjelma menjadi sarana untuk muamalah.
Sebagai bentuk muamalah pasar modal mempunyai hukum asal boleh (ibahah) selama tidak ada
praktek yang dilarang di dalamnya. Kemudian para ulama mencari jalan agar transaksi di pasar
modal sesuai syariah, sehingga lahir konsep sekuritas syariah. Sekuritas syariah mencakup saham
syariah, obligasi syariah (sukuk) dan reksadana syariah. Dalam transaksi sekuritas syariah digunakan
akad-akad muamalah (ekonomi syariah) sebagai pengganti instrument bunga.

PEMBAHASAN

Obligasi Syariah

A. Pengertian Obligasi Syari’ah

Berdasarkan fatwa DSN-MUI Nomor 32/DSN-MUI/IX/2012, DSN Obligasi Syariah adalah Suatu surat
berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang
obligasi syariah yang mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi
syariah berupa hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.

B. Dasar Hukum Obligasi Syari’ah

Al Qur’an Surat Al-Baqarah: 275

Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat Berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan Lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang
demikian itu, Adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual Beli itu sama
dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli Dan mengharamkan riba. Orang-orang
yang telah sampai kepadanya Larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang Larangan); dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-
penghuni neraka; Mereka kekal di dalamnya”.

Hadits Nabi Riwayat Imam al-Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf alMuzani Artinya: “Perjanjian boleh
dilakukan di antara kaum muslimin kecuali Perjanjian yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang Haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali Syarat
yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”

C. Kaidah Fiqh

Artinya: “Pada dasarnya, semua bentuk mu’amalah boleh dilakukan, Kecuali ada dalil yang
mengharamkannya”.

D. Ketentuan khusus Obligasi Syari’ah meliputi :


1. Akad yang dapat digunakan dalam penerbitan obligasi syariah antara lain:
a. Mudharabah (Muqaradhah)/ Qiradh
b. Musyarakah
c. Murabahah
d. Salam
e. Istishna
f. Ijarah
2. Jenis usaha yang dilakukan Emiten (Mudharib) tidak boleh bertentangan dengan syariah
dengan memperhatikan substansi Fatwa DSN-MUI Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001
tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah.
3. Pendapatan (hasil) investasi yang dibagikan Emiten (Mudharib) kepada pemegang
Obligasi Syariah Mudharabah (Shahibul Mal) harus bersih dari unsur non halal.
4. Pendapatan (hasil) yang diperoleh pemegang Obligasi Syariah sesuai akad yang
digunakan.
5. Pemindahan kepemilikan obligasi syariah mengikuti akad-akad yang digunakan.
E. Penyelesaian Perselisihan Obligasi Syariah

Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara pihak-
pihak terkait, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak
tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

Sukuk Syariah

A. Pengertian Sukuk Syariah

Sukuk adalah Surat Berharga Syariah (Efek Syariah) berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang
bernilai sama-sama dan mewakili bagian kepemilikan yang tidak bisa ditentukan batas-batasnya
(musya) atas aset yang mendasarinya (Aset Sukuk/Ushul al- Shuhuk) setelah diterimanya dana
sukuk, ditutupnya pemesanan dan dimulainya penggunaan dana sesuai peruntukannya. Aset Sukuk
(Ushul al-Shukuk) adalah Aset yang menjadi dasar penerbitan Sukuk yang terdiri atas aset berwujud,
jasa, aset proyek tertentu dan atau aset kegiatan investasi yang telah ditentukan.

B. Karakteristik Sukuk
1) Aset Sukuk(Ushul al-Shukuk) yang digunakan sebagai dasar
2) Penerbitan Sukuk harus sesuai dengan prinsip syariah
3) Aset Sukuk (Ushul al-Shukuk) merupakan milik pemegang Sukuk (Sukuk holder)
4) Setiap unit Sukuk wajib memiliki nilai yang sama (Mutasawiyah Al Qimah) Sukuk pada saat
diterbitkan tidak mencerminkan utang penerbit kepada pemegang Sukuk, melainkan
mencerminkan kepemilikan pemegang Sukuk terhadap Aset Sukuk (Ushul al-sukuk)
5) Sukuk dapat berubah menjadi utang/piutang (dain) dalam hal Aset
6) Pada prinsipnya penerbitan Sukuk harus ada jangka waktu tertentu kecuali disepakati lain
dalam akad atau diatur oleh peraturan perundangan yang berlaku
7) Penerbit wajib membayarkan pendapatan kepada pemegang sukuk berupa bagi hasil
margin/fee dan membayar kembali dana sukuk pada saat jatuh tempo sesuai dengan skema
akad
8) Imbal hasil Sukuk dengan akad mudharabah dan musyarakah harus berasal dari kegiatan
usaha yang menjadi Aset Sukuk (Ushul Al shukuk).

C. Jenis Jenis Akad dan Struktur Sukuk di Pasar Modal


1. Sukuk Mudharabah, yakni Sukuk yang diterbitkan dengan akad mudharabah, keuntungan
dari kerjasama tersebut akan dibagi berdasarkan perbandingan yang telah disepakati
bersama sebelumnya. Sedangkan kerugian yang timbul sepenuhnya ditanggung oleh pemilik
modal (Shahibul mal).
2. Sukuk Ijarah, merupakan Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad ijarah
dimana satu pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya menjual atau menyewakan hak
manfaat atas suatu asset kepada pihak lain berdasarkan harga dan periode yang disepakati,
tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan asset itu sendiri.
3. Sukuk Musyarakah, yakni Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian musyarakah
dimana dua pihak atau lebih bekerjasama menggabungkan modal untuk membangun proyek
baru, mengembangkan proyek yang sudah ada atau membiayai kegiatan usaha. Keuntungan
ataupun kerugian yang timbul ditanggung bersama sesuai dengan partisipasi modal masing-
masing pihak.
4. Sukuk Murabahah, adalah sukuk berdasarkan akad murabahah. Murabahah adalah kontrak
jualbeli dimana penjual menjual barangnya kepada pembeli ditambah dengan margin
keuntungan
5. Sukuk Salam, Sukuk dengan kontrak pembayaran dimuka, yang dibuat untuk barang-barang
yang dikirim kemudian. Tidak diperbolehkan dalam akad ini menjual Komoditas sebelum
komoditas diterima. untuk itu penerima komoditas salam sebelum menerimanya.
6. Sukuk Istishna, yakni Sukuk yang diterbitkan akad istisna’ dimana para pihak menyepakati
jual beli dalam rangka pembiayaan suatu proyek atau barang. Adapun harga, waktu
penyerahan dan spesifikasi barang/proyek ditentukan terlebih dahulu berdasarkan
kesepakatan.
7. Akad lain yang sesuai dengan prinsip syariah.

D. Manajemen Sukuk

Dalam pembahasan sub manajemen Sukuk akan dijelaskan terperinci mulai dari penerbitan Sukuk,
pihak-pihak yang terlibat, jangka waktu dan sifat imbalan Sukuk

1) Metode Penerbitan Sukuk

Penerbitan Sukuk, sesuai dengan international best practice, dapat dilakukan dengan cara/metode:

a. Bookbuilding adalah salah satu metode penerbitan surat berharga, yaitu investor akan
menyampaikan penawaran pembelian atas suatu surat berharga, biasanya berupa jumlah
dan harga (yield) penawaran pembelian, dan dicatat dalam book order oleh investment bank
yang bertindak sebagai bookrunner.
b. Metode Lelang adalah metode penerbitan dan penjualan surat berharga yang diikuti oleh
peserta lelang dengan cara mengajukan penawaran pembelian kompetitif dan/atau
penawaran pembelian nonkompetitif dalam suatu periode waktu penawaran yang telah
ditentukan dan diumumkan sebelumnya, melalui sistem yang disediakan oleh agen yang
melaksanakan lelang.
c. Private placement adalah salah satu metode penerbitan surat berharga, dimana kegiatan
penerbitan dan penjualan surat berharga dilakukan oleh pihak penerbit kepada pihak
tertentu dengan ketentuan dan persyaratan (terms & conditions) yang disepakati bersama.

Penerbitan Sukuk pada umumnya dilakukan melalui (Special Purpose Vehicle) SPV sebagai penerbit,
namun dapat pula dilakukan secara langsung oleh originator/obligor

2) Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Penerbitan Sukuk


a. Obligor, yaitu pihak yang bertanggung jawab atas pembayaran pokok serta imbal hasil Sukuk
yang diterbitkan
b. Special Purpose Vehicle (SPV) yaitu badan hukum yang didirikan khusus untuk menerbitkan
Sukuk
c. Investor yaitu pihak pemegang Sukuk yang memiliki hak kepentingan atas underlying asset
melalui SPV
d. Sharia Advisor yaitu sebagai pihak yang memberikan fatwa atau pernyataan kesesuaian
terhadap prinsip-prinsip syariah atas Sukuk yang diterbitkan
e. Wali Amanat yaitu pihak yang mewakilli kepentingan pemegang Sukuk sesuai dengan yang
diperjanjikan.
3) Jangka Waktu (Tenor) Sukuk

Berdasarkan Standar Syariah The Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial
Institutions (AAOIFI) nomor 17 tentang Sukuk Investasi, penerbitan Sukuk boleh dilakukan untuk
jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang, sesuai dengan prinsip-prinsip syariah yang
mendasari penerbitannya. Selain itu, Sukuk juga dapat diterbitkan tanpa ditentukan jangka
waktunya, mengacu pada akad yang digunakan dalam penerbitan Sukuk.

4) Sifat Imbalan Sukuk

Imbalan (kupon) Sukuk dapat bersifat tetap (fixed rate) atau mengambang (floating), sesuai dengan
jenis akad dan struktur yang digunakan dalam penerbitan. Imbalan Sukuk tersebut biasanya
dinyatakan dalam bentuk persentase dan dibayarkan secara periodik sesuai ketentuan dan
persyaratan yang ada dalam penerbitan Sukuk (terms and conditions). Kriteria Emiten atau
Perusahaan Publik Emiten atau perusahaan publik Yang menerbitkan sukuk adalah :

a. Tidak boleh bertentangan dengan Prinsip-prinsip Syariah dalam hal Jenis usaha, produk
barang, jasa yang diberikan dan akad serta cara Pengelolaan perusahaannya
b. Usaha atau jenis kegiatan yang bertentangan dengan prinsip syariah adalah bersifat
perjudian atau permainan yang dapat digolongkan ke dalam perjudian atau jenis
perdagangan yang terlarang
c. Segala jenis lembaga keuangan konvensional yang mempraktikkan bunga uang (ribawi),
termasuk di dalamnya adalah perbankan dan asuransi konvensional
d. Pedagang, distributor, serta produsen makanan dan minuman yang dikategorikan haram
produsen, distribusi.
e. Penyedia, produsen, distributor, dari barang-barang ataupun jasa yang bersifat mudarat dan
merusak moral.
f. Investasi dilakukan pada emiten (perusahaan) ketika transaksi dilakukan tingkat hutang
perusahaan kepada lembaga keuangan berbasis bunga (ribawi) lebih besar daripada
modalnya.
g. Bagi emiten atau perusahan publik wajib memiliki pernyataan kesesuaian ketentuan akad
dengan efek yang dikeluarkan syariah ketika bermaksud menerbitkan efek syariah.

5) Ketentuan Terkait Diperdagangkannya Sukuk di Pasar Sekunder


a. Boleh diperdagangkan di pasar sekunder dengan syarat Aset Sukuk (Ushul al-Shukuk) tidak
berupa dain (utang atau piutang) atau uang
b. Sukuk dengan akad bai' (murabahah, salam, istishna') tidak dapat diperdagangkan di pasar
sekunder
c. Sukuk dengan akad mudharabah, musyarakah dan wakalah dapat diperdagangkan di pasar
sekunder setelah penawaran umum dan dana yang diterima penerbit mulai digunakan untuk
kegiatan usaha
d. Sukuk dengan akad ijarah hanya boleh diperdagangkan sepanjang Ma’jur dimiliki oleh
pemegang sukuk, sedangkan sukuk ijarah yang asetnya telah menjadi dain tidak dapat
diperdagangkan di pasar sekunder.

6) Penyelesaian Sengketa

Penyelesaian sengketa wajib dilakukan sesuai dengan prinsip syariah dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku:

a. Melalui musyawarah mufakat


b. Melalui lembaga penyelesaian sengketa, antara lain melalui
- Badan Arbitrase Syariah Nasional
- Majelis Ulama Indonesia (BASYARNAS-MUI)
- Pengadilan Agama apabila
c. Musyawarah mufakat tidak tercapai

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Hatta, Tafsir Quran per Kata, (Jakarta : Maghfirah Pustaka, 2011)

Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)-MUI 40/DN-MUI/X/2003tentang Pasar Modal dan Pedoman
Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal

Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)-MUI Nomor 32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah

http://www.djppr.kemenkeu.go.id/uploads/files/dmodata/in6Publikasi/5Brosur/
Buku_Tanya_Jawab_SBSN_Edisi_ Kedua_2010.pdf.

http://lib.unnes.ac.id/18062/1/7350408044.pdf.2015http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/
bitstream/123456789/4098/1/FAHMI%20SALIM-FSH.pdf.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26168/3/Chapter%20II.pdf.

http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/2527/
Nugroho,Hadityo,2013,AKUNTANSISYARIAHPerkembanganSukukDuniA,SkripsiFEUI.

Anda mungkin juga menyukai