Konsumsi makanan cepat saji menjadi kebiasaan saat ini dikalangan remaja. Remaja adalah masa peralihan antara kehidupan anak- anak dan masa kehidupan orang dewasa (Bariyyah & Farid, 2016). Pada masa remaja terdapat ciri khusus yang membedakan masa remaja dengan masa yang lainnya yaitu remaja lebih mudah dipengaruhi oleh teman sebayanya selain itu, remaja memiliki tingkat ingin tahu yang tinggi sehingga sering mencoba hal-hal baru. Meningkatnya konsumsi makanan cepat saji disebabkan oleh pilihan menu yang menarik, harga, dan rasa makanan yang lebih digemari remaja dibandingan cita rasa masakan tradisional. Selain itu tempat yang nyaman menjadi daya tarik remaja untuk mengkonsumsi makanan cepat saji. Makanan cepat saji adalah makanan yang mengandung sedikit protein,vitamin,atau mineral namun banyak mengandung garam,gula,lemak, dan kalori yang tinggi.Tingkat konsumsi makanan cepat saji pada remaja sebanyak 30% sampai 50% sehari – hari ( Asgarian, et al., 2018). Prevalensi konsumsi makanan cepat saji di Turkey 67,2%, remaja mengkonsumsi makanan cepat saji dengan proporsi sebanyak 15,1% mengunjungi restoran makanan cepat saji setiap hari, 19,6% seminggu sekali, 31,7% dua kali seminggu, dan 17,7% tiga kali seminggu(Neslihan & Onurlubas, 2014). Di Indonesia didapatkan data bahwa 69% remaja mengkonsumsi makanan cepat saji dengan komposisi sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% sebagai makan malam, 9% sebagai selingan dan 2% untuk makan pagi(Hanum, Dewi, & Erwin, 2015). Menurut data dari Riskesdas (2013) konsumsi makanan cepat saji pada remaja di Jawa Timur sebanyak 49,5%. Kota Malang memiliki tingkat konsumsi makanan cepat
1 2
dengan kelebihan berat badan mengalami sindrom pra metabolik (Ali & Nuryani, 2018).
Sebuah penelitian yang dilakukan pada mahasiswa kedokteran di
Bangalore, sebanyak 55,2% mahasiswa perempuan dan 44,8% mahasiswa laki-laki mengkonsumsi makanan cepat saji dengan rincian, sebanyak 47% mengatakan ice cream dan coklat menjadi makanan paling digemari, sedangkan sebanyak 52% mengatakan fried chicken sebagai makanan yang digemari. Tingkat konsumsi makanan siap saji pada mahasiswa kedokteran di Bangalore tergolong tinggi walaupun mahasiswa kedokteran telah memiliki pengetahuan tentang pilihan makanan sehat dan dampak negatif dari konsumsi makanan yang tidak sehat (Veena, 2018). Penelitian tersebut sejalan dengan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti terhadap mahasiswa D3 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang yang dilakukan pada 4 Oktober 2019. Sebanyak 79% mahasiswa mengatakan mengkonsumsi makanan siap saji dengan rincian 45% mahasiswa perempuan dan 34% mahasiswa laki-laki. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang “ Gambaran Konsumsi Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang”.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran konsumsi makanan cepat saji pada mahasiswa keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam studi kasus ini adalah ingin mengetahui atau mengkaji tentang gambaran konsumsi makanan cepat saji pada mahasiswa keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang. 3
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Responden Bagi responden dapat mengetahui akibat dari mengkonsumsi makanan cepat saji bagi kesehatan. 1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan Memberikan informasi mengenai konsumsi makanan cepat saji pada mahasiswa keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang. 1.4.3. Bagi Peneliti lain Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai gambaran konsumsi makanan cepat saji pada mahasiswa keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang.
Pengenalan Perubahan Gelagat Pemakanan Dan Makanan Sebenarnya Berkait Dengan Perubahan Cara Dan Gaya Hidup Moden Yang Berlaku Dalam Kalangan Masyarakat