Anda di halaman 1dari 16

PERAN AKTIF INDONESIA PADA MASA PERANG DINGIN

DAN DAMPAKNYA TERHADAP POLITIK


DAN EKONOMI GLOBAL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Pada


Mata Pelajaran Sejarah Minat

DISUSUN OLEH:
Nama : Siska Rahmadani
Kelas : XII. IPS. 1

GURU PEMBIMBING :
EDWARD WIJAYANTO, S.Pd

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


MAN 1 PASAMAN
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat- Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah berjudul
“Peran Aktif Indonesia Pada Masa Perang Dingin Dan Dampaknya Terhadap Politik
Dan Ekonomi Global”. Makalah ini merupakan salah satu tugas yang kami kerjakan
dalam mata pelajaran Sejarah Peminatan.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, masih terdapat beberapa
kekurangan baik dari segi teknis penulisan maupun dalam hal materi, mengingat
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk membantu kami dalam
memperbaiki makalah ini.
Kami ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini. Dengan ikhlas, kami
mengakui bahwa tanpa dukungan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak,
makalah ini tidak akan terselesaikan dengan baik.
Akhir kata, kami ingin menyampaikan penghargaan yang tulus kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini, dari awal hingga akhir.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan yang setimpal atas segala
bantuan dan kontribusi yang diberikan.

Lubuk Sikaping, 30 Oktober 2023

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perang Dingin adalah periode ketegangan politik, militer, dan ideologis yang
terjadi setelah Perang Dunia II antara dua blok besar kekuatan dunia, yaitu Blok
Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur yang dipimpin oleh Uni
Soviet. Kedua blok tersebut menganut ideologi yang berbeda, yaitu kapitalisme
untuk Blok Barat dan komunisme untuk Blok Timur. Perang Dingin berlangsung
sekitar tahun 1947 hingga 1991, dan selama periode ini, dunia terbagi menjadi dua
kubu yang saling bersaing untuk memperluas pengaruh dan kekuasaan mereka di
berbagai belahan dunia.
Di tengah ketegangan yang tinggi antara kedua blok besar tersebut, banyak negara
-negara di dunia yang berusaha untuk menjaga kemerdekaan dan independensinya,
termasuk Indonesia. Setelah mengalami penjajahan oleh bangsa Belanda, Indonesia
meraih kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Namun, masa kemerdekaan
Indonesia tidak berjalan mulus karena konflik dengan bangsa Belanda yang
berusaha untuk memulihkan kekuasaannya di wilayah tersebut.
Pada tahun 1949, Indonesia akhirnya berhasil meraih pengakuan internasional
sebagai negara merdeka melalui Konferensi Meja Bundar (KMB) dengan Belanda.
Setelah itu, Indonesia dihadapkan pada tantangan politik dan ekonomi yang
kompleks, termasuk dalam konteks Perang Dingin yang sedang berlangsung. Pada
masa inilah Indonesia harus mengambil kebijakan luar negeri yang bijaksana untuk
menjaga kedaulatannya dan menghadapi perubahan politik dan ekonomi global.
Keberhasilan Indonesia sebagai negara non-blok pada masa Perang Dingin
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap upaya menjaga perdamaian
regional dan meningkatkan peran negara-negara berkembang di kancah politik dan
ekonomi global. Kebijakan non-blok tersebut juga berdampak pada perkembangan
ekonomi Indonesia dengan membuka peluang kerjasama dagang dan investasi
dengan banyak negara di berbagai blok. Oleh karena itu, pemahaman tentang peran
aktif Indonesia pada masa Perang Dingin dan dampaknya terhadap politik dan
ekonomi global adalah penting untuk memahami perkembangan sejarah dan
hubungan internasional di kawasan Asia Tenggara dan dunia.
B. Rumusan Masalah
Makalah ini akan membahas peran aktif Indonesia pada masa Perang Dingin
dan dampaknya terhadap politik dan ekonomi global. Untuk itu, berikut adalah
rumusan masalah yang akan dijawab dalam makalah ini:
A. Bagaimana peran aktif Indonesia pada masa Perang Dingin dalam konteks
kebijakan luar negeri non-bloknya?
B. Apa saja kontribusi Indonesia sebagai negara penengah dalam konflik
regional pada masa Perang Dingin?
C. Bagaimana partisipasi Indonesia dalam Gerakan Non-Blok di Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) dan dampaknya terhadap posisi politik global negara
ini?
D. Bagaimana pengaruh peran aktif Indonesia pada masa Perang Dingin
terhadap politik di kawasan Asia Tenggara?
E. Bagaimana kebijakan luar negeri non-blok Indonesia membentuk kebijakan
ekonomi dan bagaimana dampaknya pada ekonomi global?
F. Apa saja manfaat yang diperoleh Indonesia melalui kebijakan luar negeri
non-bloknya dalam hubungan dagang dan investasi di masa Perang Dingin?

Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, makalah ini akan


memberikan gambaran tentang peran penting Indonesia pada masa Perang Dingin
dan bagaimana kontribusinya berdampak pada politik dan ekonomi global.

C. TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis Peran Aktif Indonesia pada Masa Perang Dingin: Makalah ini
bertujuan untuk menganalisis peran aktif Indonesia dalam konteks kebijakan luar
negeri non-bloknya pada masa Perang Dingin. Tujuan ini adalah untuk
memahami bagaimana Indonesia menjaga kemerdekaan dan independensinya di
tengah ketegangan antara Blok Barat dan Blok Timur.
2. Menjelaskan Kontribusi Indonesia sebagai Negara Penengah dalam Konflik
Regional: Makalah ini akan menjelaskan kontribusi Indonesia sebagai negara
penengah dalam beberapa konflik regional yang terjadi pada masa Perang
Dingin. Tujuan ini adalah untuk menggambarkan bagaimana Indonesia berperan
dalam mencari solusi damai dalam konflik dan membantu menjaga perdamaian
regional.
3. Mengidentifikasi Dampak Partisipasi Indonesia dalam Gerakan Non-Blok di
PBB: Makalah ini akan mengidentifikasi dampak partisipasi Indonesia dalam
Gerakan Non-Blok di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terhadap posisi politik
global negara ini. Tujuan ini adalah untuk melihat bagaimana peran Indonesia
membantu memperkuat posisi negara - negara berkembang di kancah politik
internasional.
4. Menganalisis Pengaruh Peran Aktif Indonesia terhadap Politik di Kawasan Asia
Tenggara: Makalah ini akan menganalisis pengaruh peran aktif Indonesia pada
masa Perang Dingin terhadap politik di kawasan Asia Tenggara. Tujuan ini adalah
untuk memahami bagaimana kebijakan non-blok Indonesia berdampak pada
hubungan politik dengan negara-negara tetangga di kawasan.
5. Menjelaskan Dampak Kebijakan Luar Negeri Non-Blok Indonesia terhadap
Ekonomi Global: Makalah ini akan menjelaskan bagaimana kebijakan luar
negeri non-blok Indonesia membentuk kebijakan ekonomi dan dampaknya pada
ekonomi global. Tujuan ini adalah untuk melihat bagaimana kebijakan ini
membantu Indonesia mendiversifikasi pasar dan sumber investasi serta
berperan dalam kerjasama ekonomi internasional.
6. Mengidentifikasi Manfaat Kebijakan Luar Negeri Non-Blok Indonesia dalam
Hubungan Dagang dan Investasi: Makalah ini akan mengidentifikasi manfaat
yang diperoleh Indonesia melalui kebijakan luar negeri non-bloknya dalam
hubungan dagang dan investasi di masa Perang Dingin. Tujuan ini adalah untuk
melihat bagaimana kebijakan ini membantu Indonesia dalam memperluas
kerjasama ekonomi dengan berbagai negara di berbagai blok.

Dengan mencapai tujuan-tujuan di atas, makalah ini diharapkan dapat


memberikan pemahaman yang komprehensif tentang peran aktif Indonesia pada
masa Perang Dingin dan dampaknya terhadap politik dan ekonomi global.

D. MANFAAT
Manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Memahami peran aktif Indonesia pada masa Perang Dingin.
2. Menambah pengetahuan tentang sejarah dan hubungan internasional.
3. Memahami kebijakan luar negeri non-blok Indonesia dan dampaknya.
4. Menyadari pentingnya peran negara-negara berkembang dalam politik global.
5. Mengetahui dampak kebijakan non-blok Indonesia pada ekonomi global.
6. Mendorong pemikiran strategis dalam hubungan internasional.
7. Relevan bagi pengambil kebijakan politik dan ekonomi.
8. Sebagai sumber referensi akademis.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peran Aktif Bangsa Indonesia pada Masa Perang Dingin


1. Kontribusi Indonesia dalam Konferensi Asia Afrika di Bandung
Pada 28 April sampai dengan 2 Mei 1954 diselenggarakan Konferensi
Kolombo di Srilangka.
Konferensi yang menjadi pelopor diadakannya Konferensi Asia Afrika ini
dihadiri oleh :
1) Ali Sastroamidjojo (Perdana Menteri Indonesia)
2) Jawaharlal Nehru (Perdana Menteri India)
3) U Nu (Perdana Menteri Burma/Myanmar)
4) Mohammad Ali (Perdana Menteri Pakistan)
5) Sir John Kotelawala (Perdana Menteri Srilangka)

Setelah itu, Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo menyarankan untuk


diadakan lagi konferensi yang lebih besar. Akhirnya, pada 18 sampai 21 April
1955, saran dari PM Ali Sastroamidjojo terealisasi dengan diadakannya
Konferensi Asia Afrika di Bandung. Konferensi tersebut menjadi cikal bakal
lahirnya. Gerakan Nonblok.
Konferensi Asia Afrika dihadiri oleh 29 pemimpin negara, 23 diantaranya
dari Asia dan 6 dari Afrika. Para pemimpin negara tersebut sepakat
mendeklarasikan komitmen untuk tidak terlibat dalam konfrontasi Blok Barat
dan Blok Timur. Lebih daripada itu, konferensi ini juga berhasil menyatukan
kekuataan bersama negara-negara dunia ketiga untuk menghadapi dua kubu
adidaya, Barat dan Timur. Pada akhir konferensi, ditandatangani sebuah
deklarasi yang dikenal sebagai Deklarasi Bandung atau Dasasila Bandung
2. Dampak Konferensi Asia Afrika terhadap politik global
Konferensi Asia Afrika memiliki arti penting yang besar pengaruhnya
terutama bagi negara yang cinta damai dan telah menaikan citra Indonesia di
mata dunia internasional, khususnya bagi bangsa Asia Afrika yang
mendambakan kemerdekaan dan perdamaian. Dasasila Bandung juga dianggap
sebagai akhir dari era penjajahan dan kekerasan terhadap suatu kaum
(apartheid). Konferensi ini juga dianalogikan sebagai suatu badan yang
berpendirian luas dan toleran, yang memberi kesan kepada dunia bahwa semua
orang dapat hidup bersama, bertemu, berbicara, dan mempertahankan hidupnya
di dunia ini. Melansir Museum of The Asian-African Conference, Spirit
Bandung juga menimbulkan perubahan struktur badan internasional
Perserikatan Bangsa- bangsa atau PBB). Sehingga forum PBB tidak lagi menjadi
forum eksklusif Barat Atau Timur saja.
Konferensi Asia Afrika juga telah berhasil menumbuhkan semangat
solidaritas di antara Negara-negara Asia Afrika, baik dalam menghadapi
masalah internasional maupun regional. Menyusul Konferensi Asia Afrika
banyak konferensi serupa diselenggarakan yakni Konferensi Islam Afrika Asia,
Konferensi Setiakawan Rakyat Asia Afrika, Konferensi Mahasiswa Asia
Afrika, Konferensi Wartawan Asia Afrika.
3. Dampak Konferensi Asia Afrika terhadap kehidupan ekonomi global
Komunike akhir dari Konferensi ini menggarisbawahi perlunya negara-
negara berkembang untuk melonggarkan ketergantungan ekonomi mereka pada
negara-negara industri terkemuka dengan memberikan bantuan teknis satu
sama lain melalui pertukaran ahli dan bantuan teknis untuk proyek-proyek
pembangunan, serta pertukaran pengetahuan teknologi, dan pembentukan lembaga
pelatihan dan penelitian regional.

B. Perang Indonesia Dalam Gerakan Non Blok Pada Masa Perang Dingin
1. Peran Aktif dalam Pendirian Gerakan Non Blok (GNB)
Pada tahun 1945, Perang Dunia II berakhir, muncul dua blok yaitu Blok
Barat (Liberalisme- Demokratis) dan Blok Timur (Sosialis-Komunis). Diantara
Blok Barat dan Blok Timur, ada beberapa negara yang memilih untuk bersikap
netral. Negara-negara netral tersebut pun membentuk Gerakan Non Blok (GNB).
Pembentukan GNB ini diprakarsai oleh Presiden Soekarno (Indonesia), Presiden
Gamal Abdul Nasser (Republik Persatuan Arab-Mesir), PM Pandith Jawaharlal
Nehru (India), Presiden Joseph Broz Tito (Yugoslavia), dan Presiden Kwame
Nkrumah (Ghana).
Dalam GNB, Indonesia memiliki peran penting sebab negara ini memiliki
prinsip politik luar negeri yang bebas aktif, tidak mendukung pakta miliiter atau
aliansi militer manapun. Prinsip tersebut dianggap sesuai dengan tujuan
didirikannya GNB. Pada tahun 1992, peran penting lain dari Indonesia bagi
KTT GNB adalah sebagai tuan rumah dan Presiden Soeharto sebagai ketua GNB.
Pada saat itu, Indonesia memprakarsai kerja sama teknis di beberapa bidang
seperti pertanian dan kependudukan serta mencetuskan upaya untuk menghidupkan
kembali dialog Utara - Selatan.
Setiap KTT GNB yang diselenggarakan memiliki tujuan yang berbeda
sesuai dengan masalah yang sedang dihadapi oleh negara-negara anggota.
Setiap negara bisa menjadi anggota GNB namun negara tersebut harus
menganut politik bebas aktif, mampu hidup berdampingan secara damai,
mendukung gerakan kemerdekaan nasional, dan tidak menjadi anggota salah
satu pakta militer. Persyaratan yang ditetapkan oleh GNB ternyata mampu
memikat hati berbagai negara, terbukti dengan meningkatnya jumlah negara
yang bergabung. Sejak Gerakan Non Blok lahir hingga sekarang, KTT dilakukan
tiap tiga tahun sekali. Tiap KTT paling lama tujuh hari. Indonesia pernah menjadi
tuan rumah KTT Gerakan Non Blok ke sepuluh pada tanggal 1 hingga 6 september
1992 di Jakarta.
2. Dampak Gerakan Non Blok terhadap kehidupan Politik Global
KTT GNB I mencetuskan prinsip politik bersama, yaitu bahwa politik
berdasarkan koeksistensi damai, bebas blok, tidak menjadi anggota pasukan
militer dan bercita-cita melenyapkan kolonialisme dalam segala bentuk dan
manifestasi. GNB juga membantu Afrika Selatan dalam menghapus politik
Apartheid.
GNB mencari perdamaian yang berkelanjutan melalui pemerintah global
dan mewujudkan adanya rasa optimism bahwa GNB dapat memainkan peran
yang sangat penting dalam mempromosikan perdamaian dan stabilitas.
Pentingnya GNB terletak pada kenyataan bahwa GNB merupakan gerakan
Internasional terbesar kedua, setelah Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), GNB
dapat mewujudkan eratnya hubungan kerjasama antara negara satu dengan
negara yang lain.
3. Dampak Gerakan Non Blok terhadap kehidupan Ekonomi Global
Kerjasama antara anggota-anggota GNB dapat memiliki dampak positif
pada situasi ekonomi dunia. Dengan menciptakan tata hubungan ekonomi
Internasional yang masih seimbang, dan memperluas partisipasi negara-negara
berkembang dalam proses pengambilan keputusan mengenai masalah-masalah
ekonomi dunia. GNB membuat negara-negara anggota Non-Blok berjalan
lancar tanpa hambatan. Jadi GNB ini meningkatkan program kearah tata
ekonomi dunia.

C. Peran Indonesia Dalam Misi Perdamaian Pengiriman Kontingen Garuda Pada


Masa Perang Dingin
1. Indonesia dalam Misi Pemeliharaan Perdamaian PBB
Komitmen Indonesia untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial merupakan
amanat dari alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Tahun 1945.

Dalam konteks internasional, partisipasi tersebut merupakan indikator


penting dan konkrit dari peran suatu negara dalam memberikan kontribusi
dalam menjaga perdamaian dan keamanan internasional. Sedangkan dalam
konteks nasional, keterlibatan tersebut merupakan sarana peningkatan
profesionalisme individu dan organisasi yang terlibat secara langsung dalam
penggelaran operasi internasional. Indonesia terlibat dalam Misi Pemeliharaan
Perdamaian PBB. Sesuai Pembukaan Undang- undang Dasar 1945 alinea IV,
salah satu tujuan negara yakni menjaga ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Indonesia diberi kepercayaan oleh PBB untuk mengirim personel keamanan
terbaiknya dalam menjalankan Misi Pemerliharaan Perdamaian. Pasukan
tentara, kepolisian, dan sipil Indonesia dikenal dengan nama Kontingen
Garuda.

2. Pengiriman Kontingen Garuda dalam Misi Pemeliharaan Perdamaian PBB


Dalam misinya menjaga perdamaian dunia, Perserikatan Bangsa-bangsa
(PBB) punya Peacekeeping Operation (UNPO) atau Misi Pemeliharaan
Perdamaian (MPP). Kontingen Garuda adalah pasukan penjaga perdamaian
yang anggotanya diambil dari militer Indonesia yang bertugas dibawah naugan
Perserikatan Bangsa-bangsa.
Negara-negara yang pernah menjadi tujuan dalam misi Kontingen Garuda
adalah Negara - negara di Timur Tengah seperti Mesir, Lebanon, Palestina, Irak.
Negara Asean seperti Filipina, Kamboja, dan Vietnam. Juga Negara Eropa Timur
seperti Georgia dan Bosnia. Peran aktif Indonesia dalam mengirimkan Kontingen
Garuda untuk misi perdamaian pada masa perang dunia adalah sebagai berikut :
1. Kontingen Garuda I, dikirim pada 8 Januari 1957 ke Mesir
2. Kontingen Garuda II, dikirim ke Kongo pada 1960
3. Kontingen Garuda III, dikirim ke Kongo pada 1962
4. Kontingen Garuda IV, dikirim ke Vietnam pada 1973
5. Kontingen Garuda V, dikirim ke Vietnam pada 1973
6. Kontingen Garuda VI, dikirim ke Timur Tengah pada 1973
7. Kontingen Garuda VII, dikirim ke Vietnam pada 1974
8. Kontingen Garuda VIII, dikirim ke Timur Tengah 1973 pasca Perang Yom
Kippur Mesir- Israel
9. Kontingen Garuda IX, dikirim ke Iran dan Irak pada 1988
10. Kontingen Garuda X, dikirim ke Namibia pada 1989

D. Peran Indonesia Pada ASEAN Dalam Masa Perang Dingin


1. Peran Indonesia dalam mewujudkan perdamaian di kawasan Asia
Tenggara pada masa Perang Dingin
Pada Era 1960-an dunia dihadapkan pada situasi rawan konflik, yaitu
perebutan pengaruh ideologi negara-negara besar dan konflik antar negara di
kawasan yang apabila dibiarkan dapat mengganggu stabilitas kawasan sehingga
menghambat pembangunan. untuk menciptakan kawasan Asia Tenggara yang
damai, aman, stabil dan sejahtera maka didirikanlah organisasi ASEAN yang
merupakan perhimpunan Bangsa bangsa Asia Tenggara. Indonesia adalah salah
pendiri organisasi ASEAN.

2. Pendirian ASEAN sebagai bukti peran aktif bangsa Indonesia pada masa
Perang Dingin
Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) merupakan sebuah
organisasi geopolitik dan ekonomi dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara,
yang didirikan di Bangkok, 8 Agustus 1967 berdasarkan Deklarasi Perbara oleh
Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Organisasi ini
bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan
pengembangan kebudayaan negara-negara anggotanya, memajukan perdamaian
dan kestabilan di tingkat regional, serta meningkatkan kesempatan untuk
membahas perbedaandi antara anggotanya dengan damai.

Pembentukan ASEAN tidak serta merta hanya karena kesamaan geografis


masing-masing anggotanya saja, tapi juga karena adanya keinginan yang kuat
antara Negara anggota untuk membangun kerjasama yang baik dibidang ekonomi,
sosial, dan pengembangan kebudayaan bagi masing-masing Negara anggota.
Selain sebagai salah satu pemrakarsa berdirinya ASEAN, tentunya Indonesia
juga memiliki peran tersendiri sebagai anggota ASEAN. Entah itu dalam
bentuk program ataupun kerjasama antar sesame anggotanya.
Keberadaan ASEAN ternyata sejalan dengan sikap politik Indonesia yang
mengacu politik bebas-aktif. Bebas yang dimaksud, berarti Indonesia tidak
memihak blok manapun. Sedangkan aktif, berarti Indonesia turut serta
mewujudkan perdamaian dunia. Peran Indonesia dalam mewujudkan
perdamaian di kawasan Asia Tenggara ini terlihat saat Indonesia membantu
mewujudkan perdamaian konflik di Kamboja dan Vietnam. Indonesia ditunjuk
oleh ASEAN sebagai pihak penengah dalam konflik tersebut. Pada tahun 1988
sampai 1989, Indonesia menjadi tuan rumah Jakarta Informal Meeting (JIM)
untuk menyelesaikan konflik antara Kamboja dan Vietnam. Indonesia berhasil
memfasilitasi kedua negara untuk mendiskusikan dan menyelesaikan konflik.
Pada kasus lainnya, yaitu saat pemerintah Filipina dan Moro National
Front Liberation (MNFL) berkonflik. Kedua pihak tersebut akhirnya
menyetujui perjanjian damai yang kala itu dipertemukan di Indonesia.
Selain sebagai salah satu penggagas, Indonesia juga dipercaya untuk
menyelenggarakan KTT ASEAN pertama. Saat itu, KTT ASEAN pertama
sukses diselenggarakan di Bali pada 23-24 Februari 1976. Maka tak heran jika
Indonesia juga dikenal sebagai penyelenggara KTT ASEAN pertama. Nah
itulah kiprah Indonesia di dunia internasional pada masa Perang Dingin.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesimpulannya, peran aktif Indonesia pada masa Perang Dingin dalam konteks
kebijakan luar negeri non-bloknya memiliki dampak yang signifikan dalam politik dan
ekonomi global. Beberapa poin penting yang dapat diambil dari analisis peran
Indonesia tersebut adalah:
1. Kebijakan Non-Blok sebagai Landasan Strategis: Kebijakan luar negeri non-
blok menjadi landasan strategis Indonesia dalam menghadapi ketegangan politik
dan militer antara Blok Barat dan Blok Timur. Dengan tidak terikat pada salah satu
blok kekuatan besar, Indonesia dapat menjaga kemerdekaan dan independensinya
serta mengambil keputusan politik dan ekonomi secara independen.
2. Peran Indonesia dalam Gerakan Non-Blok: Konferensi Bandung dan Gerakan
Non-Blok yang lahir dari situ menjadi wadah penting bagi Indonesia dan
negara-negara berkembang lainnya untuk saling mendukung, mengadvokasi
isu-isu penting bagi negara-negara berkembang, dan mencari solusi damai atas
konflik dunia.
3. Peran Penengah dalam Konflik Regional: Sebagai negara penengah, Indonesia
berhasil berperan dalam meredakan konflik regional seperti Konfrontasi dengan
Malaysia. Dengan mengambil peran sebagai mediator, Indonesia berusaha
membangun hubungan yang lebih baik dengan negara tetangga dan mencegah
eskalasi konflik yang dapat merugikan perdamaian regional.
4. Pengaruh di PBB dan Forum Internasional:Partisipasi aktif Indonesia di PBB
dan forum internasional lainnya memungkinkan negara ini untuk menyuarakan
posisi politik dan ekonomi yang sesuai dengan kebijakan non-bloknya. Dengan
dukungan dari Gerakan Non- Blok, Indonesia memperjuangkan kepentingan
negara-negara berkembang dan mendukung upaya perdamaian dunia.
5. Dampak pada Politik dan Ekonomi Global: Peran aktif Indonesia pada masa Perang
Dingin membawa dampak signifikan dalam memperkuat posisi politik dan
ekonomi negara ini. Kebijakan non-blok memberikan Indonesia fleksibilitas
dalam mengambil keputusan politik dan ekonomi, menjaga kemerdekaan negara,
serta memperkuat posisi negara - negara berkembang dalam politik
internasional. Diversifikasi pasar dan investasi juga menjadi manfaat ekonomi
yang diperoleh Indonesia melalui kebijakan ini.

Kesimpulannya, peran aktif Indonesia pada masa Perang Dingin melalui


kebijakan luar negeri non-bloknya memberikan kontribusi penting dalam menjaga
perdamaian regional, memperkuat posisi politik dan ekonomi negara ini di tingkat
global, dan meningkatkan relevansinya dalam diplomasi internasional. Dalam
upaya memperjuangkan kepentingan negara-negara berkembang, Indonesia
menjadi contoh penting tentang bagaimana negara-negara kecil dapat berperan aktif
dalam kancah politik dan ekonomi global.

Anda mungkin juga menyukai