Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH JEPANG BAGI ASEAN DALAM POLITIK DAN KEAMANAN

DISUSUN OLEH KELOMPOK 16:


1. ASTERINA RAHMAWATI (07041181924036)
2. MEITHA TRISTIANI GEA (07041281924230)
3. STEPHANI BR SIREGAR (07041281924069)

DOSEN PENGAMPU:
INDRA TAMSYAH, S.IP.,M.HUB.INT.
NURUL AULIA, S.IP., MA

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asia Tenggara adalah sebuah wilayah yang terletak di Asia Timur dan Asia Selatan,
wilayah tersebut merupakan wilayah yang strategis baik secara geografis maupun
geopolitiknya. Di sisi lain, Asia Tenggara merupakan rute perdagangan dan juga pelayaran
internasional sehingga wilayah ini menjadi wilayah yang penting dan sangat diperhatikan
oleh berbagai negara di dunia (Liwe, 2018). Kondisi strategis Asia Tenggara sebagai kawasan
yang dinaungi oleh ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) memang memberikan
keuntungan bagi negara-negara anggotanya, akan tetapi juga menjadi tantangan tersendiri
bagi ASEAN. Asia Tenggara yang menghubungkan berbagai kawasan di sekitarnya telah
menyebabkan banyak kejahatan transnasional terjadi di wilayah ini. Kejahatan-kejahatan
tersebut diantaranya terorisme, kejahatan cyber, perdagangan senjata ilegal, bahkan konflik
perebutan wilayah juga sering terjadi, seperti konflik negara anggota ASEAN dengan Asia
Timur terkait tumpang tindih klaim Laut Cina Selatan. Masalah-masalah ini tentu pada
akhirnya akan berimplikasi terhadap stabilitas politik dan keamanan di kawasan. Selain itu,
semakin berkembangnya posisi ASEAN di dunia, menyebabkan peningkatan kerjasama
ASEAN menjadi perlu untuk terus dilakukan agar mampu menghadapi berbagai tantangan
tersebut secara optimal (SINDO, 2013). Menanggapi hal ini, ASEAN telah meningkatkan
kerjasamanya dengan berbagai negara anggota dan non-anggota. Kerjasama yang dijalin
antara ASEAN dengan negara non-anggota tersebut salah satunya kerjasama yang dijalin
oleh Jepang dan ASEAN. Jepang dan ASEAN mengawali hubungan dialog secara tidak
resmi pada tahun 1973, dan kemudian berkembang menjadi kerja sama kemitraan resmi pada
tahun 1977, dan dalam perkembangannya, Jepang resmi menjadi mitra strategis ASEAN pada
tahun 2011 (JAKARTA, 2018). Bagi Jepang ada beberapa faktor yang mendorong
keinginannya untuk menjalin hubungan politik dan keamanan dengan negara-negara ASEAN.
Asia Tenggara merupakan pasar utama bagi produk dan investasi Jepang dan memelihara
hubungan politik yang baik merupakan prasyarat untuk mempertahankan dan memperluas
pasar sehingga ketidakstabilan politik dan kerusuhan di kawasan, kejahatan maritim, dan
ancaman terhadap jalur yang aman juga telah menjadi perhatian utama bagi Jepang (Hassan,
2003). Adanya kepentingan yang sama-sama dapat diwujudkan dengan terjalinnya kerjasama
antara ASEAN dan Jepang telah memperkuat landasan kerjasama antara keduanya. Dan
sebagai mitra strategis ASEAN selama beberapa tahun, Jepang dinilai telah ikut aktif
berperan dalam memberikan pengaruhnya untuk mendukung ASEAN dalam berbagai upaya
penanganan terkait permasalahan yang dihadapi ASEAN, terutama dalam politik dan
keamanannya. Melihat fenomena tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana
pengaruh Jepang bagi politik dan keamanan ASEAN.
B. Rumusan Masalah

Bagaimana Pengaruh Jepang Bagi Politik dan Keamanan ASEAN?


C. Kerangka Teori

Geopolitik
Pengejaran keunggulan oleh negara-negara dominan dari sistem antarnegara bagian,
yaitu pencarian untuk menjadi penguasa adalah perhatian utama para ahli teori geopolitik
tradisional. Para ahli teori kekuatan dominan semua berusaha untuk membuat negara mereka
penguasa, yang menyebabkan konseptualisasi dunia dalam hal politik kekuasaan. Bagi
mereka, dunia adalah papan di mana mereka menerapkan strategi besar mereka untuk akuisisi
negara atas lebih banyak kekuatan. Hegemoni menurut definisi bertindak di sepanjang garis
geopolitik dan memerlukan analisis geopolitik dan nasihat untuk mempertahankan kekuasaan
dan status mereka. Mengenai geopolitik teori, Bumi adalah entitas alam atau geografis
tertentu. Dunia, sebaliknya, adalah entitas politik atau sejarah yang diproduksi secara
artifisial. Dengan demikian penting untuk dipahami bahwa geopolitik bukanlah sesuatu yang
diberikan, melainkan konstruksi manusia yang dibuat oleh atau untuk hegemon. Teori ini
berpendapat bahwa itu adalah hegemon atau negara terkuat politik dunia arena yang
membentuk praktik dan sesuai dengan realitas di ranah internasional, meskipun kekuatan
besar lainnya dapat berkontribusi pada tingkat yang lebih besar atau lebih kecil untuk ini
proses. Adalah fakta bahwa negara adidaya/hegemoni memiliki kapasitas untuk
mempengaruhi peristiwa di tingkat global. Karena tujuan utama kekuatan dominan atau
hegemon adalah untuk mempertahankan posisi mereka di puncak dunia, mereka cenderung
menggabungkan sebanyak mungkin dunia ke dalam lingkup pengaruh. Konsep 'lingkup
pengaruh' dapat didefinisikan sebagai wilayah dimana negara adidaya dapat menggunakan
kekuatan yang efektif. Ukuran lingkup pengaruh dan tingkat pengaruh yang dinikmati oleh
suatu negara menentukan kekuatan super. Tujuan dan aspirasi negara adidaya dikodifikasikan
dalam wacana geopolitik untuk melegitimasi peran internasional mereka dan meningkatkan
lingkup pengaruh. Untuk menciptakan dan meningkatkan lingkup pengaruh, kekuatan
dominan atau hegemon perlu untuk mendapatkan pendukung. Hegemoni membentuk
geopolitik pemahaman tentang dunia melalui wacana. Proses 'membentuk realitas' oleh
hegemon terikat dengan proses pembentukan wacana. Di lain kata hegemoni membutuhkan
wacana berdasarkan dikotomi musuh atau teman untuk melegitimasi misi mereka dan
mempertahankan status dan lingkup pengaruh mereka. Itu adalah mengapa teman dan musuh,
ancaman dan bahaya harus diciptakan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Jepang dan Asia Tenggara dalam bidang Politik dan Keamanan

Secara historis, Jepang selalu menganggap Asia Tenggara penting secara strategis.
Secara geopolitik, pertama-tama, kawasan yang menghubungkan Samudra Pasifik dan
Samudra Hindia itu penting karena menguasai jalur komunikasi laut Jepang dengan Eropa
dan Timur Tengah. Sekitar 85 persen impor minyak Jepang dari Timur Tengah melewati
perairan Asia Tenggara, terutama Selat Malaka dan Selat Lombok. Selain itu, Jepang
memperoleh sekitar 13 persen impor komoditasnya dari negara-negara Uni Eropa.
Jepang telah memperkuat hubungannya dengan Asia Tenggara selama beberapa
dekade terakhir dalam hal kerja sama politik, keamanan, dan ekonomi. Sebuah jajak pendapat
baru-baru ini menemukan bahwa lebih dari 90 persen responden ASEAN menggambarkan
hubungan dengan Jepang sebagai hubungan yang bersahabat dan dapat diandalkan. ASEAN
dan Jepang pertama kali menjalin hubungan dialog informal pada tahun 1973, yang kemudian
diresmikan pada Maret 1977 dengan diselenggarakannya ASEAN-Japan Forum. Sejak itu,
kemajuan signifikan telah dicapai di semua bidang khususnya pada bidang keamanan dan
politik.
Jepang berfungsi sebagai penyeimbang bagi China. Dalam bidang
geoekonomi/politik, keterlibatan Jepang di Asia Tenggara lebih kuat dengan negara-negara
yang memiliki ekonomi lebih besar dan konektivitas ekonomi lebih regional seperti Thailand,
Indonesia, Singapura, dan Filipina. Keterlibatan Jepang menghubungkan bisnis intra-regional
dan jaringan pemerintahan di Asia Tenggara mencegah China mengambil keuntungan dari
negara-negara ini dan mengurangi penciptaan sistem yang dipimpin China. Di ranah
geopolitik, realitas asimetris dalam kemampuan militer antara China dan Asia Tenggara
semakin jelas. Mengingat keterbatasan kerjasama militer, Jepang dapat melawan China di
kawasan terutama melalui diplomatik dan teknologi. Secara diplomatis, hal itu dapat
mengangkat isu di lembaga-lembaga regional atas nama Asia Tenggara mengenai tindakan
tegas China yang terlalu berisiko bagi para pemimpin Asia Tenggara untuk menanganinya
sendiri. Misalnya, Jepang memiliki posisi yang baik untuk menjadi aktor penting dalam
pertemuan-pertemuan seperti ASEAN plus three (APT) dan ASEAN Defense Ministers
Meeting (ADMM) plus.
Faktor baru lainnya adalah munculnya isu keamanan nontradisional. Ini adalah isu-isu
yang berkaitan dengan imigran ilegal, pengungsi, perdagangan obat terlarang, bajak laut
bersenjata lengkap, aliran senjata ringan ilegal, degradasi lingkungan, dan terorisme. Sifat
dari isu-isu ini telah mengharuskan adanya penanganan yang kooperatif. Oleh karena itu,
Jepang dan negara-negara ASEAN perlu berbagi informasi mengenai masalah ini dan
mengambil tindakan bersama. Dalam prosesnya, basis tambahan yang kuat untuk kerjasama
antara Jepang dan negara-negara ASEAN akan tercipta.
Perdana Menteri Shinzo Abe telah mendapatkan banyak pujian atas perhatiannya
terhadap Asia Tenggara. Selama tahun pertamanya menjabat, dia mengunjungi 10 negara
anggota ASEAN dan dia menutup tahun itu dengan pertemuan puncak peringatan dengan
para pemimpin ASEAN pada Desember 2013. Dia telah memperluas kerja sama keamanan
dengan membantu membangun kapasitas di antara angkatan laut dan penjaga pantai regional,
serta merevisi beberapa peraturan bantuan pembangunan resmi
Dalam sejarah hubungan kerjasama, ASEAN dan Jepang telah melakukan hubungan
dialog melalui berbagai mekanisme, termasuk KTT ASEAN-Jepang, Pertemuan Tingkat
Menteri, Pejabat Senior dan Pertemuan Ahli. Jepang juga telah terlibat dalam mekanisme
yang dipimpin ASEAN seperti ASEAN Regional Forum (ARF), ASEAN Plus Three (APT),
the East Asia Summit (EAS), ASEAN Defence Ministers’ Meeting Plus (ADMM-Plus), dan
The Expanded ASEAN Maritime Forum (EAMF). Selain itu, Jepang telah menjadi bagian dari
ARF sejak dibentuk pada tahun 1994. Jepang juga telah menjadi co-coired dan co-host
kegiatan ARF dengan berbagai Negara Anggota ASEAN di bidang diplomasi preventif,
operasi pemeliharaan perdamaian, bantuan bencana, kontra-terorisme dan kejahatan
transnasional, maritim keamanan, kerjasama pertahanan, perlindungan lingkungan laut dan
keamanan antariksa. Jepang juga menjadi kontributor tetap untuk ARF Annual Security
Outlook (ARF ASO) sejak publikasi pertamanya pada tahun 2000. Pada tahun 2018, Jepang
memprakarsai Penempatan Pasukan Bela Diri Indo-Asia Tenggara tahunan dan lain-lain.
ASEAN – Japan Defence Ministers Informal Meeting pertama kali diselenggarakan
pada 19 November 2014 di Bagan, Myanmar, dimana para Menteri sepakat untuk
melanjutkan dialog tentang kerjasama Pertahanan ASEAN – Jepang dalam menghadapi
ancaman keamanan non-tradisional. Di sela-sela ADMM Retreat pada November 2016 di
Vientiane, Laos, Jepang meluncurkan “Vientiane Vision: Japan's Defense Cooperation
Initiative with ASEAN”.
Para Menteri Pertahanan Jepang menghadiri ADMM-Plus sejak pertemuan
perdananya pada tahun 2010. Jepang telah berperan aktif dalam ADMM-Plus dalam membina
kerjasama praktis di bidang bantuan kemanusiaan dan bantuan bencana, keamanan maritim,
kedokteran militer , kontraterorisme, operasi penjaga perdamaian, aksi ranjau kemanusiaan,
dan baru-baru ini, keamanan siber. Kerja sama ASEAN-Jepang dalam penanggulangan
terorisme dan kejahatan transnasional difasilitasi di bawah lingkup The ASEAN Plus Japan
Ministerial Meeting on Transnational Crime (AMMTC+Jepang), yang pertama kali diadakan
pada tahun 2013 dan The ASEAN Senior Officials Meeting on Transnational Crime
(SOMTC ) + Japan Consultation, yang didirikan pada tahun 2004. Konsultasi
SOMTC+Jepang berfungsi sebagai wadah bagi ASEAN dan Jepang untuk bertukar
pandangan tentang masalah kejahatan transnasional di kawasan, khususnya di bidang yang
menjadi perhatian bersama. ASEAN dan Jepang mengadopsi ASEAN-Japan Joint
Declaration on Cooperation to Combat Terrorism and Transnational Crime’ di pertemuan ke
17 KTT ASEAN-Jepang pada 12 November 2014 di Nay Pyi Taw, Myanmar. Untuk
mengimplementasikan deklarasi tersebut, kedua belah pihak mengadopsi Rencana Kerja
SOMTC + Jepang untuk Cooperation to Combat Terrorism and Transnational Crime (2015-
2017) pada tahun 2015 dan selanjutnya Rencana Kerja SOMTC – Jepang untuk Cooperation
to Combat Terrorism and Transnational Crime (2018-2022) pada tahun 2018. Di bawah
naungan Konsultasi SOMTC+Japan, dua Dialog telah dibentuk, yaitu the ASEAN-Japan
Counter-Terrorism (AJCT) Dialogue, yang didirikan pada tahun 2006, dan the ASEAN-Japan
Cybercrime (AJCC) Dialogue, yang didirikan pada tahun 2013. Penyelenggaraan dialog ini
sebagian besar didanai oleh Japan-ASEAN Integration Fund (JAIF).
B. Tantangan Kerjasama ASEAN-JEPANG

Meskipun terdapat kepentingan yang luas antara Jepang dan negara-negara ASEAN,
jalan menuju kerja sama keamanan diplomatik yang lebih erat untuk Jepang bukannya tanpa
hambatan. Ada beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam hubungan kerjasama yang
terjalin antara Jepang-ASEAN, diantaranya:
a. Keanekaragaman di antara Negara-negara ASEAN
Kesepuluh negara yang tergabung dalam ASEAN seringkali tidak berbicara satu
suara. Koizumi, dalam pidatonya di Singapura tahun 2002, mengakui keragaman ini
dan menekankan bahwa Jepang akan menghormatinya. Akan tetapi, keragaman yang
sama inilah yang sering membuat kerja sama dengan ASEAN menjadi proposisi yang
tidak pasti bagi Jepang (Masashi, 2003).
b. Postur ASEAN tentang Diplomasi Preventif
Secara teori, negara-negara ASEAN mengakui diplomasi preventif sebagai langkah
kedua setelah dialog fase pertama dalam proses evolusi kegiatan ARF. Namun dalam
praktiknya, negara-negara ASEAN menentang intervensi ARF ke dalam urusan
internal anggotanya. Negara-negara ASEAN juga merasa bahwa sengketa wilayah
tidak termasuk dalam agenda ARF. Dalam hal ini, Jepang berdiri terpisah dari
ASEAN, percaya bahwa proses ARF harus berkembang dari tahap dialog ke tahap
diplomasi preventif. Namun, bagi Jepang untuk mencapai kesepakatan dengan
anggota ASEAN tentang cara memperkuat ARF bukanlah tugas yang sederhana dan
mudah.
c. Faktor Tiongkok
Pada bulan Oktober 2003, Cina, bersama dengan India, bergabung dengan Perjanjian
Persahabatan dan Kerjasama ASEAN, sementara Jepang menolak untuk
melakukannya. Hal ini dapat membuat kerjasama keamanan masa depan antara
Jepang dan ASEAN kurang dekat dibandingkan antara China dan ASEAN. Jepang
juga melihat sisi lain dari China, yakni ekspansi militernya. Meskipun hubungan
Tiongkok-Jepang yang membaik membuat proses ASEAN + 3 optimis, ketegangan
yang terendam kemungkinan akan tetap ada. Hal ini pada gilirannya dapat
memperumit hubungan Jepang-ASEAN.
d. Kerjasama Bilateral dan Regional
Dengan tujuan perdamaian dan keamanan, Jepang dan ASEAN harus bekerja sama di
tiga tingkat: bilateral, regional, dan global. Kerjasama bilateral telah menjadi bentuk
kerjasama tradisional dan akrab antara Jepang dan negara-negara ASEAN. Jepang
selama bertahun-tahun telah memberikan bantuan pembangunan resmi ke negara-
negara, namun kerja sama keamanan Jepang-ASEAN tidak dapat dibahas secara
memadai hanya dalam konteks bilateral. Kedua belah pihak termasuk dalam lembaga
regional: ASEAN Post-Ministerial Conference, ARF, ASEAN + 3, Asia-Europe
Meeting (ASEM), dan APEC dan mempertahankan hubungan kerja yang kuat dalam
konteks lembaga-lembaga besar seperti itu bisa jadi sulit karena keanggotaan mereka
yang luas.

C. Ancaman Kehadiran Jepang Bagi ASEAN

Ada beberapa ancaman yang muncul akibat terjalinnya hubungan antara ASEAN dan
Jepang, diantaranya:
a. Memudarnya batas-batas negara di Kawasan
Memudarnya batas wilayah dapat mempengaruhi persepsi suatu bangsa terhadap
perilaku bangsa lain. Persepsi ini tidak selalu dianggap sebagai nilai positif, seringkali
persepsi yang muncul merupakan bentuk kewaspadaan terhadap tindakan suatu negara
yang dapat mengancam keberadaan negara lain. (Tri Ratna Rinayuhani S.IP, 2015)
b. Semakin berkembangnya pengaruh negara-negara Asia Timur di Kawasan
Keikutsertaan negara Asia Timur secara aktif dalam kerjasamanya bersama ASEAN
terutama dalam bidang kemiliteran dapat menjadikan kestabilan keamanan di kawasan
sangat dipengaruhi oleh aktivitas negara mereka. (Syahrin, 2018)
c. Interaksi antara negara-negara demokratis dan non-demokratis
Dalam “Ripe for Rivalry: Prospects for Peace in a Multipolar Asia”, Aaron L.
Friedberg Jepang dikatakan sebagai salah satu negara kuat di Asia yang dapat
diklasifikasikan sebagai negara demokrasi. Namun, dalam situasi sosial ekonomi Asia
yang berbeda-beda akan menyebabkan adanya interaksi antara negara non demokratis
dan demokratis, dimana interaksi tersebut tentu tidak hanya mengikutsertakan negara-
negara besar berhadapan dengan negara kecil saja, melainkan juga dapat terjadi antar
sesama negara besar di Asia. Kondisi ini merupakan ancaman bagi kesatuan politik
ASEAN karena tidak ada pemimpin regional yang mampu untuk menyelesaikan
masalah tersebut, melihat antar sesama negara besar pun bahkan dapat mengalami
ketegangan. (Kaka, 2017)
d. Meluasnya pengaruh Amerika Serikat di Kawasan
Jepang menjaga hubungan dekat dengan Amerika serikat. Aliansi tersebut,
memungkinkan kehadiran AS di kawasan Asia Tenggara berkontribusi pada
keamanan. Telah banyak latihan militer gabungan yang diikuti oleh negara-negara
Asia Tenggara dengan Amerika Serikat diselenggarakan oleh pasukan AS di Jepang.
Saat ini negara-negara ASEAN memang dapat mengambil manfaat dari kehadiran
Amerika Serikat yang lebih kuat bidang militer. Namun, tidak dapat disangkal bahwa
peran negara adidaya di kawasan dapat dipandang sebagai ancaman yang harus
disikapi dengan tepat dan hati-hati, ASEAN tentu tidak akan mengabaikannya. Sebab,
disadari atau tidak, ASEAN harus menghindari bentrokan terbuka ketika berhadapan
dengan kekuatan besar (Tri Ratna Rinayuhani S.IP, 2015).

D. Peluang Kehadiran Jepang bagi ASEAN

Dengan adanya kerjasama dengan Jepang maka model tata kelola di Asia Tenggara
dapat diperbarui. Karena alat pengawasan canggih, seperti aplikasi smartphone biometrik dan
kamera pengenal wajah, semakin tersedia untuk digunakan pemerintah, pemerintah harus
memutuskan bagaimana menyeimbangkan keamanan dan kebebasan. Jepang berada dalam
posisi untuk berbagi model pemerintahan yang menjaga keseimbangan ini. Mengamankan
keduanya cocok untuk negara-negara Asia Tenggara dengan populasi calon muda yang
mencari pertumbuhan dan inovasi yang seimbang.

Pengembangan sumber daya manusia. Salah satu tantangan paling mendesak yang
dihadapi Asia Tenggara adalah meningkatnya ketidaksetaraan—baik di dalam masing-masing
negara maupun di antara negara-negara ASEAN. Kontribusi terbesar Jepang dapat membantu
kelas menengah Asia Tenggara. Secara khusus, Jepang memperkuat investasinya dalam
pelatihan kejuruan dan profesional untuk usaha kecil dan menengah (UKM), terutama di
sektor non-jasa, seperti pertanian, perikanan, dan berbagai industri manufaktur. Dengan
menempatkan pengembangan sumber daya manusia di garis depan strategi Indo-Pasifiknya,
Jepang dapat membantu mengatasi jebakan pendapatan menengah ASEAN.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Secara historis, Jepang selalu menganggap Asia Tenggara penting secara strategis.
Jepang telah memperkuat hubungannya dengan Asia Tenggara selama beberapa dekade
terakhir dalam hal kerja sama politik, keamanan, dan ekonomi. Sebuah jajak pendapat baru-
baru ini menemukan bahwa lebih dari 90 persen responden ASEAN menggambarkan
hubungan dengan Jepang sebagai hubungan yang bersahabat dan dapat diandalkan. ASEAN
dan Jepang pertama kali menjalin hubungan dialog informal pada tahun 1973, yang kemudian
diresmikan pada Maret 1977 dengan diselenggarakannya ASEAN-Japan Forum. Sejak itu,
kemajuan signifikan telah dicapai di semua bidang khususnya pada bidang keamanan dan
politik. ASEAN dan Jepang melakukan hubungan dialog melalui berbagai mekanisme,
termasuk KTT ASEAN-Jepang, Pertemuan Tingkat Menteri, Pejabat Senior dan Pertemuan
Ahli. Jepang juga telah terlibat dalam mekanisme yang dipimpin ASEAN seperti ASEAN
Regional Forum (ARF), ASEAN Plus Three (APT), the East Asia Summit (EAS), ASEAN
Defence Ministers’ Meeting Plus (ADMM-Plus), dan the Expanded ASEAN Maritime Forum
(EAMF). Jepang juga telah menjadi co-coired dan co-host kegiatan ARF dengan berbagai
Negara Anggota ASEAN di bidang diplomasi preventif, operasi pemeliharaan perdamaian,
bantuan bencana, kontra-terorisme dan kejahatan transnasional, maritim keamanan,
kerjasama pertahanan, perlindungan lingkungan laut dan keamanan antariksa. Namun,
meskipun terdapat kepentingan yang luas antara Jepang dan negara-negara ASEAN, jalan
menuju kerja sama keamanan diplomatik yang lebih erat untuk Jepang bukannya tanpa
hambatan. Ada beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam hubungan kerjasama yang
terjalin antara Jepang-ASEAN, yaitu Keanekaragaman di antara Negara-negara ASEAN,
Postur ASEAN tentang Diplomasi Preventif, Faktor Tiongkok, dan juga Kerjasama Bilateral
dan Regional. Selain itu ada juga beberapa ancaman yang muncul akibat terjalinnya
hubungan antara ASEAN dan Jepang, yaitu memudarnya batas-batas negara di Kawasan,
semakin berkembangnya pengaruh negara-negara Asia Timur di Kawasan, Interaksi antara
negara-negara demokratis dan non-demokratis, meluasnya pengaruh Amerika Serikat di
Kawasan. Akan tetapi di sisi lain adanya kerjasama ASEAN dengan Jepang juga telah
menghadirkan beberapa peluang bagi ASEAN yang salah satunya yaitu dengan adanya
kerjasama ASEAN dengan Jepang maka model tata kelola di Asia Tenggara dapat diperbarui
karena alat pengawasan canggih, seperti aplikasi smartphone biometrik dan kamera pengenal
wajah akan semakin tersedia untuk digunakan pemerintah
DAFTAR PUSTAKA

ASEAN. (2018, August). Overview of ASEAN-Japan Dialogue Relations. Retrieved


November Selasa, 2021, from asean.org:
https://asean.org/wp-content/uploads/2012/05/Overview-ASEAN-Japan-Relations-
As-of-16-August-2018-rev.pdf
Dr. Nobuhiro Aizawa , Mr. Ben Bland. (2020, July). RESOLVED: Japan Is Well-positioned
to Counterbalance China in Southeast Asia. CSIS (CENTER FOR STRATEGIC &
INTERNATIONAL STUDIES), 3(5). Retrieved from
https://www.csis.org/analysis/resolved-japan-well-positioned-counterbalance-china-
southeast-asia
GÖKMEN, S. R. (2010). GEOPOLITICS AND THE STUDY OF INTERNATIONAL
RELATIONS. Turkey: MIDDLE EAST TECHNICAL UNIVERSITY.
Hassan, M. J. (2003). ASEAN'S Political and Security Relations with Japan. Retrieved
November 2, 2021, from jcie.org:
http://www.jcie.org/researchpdfs/ASEAN/asean_jawhar.pdf
JAKARTA, P. M. (2018). Sinopsis Hubungan Kemitraan ASEAN-Jepang. Retrieved
November Senin, 2021, from kemlu.go.id:
https://kemlu.go.id/ptri-asean/en/pages/jepang/974/etc-menu
Kaka, Y. M. (2017). Tantangan ASEAN+3. Jurnal Cakrawala, 6(2), 192-193. Retrieved
November Selasa, 2021, from https://ejournal.uksw.edu/cakrawala/article/view/1897
Liwe, A. J. (2018). MAKNA STRATEGIS KAJIAN WILAYAH ASIA TENGGARA DARI
SUDUT PANDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL. VERITY (Jurnal Ilmiah
Hubungan Internasional), 10(20). Retrieved November Senin, 2021
Masashi, N. (2003). Japan's Political and Security Relations with ASEAN. Retrieved
November Senin, 2021, from jcie.org:
https://www.jcie.org/wp-content/uploads/2021/07/ASEAN-asean_nishihara.pdf
SINDO, J. -K. (2013, Desember Kamis). Hubungan Strategis ASEAN-Jepang di Masa
Depan. Retrieved November 2, 2021, from OKEZONE.com: https://economy-
okezone-com.cdn.ampproject.org/v/s/economy.okezone.com/amp/
2013/12/26/279/917541/hubungan-strategis-asean-jepang-di-masa-depan?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16358073742713&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com
Syahrin, M. N. (2018, Juni). Kompleksitas Keamanan Kawasan dan Tantangan Kerja sama
Keamanan Asia Timur. Nation State: Journal of International Studies, 1(1), 25.
Retrieved November Selasa, 2021
Tri Ratna Rinayuhani S.IP, M. (2015, Mei). ASEAN DALAM PERSEPSI ANCAMAN.
Retrieved November Selasa, 2021, from unim.ac.id:
http://unim.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/06.ASEAN-DALAM-PERSEPSI-
ANCAMAN-.pdf

Anda mungkin juga menyukai