Anda di halaman 1dari 5

Nama; Muhammad Khazimi

Nim; 1218030126
Kelas; Sosiologi 2/C
Komparatif Geopolitik Indonesia dan Tiongkok

Pengertian Geopolitik
Geopolitik pada dasarnya merupakan sebuah perpaduan antara ilmu politik dan ilmu
geografi. Berbeda dengan Political Geography yang mempelajari geografi dari aspek politik,
maka Geographical Politic atau geopolitik adalah ilmu yang mempelajari politik dari aspek
geografi.
Geopolitik berasal dari bahasa Yunani “geo” yang berarti bumi dan “politikos” yang
artinya dari, untuk, atau yang berkaitan dengan warga negara. Secara umum, geopolitik bisa
diartikan sebagai kekuasaan atau kekuatan (politik) yang didasarkan pada aspek-aspek letak
suatu wilayah atau aspek geografi.
Letak strategis wilayah negara Indonesia serta kondisi masyarakatnya yang multikultural
mendorong perlunya penerapan konsep geopolitik untuk mewujudkan tujuan nasional bangsa
Indonesia.
Implementasi atau penerapan dari geopolitik di Indonesia adalah dengan memanfaatkan letak
geografi Indonesia dalam membuat kebijakan atau keputusan berkaitan dengan penyelenggaraan
pemerintahan Indonesia, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan yang pada akhirnya
adalah untuk mencapai tujuan nasional Indonesia.

Geopolitik Indonesia
Indonesia ialah negara kepulauan terbesar di dunia yang diapit oleh dua benua yaitu
benua Australia dan Asia dan dua samudra yaitu samudra hindia dan pasifik. Indonesia
mempunyai posisi geografis yang strategis. Karena itu Indonesia memiliki keuntungan geografis
dan sebagai jalur utama perdagangan Internasional.
Pancasila tentunya menjadi instrumen geopolitik tersendiri bagi Indonesia didunia
internasional, melalui pancasila Indonesia dapat membuktikan dimata dunia internasional bahwa
perbedaan dapat menyatukan letak geografis Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan suku
bangsa yang disatukan oleh sejarah perjuangan merebut kemerdekaan.
Secara Geopolitik Indonesia memiliki keunggulan tersendiri disandingkan dengan negara
lain. Karena Indonesia memiliki kondisi geografis yang didukung oleh sumber daya yang sangat
melimpah baik itu dari barang tambang, pertanian, perkebunan, perikanan, dan sumber daya
lainnya. Sumber daya di Indonesia ini dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memperkuat posisi
secara Internasional yang memiliki tujuan politik ataupun ekonomi.
Dalam pandangan Geopolitik Klasik (Tradisional) disebutkan kekuatan geopolitik negara
dipengaruhi oleh realitas sejarah yang mengakar yang membentuk karakter bangsa. Berdasarkan
pandangan ini tentunya Indonesia memiliki keunggulan tersendiri dimana Indonesia memiliki
realitas sejarah berupa kemerdekaan dan perjuangan menghapuskan penjajah dimuka bumi
nusantara.
Dalam kacamata Geopolitik Modern disebutkan Kekuatan geografi suatu negara
diarahkan kepada kepentingan ekonomi serta kemunculan aktor non negara yang memberikan
pengaruh atas kemajuan suatu negara. Dari pandangan ini, Indonesia memiliki keunggulan
geografis yang melimpah yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi Indonesia berupa
pertambangan (emas, batubara, nikel), perkebunan (sawit, karet, Kopi), Perternakan (ayam, sapi,
kerbau), Perikanan (Ikan Tuna, Salmon dan Patin) serta lainnya.
Sumber daya ini dapat dikelola oleh Indonesia dengan memanfaatkan aktor non negara berupa
multinasional company sebagai partner dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.
Selain itu letak geografis Indonesia sebagai jalur perdagangan internasional dapat dimanfaatkan
Indonesia untuk membangun pelabuhan sebagai tempat sandar kapal yang tentunya akan
memberikan keuntungan secara ekonomi serta meningkatkan kerjasama perdagangan antar
negara melalui free trade agreement.
Dalam pandangan Geopolitik Postmodern disampaikan bahwa Globalisasi dan Teknologi
Informasi menjadi kekuatan baru bagi negara untuk mengembangkan pengaruhnya yang
bertujuan menciptakan jaringan kerja sosial baru.

Geopolitik Tiongkok
Dalam perkembangan dinamika politik internasional, Tiongkok merupakan salah satu
negara yang mulai muncul dan berperan sebagai emerging power serta memiliki kekuatan
ekonomi yang banyak memberikan pengaruh bagi sistem ekonomi dunia. Geopolitik merupakan
bentuk dari implementasi politik suatu negara dengan pengaruh keadaan geografisnya. Keadaan
geografis dapat mempengaruhi kebijakan suatu negara atas upaya mencapai kepentingannya.
Untuk mewujudkan kepentingannya maka Tiongkok menggunakan geostrategi. Perkembangan
geostrategi politik Tiongkok sendiri dapat dilihat dari masa sejarah Tiongkok dimana sudah
mulai adanya pertimbangan kebijakan yang menyesuaikan kondisi geografis. Dalam hal ini dapat
dilihat dari bagaimana Tiongkok mampu memetakan jalur perdagangannya yang diperkenalkan
dengan sebutan jalur sutra atau silk road. Di era Tiongkok modern atau kotemporer, Tiongkok
semakin berkembang menjadi negara yang memiliki kemampuan bargainning power yang cukup
kuat. Karena hal tersebut Tiongkok memetakan strateginya bukan hanya melihat dari aspek
geografis namun juga melihat dari kondisi politik internasional.
Pada awal 1990-an runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991 membawa dampak salah satu
partai Tiongkok yaitu Chinese Communist Party (CCP) yang memunculkan Isu keamanan
stabilitas Nasional, serta ancaman eksternal dari negara-negara di perbatasan. Hal tersebut
memunculkan ancaman baru bagi Tiongkok dimana terdapat kehawatiran terhadap kelangsungan
pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Awal mula geostrategi Tiongkok difokuskan pada wilayah
kawasan asia yang disebut Tiongkok’s New Found Asia Policy. Terdapat 4 pendorong Kebijakan
tersebut yakni, Pertama adalah faktor perlindungan keamanan internal dan perbatasan. Kedua
adalah upaya untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Kedua faktor tersebut
merupakan Prioritas utama Tiongkok karena dipandang memiliki dampak langsung terhadap
stabilitas politik. Dengan perbatasan yang tidak aman, akan memicu konfrontasi dengan pihak
eksternal dan juga mengakibatkan rusaknya stabilitas internal Tiongkok. Sedangkan penurunan
ekonomi dikhawatirkan akan meningkatkan angka pengangguran yang akan memicu kerusuhan
sosial. Ketiga, adalah menanggapi kekuatan besar Amerika Serikat. Dengan runtuhnya Uni
Soviet pasca perang dingin, Amerika serikat muncul sebagai kekuatan besar tunggal yang
menjadi tantangan eksternal bagi Tiongkok. Akibatnya, Tiongkok mulai melakukan upaya untuk
mencegah pengaruh Amerika Serikat untuk masuk ke wilayah Asia. Faktor keempat adalah
perbaikan citra Tiongkok di wilayah Asia. Upaya Tiongkok untuk mengamankan perbatasan dan
melindungi kepentingan nasionalnya telah memicu timbulnya Security dilema di terhadap
negara-negara Asia. Negara-negara tetangga Tiongkok mulai merasa terancam terhadap
pengembangan kekuatan militer. Dimulai pada akhir tahun 1990an, Tiongkok berusaha untuk
meyakinkan negara-negara di kawasan Asia dan Dunia bahwa mereka tidak perlu takut terhadap
peningkatan kekuatan militer Tiongkok karena tidak ada “Tiongkok Treat ” (Aliansyah 2016).
Kepentingan politik dapat dibagi menjadi kemerdekaan politik, kedaulatan negara, dan
status internasional, dan lain-lain (XueTong 1996, 17). Proyek One Belt One Road merupakan
cara Tiongkok untuk mencapai kepentingan politiknya. Melalui berbagai kerjasama dan investasi
yang ada pada proyek pembangunan jalur sutra baru ini, Tiongkok akan mampu mempererat
hubungannya dengan negara – negara di Asia Tenggara. Luasnya cangkupan proyek ini juga
akan mampu membuat Tiongkok memiliki status internasionalnya sebagai negara besar. Pada
masa pemerintahan Presiden Xi Jinping, Tiongkok mulai beralih dari negara yang lebih
menunjukkan image low profile pada masa Deng Xiaoping, menjadi negara yang lebih
menunjukkan perannya di dunia internasional. Tiongkok di bawah pemerintahan Xi Jinping
mengusung “Chinese Dream” dimana konsep mengacu pada visi kemakmuran kolektif untuk
masyarakat Tiongkok dan peremajaan secara besar bangsa Tiongkok (Cai 2015, 38).
Kepentingan dari “Chinese Dream” ini adalah Tiongkok ingin menjadikan bangsanya sebagai
bangsa yang diperhitungkan oleh dunia internasional. Maka dari itu, melalui One Belt One Road
ini, Tiongkok ingin mencapai mimpinya melalui kepentingan politik yaitu menyebarkan
pengaruhnya di kawasan dan menjadi dominan secara ekonomi dan politik.

Pengaruh Perkembangan Geopolitik Tiongkok


Indonesia sebagai negara terbesar di kawasan, baik dari aspek geografis, maupun
demografis, memainkan peranan penting dalam lika-liku dan dinamika ASEAN, sejak awal
berdiri hingga kini. Sentralnya peran Indonesia dalam ASEAN didasari oleh persepsi
bahwasanya Asia Tenggara merupakan ruang hidup tempat Indonesia berada.
Tiongkok mempunyai pengaruh semakin kuat di ASEAN, bahkan sudah mampu
menandingi pengaruh Amerika Serikat di ASEAN. Dengan strategi jalur sutra atau dikenal
dengan String of Pearls, Tiongkok melakukan hubungan bilateral dengan negara-negara yang
dilalui oleh jalur sutra tersebut dengan membangun berbagai fasilitas infrstruktur guna
mengamankan jalur perdagangan internasionalnya. Kawasan Asia Timur akan diwamai oleh tiga
kecenderungan yang saling terkait yaitu pertama Tiongkok, meskipun sedang mengalami
sejumlah persoalan ekonomi, diperkirakan akan terus mengonsilidasi diri menjadi kekuatan besar
(great power) baik di Asia Timur maupun dalam tataran global secara ekonomi, politik, dan
militer. Pada gilirannya, fenomena kebangkatan Tiongkok mengukuhkan posisinya sebagai
mesin pendorong pertumbuhan ekonomi di negara-negara Asia Timur lainnya, serta mengubah
power relations di antara negara-negara besar di kawasan. Kedua, sebagai akibat dari
kecenderungan pertama, pergeseran pusat gravitasi ekonomi-politik dunia ke Asia Timur akan
semakin nyata. Kawasan ini akan menjadi kawasan paling dinamis dan mandala interaksi
kepentingan negaranegara luar kawasan dan negara-negara kawasan. Ketiga, kerjasama ekonomi
yang selama ini dilihat sebagai tempat bertemunya kepentingan yang sama bagi semua negara,
kini akan menjadi bagian dari proses penyesuaian strategis (strategic readjustment) dan
kompetisi pengaruh dari negara-negara besar. Pengaruh perkembangan geopolitik dan geostrategi
tiongkok terhadap kepentingan nasional Indonesia, tentunya menjadi tantangan bagi Indonesia
dalam menetukan strategi politik luar negeri.
Perencanaan strategis pembangunan luar negeri Indonesia terhadap perkembangan
geopolitik kawasan Asia Timur khususnya Tiongkok merupakan tantangan tersendiri bagi
Indonesia yang menjadi permasalahan bagaimana mengelola fenomena kebangkitan Tiongkok
tersebut. Langkah dan upaya yang dilakukan pemerintah, menunjukan bahwa hubungan
Indonesia dengan Tiongkok berjalan baik karena kedua negara tersebut saling membutuhkan.
Indonesia di mata Tiongkok, di samping merupakan pasar yang sangat strategis bagi penyaluran
produk-produknya, juga sebagai mitra yang penting dalam kaitannya dengan kerjasama dan
hubungan internasional dengan negara-negara di Asia Tenggara (ASEAN). Sebaliknya,
perekonomian Tiongkok yang tangguh merupakan peluang bagi Indonesia untuk memperkuat
hubungan perdagangan di berbagai sektor, selain penyelenggaraan pasokan komoditas dan energi
yang telah lama dijalankan. Kemitraan itulah yang harus dapat dipelihara dan ditingkatkan secara
berkesinambungan. Kajian strategis yang senantiasa dikembangkan guna mendapatkan data
faktual tentang current issue sangat penting dilakukan oleh setiap pemimpin tingkat nasional
Indonesia untuk menjadi acuan dalam memelihara hubungan yang saling mengµntungkan negara
dan bangsa.
Kemajuan ekonomi ini memungkinkan Tiongkok untuk mengalokasikan sebagian dari
kekayaannya itu untuk memodernisasi dan membangun kekuatan militer. Pada saat yang sama,
semakin pentingnya Tiongkok secara ekonomi dan militer memberi ruang bagi Beijing untuk
memperkuat posisi diplomatik dan pengaruhnya di kawasan. Semuanya ini berpotensi
melahirkan sebuah pergeseran kekuatan terpenting sejak Perang Dunia II, dengan segala
kemungkinan implikasinya, baik yang positif maupun negatif. Akibatnya, kawasan Asia Timur
dihadapkan pada persoalan klasik dalam hubungan internasional, yakni bagaimana merespon dan
mengelola lahirnya kekuatan baru.
Secara norrnatif, politik luar negeri Indonesia tetap didasarkan pada prinsip bebas-aktif
dan memelihara hubungannya dengan AS dan Tiongkok. Hal itu dilakukan dengan mendorong
partisipasi yang lebih aktif dari negara-negara besar dan negara-negara kawasan dalam proses
regional. Indonesia, misalnya, mendukung keterlibatan India, Australia dan Selandia Baru dalam
East Asia Summit. Pada tahun 2010, mengundang AS dan Rusia untuk menjadi anggota. Hal ini
dimaksudkan untuk memungkinkan kerangka kerja sama multilateral berbasis ASEAN, yang
berfungsi sebagai wadah untuk memfasilitasi hubungan kooperatif antara negara-negara besar,
khususnya antara AS dan Tiongkok, sehingga tidak ada satu kekuatan pun yang berusaha untuk
menjadi kekuatan dominan di kawasan.

Kesimpulan
Perkembangan geopolitik dan geostrategi Tiongkok sangat berpengaruh terhadap
kepentingan nasional Indonesia, terutama disebabkan oleh bergesernya pusat gravitasi
ekonomipolitik dunia dari Barat ke kawasan Asia-Pasifik, khususnya Asia Timur. Oleh karena
itu, posisi dan kebijakan luar negeri Indonesia tidak dapat dilepaskan dari sejumlah implikasi
strategis yang lahir dari kornpleksitas lingkungan eksternal sebagai akibat dari pergeseran pusat
gravitasi tersebut.
Respon tepat dalam menghadapi berbagai tantangan lima tahun ke depan rnembutuhkan reposisi
strategis Indonesia, baik berupa transformasi identitas sebagai middle power, maupun dengan
perluasan mandala keterlibatan (space of engagement) dari Asia Timur ke Indo-Pasifik. Melalui
reposisi strategis ini, Indonesia akan lebih leluasa dalam memenuhi kepentingan strategisnya.
Indonesia ialah negara kepulauan terbesar di dunia yang diapit oleh dua benua yaitu benua
Australia dan Asia dan dua samudra yaitu samudra hindia dan pasifik. Indonesia mempunyai
posisi geografis yang strategis. Karena itu Indonesia memiliki keuntungan geografis dan sebagai
jalur utama perdagangan Internasional.
Dalam studi politik, geografi diyakini sebagai determinan utama yang mempengaruhi identitas,
perilaku, dan interaksi suatu negara (David Newman, 2001). Geografi memiliki signifikansi
penting bukan saja karena dipersepsikan secara politis, tapi juga memiliki fungsionalitas dalam
hal penetapan strategi politik dan pertahanan (Geopolitik dan Geostrategi)), kebijakan ekonomi
(Geo-Ekonomi), serta corak diplomasi yang dimainkan oleh suatu negara (Geodiplomasi).

Anda mungkin juga menyukai