Gagasan
Perdana
Menteri
Ali
Sastroamijoyo disambut baik oleh Perdana Menteri Mohammad Ali Jinnah (Pakistan),
Perdana Menteri Sir John Kotelawala (Sri Lanka), Perdana Menteri U Nu (Burma/Myanmar),
dan Perdana Menteri Pandit Jawaharlal Nehru (India) India yang menghadiri Konferensi
Kolombo. Gagasan tersebut kemudian ditindaklanjuti pada Konferensi Bogor pada tanggal
2829 Desember 1954. Konferensi Bogor dalam salah satu keputusannya menyatakan akan
diadakan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tanggal 1825 April 1955. Konferensi
Asia Afrika mengundang 30 negara dari Asia dan Afrika, tetapi 1 negara tidak hadir, yaitu
Federasi Afrika Tengah (Rhodesia) yang masih dijajah Inggris.
Keberhasilan Konferensi Asia Afrika membawa banyak manfaat, di antaranya banyak negara
di Asia dan Afrika yang dahulunya terjajah menjadi negara yang merdeka. Tidak hanya itu,
ketegangan dunia mulai mereda dan perbedaan warna kulit mulai dihapuskan.
2. Gerakan Nonblok
Perang Dunia II selesai, di dunia ini muncul dua blok kekuatan di dunia, yaitu blok Barat dan
blok Timur. Negara-negara yang baru merdeka tidak mau dipengaruhi oleh kedua blok
tersebut. Untuk menghadapinya maka negara-negara yang baru merdeka (negara
berkembang) mendirikan organisasi Gerakan Nonblok. Pemrakarsa terbentuknya Gerakan
Nonblok adalah Presiden Josef Broz Tito (Yugoslavia), Perdana Menteri Pandith Jawaharlal
Nehru (India), Presiden Gamal Abdul Nasser (Mesir), Presiden Sukarno (Indonesia), dan
Presiden Kwanu NKrumah (Ghana). Tujuan dari Gerakan Nonblok ada yang merupakan
tujuan ke dalam organisasi dan adapula tujuan keluar dari organisasi. Tujuan ke dalam
Gerakan Nonblok adalah mengusahakan dan mengembangkan kehidupan masyarakat
angotanya dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial yang
tertinggal dari negara maju. Adapun tujuan ke luar Gerakan Nonblok adalah meredakan
ketegangan dunia akibat pertentangan dua negara Adidaya sehingga tercipta perdamaian
dunia. Untuk melaksanakan tujuan tersebut maka negara anggota Gerakan Nonblok
mengadakan pertemuan tingkat kepala negara dan pemerintahan (KTT). Dari terbentuknya
sampai dengan sekarang Gerakan Nonblok telah melakukan pertemuan kepala pemerintahan
dan kepala negara sebanyak
14 kali. Indonesia pernah menjadi tuan rumah penyelenggara Konferensi Tingkat Tinggi
Gerakan Nonblok X pada tanggal 16 September 1992 di Jakarta.
3. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
Menjadikan pusat dari kegiatan bangsa-bangsa dalam mencapai kerja sama yang
harmonis untuk mencapai tujuan PBB.
Bagaimana peranan sifat bebas politik luar negeri Indonesia dalam kaitannya dengan PBB?
Pada awal kemerdekaan politik luar negeri Indonesia belum dilaksanakan secara maksimal,
sebab perhatian Indonesia untuk mengatasi berbagai gejolak. Kita tahu Belanda saat itu ingin
kembali mencengkeramkan kekuasaannya di Indonesia. Selain itu ada juga beberapa
pemberontakan yang terjadi di tanah air.
Sejak pengakuan kedaulatan RI 27 September 1949 dan negara RI memperoleh pengakuan
secara internasional, perintisan politik luar negeri Indonesia barulah dimulai. Usaha pertama
dibuktikan dengan diterimanya RI menjadi anggota PBB tanggal 27 September 1950. Saat itu
negara RI menjadi anggota PBB yang ke-60.
Pada tanggal 20 Januari 1965 Indonesia keluar dari keanggotaan PBB, dengan alasan
Malaysia menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Ingat, saat itu dalam hal
politik luar negeri Indonesia sedang konfrontasi dengan Negeri Jiran tersebut. Setelah
keadaan berubah, Indonesia kembali lagi masuk PBB pada tanggal 28 Sep- tember 1966.
2. Indonesia dalam KAA dan GNB
a) KAA (Konferensi Asia Afrika)
KAA (Konferensi Asia Afrika) merupakan konferensi yang dihadiri oleh para wakil negara
berasal dari negara-negara Asia dan Afrika. Tujuan dari konferensi tersebut adalah
Kemerdekaan dari penjajahan. Dengan peran politik luar negerinya Indonesia merupakan
salah satu negara pemrakarsa konferensi itu. Penyelenggara KAA pertama, di Bandung pada
tanggal 18-24 April 1955 berlangsung gemilang serta sukses. Dalam konferensi tersebut
dihasilkan keputusan bersama yang terkenal dengan Dasa Sila Bandung (sepuluh prinsip
hubungan internasional).
b) GNB (Gerakan Negara Non-Blok)
Hampir semua peserta KAA termasuk negara Non-Blok. Karena itu, antara KAA dengan
GNB punya keterkaitan yang erat. Gagasan Non-Blok (non-align) merupakan gerakan dari
negara-negara berkembang sebagai upaya agar tidak menjadi sasaran pengaruh dua blok
kekuatan besar (negara-negara adikuasa). Dua blok kekuatan yang dimaksud adalah blok
Barat di bawah Amerika Serikat dan blok Timur di bawah pimpinan
Uni Soviet. Saat itu blok Barat membentuk pakta pertahanan yang dikenal dengan NATO
(North Atlantic Treaty Organization). Sementara itu blok Timur membentuk pakta pertahanan
yang dikenal sebagai Pakta Warsawa. Penggagas gerakan Nonblok adalah:
1. Presiden Sukarno (Indonesia)
2. Perdana Menteri Pandit Jawaharlal Nehru (India)
3. Gamal Abdul Naser (presiden Mesir
4. Kwame Nkrumah (presiden Ghana
5. Joseph Broz Tito (presiden Yugoslavia)
KTT GNB pertama diselenggarakan di Beograd (Yugoslavia) tanggal 1-6 September 1961
dan dihadiri oleh 25 negara. KTT tersebut merekomendasikan perlunya penghapusan segala
jenis kolonialisme kepada Sidang Umum PBB. Pada tanggal 1-7 Juli 1992 Indonesia menjadi
tuan rumah atas penyelenggaraan KTT X GNB, dan Presiden Suharto menjadi ketua GNB
masa bakti 1992-1995.
3. Indonesia dan ASEAN
ASEAN (Association of Sout East Asia Nations) merupakan organisasi kerja sama regional
negara-negara kawasan Asia Tenggara. Indonesia dalam hal ini merupakan salah satu negara
perintis berdirinya ASEAN (lihat kembali bab sebelumnya tentang Kerja sama Negaranegara Asia Tenggara).
4. Indonesia dan OKI (Organisasi Konferensi Islam)
OKI (Organisasi Konferensi Islam) merupakan organisasi yang dibentuk oleh negara-negara
Islam pada tanggal 25 September 1969, di Rabat, Maroko.
Negara Islam yang dimaksud adalah negara yang secara konstitusional Islam atau negara
yang mayoritas penduduknya muslim. Pemrakarsa pembentukan OKI adalah Raja Faisal
(Arab Saudi) dan Raja Hassan II (Maroko). Latar belakang didirikannya OKI adalah
solidaritas umat Islam atas penyerbuan Masjid Al-Aqsa di Palestina oleh tentara Zionis Israel.
Secara resmi Indonesia masuk menjadi anggota OKI pada KTT (Konferensi Tingkat Tinggi)
ketiga tahun 1972 di Jedah, Arab Saudi.
5. Indonesia dan OPEC (Organization of Petrolium Exporting Countries)
OPEC merupakan organisasi (kerja sama internasional) negara-negara pengekspor minyak.
Organisasi ini didirikan pada tanggal 14 September 1960, di Bagdad (Irak). Pemrakarsanya
adalah lima negara : Irak, Iran, Kuwait, Saudi Arabia, dan Venezuela. Indonesia salah satu
negara penting penghasil minyak di Asia, dan telah menjadi anggota organisasi ini sejak
tahun 1962.
Faktor pendorong berdirinya OPEC adalah penurunan harga minyak dunia oleh sebab
permainan raksasa-raksasa perusahaan minyak seperti Shell, Exxo, Mobil, dan Gulf.
Perusahaan-perusahaan minyak raksasa ini memonopoli perdagangan minyak ke negaranegara industri besar seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Jerman.
6. Indonesia dan Palang Merah Internasional
Jalinan Indonesia dengan Palang Merah Internasional dirintis sejak awal kemerdekaan. Mulamula Presiden Sukarno memerintahkan Menteri Kesehatan (saat itu Boentaran
Martoatmodjo) untuk mendirikan Palang Merah Indonesia (PMI). Akhirnya PMI terbentuk
pada tanggal 17 September 1945 dengan ketua Prof. Dr. Mochtar.
Peran PMI pada saat itu adalah menangani para korban perang (mempertahankan)
kemerdekaan. Untuk menarik simpati dunia internasional terhadap perjuangan kemerdekaan
pada saat itu, PMI mengadakan hubungan dengan Palang Merah Internasional.
Saat perjuangan mempertahankan kemerdekaan, Palang Merah Internasional banyak
memberikan bantuan obat-obatan, pakaian, makanan, uang dan berbagai bentuk fasilitas
penting lain. Sebaliknya (setelah perjuangan mempertahankan kemerdekaan berhasil)
Indonesia juga banyak mengirim bantuan kepada bangsa- bangsa lain seperti Afrika, India,
Pakistan, Vietnam, Laos, Filipina, dan lain-lain.
7. Indonesia dan Polisi Internasional
Dalam kaitannya dengan era globalisasi, tindakan-tindakan pidana maupun perbuatan
kriminal banyak dilakukan penjahat-penjahat kelas dunia. Mereka membentuk jaringan yang
rapi dalam melakukan tindakan-tindakan itu. Ada penyelundupan, pembajakan pesawat
udara, narkotika serta obat bius, terorisme, dan lain-lain. Untuk mengatasi hal tersebut ada
wadah kerja sama antar lembaga kepolisian internasional yang dikenal dengan Interpol
(International Police). Indonesia antara lain telah menjadi anggota Interpol, dan berkali-kali
diundang dalam pertemuan-pertemuan Interpol.