Anda di halaman 1dari 4

Proposal Penelitian

Hubungan Media Iklan Junkfood Terhadap Pemilihan Makan dan Status Gizi Remaja di
Tangerang Selatan

Tarisa Zahrah Jinan

1805025158

Prodi Ilmu Gizi

Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Masa remaja merupakan transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. 
Banyak perubahan yang terjadi pada usia remaja, yang paling menonjol adalah perubahan
secara fisik. Perubahan secara fisik karena sistem hormonal dalam tubuh mempengaruhi
komposisi tubuh remaja. Perubahan terjadi dengan sangat cepat, baik pertumbuhan tinggi
maupun berat badan. Hal ini disebut masa pubertas dan keadaan ini sangat
mempengaruhi kebutuhan gizi dari makanan mereka[ CITATION Mar14 \l 1033 ].
Masalah gizi pada remaja terjadi karena ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dengan
kecukupan gizi yang dianjurkan.
Berdasarkan Pakar Gizi Indonesia (2016) faktor-faktor risiko gizi lebih pada remaja,
diantaranya yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan (gaya hidup) yang terdiri dari
faktor biologis dan demografis, faktor sosio kultural dan faktor perilaku. Faktor biologis
dan demografis dibagi beberapa macam yaitu umur, jenis kelamin, ras/suku bangsa,
faktor biologis, sosio kultural (sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan pengetahuan,
fasilitas tempat makan, media massa). Selain itu faktor perilaku juga mempengaruhi
kejadian obesitas meliputi, pola dan perilaku makan, konsumsi alkohol, aktivitas fisik,
konsumsi junk food.
Saat ini program komersial banyak menayangkan jenis iklan junk food dibandingkan
dengan iklan-iklan yang berhubungan dengan makanan sehat. Porsi penayangannya juga
tinggi, sehingga tidak heran apabila remaja terpengaruh terhadap iklan tersebut [ CITATION
Ema09 \l 1033 ]. Pengaruh iklan makanan dan pemasaran dalam bentuk lainnya telah
terbukti mempengaruhi preferensi makanan dan perilaku pembelian. Pengaruh iklan
makanan juga meningkatkan risiko obesitas pada anak. Kebiasaan tersebut akan
mendorong untuk menerapkan perilaku tidak sehat hingga dewasa. Mengkonsumsi junk
food dalam jumlah yang banyak dan sering akan menyebabkan berbagai gangguan
kesehatan. Gangguan tersebut terjadi karena makanan junk food berkalori tinggi,
mengandung kadar garam, kadar lemak yang tinggi.
Banyak yang mengganggap junk food dan fast food sama, namun sebenarnya keduanya
berbeda. Istilah junk food dapat diartikan sebagai makanan yang bernutisi rendah dan
tidak sehat, sedangkan fast food diartikan makanan cepat saji. Jenis fast food yang berada
di restoran tidak semuanya merupakan makanan yang tidak sehat contohnya pecel, gado-
gado [ CITATION Adi13 \l 1033 ].

Penelitian pada 140 murid perempuan berumur 11-13 tahun di kota Isfahan, Iran, yang
dilakukan oleh Rouhani (2012) menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara status
gizi indeks massa tubuh (IMT) dan lingkar pinggang dengan konsumsi fast food. Mereka
yang dengan kuartil terbesar dari asupan (intake), fast food memiliki IMT dan lingkar
pinggang yang lebih besar. Umumnya remaja rata-rata mengunjungi restoran cepat saji
dua kali seminggu. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2011),
menunjukkan bahwa yang mengunjungi restoran makanan cepat saji rata-rata masih
berpendidikan SMP dan SMA berasal dari keluarga ekonomi menengah ke atas.
Frekuensi remaja dalam mengonsumsi makanan cepat saji rata-rata 1-2 kali seminggu.
Jenis makanan cepat saji yang sering dikonsumsi adalah fried chicken dan french fries.
Jenis minuman yang dikonsumsi adalah soft drink. Sebagian besar remaja berstatus gizi
obese dan overweight, selain itu kebanyakan responden ternyata memiliki kebiasaan
makan lebih pada saat sedih daripada saat senang. Menurut Pratiwi (2011) pada
penelitian yang dilakukan oleh “Health Education Authority”, usia 15-34 tahun adalah
konsumen terbanyak yang memilih menu fast food. Walaupun di Indonesia belum ada
data pasti, keadaan tersebut dapat dipakai sebagai cermin dalam tatanan masyarakat kita,
bahwa rentang usia tersebut adalah golongan pelajar dan pekerja muda. Penelitian yang
menggunakan standar Nutrition Community Health Survey (NCHS) dari WHO tersebut
juga menemukan fakta, 50 persen dari remaja yang mengalami obesitas ternyata
pengonsumsi setia makanan cepat saji. Penelitian yang dilakukan oleh Rina (2008),
menyatakan bahwa kebiasaan makan fast food berisiko terjadi obesitas. Kebiasaan makan
yang diperoleh semasa remaja akan berdampak pada kesehatan dalam fase kehidupan
selanjutnya, setelah dewasa dan berusia lanjut.
2. Tujuan
2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari proposal ini adalah untuk mengetahui hubungan media iklan junkfood
terhadap pemilihan makan dan status gizi remaja di Tangerang Selatan.
2.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi hubungan dan pengaruh media iklan terhadap pemilihan makan.
b. Mengidentifikasi hubungan pemilihan makan junkfood dengan status gizi remaja.
c. Mengidentifikasi faktor-faktor resiko masalah gizi pada remaja karena konsumsi
junkfood.

Anda mungkin juga menyukai