Anda di halaman 1dari 5

Nama : Riqqah Puspa Dewi

NIM : E061211061
Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional
Mata Kuliah : Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia B
Dosen Pengampu : - H. Darwis, MA., Ph.D.
- Dr. Yayan G.H. Mulyana
- Abdul Razaq Z.Cangara, S.IP.,M.Si. MIR

INDONESIA DAN ASEAN


Politik Luar Negeri Pasca Reformasi

BAB I
PENDAHULUAN DAN LATAR BELAKANG KAJIAN
Indonesia sebagai salah satu dari lima negara pendiri ASEAN memiliki peran yang
signifikan dalam mengembangkan organisasi regional ini. ASEAN didirikan pada tahun 1967,
akan tetapi puncak kepemimpinan Indonesia di ASEAN dibuktikan pada 1976 ketika Pertemuan
Puncak Bali diadakan yang menghasilkan tiga dokumen penting yang menjadi asas
perkembangan ASEAN yaitu Perjanjian Hubungan Baik dan Kerjasama di Asia Tenggara,
Deklarasi ASEAN, dan perjanjian pembentukan sekretariat ASEAN di Jakarta. Di era Soeharto,
Indonesia sangat aktif terlibat dalam hubungan luar negeri khususnya dengan negara-negara
ASEAN. Beberapa kontribusi nyata Indonesia melalui di ASEAN yaitu pemberian sumbangan
dalam mewujudkan Asia Tenggara sebagai kawasan bebas nuklir dengan pembentukan Zona
Bebas Senjata Nuklir (ZSBN) sekaligus dengan terbentuknya Perjanjian Zone of Peace, Freedom
and Neutrality (ZOPFAN), pembentukan ARF pada 1994, dan pembentukan AFTA pada 2015.
Namun, pamor Indonesia di ASEAN menurun ketika krisis moneter 1997-1998 yang
menurunkan Soeharto dari Presiden melanda Indonesia.
Buku ini membahas hubungan antara krisis moneter Indonesia pada tahun 1997/1998
dengan perubahan politik luar negeri Indonesia di ASEAN. Analisis kajian dalam buku ini
menggunakan mazhab realisme neoklasik yang menyatakan bahwa dinamika faktor eksternal dan
internal sangat penting dalam menentukan politik luar negeri satu negara. Realisme neoklasik
muncul ketika ketiga pendekatan dalam analisis kebijakan luar negeri sebelumnya yakni
Innenpolitik, offensive realism dan defensive realism dianggap tidak lengkap, sementara realisme
neoklasik berhasil menjelaskan analisis kebijakan luar negeri dengan menempatkan kondisi
internal suatu negara sebagai variabel pengantara dalam menjelaskan perubahan kebijakan
politik luar negeri yang terkait dengan bagaimana kemampuan yang dimiliki oleh negara untuk
memaksimalkan kekuatannya demi mencapai kepentingan nasional.
Uraian Neo Klasik realisme inilah yang dinilai relevan untuk membahas perubahan
kebijakan luar negeri Indonesia di Asia Tenggara atau ASEAN sebab perubahan tersebut
diakibatkan oleh momentum keadaan sistem antarbangsa sekaligus perubahan domestik terutama
ketika terjadinya krisis moneter 1997. Menurut penulis buku ini, perubahan politik luar negeri
Indonesia secara langsung berkaitan dengan terpilihnya beberapa presiden setelah Soeharto,
yaitu Habibie, Gus Dur, Megawati dan SBY.
ASIA TENGGARA, KAWASAN PENGKAJIAN HUBUNGAN INTERNASIONAL
a. Politik Keamanan Asia Tenggara
Isu politik dan keamanan regional di Asia Tenggara menjadi isu yang paling
banyak disoroti karena dinilai berdampak terhadap pertumbuhan ASEAN. Beberapa ahli
beranggapan bahwa konflik bilateral dan regional serta upaya penyelesain konflik-konflik
tersebut masih berpotensi menjadi ancaman keamanan serius di Asia Tenggara. Para ahli
lainnya menyoroti aktivitas kelompok teroris di negara-negara ASEAN menjadi isu
keamanan utama di Asia Tenggara. Sementara para ahli yang lain menyatakan bahwa isu
tentang keikutsertaan negara adikuasa dan kerjasama keamanan di wilayah Asia Tenggara
menjadi salah satu isu yang serius seperti bagaimana keadaan keamanan kawasan Asia
Tenggara selama isu Selat Taiwan, Semenanjung Korea, bahaya perkembangan nuklir
dan peluru kendali serta peningkatan kekuatan Tiongkok dan AS yang berdampak pada
kestabilan keamanan kawasan ini.
b. Negara-negara Adikuasa dan ASEAN
Terdapat beberapa kajian terkait hal ini yakni tentang peran negara-negara besar
terhadap keamanan kawasan Asia Tenggara, kerjasama ASEAN dengan negara-negara
besar yang berdampak positif terhadap pertumbuhan Asia Tenggara, kerjasama ASEAN
dan ARF yang melibatkan khususnya Tiongkok dan AS berkontribusi terhadap stabilitas
keamanan regional serta perubahan politik luar negeri India terhadap ASEAN pasca
perang dingin yang menyebabkan kehadiran Tiongkok di Asia Tenggara.
c. Konflik Perbatasan dan Regional Asia tenggara
Beberapa ahli menyatakan bahwa unsur-unsur wilayah masih menjadi gangguan
terbesar di Asia Tenggara sehingga konflik bilateral negara ASEAN sangat dapat
mengganggu kerjasama ekonomi yang ada.
d. Peranan Indonesia di Kawasan Asia Tenggara
Kepemimpinan Soekarno pada orde lama yang cenderung melakukan gerakan
politik yang radikal melawan negara-negara barat berefek pada keamanan regional,
khususnya ketika Indonesia melakukan konfrontasi terhadap Malaysia pada 1963 yang
menyebabkan Indonesia diasingkan dari komunitas internasional. Di bawah rezim
Soeharto, Indonesia mencoba memperbaiki hubungan baiknya dengan dunia
Internasional khususnya dengan Malaysia dan negara-negara Asia Tenggara, salah
satunya dengan mengambil peran besar dalam pendirian ASEAN pada 1967. Perubahan
sikap politik luar negeri Indonesia ini bertujuan untuk memulihkan reputasi
Internasionalnya dan menumbuhkan keyakinan saling menguntungkan di antara negara
kawasan Asia tenggara dan negara besar regional lainnya. Selain itu, Indonesia juga
memainkan peran yang besar di ASEAN dengan kesadaran bahwa negara Indonesia
merupakan negara besar di kawasan ini dari segi geografi, wilayah, penduduk dan sumber
daya alam.
Kajian lainnya mengatakan bahwa sebagai negara mitra terbesar ASEAN, Indonesia
dibawah kepemimpinan Soeharto mengurangi kekuatannya atau superioritasnya
(bersahabat dan low profile) dalam berinteraksi dengan negara lain demi menciptakan
hubungan yang harmonis. Indonesia juga turut memberi perhatian khusus untuk
menciptakan kestabilan regional dengan memberikan sumbangan dan menggunakan hal
itu sebagai mekanisme memperkuat kesepakatan keamanan kawasan Asia Tenggara
melalui perjanjian regional seperti Zone of Peace Freedom and Neutrality 1991,
Southeast Asian Nuclear Weapon free Zone 1995 dan ASEAN Regional Forum 1994.
e. Indonesia dan Krisis Moneter Asia 1997/1998
Krisis moneter yang melanda Asia Tenggara pada 1997/1998 memberikan
dampak buruk khususnya bagi Indonesia yang mengakibatkan ketidakstabilan politik
domestik yang berefek pada peranan dan kemampuan Indonesia di kawasan Asia
Tenggara.
f. Kebijakan Luar Negeri dan Politik dalam Negeri Indonesia
Terdapat beberapa kajian yang fokus pada politik luar negeri Indonesia yang
berkaitan dengan masalah domestiknya. Salah satu kajian menyoroti variabel Islam yang
mempengaruhi pelaksanaan politik luar negeri Indonesia yang disebabkan oleh jumlah
penduduk muslim terbesar yang dimiliki Indonesia dan adanya tuntutan kepentingan
nasional. Kajian lainnya menunjukkan adanya dual identity Indonesia, yaitu Islam dan
Sekuler yang mempengaruhi politik domestik dan luar negeri Indonesia. Selain itu,
terdapat juga kajian yang membahas tentang perubahan politik dalam negeri yang
mempengaruhi perubahan politik luar negeri Indonesia. Kajian tersebut berfokus pada era
Soekarno terkait dengan perseteruan ideologi yang mempengaruhi arah kebijakan luar
negeri Indonesia yang lebih condong ke ideologi sosialis.
BAB II
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI
Definisi Konsep dan Pendekatan Teoritis
a. Definisi Politik Luar Negeri
Negara merupakan aktor politik yang berupaya untuk melaksanakan interaksi dan
menjalin hubungan baik dengan aktor-aktor lain demi mencapai kepentingan nasional
seperti keamanan wilayah, pertumbuhan ekonomi dan mempertahankan kemerdekaan
(mutlak). Interaksi tersebut menggunakan instrumen yang dikenal sebagai dasar luar.
Politik luar negeri suatu negara merupakan tindakan atau kebijakan yang diarahkan
terhadap lingkungan sekitarnya dalam rangka mempertahankan dan memperjuangkan
kepentingan nasional.
Faktor dalam negeri dan luar negeri dapat mempengaruhi “dasar luar” yang
digunakan oleh politik luar negeri suatu negara. Faktor luar negeri itu penting sebab
kebijakannya diimplementasikan melewati batas-batas, sedangkan faktor dalam negeri
dapat memberikan beberapa pilihan kepada pembuat kebijakan untuk merancang dan
menentukan kebijakan tersebut.
b. Faktor Luar Negeri
Saat perang dingin berlangsung, Negara-negara dan kawasan di dunia terbagi
menjadi dua kutub ideologi antara blok barat (liberal) dan blok timur (sosialis komunis).
Ketika perang dunia berakhir, sistem dua kutub berubah menjadi sistem multiblok sebab
muncul negara-negara berkekuatan besar seperti Tiongkok, Jepang, India dan
negara-negara Uni Eropa. Selain itu, muncul pula aktor non-negara sebagai aktor politik
internasional yang membawa agenda-agenda politik antarbangsa yang jauh lebih dinamis
dan kompleks seperti sosial budaya, HAM dan lingkungan hidup. Perubahan politik
antarbangsa tersebut mengharuskan negara untuk menyesuaikan politik luar negerinya
terhadap perkembangan dan perubahan di luar batas-batas kedaulatannya.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi perubahan politik luar negeri suatu negara
adalah faktor kawasan. Perkembangan politik global berpengaruh terhadap kedinamisan
suatu kawasan sehingga memberi dampak pada kedudukan dan pelaksanaan politik luar
negeri suatu negara. Oleh karena itu, banyak negara berupaya membangun kerjasama
dalam berbagai dimensi untuk menciptakan kestabilan dan keamanan bersama dalam satu
lingkup. Selain itu, perubahan lingkup sekitar suatu kawasan juga berpengaruh terhadap
pola interaksi dan keamanan di antara negara di dalamnya. Dahulu, AS dan Uni Soviet
menjadi payung keamanan bagi kawasan Asia Tenggara, akan tetapi kini kekuatan baru
seperti Jepang, Tiongkok dan Korea Selatan sangat berkepentingan atas keamanan
kawasan Asia Tenggara sebab mereka memiliki kepentingan nasional yang ingin dicapai
melalui hubungannya dengan negara-negara Asia Tenggara. Selanjutnya, isu regional
berupa ancaman luar negeri yang datang dari aktor non-negara juga dapat mempengaruhi
perubahan kebijakan luar negeri seperti penyelundupan barang gelap dan manusia,
gerakan separatis, konflik bilateral hingga masalah teroris menjadi masalah yang
berkembang di Asia Tenggara. ASEAN menandatangani Declaration on Joint Action to
Counter Terrorism pada 2001 setelah penyerangan 11 September.
c. Faktor Dalam Negeri
● Birokrasi
Dalam berbagai aktivitasnya, birokrasi dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan, setidaknya melalui tiga cara yakni memilah, memberi masukan kepada
para pengambil keputusan dan ikut serta dalam pelaksanaan politik luar negeri.
● Opini Publik
Opini publik mempengaruhi perubahan politik luar negeri suatu negara
dimana perubahan tersebut memerlukan dukungan dan pengesahan dari opini
publik. Oleh karena itulah, pemerintah sering menggunakan atau memanfaatkan
media untuk menciptakan atau mengawasi opini publik terkait dengan perubahan
atau perumusan suatu kebijakan.
● Kelompok Kepentingan (Interest Group)
Kelompok ini dapat melakukan tekanan, dukungan, atau pembatalan
keputusan pemerintah, termasuk kebijakan luar negeri yang dapat merugikan
kepentingan nasional dilakukan dengan beberapa cara seperti: melakukan tekanan
melalui mekanisme provokasi dan menggunakan tekanan masyarakat umum
sebagai pendukung mereka dalam mempengaruhi proses pengambilan keputusan.
● Media
Melalui pemberitaan media, pemerintah akan mendapat informasi tentang
berbagai isu bangsa yang memiliki kemungkinan untuk mempengaruhi perubahan
kebijakan luar negeri.
● Parlemen
Di negara-negara demokrasi, parlemen merupakan simbol kekuasaan
rakyat sehingga kebijakan pemerintah khususnya yang berkaitan dengan luar
negeri harus memperoleh dukungan masyarakat melalui campur tangan parlemen
dalam pengambilan suatu keputusan
d. Unsur-Unsur Kekuatan Nasional
1. Unsur Kekuatan Nasional yang Tampak/Terukur
● Faktor Geografi
● Penduduk
● Sumber Daya Alam
● Kekuatan Ekonomi
● Kesiapan Militer
2. Unsur Kekuatan Nasional Immaterial
● Kualitas Pemerintahan
● Faktor Personalitas dan Kepemimpinan
● Pengaruh Ideologi

Anda mungkin juga menyukai