Oleh:
Abstrak
Pendahuluan: Dispepsia adalah kumpulan penyakit atau syndrome, dan adanya rasa tidak
nyaman yang mirip dengan Gastritis akan tetapi pada saat Dispepsia tersebut ada rasa terbakar
didaerah sekitar dada dan saat bernafas menjadi sesak. Pemicu terjadinya Dispepsia disebabkan
adanya zat kimia yang dikonsumsi, contohnya stress, depresi, merokok,cuka, minuman yang
mengandung alkohol, obat analgesik atau anti nyeri, dan minuman yang asam .Tujuan dalam
penelitian ini untuk mengatuhi hubungan Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian
Kekambuhan Dispepsia Pada Masyarakat Yang Memiliki Riwayat Dispepsia Diwilayah
Kerja Puskesmas arjasa. Metode: Desain penelitian yang digunakan dengan pendekataan
Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat ysng memiliki riwayat
dispepsia. Responden dalam penelitian ini sejumlah 30 responden, yang diambil dengan
teknik total sampling .Variabel independen dalam penelitian ini adalah Riwayat Pola
Makan. Variabel dependenya dalam penelitian ini adalah Macam-macam pola makan .
Pengumpulan data menggunakan Koesioner dengan mengguakan uji Spearmen֬ s Rho
dengan signifikasi α = 0,05. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan nilai siknifikan P0.000<
0,005 yang berarti terdapat Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Kekambuhan
Dispepsia Pada Masyarakat Yang Memiliki Riwayat Dispepsia Diwilayah Kerja Puskesmas
arjasa.
Abstract
penyakit atau syndrome, dan adanya adalah apabila penyakit dispepsia itu
rasa tidak nyaman yang mirip dengan sendiri sudah jelas memiliki penyakit
Gastritis akan tetapi pada saat Dispepsia ulkus peptikum, carsinoma lambung,
tersebut ada rasa terbakar didaerah dan Choelitiasis dari penyakit tersebut
sekitar dada dan saat bernafas menjadi bisa ditemui dari pemeriksaan klinis,
atau anti nyeri, dan minuman yang asam. penyakit sistemik, maka pengertian
dengan kejadian dispepsia merupakan dicapai pada pra dan pasca persalinan
masalah yang bisa dialami semua orang, dengan indikasi kekurangan gizi jangka
dan di dunia saat ini berdasarkan data panjang, akibat dari gizi yang tidak
3 didunia sebanyak 450 penderita tahun sebagai akibat dari pola makan yang
Kampar sendiri kejadian Dispepsia pada didefinisikan sebagai indikator status gizi
tahun 2016 sebesar 7% (4138 kasus) . sama dengan atau kurang dari minus dua
Pada tahun 2019 di daerah kerja standar deviasi (-2 SD) dibawah rata-rata
Puskemas Arjasa Jember sendiri ada 30 standar atau keadaan di mana tubuh anak
berpendidikan lebih baik dan hilangnya kronis yang memberikan gambaran gizi
kesempatan untuk peluang kerja dengan pada masa lalu dan yang dipengaruhi
sering kali tidak disadari, dan setelah dua kebutuhan minimal yang berdampak
Salah satu faktor yang ASI dari bayi yang berbeda dengan segala
pendidikan ibu di Jember membawa bayi. Selain itu, faktor ekonomi juga
Total 58 100.0
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui
bahwa jumlah responden balita yang bahwa anak ke berapa dari ibu yang
diteliti, sebagian besar laki-laki yaitu diteliti, sebagian besar panak yang ke 1
presentase 60.3%.
Riwayat Ferekuens Persentas
Pemeriksaa i (orang) e (%)
n
Kehamilan
Rutin 32 55.2
Berdasarkan tabel 5.11 dapat
Tidak 26 diketahui
44.8
Rutin
bahwa Ibu bagian besar pernah
Total 58 100.0
mengslami sakit saat hamil dengan
Sumber Data Ordinal
sejumlah 33 responden dengan presentase
Berdasarkan tabel 5.10 dapat diketahui
56.9%.
riwayat pemeriksaan kehamilan ibu
yang diteliti, sebagian besar rutin untuk 12. Saat Hamil Status Gizi Ibu
Tabel 5.12 Data Distribusi Frekuensi
mempriksakan kehamilannya yaitu Saat Hamil Status Gizi Ibu (Data
Ordinal penelitian,Juni 2020)
sejumlah 32 responden dengan
presentase 5.5%.
Total 58 100,0
2. Kejadian Stunting
Tabel 5.13 Data Distribusi Frekuensi Saat Hamil Status Gizi Ibu (Data Ordinal penelitian,Juni
2020)
yang salah dalam memiliki dan dengan status gizi, apabila pendapatan
(86,2%) balita dan balita yang normal eksklusif pada balita. Penelitian di
(13,8%). Stunting merupakan hasil dari balita yang tidak mendapatkan ASI
kekurangan gizi kronis dan sering eksklusif pada saat balita berumur 0-6
terjadi antar generasi ditambah dengan bulan akan beresiko tinggi mengalami
penyakit kronis yang lain. Hal tersebut stunting. (Fikadu, et al.,2014). Faktor
adalah ciri khas endemik kemiskinan. ibu yang tidak memberikan ASI secara
utama dalam menilai kualitas modal bulan yaitu mayoritas air susu ibu
yang di derita anak pada awal bekerja sebagai petani dan wiraswasta
kehidupan, pada hal ini stunting, dapat sehingga ibu tidak bisa maksimal dalam
pola makan pada balita yang tidak orang tua atau pun pengasuh.
bu maupun pengasuh, faktor-faktor apa orang tua, pengetahuan ibu tentang gizi,
saja yang menyebabkan balita stunting. dan jumlah anggota keluarga secara
ini dapat menjadi sebuah referensi atau Kemenkes. (2010). Keputusan Menteri
namun terhadap variabel atau agent Faktor risiko stunting pada anak