Anda di halaman 1dari 12

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

OBESITAS PADA REMAJA DI SMA NEGERI 1 MEDAN


TAHUN 2012
Taruli Rohana Sinaga *Hellen A. Mendrofa**
ABSTRAK
Fast food adalah istilah untuk makanan yang penyajiannya memakan waktu singkat, yang dikonsumsi
secara instan dan disukai banyak orang. Kebiasaan mengkonsumsi fast food dapat menyebabkan
kegemukan. Kebiasaan mengkonsumsi fast food pada remaja di SMA Negeri 1 Medan dikategorikan
sering yaitu karena menkonsumsi 2 kali dalam seminggu. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas pada remaja di SMA Negeri 1 Medan.
Beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas adalah pengetahuan, sikap, dan faktor
pendukung. Penelitian ini bersifat Analitik dengan desain Cross-Sectional. Populasi dalam penelitian ini
adalah 634 siswa yang diambil dari siswa kelas X dan XI. Dan jumlah sampel yaitu sebanyak 84 siswa
yang diambil dengan tehnik simple random sampling. Adapun instrumen penelitian berupa kuesioner
dengan uji statistik chi- square ( = 0,05) . Hasil penelitian menunjukkan faktor yang berhubungan
dengan kejadian obesitas pada remaja. Dari analisis chi-square ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dengan kejadian obesitas pada remaja dengan p=0,002; Ada hubungan yang signifikan
antara sikap dengan kejadian obesitas pada remaja dengan p=0,003; Ada hubungan yang signifikan antara
faktor pendukung (kesibukan orang tua, uang saku dan tingkat aktivitas, pengaruh teman sebaya dan
promosi makanan cepat saji) dengan kejadian obesitas pada remaja dengan p=0,005; Saran yang diajukan
adalah sebaiknya remaja membatasi diri dalam mengkonsumsi fast food karena tidak baik untuk
kesehatan dan dapat menimbulkan kegemukan atau penyakit lainnya. Bagi Sekolah perlu adanya
penyuluhan atau pemberian informasi kepada siswa mengenai makanan yang bagus untuk kesehatan dan
sebaiknya memperbanyak buku mengenai kesehatan khususnya mengenai fast food di Perpustakaan.

Kata Kunci : Konsumsi fast food, Kejadian obesitas.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peningkatan kemakmuran di
masyarakat
yang
diikuti
oleh
peningkatan
pendidikan
dapat
mengubah pola hidup dan pola makan,
dari pola makan tradisional ke pola
makan makanan praktis dan siap saji
yang dapat menimbulkan mutu gizi
yang tidak seimbang. Hal tersebut
terutama terlihat di kota-kota besar di
Indonesia. Pola makan jika tidak
dikonsumsi secara rasional mudah
menyebabkan kelebihan masukan kalori
yang akan menimbulkan berat badan
berlebih (Sismoyo, 2006 dalam
Pratama, 2009).

Fast food adalah istilah untuk


makanan yang penyajiannya memakan
waktu singkat, yang dikonsumsi secara
instan dan disukai banyak orang.
Kehadiran makanan cepat saji (fast
food) dalam industri makanan Indonesia
dapat mempengaruhi pola makan
remaja (Martha, 2009).
Fast food dapat menimbulkan berbagai
penyakit antara lain obesitas. Obesitas
dapat memicu penyakit lain seperti
memicu diabetes, memicu penyakit
jantung, memicu hipertensi. Selain itu,
fast food juga dapat memicu karies gigi,
penyakit kanker usus dan kanker
payudara dan memicu maag serta
memicu penyakit gagal ginjal (Emirfan,
2011).

Masalah obesitas bukan hanya di


negara-negara maju tetapi meluas juga
ke negara-negara berkembang, seperti
di Indonesia. Berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2010 menyebutkan, prevalensi obesitas
di Indonesia untuk umur 13-15 tahun
adalah 2,5% dan Sumatera Utara berada
di urutan ke 9 dengan prevalensi
obesitas adalah 3,0%. Sedangkan
prevalensi obesitas untuk umur 16-18
tahun adalah 1,4% dan Sumatera Utara
berada di urutan ke 19 dengan
prevalensinya yaitu 1,0%.
Prevalensi nasional obesitas
umum pada penduduk usia 15 tahun
lebih adalah 2,5% terdiri dari laki-laki
2,9%, perempuan 2,0%. Sedangkan,
prevalensi berat badan berlebih untuk
remaja umur 16-18 tahun yaitu 1,4%
terdiri dari remaja laki-laki sebanyak
1,3% dan pada remaja perempuan 1,5%.
Masalah
obesitas
diyakini
penyebabnya merupakan kebiasaan
mengkonsumsi fast food, karena
masalah obesitas meningkat pada
masyarakat yang keluarganya banyak
keluar mencari makanan cepat saji dan
tidak mempunyai waktu lagi untuk
menyiapkan makanan di rumah (WHO,
2000 dalam Hayati, 2009).
Konsumsi fast food yang saat ini
cenderung meningkat di berbagai kota
besar. Hal ini disebabkan karena
masyarakat di kota besar menginginkan
segala sesuatu yang serba cepat
termasuk dalam menyediakan makanan.
Pergaulan remaja juga salah satu faktor
lingkungan
yang
mempengaruhi.
Remaja cenderung mengonsumsi fast
food dan soft drink untuk menciptakan
citra diri yang modern dalam
komunitasnya. Remaja usia sekolah
juga merupakan suatu kelompok
masyarakat yang relatif rentan terhadap
iklan terutama iklan makanan cepat saji
di televisi. Adanya iklan-iklan produk
makanan cepat saji di televisi dapat

meningkatkan pola konsumsi atau


bahkan gaya hidup masyarakat pada
umumnya (Pos Metro Padang, 2009).
Dari data yang telah diuraikan
sebelumnya bahwa kejadiaan obesitas
sekarang ini lebih banyak dipengaruhi
oleh kebiasaan mengkonsumsi fast food
atau makanan olahan yang banyak
mengandung lemak dan tidak sehat. Ini
di dukung oleh hasil penelitian Martha
pada tahun 2009 yang dilakukan di
Yayasan Pendidikan Swasta SMA
Raksana Medan dari 120 orang siswi
sebanyak 48 orang (40,33%) mengalami
obesitas, overweight sebanyak 11 orang
(9,24%), normal sebanyak 46 orang
(39,49%), kurus sebanyak 14 orang
(10,92%). Hal ini disebabkan oleh pola
makan yang berlebih yang dapat dilihat
dari jumlah siswi yang mengonsumsi
Kentucky Fried Chicken (KFC)
sebanyak 2-3 kali seminggu yaitu
sebesar 43,69% (52 orang).
Dari survei pendahuluan yang
dilakukan di mall, seperti Sun Plaza,
diketahui bahwa banyak siswa, salah
satunya siswa-siswi SMA Negeri 1
Medan yang suka berhenti setelah
pulang sekolah dan singgah ke plaza
tersebut. Hal ini didukung oleh letak
SMA tersebut yang strategis berada
dipusat kota Medan dan tidak jauh dari
plaza yang banyak menjual makanan
cepat saji. Selain itu juga bisa dijumpai
penjual makanan yang serba instan
(cepat saji) seperti burger, roti bakar dan
mie instan di kantin sekolah. Hal inilah
yang mendukung para siswa untuk
cenderung mengkonsumsi makanan fast
food.
Berdasarkan hasil pengambilan
data awal pada bulan Maret 2012 di
SMA Negeri 1 kelas X dan kelas XI
yang berjumlah 634 orang, diketahui
sebanyak 180 orang (28%) kurus,
normal sebanyak 396 orang (63%), dan
yang berbadan gemuk sebanyak 58
orang (9%). Data ini diperoleh penulis

dari perhitungan IMT masing-masing


siswa (data terlampir).
Hasil
survei
awal
yang
dilakukan pada 10 siswa di SMA Negeri
1 Medan, jumlah siswa yang
mengkonsumsi makanan cepat saji 1 x
seminggu seperti KFC sebanyak 4
orang (40%) sedangkan sebanyak 6
siswa (60%) mengonsumsi makanan
cepat saji setiap hari seperti burger,
bakso, nugget dan mie instan karena
makanan cepat saji tersebut tersedia di
kantin sekolah yang selalu dikonsumsi
pada jam istirahat sekolah.
Grean, mengungkapkan faktor
yang mempengaruhi perilaku termasuk
dalam mengkonsumsi fast food antara
lain
faktor
predisposisi
yakni
pengetahuan dan sikap, serta faktor
pendukung.
Faktor predisposisi adalah faktor
pencetus timbulnya perilaku yang
berasal dari diri siswa sendiri seperti
pengetahuan dan sikap siswa terhadap
pola makan yang baik.
Faktor pendukung yaitu faktor
yang mendukung timbulnya perilaku,
dalam mengkonsumsi fast food yakni
kesibukan orang tua khususnya ibu
yang
tidak
sempat
menyiapkan
makanan di rumah sehingga remaja
lebih memilih membeli makanan di
luar, lingkungan sosial dan kondisi
ekonomi yang mendukung dalam hal
besarnya uang saku remaja serta tingkat
aktivitas remaja di luar rumah dan di
dalam rumah. Penyajian fast food yang
cepat dan praktis tidak membutuhkan
waktu lama dan rasanya yang enak
sangat mendukung remaja untuk sering
mengkonsumsinya.
Selain itu dukungan teman dan
promosi makanan cepat saji juga dapat
mempengaruhi
remaja
dalam
mengkonsumsi fast food, karena siswa
beranggapan dengan mengkonsumsi
fast food dapat menaikkan status sosial
remaja, menaikkan gengsi dan tidak

ketinggalan globalitas di antara teman


sebayanya dan dengan adanya promosi
makanan cepat saji, berpengaruh
terhadap kebiasaan mengkonsumsi fast
food. Media, baik media cetak maupun
elektronik dikatakan juga sebagai salah
satu faktor yang dapat menyebabkan
timbulnya pola makan yang buruk
(Anderson, 2006). Ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Emalia,.
dkk. (2009), dimana sebagian besar
responden (77,2%) menggunakan media
elektronik sebagai sumber informasi
dan 80,4% responden melihat iklan
makanan dan minuman 3 kali sehari.
Jenis iklan yang sering dilihat adalah
snack dengan persentase 56,5 % dan
41,3% responden lebih tertarik dengan
slogan atau pesan dalam iklan.
Berbagai
penelitian
yang
diuraikan sebelumnya menunjukkan
banyak faktor yang mempengaruhi pola
makan para siswa sehingga dapat
menimbulkan obesitas pada masa
remaja. Oleh karena itu peneliti
termotivasi untuk melakukan penelitian
ini.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di
atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah hubungan faktor
yang berhubungan dengan kejadian
obesitas pada remaja di SMA Negeri 1
Medan Tahun 2012
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor yang
berhubungan dengan kejadian obesitas
pada remaja di SMA Negeri 1 Medan
tahun 2012.
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan antara
pengetahuan
dengan
kejadian
obesitas pada remaja di SMA
Negeri 1 Medan tahun 2012.

2.

3.

Untuk mengetahui hubungan antara


sikap dengan kejadian obesitas
pada remaja di SMA Negeri 1
Medan tahun 2012.
Untuk mengetahui hubungan antara
faktor pendukung (kesibukan orang
tua, uang saku, tingkat aktivitas,
pengaruh teman sebaya dan
promosi makanan cepat saji)
dengan kejadian obesitas pada
remaja di SMA Negeri 1 Medan
tahun 2012.

Manfaat Penelitian
Bagi Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan
bisa menambah informasi mengenai
faktor yang berhubungan
dengan
kejadian obesitas pada remaja di SMA
khususnya di Medan.
Bagi Sekolah
Dengan adanya penelitian ini
diharapkan dapat memberikan masukan
terhadap
pihak
sekolah
supaya
memberikan pemahaman kepada siswa
mengenai faktor yang berhubungan
dengan kejadian obesitas.
Bagi Peneliti
Sebagai masukan bagi peneliti
untuk
menambah
pengetahuan
mengenai faktor yang berhubungan
dengan kejadian obesitas remaja di
SMA khususnya di Medan.

TINJAUAN PUSTAKA
Kerangka Konsep
Independen:
- Pengetahuan
- Sikap
- Faktor Pendukung

Hipotesa Penelitian

Dependen:
Kejadian Obesitas

1.
2.
3.

Adanya
hubungan
antara
pengetahuan
dengan
kejadian
obesitas.
Adanya hubungan antara sikap
dengan kejadian obesitas.
Adanya hubungan antara faktor
pendukung (kesibukan orang tua,
uang saku, tingkat aktivitas,
pengaruh teman sebaya dan
promosi makanan cepat saji)
dengan kejadian obesitas.

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat analitik
dengan menggunakan desain crosssectional, yaitu penelitian dilakukan
dengan
cara
observasi
yang
pengumpulan datanya dilakukan pada
saat bersamaan.
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA
Negeri 1 Medan yang terletak di jalan T.
Cik di Tiro Nomor 1 Medan.
Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Juli
2012.
Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi dalam penelitian ini
adalah siswa-siswi di SMA Negeri 1
Medan kelas X dan XI yang berjumlah
634 orang. Dalam penelitian ini kelas
XII tidak diikutsertakan dalam populasi
dengan alasan mengikuti Ujian Nasional
(UN) pada bulan April tahun 2012.
Sampel
Sampel adalah sebahagian dari
siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan yang
besarnya
ditentukan
dengan
menggunakan
rumus
Lemeshow
(1994) :

Keterangan :
n = besar sampel
N = besar populasi
P = proposi yang dikehendaki (0,5)
d = tingkat kepercayaan (0,1/10%)
Z = derajat kemaknaan (95%/1,96)

= 84 orang
Diketahui populasi (N) = 634
orang, didapat dari bagian administrasi
sekolah yang terdiri dari :
Kelas X = 349 orang
Kelas XI = 285 orang
Berdasarkan perhitungan diatas,
maka jumlah sampel adalah 84 orang
yang tersebar pada kelas X dan XI.
Alokasi siswa terpilih dari masingmasing kelas ditetapkan secara alokasi
proporsional (proportional allocation).
Untuk mengambil sampel dari setiap
kelas dilakukan dengan metode simple
random sampling, yaitu mengambil
sampel dengan acak dilihat dari nomor
induk siswa sampai memenuhi jumlah
sampel yang diinginkan (Arikunto,
2000 dalam Pratiwi 2011).
Metode Pengumpulan Data
Data Primer
Sumber data primer, diperoleh
langsung dari siswa-siswi di SMA
Negeri 1 Medan, yang dilakukan
dengan cara wawancara dengan
menggunakan kuesioner kepada siswasiswi yang menjadi sampel.
Data Sekunder

Data sekunder mencakup data


jumlah siswa-siswi dan jumlah kelas
SMA Negeri 1 Medan dan data tinggi dan
berat badan siswa-siswi yang diambil dari
bagian arsip dan UKS SMA Negeri 1
Medan.
Definisi Operasional
1. Kejadian Obesitas adalah kelebihan
berat badan dilihat dari IMT
2. Pengetahuan adalah pengetahuan
mengenai gizi dan kejadian obesitas
3. Sikap adalah sikap siswa dalam
mengkonsumsi fast food
4. Pendukung (kesibukan orang tua,
uang saku, tingkat aktivitas,
pengaruh teman sebaya dan promosi
makanan cepat saji) adalah Faktor
yang mendukung para remaja dalam
mengkonsumsi fast food

Aspek Pengukuran
Pengetahuan
Untuk mengetahui pengetahuan
responden maka disusun suatu skala
pengukuran dengan teknik pilihan benar
atau salah dengan jumlah 10
pertanyaan. Pengetahuan ini diukur
dengan memberikan jawaban dari
kuesioner yang telah diberi nilai (skor).
Tiap pertanyaan mempunyai nilai 0
sampai nilai 2 dengan kriteria jawaban
paling benar diberi skor 2 dan jawaban
salah diberi skor 0. Penentuan panjang
kelas berdasarkan rumus statistik :

Berdasarkan
jumlah
diperoleh
dari
responden
dikategorikan sebagai berikut :
Baik jika total nilai 11-20.
Tidak baik jika total nilai 0-10.

yang
dapat

Sikap
Untuk
mengetahui
sikap
responden maka disusun suatu skala
pengukuran dengan teknik pilihan benar
atau salah dengan jumlah 10

pertanyaan. Sikap ini diukur dengan


memberikan jawaban dari kuesioner
yang telah diberi nilai (skor). Tiap
pertanyaan mempunyai nilai 0 sampai
nilai 2 dengan kriteria jawaban paling
benar diberi skor 2 dan jawaban salah
diberi skor 0. Penentuan panjang kelas
berdasarkan rumus statistik :

responden tinggal memberikan tandatanda yang ada pada petunjuk pengisian


kuesioner.
Teknik Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan diolah
dengan langkah-langkah sebagai berikut
:
1.

Berdasarkan
jumlah
diperoleh
dari
responden
dikategorikan sebagai berikut :
Positif jika total nilai 11-20.
Negatif jika total nilai 0-10.

yang
dapat

2.
Faktor Pendukung
Untuk mengetahui faktor yang
mendukung responden maka disusun
suatu skala pengukuran dengan teknik
pilihan benar atau salah dengan jumlah
10 pertanyaan. Faktor pendukung ini
diukur dengan memberikan jawaban
dari kuesioner yang telah diberi nilai
(skor). Tiap pertanyaan mempunyai
nilai 0 sampai nilai 2 dengan kriteria
jawaban paling benar diberi skor 2 dan
jawaban salah diberi skor 0.
Penentuan panjang kelas berdasarkan
rumus statistik :

Berdasarkan jumlah yang diperoleh


dari responden dapat dikategorikan
sebagai berikut :
Berpengaruh jika total nilai 11-20.
Tidak berpengaruh jika total nilai 0-10.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan kuesioner yang
dibagikan langsung kepada responden.
Kuesioner adalah alat pengumpul data
yang berisi daftar pertanyaan yang akan
diajukan kepada responden dan sudah
tersusun dengan baik, sehingga

3.

Editing (pemeriksaan data)


Editing dilakukan untuk memeriksa
ketepatan dan kelengkapan jawaban
atas pertanyaan yang diberikan
untuk menghindari kesalahan atau
kemungkinan
kuesioner
yang
belum terisi.
Coding (pemberian kode)
Data yang telah terkumpul,
dikoreksi dan diberi kode untuk
masing-masing kategori, seperti
jenis kelamin, status obesitas,
kebiasaan mengkonsumsi fast food,
pengetahuan,
sikap,
faktor
pendukung (kesibukan orang tua,
uang saku, tingkat aktivitas,
pengaruh teman sebaya dan
promosi makanan cepat saji)
sehingga
memudahkan
dalam
mengentri dan menganalisis data.
Entry data
Data yang sudah terkumpul
dimasukkan ke dalam master data
untuk melakukan analisis lebih
lanjut terhadap data dengan
menggunakan program komputer.

Analisis Data
Analisis data meliputi :
1. Analisis Univariat
Analisis univariat yaitu melakukan
analisis pada setiap variabel hasil
penelitian dengan tujuan untuk
mengetahui distribusi pada setiap
variabel penelitian.
2. Analisis Bivariat
Setelah dilakukan analisa univariat
dilakukan
analisa
bivariat,
tujuannya
untuk
mengetahui

hubungan
antara
variabel
independen (bebas) dengan variabel
dependen (terikat) yang dihitung
dengan uji statistik yaitu Uji ChiSquare Test (Sabri dan Sutanto,
2010) dengan rumus

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis Univariat
Hasil
analisis
distribusi
frekuensi Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Obesitas pada Remaja
di SMA Negeri 1 Medan Tahun 2012
adalah sebagai berikut :
Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Kebiasaan Mengkonsumsi Fast Food
Dari hasil penelitian dapat
dilihat bahwa mayoritas responden
sering mengkonsumsi fast food yaitu
sebanyak 51 orang dengan persentase
60,7%. Hal ini di dapat dari jawaban
responden yang mengatakan bahwa
responden mengkonsumsi fast food 2
kali atau lebih dalam seminggu,
sehingga dapat di kategorikan sering
mengkonsumsi fast food.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Status Obesitas
Dari hasil penelitian di atas
dapat dilihat bahwa responden yang
memiliki berat badan lebih yaitu
sebanyak 23 orang dengan persentase
27,4%.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Pengetahuan
Dari
hasil penelitian dapat
dilihat bahwa mayoritas responden
memiliki pengetahuan yang baik
mengenai kejadian obesitas yaitu
sebanyak 69 orang dengan persentase
82,1%.

Distribusi Frekuensi Berdasarkan


Sikap
Dari hasil penelitian dapat
dilihat bahwa mayoritas responden
memiliki sikap yang positif kejadian
obesitas yaitu sebanyak 71 orang
dengan persentase 84,5%.
Menurut Notoatdmojo (2003),
sikap belum merupakan suatu tindakan
atau aktivitas, akan tetapi masih
merupakan predisposisi tindakan suatu
perilaku, sikap ini masih merupakan
reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi
terbuka atau tingkah laku terbuka.

Distribusi Frekuensi Berdasarkan


Faktor Pendukung
Dari hasil peneltian
dapat
dilihat bahwa faktor pendukung sangat
mendukung responden yaitu sebanyak
41 orang dengan persentase 48,8%.
Dengan uang saku yang besar,
tingkat aktivitas remaja yang sering
diluar rumah dan pengaruh teman
sebaya menyebabkan remaja lebih suka
mengkonsumsi fast food sehingga dapat
menimbulkan kejadian obesitas.
Analisis Bivariat
Analisa Hubungan Pengetahuan
dengan Kejadian Obesitas
Berdasarkan hasil penelitian
dapat dilihat hubungan pengetahuan
dengan kejadian obesitas pada remaja di
SMA Negeri 1 Medan menunjukkan
bahwa dari 84 responden diketahui 69
orang (82,1%) responden memiliki
pengetahuan
yang
baik
dengan
responden yang obesitas sebanyak 14
orang (16,7%) dan tidak obesitas
sebanyak 55 orang (65,5%). Sedangkan
yang memiliki pengetahuan tidak baik
sebanyak 15 orang (17,9%) dengan
responden yang obesitas sebanyak 9
orang (10,7%) dan tidak obesitas
sebanyak 6 orang (7,1%).

Berdasarkan hasil uji chi-square


diperoleh nilai p < 0,05 berarti ada
hubungan yang bermakna secara
statistik antara pengetahuan dengan
kejadian obesitas pada remaja di SMA
Negeri 1 Medan.
Analisa Hubungan Sikap dengan
Kejadian Obesitas
Berdasarkan hasil penelitian
dapat dilihat hubungan sikap dengan
kejadian obesitas pada remaja di SMA
Negeri 1 Medan menunjukkan bahwa
dari 84 responden diketahui 71 orang
(84,6%) responden memiliki sikap yang
positif dengan responden yang obesitas
sebanyak 15 orang (17,9%) dan tidak
obesitas sebanyak 56 orang (66,7%).
Sedangkan yang memiliki sikap negatif
sebanyak 13 orang (15,4%) dengan
responden yang obesitas sebanyak 8
orang (9,5%) dan tidak obesitas
sebanyak 5 orang (5,9%).
Berdasarkan hasil uji chi-square
diperoleh nilai p < 0,05 berarti ada
hubungan yang bermakna secara
statistik
antara
sikap
mengenai
kebiasaan mengkonsumsi fast food
dengan kejadian obesitas pada remaja di
SMA Negeri 1 Medan.
Analisa
Hubungan
Faktor
Pendukung
dengan
Kejadian
Obesitas
Berdasarkan hasil penelitian
dapat
dilihat
hubungan
faktor
pendukung dengan kejadian obesitas
pada remaja di SMA Negeri 1 Medan
menunjukkan bahwa faktor mendukung
kepada 41 orang (48,9%) dengan
responden yang obesitas sebanyak 17
orang (20,3%) dan tidak obesitas
sebanyak 24 orang (28,6%). Sedangkan
yang tidak mendukung sebanyak 43
orang (51,1%) dengan responden yang
obesitas sebanyak 6 orang (7,1%) dan
tidak obesitas sebanyak 37 orang
(44%).

Berdasarkan hasil uji chi-square


diperoleh nilai p < 0,05 berarti ada
hubungan yang bermakna secara
statistik antara hubungan faktor
pendukung dengan kejadian obesitas
pada remaja di SMA Negeri 1 Medan.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan dapat dilihat hubungan
antara kebiasaan mengkonsumsi fast
food dengan kejadian obesitas pada
remaja.
Hubungan Pengetahuan
dengan
Kejadian Obesitas
Berdasarkan penelitian dilihat
bahwa sebagian besar responden
memiliki pengetahuan yang baik yakni
sebanyak 69 orang (82,1%) dengan
responden yang obesitas sebanyak 14
orang (16,7%) dan tidak obesitas
sebanyak 55 orang (65,5%). Sedangkan
yang memiliki pengetahuan tidak baik
sebanyak 15 orang (17,9%) dengan
responden yang obesitas sebanyak 9
orang (10,7%) dan tidak obesitas
sebanyak 6 orang (7,1%). Berdasarkan
hasil analisa statistik dengan uji chisquare diperoleh
p=0,002 yang
menunjukkan ada hubungan antara
pengetahuan dengan kejadian obesitas.
Pengetahuan mengenai makanan
adalah kepandaian memilih makanan
yang merupakan sumber zat-zat gizi dan
kepandaian dalam memilih makanan
jajanan yang sehat. Pengetahuan sangat
berpengaruh dalam mengkonsumsi fast
food atau junk food. Semakin tinggi
pengetahuan
konsumsi
makan
seseorang
akan
semakin
memperhitungkan jenis dan jumlah
makan yang dipilih untuk dikonsumsi.
Sebagian
siswa
sudah
mengetahui apa itu fast food, jenisjenisnya, tetapi tidak mengetahui
dampak dari fast food dan kandungan
gizi yang berlebih yang terdapat dalam
fast food tersebut. Sehingga membuat

remaja tetap mengkonsumsi fast food


dan dapat mengalami obesitas.
Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Susanti (2010)
pada siswa SMAN 2 Jember, dimana
terdapat hubungan yang bermakna
antara pengetahuan siswa tentang
makanan cepat saji dengan kebiasaan
konsumsi makanan cepat saji sehingga
dapat
menimbulkan
kegemukan.
Penelitian ini di dukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Pratiwi (2011)
pada siswi di SMA Yayasan Pendidikan
Shafiyyatul
Amaliyyah,
yang
mengatakan ada pengaruh yang
signifikan antara faktor predisposisi
(pengetahuan) terhadap pola makan
(tingkat asupan protein) siswi.
Selama melakukan penelitian
diketahui bahwa remaja tidak mengakui
dampak dari fast food, karena masih
belum mengalaminya baik dari bentuk
tubuh maupun gangguan kesehatan
lainnya yang disebabkan oleh fast food.
Sebaiknya siswa harus lebih banyak
membaca buku mengenai dampak dari
fast food atau mengenai kejadian
obesitas.
Hubungan Sikap dengan Kejadian
Obesitas
Berdasarkan penelitian dapat
dilihat bahwa sebagian besar responden
memiliki sikap yang positif yakni
sebanyak 71 orang (84,6%) dengan
responden yang obesitas sebanyak 15
orang (17,9%) dan tidak obesitas
sebanyak 56 orang (66,7%). Sedangkan
yang memiliki sikap negatif sebanyak
13 orang (15,4%) dengan responden
yang obesitas sebanyak 8 orang (9,5%)
dan tidak obesitas sebanyak 5 orang
(5,9%). Berdasarkan hasil analisa
statistik dengan uji chi-square diperoleh
p=0,003 yang menunjukkan ada
hubungan antara sikap dengan kejadian
obesitas.
Sikap dipengaruhi oleh faktor
internal (yang berasal dari diri) dan

faktor eksternal (yang berasal dari luar


diri). Dalam jawaban yang telah
diberikan siswa, banyak yang memilih
bahwa fast food tidak baik untuk
kesehatan tetapi tidak mempengaruhi
siswa dalam mengkonsumsi fast food.
Meskipun sikap siswa positif tetapi
sebagian tidak setuju jika frekuensi
mengkonsumsi fast food dikurangi.
Sehingga
membuat
siswa
tetap
mengkonsumsi fast food dan dapat
mengalami obesitas.
Dalam penelitian yang dilakukan
oleh Susanti (2010) pada siswa SMAN
2 Jember, terdapat hubungan yang
bermakna antara sikap siswa terhadap
kebiasaan mengkonsumsi makanan
cepat saji dengan kejadian obesitas. Hal
ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Pratiwi (2011) pada
siswi di SMA Yayasan Pendidikan
Shafiyyatul Amaliyyah, hasil penelitian
menunjukkan ada pengaruh signifikan
antara faktor predisposisi (sikap)
terhadap pola makan (tingkat asupan
energi) siswi.
Asumsi peneliti, sikap positif
siswa dalam mengisi pertanyaan yang
diberikan mengenai sikap bukan
merupakan tindakan sebenarnya, karena
siswa lebih sering mengkonsumsi fast
food. Sebaiknya siswa harus bertindak
sesuai dengan sikap yang ditunjukkan
ketika mengisi kuesioner sehingga dapat
mencegah terjadinya obesitas atau
mencegah timbulnya penyakit lain pada
remaja tersebut.
Hubungan
Faktor
Pendukung
(Kesibukan Orang Tua, Uang Saku,
Tingkat Aktivitas, Pengaruh Teman
Sebaya dan Promosi Makanan Cepat
Saji) dengan Kejadian Obesitas
Berdasarkan penelitian dapat
dilihat bahwa faktor pendukung
merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi
seseorang
dalam
mengkonsumsi fast food sehingga dapat

menimbulkan kejadian obesitas. Dalam


penelitian ini diketahui bahwa ada
hubungan faktor pendorong dengan
kejadian obesitas, dimana faktor
mendukung kepada 41 orang (48,9%)
dengan responden yang obesitas
sebanyak 17 orang (20,3%) dan tidak
obesitas sebanyak 24 orang (28,6%).
Sedangkan yang tidak mendukung
sebanyak 43 orang (51,1%) dengan
responden yang obesitas sebanyak 6
orang (7,1%) dan tidak obesitas
sebanyak 37 orang (44%). Berdasarkan
hasil analisa statistik dengan uji chisquare diperoleh p = 0,005 yang
menunjukkan ada hubungan faktor
pendukung dengan kejadian obesitas.
Sebagian
besar
responden
melakukan aktivitasnya diluar rumah,
yang menyebabkan lebih sering
mengkonsumsi fast food dan jarang
melakukan olahraga yang menyebabkan
obesitas.
Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Susanti
(2010) pada siswa SMAN 2 Jember
menunjukkan ada hubungan yang
bermakna antara jumlah uang saku
siswa
mengenai
kebiasaan
mengkonsumsi makanan cepat saji
dengan kejadian obesitas. Aktivitas
yang kurang atau jarang berolahraga
juga menyebabkan remaja yang
mengkonsumsi fast food cenderung
mengalami obesitas karena tidak adanya
keseimbangan antara energi yang masuk
dengan yang keluar.
Meskipun dikatakan bahwa
pengetahuan seseorang baik mengenai
fast food tetapi jika faktor pendukung
seperti uang jajan yang besar, remaja
akan tetap mengkonsumsinya karena
ketagihan dengan rasanya yang enak.
Aktivitas remaja yang lebih banyak di
luar rumah juga menyebabkan remaja
sering mengkonsumsi fast food dan
aktivitas yang jarang berolahraga juga
sangat
mempengaruhi
terjadinya

penimbunan lemak dari makanan yang


telah
dikonsumsi
sehingga
menimbulkan terjadinya obesitas pada
remaja.
Asumsi
peneliti
selama
melakukan penelitian, sebagian besar
remaja di SMA Negeri 1 Medan
menerima ajakan temannya dalam
mengkonsumsi fast food, jarang
melakukan olaharaga, dan dengan
adanya promosi fast food banyak remaja
tertarik untuk mengkonsumsi fast food.
Sebaiknya remaja di SMA Negeri 1
harus lebih sering melakukan olahraga
untuk mengimbangi konsumsi fast food.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
mengenai Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Obesitas pada Remaja
di SMA Negeri 1 Medan Tahun 2012,
maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Ada hubungan antara pengetahuan
dengan kejadian obesitas pada
remaja di SMA Negeri 1 Medan
Tahun 2012 (dimana nilai uji chisquare p=0,002).
2. Ada hubungan antara sikap dengan
kejadian obesitas pada remaja di
SMA Negeri 1 Medan Tahun 2012
(dimana nilai uji chi-square
p=0,003).
3. Ada hubungan antara faktor
pendukung (kesibukan orang tua,
uang saku, tingkat aktivitas,
pengaruh teman sebaya dan
promosi makanan cepat saji)
dengan kejadian obesitas pada
remaja di SMA Negeri 1 Medan
Tahun 2012 (dimana nilai uji chisquare p=0,005).
Saran
1.
Bagi Remaja
Sebaiknya remaja membatasi
diri dalam mengkonsumsi fast

2.

3.

food karena tidak baik untuk


kesehatan
dan
dapat
menimbulkan kegemukan atau
penyakit lainnya. Selain itu,
diharapkan juga supaya remaja
lebih
banyak
berolahraga
sehingga tidak menimbulkan
penimbunan lemak di dalam
tubuh.
Bagi Sekolah
Perlu adanya penyuluhan atau
pemberian informasi kepada
siswa mengenai makanan yang
bagus untuk kesehatan dan
sebaiknya memperbanyak buku
mengenai kesehatan khususnya
mengenai
fast
food
di
Perpustakaan.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Perlu adanya penelitian lebih
lanjut mengenai faktor yang
berhubungan dengan kejadian
obesitas sehingga nantinya dapat
dijadikan sebagai program untuk
mencegah dan meminimalisasi
kejadian obesitas.

DAFTAR PUSTAKA
Akhmad, Eri Yanuar. 2011. Diet Sehat
untuk
Remaja.
Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
Almatsier, Sunita., 2001. Prinsip Dasar
Ilmu Gizi, Jakarta : PT
Gramedia.
Arikunto, Suharsimi., 2000. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek, Jakarta : Rineka Cipta.
Arisman, 2004. Gizi Dalam Daur
Kehidupan, Jakarta : EGC.
DEPKES RI., 1994. Profil Kesehatan
Indonesia, Jakarta.
Eddy, Al, 2005. Makanan Siap Saji
Yang Enak, tapi Berbahaya.
Opini
(Online),
(http://www.pintunet.com/,
diakses pada tanggal 13 Januari
2012)

Emalia , Risa Dona. Dkk,. 2009.


Hubungan Iklan Makanan Dan
Minuman Di Media Massa
dengan Frekuensi Konsumsi
Junk Food pada Remaja di SMA
Negeri 13 Palembang Tahun
2009
Freitag LM., Harry dan Oktaviani H.,
Prima., 2010. Diet Seru ala
Remaja Jogja Great! Publisher.
Jogjakarta.
Hayati, Nurjanah., 2009. Faktor-faktor
Perilaku yang Berhubungan
dengan Kejadian Obesitas di
Kelas 4 dan 5 SD Pembangunan
Jaya Bintaro, Tangerang Selatan
Tahun 2009. Skripsi.
Hidayah, Ainun,. 2011. Kesalahankesalahan Pola Makan Pemicu
Seabrek Penyakit Mematikan.
Penerbit Buku Biru. Jogjakarta.
Khomsan, Ali., 2004. Pangan dan Gizi
Untuk Kesehatan, Jakarta :Raja
Grafindo Persada.
Kristianti, Nanik,. 2009. Hubungan
Pengetahuan
Gizi
Dan
Frekuensi Konsumsi Fast Food
Dengan Status Gizi Siswa SMA
Negeri 4 Surakarta. Skripsi.
Kompas,. 2009. Si Kecil Cuma Suka
Makan Fast Food (diposkan
pada tanggal 20 Mei 2009,
http://female.kompas.
com/read/2009/05/20/11203899
/si.kecil.
cuma.suka.makan.fast.food,
diakses pada tanggal 14 Januari
2012)
Manurung, Marta., 2009. Faktor-faktor
yang Berhubungan dengan
Kejadian Obesitas pada Siswi
SMA
Yayasan
Pendidikan
Raksana Medan. Skripsi.
Mulyani, Endang,. 2009. Konsumsi
Kalsium pada Remaja di SMP
201 Jakarta Barat Tahun 2009.
Skripsi.

Notoatmodjo, Soekidjo,. (2003). Ilmu


Kesehatan Masyarakat. Jakarta :
PT. Rineka Cipta.
Nurvita, Ely,. 2009. Obesitas (Blog),
(http://ely-bidan.blogspot.
com/2009/05/
obesitas.
html,diakses pada tanggal 14
Januari 2012)
Pratama, Kharisma., 2009. Hubungan
Pengetahuan Tentang Pola
Makan dengan Kejadian Berat
Badan Berlebih pada Usia
Remaja (Kelas 3) di SMA
Assalam Surakarta.Tesis.
Pratiwi, Ramadani., 2011. Pengaruh
Faktor Predisposisi, Faktor
Pendukung
Dan
Faktor
Pendorong
Terhadap
Pola
Makan Siswi SMA Yayasan
Pendidikan
Shafiyyatul
Amaliyyah Medan. Tesis.
Purwati S, dkk, 2007. Perencanaan
Menu
untuk
Penderita
Kegemukan. Jakarta Penebar
Swadaya
Riskesdas, 2010. Badan Penelitian dan
Pengembangan
Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI
Tahun 2010
Sabri, Luknis & Priyo Hastono,
Sutanto,.
2010.
Statistik
Kesehatan.
Penerbit
Raja
Grafindo Persada
Sadock, B. J., Sadock. V. A., 2007.
Kaplan & Sadocks Synopsos of
Psychiatry:Behavioural
Sciences/ Clinical Psychiatry.
10th ed. USA: Williams &
Wilkins
Susanti, Eri., 2008. Beberapa Faktor
Yang Berhubungan Dengan
Kebiasaan
Mengkonsumsi
Makanan Cepat Saji Siswa
SMAN 2 Jember. Skripi.
Suyatno., 2010. Kebiasaan Makan Dan
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi

TM, Emirfan. 2011. Healthy Habits You


Must Know. Penerbit Javalitera.
Jogjakarta
Wijanarko, Wahyu Ramdhan. 2011.
Tingkah Laku Manusia :
Pengelompokan Sosial Baru
Pada Masa Remaja

Anda mungkin juga menyukai