Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG

POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN


OBESITAS PADA REMAJA (10-19 TAHUN)
DI SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kesehatan


Masyarakat Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta

Diajukan Oleh :
MARIA YULIA GODELIVA ANISA
(08110190)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2012
1

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN


TENTANG POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN
KEJADIAN OBESITAS PADA REMAJA
(10-19 TAHUN) DI SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA
Maria Yulia Godeliva Anisa 1, Aisyah 2, Puspitawati 3

INTISARI

Latar Belakang : Remaja adalah individu yang berada pada masa/usia antara anak-anak dan
dewasa. Asupan zat gizi yang seimbang akan membantu remaja mencapai pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal. Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan akan
menimbulkan masalah gizi. Obesitas merupakan masalah utama di kalangan remaja. Data
Direktorat Bina Gizi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, prevalensi kegemukan dan
obesitas di atas usia 18 tahun tahun 2010 menunjukkan angka cukup tinggi yakni 21,7%.
Kelebihan berat badan dan obesitas lebih banyak diderita oleh perempuan (26,99%) dan laki-laki
hanya 16,3%. Sementara untuk prevalensi kurus sebesar 12,6% dan prevalensi normal sebesar
65,8%. Faktor yang berperan dalam obesitas remaja adalah kurangnya pengetahuan mengenai
pola makan, aktivitas fisik yang kurang, atau keduanya.
Tujuan : Mengetahui hubungan pengetahuan tentang pola makan dan aktivitas fisik dengan
kejadian obesitas pada remaja (10-19 tahun) SMP BOPKRI 3 Yogyakarta.
Metode : Penelitian ini menggunakan rancangan observasional dengan pendekatan cross
sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta
sebanyak 96 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling dengan jumlah
sampel yang diperoleh sebanyak 93 orang. Data primer yang dikumpulkan adalah data
pengetahuan tentang pola makan, aktivitas fisik, berat badan dan tinggi badan responden yang
diperoleh dengan menggunakan kuesioner, alat timbangan berat badan dan microtoise.
Hasil : Sebanyak 47 (50,5%) responden memiliki pengetahuan yang tinggi tentang pola makan.
Sebanyak 40 (43,0%) responden memiliki aktivitas fisik sedang. Sebanyak 59 (63,4%) responden
tidak mengalami kejadian obesitas. Hasil analisis Chi Square hubungan antara pengetahuan
tentang pola makan dengan kejadian obesitas nilai X2 sebesar 23,43 yang lebih besar dari X2 tabel
(df=2) yaitu sebesar 5,99 dan p-value sebesar 0,000 < =0,05. Hasil analisis Chi Square
hubungan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas diperoleh X2 sebesar 43,15 yang lebih besar
dari X2 tabel (df=2) yaitu sebesar 5,99 dan p-value sebesar 0,000 < =0,05.
Kesimpulan: Ada hubungan antara pengetahuan tentang pola makan dengan kejadian obesitas.
Ada hubungan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas.

Kata Kunci : Pengetahuan Pola Makan, Aktivitas Fisik, Obesitas.

1
Mahasiswa S-1 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Respati Yogyakarta
2
Dosen Universitas Respati Yogyakarta
3
Dosen Universitas Respati Yogyakarta
2

ASSOCIATION BETWEEN KNOWLEDGE LEVEL ABOUT


DIETARY PATTERN AND PHYSICAL ACTIVITY WITH
OBESITY OCCURENCE IN ADOLESCENCE (10-19 YEARS
OLD) AT SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA

Maria Yulia Godeliva Anisa 1, Aisyah 2, Puspitawati 3

ABSTRACT

Background :Adolescent is an individual, either male or female, who is in the development period
between childhood and adulthood. A balanced and appropriate nutritional intake is needed for
adolescent to achieve an optimal growth and development. The imbalance between intake and
nutritional needs will lead to nutritional problems, either overnutrion or undernutrition. Obesity,
commonly known as overweight, is becoming a worrying problem among adolescents. According
to Nutrition Directorate, Ministry of Health Republic of Indonesia, the prevalence of overweight
and obesity in the age group of over 18 years was moderate/high in 2010. As many as 21.7% of
people over 18 years old were overweight and obese. The prevalence of overweight and obesity
was higher in female (26.9%) compared with that in male (16.3%). Meanwhile, the prevalence of
underweight and normal weight was 12.6% and 65.8%, respectively. Factors contributing to
obesity in adolescensce are lack of knowledge about dietary pattern, too little physical activity, or
both.
Objective : To know the association between knowledge about dietary pattern and physical activity
with the occurence of obesity in adolescence (10-19 years old) at SMP BOPKRI 3 Yogyakarta.
Method : This study used observational design with cross sectional approach. The study
population was the entire students of VIII class at SMP BOPKRI 3 Yogyakarta, 96 students. The
sampling technique used was total sampling and the number of sample recruited was 93
subjects. The primary data were knowledge about dietary pattern, physical activity, body weight
and body height, and collected using questionnaire, body weight measuring instrument and
microtoise.
Results ; As many as 47 (50.5 %) respondents had high level of knowledge about dietary
pattern. As many as 40 (43.0 %) respondents had moderate physical activity. As many as 59
(63.4%) respondents didnt suffer from obesity. Statistical analysis using Chi Square on the
association between knowledge about dietary pattern and obesity showed X2 value as much as
23.43 that was more than X2 tabel value (5.99) for df=2 and the p-value was 0.000 < =0.05.
Statistical analysis using Chi Square on the association between physical activity and obesity
showed X2 value as much as 43.15 that was more than X2 tabel value (5.99) for df=2 and the p-
value was 0.000 < =0.05.
Conclusions : There is association between knowledge about dietary pattern and obesity
occurence. There is association between physical activity and obesity.

Keywords : Knowledge about dietary pattern, physical activity, obesity.

1
Student at S1-Public Health Science Study Program, Universitas Respati Yogyakarta
2
Lecturer at Universitas Respati Yogyakarta
3
Lecturer at Universitas Respati Yogyakarta
3

PENDAHULUAN
Remaja adalah individu baik pria atau wanita yang berada pada masa/usia antara anak-
anak dan dewasa. Remaja adalah kelompok orang yang berusia 10-19 tahun. Perubahan fisik yang
terjadi karena pertumbuhan yang terjadi pada masa remaja akan mempengaruhi status kesehatan
dan gizi remaja tersebut Remaja belum sepenuhnya matang, baik secara fisik, kognitif, dan
psikososial. Dalam masa pencarian identitas, remaja cepat sekali terpengaruh oleh lingkungan.
Kegemaran yang tidak lazim, seperti pilihan untuk menjadi vegetarian (food fadism), merupakan
sebagian contoh keterpengaruhan ini.1,2 Pola makan atau pola konsumsi pangan dapat
mempengaruhi status gizi seseorang. Perilaku konsumsi pangan seseorang dipengaruhi oleh faktor
intrinsik, yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang seperti usia, jenis kelamin, dan
keyakinan serta faktor ekstrinsik, yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar diri seseorang seperti
tingkat ekonomi, pendidikan, pengalaman, iklan, tempat tinggal, lingkungan sosial, dan
kebudayaan.3
Aktivitas fisik sering juga disebut dengan olahraga. Aktivitas fisik yang dijalankan secara
terencana untuk berbagai tujuan, antara lain mendapatkan kesehatan, kebugaran, rekreasi,
pendidikan, dan prestasi. Remaja yang kurang melakukan aktivitas fisik sehari hari,
menyebabkan tubuhnya kurang mengeluarkan energi. Oleh karena itu jika asupan energi berlebih
tanpa diimbangi aktivitas fisik yang seimbang maka seseorang remaja mudah mengalami
kegemukan.4
Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk (obese) yang
disebabkan penumpukan jaringan adipose secara berlebihan. Jadi obesitas adalah keadaan dimana
seorang memiliki berat badan yang lebih berat dibandingkan berat badan idealnya yang
disebabkan terjadinya penumpukan lemak ditubuhnya. Pada penelitian yang dilakukan tahun 2002-
2005 terhadap 500.000 murid SMP dan SMU di California untuk mengetahui hubungan antara
jarak yang dekat pada rumah makan cepat saji di lingkungan sekolah mereka (dapat ditempuh
dengan jalan kaki) terhadap kebiasaan makan dan berat badan. Hasilnya, sekitar 28% dari peserta
penelitian memiliki berat badan berlebih (overweight) dan 12% dari peserta adalah kegemukan
(obesitas). Lebih dari setengah (55%) sekolah yang diteliti terletak dekat dengan restoran cepat
saji.5,6
Prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas di Indonesia lebih banyak diderita oleh
perempuan. Laki-laki memiliki prevalensi 16,3% sedangkan perempuan memiliki prevalensi
26,9%. Sementara untuk prevalensi kurus sebesar 12,6% dan prevalensi normal sebesar 65,8%.
Survei obesitas yang dilakukan akhir-akhir ini pada anak remaja siswa/siswi SLTP di Yogyakarta
menunjukkan bahwa 7,8% remaja di perkotaan dan 2% remaja di daerah pedesaan mengalami
obesitas.7,8
4

Sekolah Menengah Pertama (SMP) BOPKRI 3 Yogyakarta yang merupakan sekolah


swasta yang didirikan oleh Yayasan Oesaha Pendidikan Kristen Republik Indonesia (BOPKRI)
yang beralamat di jalan Teuku Cik Dik Tiro. Lokasi SMP ini terletak pada pusat kota dimana
tempat jajan dan pusat pembelanjaan dan penjualan makanan siap saji (fast food) mudah
dikunjungi dan sangat bervariasi. Faktor yang berperan dalam timbulnya obesitas pada remaja
adalah kurangnya pengetahuan mengenai pola makan, terlalu sedikitnya aktivitas fisik, atau
keduanya. Pengetahuan tentang obesitas, baik yang menyangkut penyebab, maupun akibatnya
perlu diketahuai orang banyak khususnya bagi remaja guna menghambat peningkatan angka
kejadian berat badan berlebih (obesitas) beserta komplikasinya. 9 Oleh karena itu penulis berminat
untuk melakukan penelitian tentang pengetahuan tentang pola makan dan aktivas fisik dengan
kejadian obesitas pada remaja di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta

CARA PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan penelitian observasional dengan rancangan penelitian cross
sectional, dimana peneliti hanya melakukan observasi dan pengukuran pada suatu saat tertentu
saja. Setiap subyek pada penelitian hanya dikenai satu kali pengukuran, tanpa dilakukan tindak
lanjut atau pengulangan pengukuran.10 Lokasi penelitian ini di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta.
Populasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah seluruh pelajar yang duduk di kelas
VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta dengan kriteria inklusi: 1) seluruh pelajar kelas VIII SMP
BOPKRI 3 Yogyakarta, 2) usia 10-19 tahun, 3) bersedia menjadi responden.pemilihan sampel
dalam penelitian in menggunakan teknik total sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah
seluruh pelajar kelas VIII SMP BOPKRI 3 yogyakarta yang berjumlah 93 orang.
Data primer dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan kuesioner untuk
pengetahuan pola makan dan aktivitas fisik, sedangkan untuk menentukan kejadian obesitasnya
peneliti menggunakan timbangan berat badat dan alat ukur tinggi badan atau microtoise. Analisis
data menggunakan uji statistik chi square dengan tingkat kepercayaan 95% (= 0,05).11
5

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. HASIL
1. Karakteristik Responden
Tabe1 1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur dan Sumber
Informasi

Karakteristik n %
Umur
10-12 1 1,1
13-15 90 96,8
16-19 2 2,2
Jumlah 93 100
Sumber Informasi
Media massa 42 45,2
Teman/Keluarga 32 34,4
Tenaga kesehatan/Guru 19 20,4
Jumlah 93 100
Sumber : Data Primer, 2012

Tabe1 1 menunjukkan bahwa sebagian besar 90 (96,8%) responden berusia 13-


15 tahun. Sedangkan yang paling sedikit berusia 16-19 tahun sebanyak 2 (2,2%)
responden. Sebagian besar (45,2%) responden mendapat informasi tentang pola makan
yang bersumber dari media massa, sedangkan yang paling sedikit bersumber dari
tenaga kesehatan/guru yaitu sebanyak 19 (20,4%) responden.

2. Tingkat pengetahuan responden tentang pola makan


Tabel 2. Tingkat pengetahuan responden tentang pola makan

Tingkat Pengetahuan n %
Tinggi 47 50,5
Sedang 33 35,5
Rendah 13 14,0
Jumlah 93 100
Sumber : Data Primer, 2012
Tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan
yang tinggi tentang pola makan sebanyak 47 (50,5%) responden, sedangkan paling
sedikit yaitu responden dengan tingkat pengetahuan rendah sebanyak 13 (14,0%)
responden.
6

3. Aktivitas fisik responden


Tabel 3. Aktivitas Fisik Responden
Aktivitas Fisik n %
Berat 31 33,3
Sedang 40 43,0
Ringan 22 23,7
Jumlah 93 100
Sumber : Data Primer, 2012
Tabel 3 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki aktivitas fisik
dengan intensitas sedang yaitu sebanyak 40 (43,0%) responden, sedangkan paling
sedikit yaitu responden dengan aktivitas fisik ringan yaitu sebanyak 22 (23,7%)
responden.
4. Kejadian obesitas responden
Tabel 4. Kejadian Obesitas

Kejadian Obesitas n %
Tidak obesitas 59 63,4
Obesitas 34 36,6
Jumlah 93 100
Sumber : Data Primer, 2012
Tabel 4 menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak mengalami kejadian
obesitas yaitu sebanyak 59 (63,4%) responden. Responden yang mengalami obesitas
ditemukan sebanyak 34 (36,6%) responden.
5. Hubungan tingkat pengetahuan dengan kejadian obesitas
Tabel 5. Hubungan tingkat pengetahuan responden dengan kejadian obesitas

Kejadian Obesitas
Tingkat Tidak
Obesitas Total X2 p value
pengetahuan obesitas
n % n % n %
Baik 40 67,8 7 20,6 47 50,5
Cukup 11 18,6 22 64,7 33 35,5 22,43 0,000
Kurang 8 13,6 5 14,7 13 14,0
Jumlah 59 34 93 100
Sumber : Data Primer, 2012
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa mayoritas responden dengan tingkat
pengetahuan tentang pola makan berkategori baik tidak mengalami obesitas yaitu
sebanyak 40 (67,8%). Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai X2 sebesar 22,43 yang
lebih besar dari X2 tabel (df=2) yaitu sebesar 5,99 dan p-value sebesar 0,000 < =0,05
maka disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pola
makan dengan kejadian obesitas.
7

Nilai koefisien kontingensi diperoleh sebesar 0,441 menunjukkan terdapat


keeratan hubungan tingkat pengetahuan responden tentang pola makan dan kejadian
obesitas dengan kategori sedang.
6. Hubungan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas
Tabel 6. Hubungan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas

Kejadian Obesitas
Aktivitas Tidak
Obesitas Total X2 p value
Fisik obesitas
n % n % n %
Berat 30 50,8 1 2,9 31 33,3
Sedang 27 45,8 13 32,8 40 43,0 43,15 0,000
Ringan 2 3,4 20 58,8 22 23,7
Jumlah 59 34 93 100
Sumber : Data Primer, 2012
Berdasarkan Tabel 6, diketahui bahwa mayoritas responden dengan aktivitas
fisik berat tidak mengalami obesitas yaitu sebanyak 30 (50,8%). Berdasarkan uji statistik
diperoleh nilai nilai X2 sebesar 43,15 yang lebih besar dari X2 tabel (df=2) yaitu sebesar
5,99 dan p-value sebesar 0,000 < =0,05 maka disimpulkan bahwa terdapat hubungan
antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas.Nilai koefisien kontingensi diperoleh
sebesar 0,563 menunjukkan terdapat keeratan hubungan aktivitas fisik dan kejadian
obesitas dengan kategori kuat.

B. PEMBAHASAN
1. Pengetahuan responden tentang pola makan
Berdasarkan penelitian dan analisa univariat yang dilakukan, hasil penelitian
menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan yang tinggi tentang
pola makan sebanyak 47 (50,5%) responden, sedangkan paling sedikit yaitu
responden dengan tingkat pengetahuan rendah sebanyak 13 (14,0%) responden.
Makin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah pula mereka menerima
informasi dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.
Sebaliknya jika seseorang dengan tingkat pendidikan yang rendah, akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru
diperkenalkan.12 Pengetahuan tentang gizi dapat menentukan perilaku individu dalam
mengkonsumsi makanan. Selain itu remaja dalam memilih makanan juga dipengaruhi
oleh selera dan keinginan. Makanan yang sesuai dengan selera dan keinginan remaja
cenderung tinggi kalori dan lemak. Remaja yang sering memakan makanan ini dapat
memicu kelebihan berat badan.13
8

2. Aktivitas fisik responden


Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden memiliki aktivitas fisik
dengan intensitas sedang yaitu sebanyak 40 (43,0%) responden, sedangkan paling
sedikit yaitu responden dengan aktivitas fisik ringan yaitu sebanyak 22 (23,7%)
responden. Remaja yang kurang melakukan aktivitas fisik seharihari menyebabkan
tubuhnya kurang mengeluarkan energi. Jika asupan energi berlebih tanpa diimbangi
aktivitas fisik maka seseorang remaja mudah mengalami kegemukan. Berdasarkan
penelitian Hudha, remaja yang kurang melakukan aktivitas fisik cenderung untuk
mengalami kelebihan berat badan. Hasil penelitian diatas diperkuat juga oleh penelitian
Subardja dkk dalam Simatupang, R yang menjelaskan bahwa bila dibandingkan besarnya
hubungan antara pola makan dan aktivitas fisik, ternyata aktivitas fisik lebih
berhubungan dengan terjadinya obesitas pada anak.14,15
3. Kejadian obesitas pada responden
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden tidak mengalami
kejadian obesitas yaitu sebanyak 59 (63,4%) responden. Responden yang mengalami
obesitas ditemukan sebanyak 34 (36,6%) responden. Meningkatnya aktivitas,
kehidupan sosial, dan kesibukan pada remaja akan mempengaruhi kebiasaan makan
mereka. Kebiasaan makan yang buruk yang berpangkal pada kebiasaan makan keluarga
yang sudah tertanam sejak kecil akan terus terjadi pada usia remaja. Mereka makan
seadanya tanpa mengetahui kebutuhan akan berbagai zat gizi dan dampak tidak
dipenuhinya kebutuhan zat gizi tersebut terhadap kesehatan mereka. Obesitas terjadi
akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Ada berbagai
macam faktor yang menyebabkan terjadinya kegemukan antara lain: faktor genetik,
faktor lingkungan, faktor pola makan, faktor psikis, faktor kesehatan, faktor
perkembangan, faktor aktivitas fisik, faktor ras, faktor berat badan saat anak dan faktor
hormon.6,16
4. Hubungan antara pengetahuan tentang pola makan dengan
kejadian obesitas pada responden
Berdasarkan analisa yang dilakukan dengan uji Chi square untuk mengetahui
hubungan antara pengetahuan tentang pola makan dengan kejadian obesitas, maka
hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang
pola makan dengan kejadian obesitas dengan nilai p-value=0,000 < =0,05 (Ho ditolak).
Menurut Bloom, seseorang dikatakan telah memiliki pengetahuan yang baik harus sudah
ada pada tingkatan pengetahuan evaluasi. Evaluasi dianggap sebagai kemampuan
seseorang untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu dengan berdasarkan
kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.
9

Pola makan yang baik dan seimbang didukung oleh pengetahuan yang baik
tentang pola makan yang tepat bagi dirinyanya.17 Dengan adanya pengetahuan yang baik
ini akan mendukung responden untuk menentukan pola makan yang sesuai dengan
dirinya. SMP BOPKRI 3 Yogyakarta berada di pusat kota dimana banyak terdapat tempat
penjualanan jajan, makanan siap saji (fast food), hal ini akan mempengaruhi pola makan
siswa, dimana siswa tersebut akan mengkonsumsi jajan dan makanan siap saji (fast food)
tanpa memikirkan akibat yang akan timbul apabila dikonsumsi secara terus menerus
seperti kejadian obesitas. Hasil penelitian ini, didukung hasil penelitian di atas didukung
oleh Lastariwati B, yang mengatakan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan
dengan status gizi remaja putri.3
5. Hubungan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada responden
Berdasarkan analisa yang dilakukan dengan uji Chi square untuk aktivitas
fisik dengan kejadian obesitas, maka hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan
aktivitas fisik dengan kejadian obesitas menunjukkan terdapat hubungan antara aktivitas
fisik dengan kejadian obesitas dengan nilai p-value=0,000 < =0,05 (Ho ditolak) .
Obesitas juga dapat terjadi bukan hanya karena makan yang berlebihan, tetapi juga
dikarenakan aktivitas fisik yang kurang sehingga terjadi kelebihan energi. Beberapa hal
yang mempengaruhi kurangnya aktivitas fisik antara lain adanya berbagai fasilitas yang
memberikan berbagai kemudahan yang menyebabkan aktivitas fisik menurun. Faktor
lainnya adalah adanya kemajuan teknologi diberbagai bidang kehidupan yang mendorong
masyarakat untuk menempuh kehidupan yang tidak memerlukan kerja fisik yang berat.
Hal ini menjadikan jumlah penduduk yang melakukan pekerjaan fisik sangat terbatas
menjadi semakin banyak, sehingga obesitas menjadi lebih merupakan masalah
kesehatan.13 Letak SMP BOPKRI 3 Yogyakarta yang berada di pusat kota memungkinkan
siswa SMP tersebut berangkat kesekolah tidak dengan berjalan kaki atau bersepeda
namun di antar menggunakan motor pribadi, mobil pribadi dan mini bus. Kemajuan
teknologi juga telah memacu perubahan kebiasaan hidup (gaya hidup), gaya hidup remaja
cenderung lebih santai akibat perkembangan teknologi saat ini. Menurut Leane dan Asdie
dalam Rumida18, saat berangkat sekolah remaja lebih menyukai menggunakan alat
transportasi ketika berangkat sekolah, daripada menggunakan sepeda atau berjalan kaki.
Selain itu banyak siswa yang malas mengikuti kegiatan ekskul ( olahraga dan kesenian)
kalau tidak ada yang mengantar. Hasil penelitian di atas didukung oleh penelitian
Hudha.L14 yang mengatakan bahwa aktivitas fisik yang masih kurang pada remaja dapat
menyebabkan kejadian obesitas.
10

KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
a. Mayoritas (50,5%) responden memiliki pengetahuan yang tinggi tentang pola makan.
b. Mayoritas (43,0%) responden memiliki aktivitas fisik dengan intensitas sedang.
c. Mayoritas (63,4%) responden tidak mengalami kejadian obesitas.
d. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pola makan dengan kejadian obesitas
(p value =0,000).
e. Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas (p value = 0,000)

2. Saran
Dari hasil penilaian yang telah dilakukan maka dapat diberikan saran-saran sebagai
berikut :
a. Bagi responden, perlu meningkatkan aktivitas fisik dengan cara olahraga secara tertatur,
guna mencegah terjadinya obesitas.
b. Bagi SMP BOPKRI 3 Yogyakarta, perlu memberi informasi dan gambaran tentang
pengetahuan pola makan, aktivitas fisik yang sesuai pada siswa di SMP BOPKRI 3
Yogyakarta sehingga dapat mengurangi kejadian obesitas.
c. Bagi Universitas Respati Yogyakarta ( UNRIYO), perlu menambahkan buku-buku
referensi di perpustakaan sehingga dapat meningkatkan minat baca mahasiswa,
memperluas wawasan mahasiswa dan pada saat penyusunan proposal/skripsi
mahasiswa tidak kesulitan untuk memperoleh referensi.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya, perlu adanya penelitian faktor-faktor lain yang dapat
menyebabkan kejadian obesitas seperti kebiasaan makan, faktor ekonomi, faktor
genetik,faktor psikologis, jenis kelamin dan diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk
melakukan observasi secara langsung agar dapat mengetahui kondisi yang lebih tepat
tentang aktivitas fisik yang dilakukan responden.
11

DAFTAR PUSTAKA

1. Sulistyoningsih, H. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak, Yogyakarta: Graha Ilmu

2. Arisman. 2009. Gizi Dalam Daur Kehidupan, Jakarta: Buku Kedokteran EGC

3. Lastariwati Badraningsih,dkk. 2006. Hubungan Antara Pengatahuan dan Konsumsi


Makanan dan Minuman Instan Dengan Status Gizi Remaja Putri, Yogyakarta:
Jurusan Pendidikan Teknik Boga Dan Busana, Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Yogyakarta

4. Irianto, D. 2007. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan, Yogyakarta: C.V Andi

5. Proverawati, Atikah. 2010. Obesitas dan Gangguan Perilaku Makan Pada Remaja,
Yogyakarta: Nuha Medika

6. Wulandari, Ari. 2010. Cara Jitu Mengatasi Kegemukan, Yogyakarta: C.V Andi

7. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas


Indonesia. 2009. Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta: PT Raja Grasindo
Persada

8. Hadi, Harman. 2005. Beban Ganda Masalah Gizi Dan Implikasinya Terhadap Kebijakan
Pembangunan Kesehatan Nasional, Yogyakarta : Fakultas Kedokteran, Universitas
Gadjah Mada

9. Misnadiarly. 2007. Obesitas Sebagai Faktor Risiko Beberapa Penyakit, Jakarta: Pustaka
Obor Populer

10. Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan, Yogyakarta: Nuha Offset

11. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka
Cipta

12. Mubarak, Wahid. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar
Dalam Pendidikan, Yogyakarta: Graha Ilmu

13. Afdal, Novy. 2011. Hubungan Pengetahuan Tentang Gizi, Aktivitas Fisik danDurasi Tidur
Dengan Kelebihan Barat Badan (Overweight dan Obesitas) Remaja di SMPN
I Sawahlunto Tahun 2011, Padang: Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Peminatan Epidemiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
12

14. Hudha, Luthfiana. 2006. Hubungan Antara Pola Makan dan Aktivitas Fisik Dengan Obesitas
Pada Remaja Kelas II SMP Theresiana I Yayasan Bernadus Semarang, Semarang:
PKK Pendidikan Tata Boga S1 Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi

15. Simatupang, R. 2008. Pengaruh Pola Konsumsi, Aktivitas Fisik Dan KeturunanTerhadap
Kejadian Obesitas Pada Siswa SekolahDasar Swasta Di Kecamatan Medan Baru
Kota Medan, Medan: Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan,
Konsentrasi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi, Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

16. Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

17. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta

18. Rumida. 2010. Pengaruh Perilaku Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas
Pada Pelajar Smu Methodist Medan Tahun 2009, Medan: Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Sumatra Utara Medan

Anda mungkin juga menyukai