Penulis:
Nama : Ari Rosmala Dewi
NPM : 1720011001
P.S : Ilmu Lingkungan
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya tugas makalah ini dapat diselesaikan.
Rancangan penelitian dengan judul “ Korelasi Manajemen Penyakit
Infeksi Tuberkulosis Pada Ibu Hamil dengan Kejadian Stunting Pada anak
yang dilahirkan ” adalah salah satu tugas mata kuliah Ekofisiologi Manusia dan
Kesehatan di Program Pasca Sarjana Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas
Lampung Tahun 2018.
Rancangan penelitian ini dapat terselesaikan, tidak terlepas dari bantuan
dan dukungan berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
semoga bantuan dan dorongan semua pihak senantiasa mendapat balasan yang
setimpal dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa penulisan rancangan penelitian ini masih
banyak kekurangannya, oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan demi perbaikan dan penyempurnaan rancangan penelitian ini.
Akhirnya penulis berharap semoga rancangan penelitian ini dapat bermanfaat dan
memberikan khasanah pengetahuan khususnya dalam ekofisiologi manusia dan
kesehatan.
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai sumber data penunjang untuk penelitian Tuberkulosis dan
Stunting pada masa yang akan datang.
2. Sebagai bahan pertimbangan untuk penyusunan strategi dan kebijakan
dalam penyusunan program kesehatan khususnya penyakit menular
(Tuberkulosis) dan Kesehatan ibu dan anak
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Stunting
a. Definisi Stunting
Stunting atau terhambatnya pertumbuhan tubuh merupakan salah
satu bentuk kekurangan gizi yang ditandai dengan tinggi badan menurut
usia di bawah standar deviasi (< - 2 SD) dengan referensi World Health
Organization (WHO) 2005. Stunting merupakan refleksi jangka panjang
dari kualitas dan kuantitas makanan yang tidak memadai dan sering
menderita infeksi selama masa kanak-kanak. Anak yang stunting
merupakan hasil dari masalah gizi kronis sebagai akibat dari makanan
yang tidak berkualitas, ditambah dengan morbiditas, penyakit infeksi, dan
masalah lingkungan.
Stunting masa kanak-kanak berhubungan dengan keterlambatan
perkembangan motorik dan tingkat kecerdasan yang lebih rendah. Selain
itu, juga dapat menyebabkan depresi fungsi imun, perubahan metabolik,
penurunan perkembangan motorik, rendahnya nilai kognitif dan
rendahnya nilai akademik. Anak yang menderita stunting akan tumbuh
menjadi dewasa yang berisiko obesitas, glucose tolerance, penyakit
jantung koroner, hipertensi, osteoporosis, penurunan performa dan
produktivitas. (Erna dkk, 2015)
Stunting dapat terjadi ketika janin masih dalam kandungan
disebabkan oleh asupan makanan ibu selama kehamilan yang kurang
bergizi dan penyakit infeksi yang diderita ibu selama kehamilan.
Akibatnya, gizi yang didapat anak dalam kandungan tidak mencukupi.
Kekurangan gizi akan menghambat pertumbuhan bayi dan bisa terus
berlanjut setelah kelahiran.
Selain itu, stunting juga bisa terjadi akibat asupan gizi saat anak
masih di bawah usia 2 tahun tidak tercukupi. Entah itu karena tidak
diberikan ASI eksklusif, atau MPASI (makanan pendamping ASI) yang
diberikan kurang mengandung zat gizi yang berkualitas — termasuk
zink, zat besi, serta protein.
B. Tuberkulosis
a. Pengertian Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit akibat kuman
Mycobakterium tuberkculosis sistemis sehingga dapat mengenai semua
organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya
merupakan lokasi infeksi primer (Arif Mansjoer, 2000).
Tuberkolosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan
oleh Mycobacterium Tuberculosis dan ditandai oleh pembentukan
granuloma pada jaringan yang terinfeksi dan oleh hipersensitivitas yang
diperantarai-sel (Cell-Mediated-Hypersensitivity). Penyakit biasanya
terletak di paru, tetapi dapat mengenai organ lain. Dengan tidak adanya
pengobatan yang efektif untuk penyakit yang efektif, biasa terjadi
perjalanan penyakit yang kronik, dan berakhir dengan kematian .
Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan
oleh basil Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu
penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang sebagian besar basil
tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan
selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari
ghon ( Hood Alsagaff, th 1995).
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama
menyerang parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian
tubuh lainnya, terutama meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe
(Suzanne dan Brenda, 2001).
b. Tuberkulosis pada kehamilan
1. Efek Tuberkulosis pada kehamilan
Efek TB pada kehamilan tergantung pada beberapa factor antara
lain tipe, letak dan keparahan penyakit, usia kehamilan saat menerima
pengobatan antituberkulosis, status nutrisi ibu hamil, ada tidaknya
penyakit penyerta, status imunitas, dan kemudahan mendapatkan
fasilitas diagnosa dan pengobatan TB. Status nutrisi yang jelek,
hipoproteinemia, anemia dan keadaan medis maternal merupakan dapat
meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal. Usia kehamilan saat
wanita hamil mendapatkan pengobatan antituberkulosa merupakan
factor yang penting dalam menentukan kesehatan maternal dalam
kehamilan dengan TB.
Kehamilan dapat berefek terhadap tuberculosis dimana
peningkatan diafragma akibat kehamilan akan menyebabkan kavitas
paru bagian bawah mengalami kolaps yang disebut pneumo-
peritoneum. Pada awal abad 20, induksi aborsi direkomondasikan pada
wanita hamil dengan TB. Selain paru-paru, kuman TB juga dapat
menyerang organ tubuh lain seperti usus, selaput otak, tulang, dan
sendi, serta kulit. Jika kuman menyebar hingga organ reproduksi,
kemungkinan akan memengaruhi tingkat kesuburan (fertilitas)
seseorang. Bahkan, TB pada samping kiri dan kanan rahim bisa
menimbulkan kemandulan. Hal ini tentu menjadi kekhawatiran pada
pengidap TB atau yang pernah mengidap TB, khususnya wanita usia
reproduksi. Jika kuman sudah menyerang organ reproduksi wanita
biasanya wanita tersebut mengalami kesulitan untuk hamil karena
uterus tidak siap menerima hasil konsepsi.
Harold Oster MD,2007 mengatakan bahwa TB paru (baik laten
maupun aktif) tidak akan memengaruhi fertilitas seorang wanita di
kemudian hari. Namun, jika kuman menginfeksi endometrium dapat
menyebabkan gangguan kesuburan.
2. Efek tuberculosis terhadap janin
Menurut Oster,2007 jika kuman TB hanya menyerang paru,
maka akan ada sedikit risiko terhadap janin.Untuk meminimalisasi
risiko,biasanya diberikan obat-obatan TB yang aman bagi kehamilan
seperti Rifampisin, INH dan Etambutol. Kasusnya akan berbeda jika
TB juga menginvasi organ lain di luar paru dan jaringan limfa,
dimana wanita tersebut memerlukan perawatan di rumah sakit
sebelum melahirkan. Sebab kemungkinan bayinya akan mengalami
masalah setelah lahir. Penelitian yang dilakukan oleh Narayan Jana,
KalaVasistha, Subhas C Saha, Kushagradhi Ghosh, 1999 tentang
efek TB ekstrapulmoner tuberkuosis, didapatkan hasil bahwa
tuberkulosis pada limpha tidak berefek terhadap kahamilan,
persalinan dan hasil konsepsi. Namun juka dibandingkan dengan
kelompok wanita sehat yang tidak mengalami tuberculosis selama
hamil mempunyai resiko hospitalisasi lebih tinggi (21% : 2%), bayi
dengan APGAR skore rendah segera setelah lahir (19% : 3%), berat
badan lahir rendah (<2500 ).
Selain itu, risiko juga meningkat pada janin, seperti abortus,
terhambatnya pertumbuhan janin, kelahiran prematur dan terjadinya
penularan TB dari ibu ke janin melalui aspirasi cairan amnion
(disebut TB congenital). Gejala TB congenital biasanya sudah bisa
diamati pada minggu ke 2-3 kehidupan bayi,seperti prematur,
gangguan napas, demam, berat badan rendah, hati dan limpa
membesar. Penularan kongenital sampai saat ini masih belum
jelas,apakah bayi tertular saat masih di perut atau setelah lahir.
C. Kerangka Teori
Sesuai dengan teori tersebut diatas, peneliti mencoba untuk menggambarkan
kerangka teori sebagai berikut :
Masalah
pemberian ASI
Complementary
Penyakit Infeksi
Feeding anak
yang diderita
yang tidak
anak
adekuat
Tuberkulosis pada
ibu hamil
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kohort, penelitian ini menggunakan
pendekatan longitudinal ke depan, dengan menidentifikasi faktor risiko
tuberkulosis pada kehamilan dengan efek stunting pada anak yang dilahirkan.
Kesimpulan hasil penelitian diketahui dengan membandingkan subyek yang
mempunyai efek positif (sakit) antara kelompok subyek dengan faktor risiko
positif dan faktor risiko negative (kelompok kontrol).
Penelitian dimulai dari kasus penyakit tuberkulosis yang diderita ibu
hamil sebelum atau mulai dari tri semester 1, dimana kasus adalah semua ibu
hamil yang didiagnosis menderita tuberkulosis oleh petugas kesehatan terlatih
di fasilitas pelayanan kesehatan. sedangkan kontrol merupakan ibu hamil
yang terdata di suatu fasilitas pelayanan kesehatan dan berdasarkan hasil
diagnosis tidak pernah menunjukkan terinfeksi tuberculosis.
D. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan kunjungan rumah untuk dilakukan
wawancara terhadap responden (ibu hamil) untuk mendapatkan data ibu
( Umur, Tinggi Badan, Status Ekonomi, tingkat pendidikan) dan data lainnya
yang diperlukan dalam penelitian ini.
E. Analisis Data
Analisa bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi
Contingency coefficient C dan Chi-Square. Menurut Siegel (1997), koefisien
kontingensi C adalah suatu ukuran kadar asosiasi atau relasi dua himpunan
yang berguna khususnya apabila kita mempunyai informasi dalam bentuk
skala nominal. Kemudian pengujian hipotesis dan penentuan derajat
hubungan dilakukan menggunakan analisa tafsiran menurut Sugiyono (2004).
Setelah didapatkan pengujiann hipotesis, maka untuk menentukan
kemungkinan kejadian pada kondisi tertentu digunakan nilai risk ratio
DAFTAR PUSTAKA
Atikah Rahayu, dkk, 2015. Riwayat Berat Badan Lahir dengan Kejadian
Stunting Pada Anak Usia dibawah Dua Tahun. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional Vol. 10, No. 2, November 2015
Kukuh dkk, 2013. Faktor Resiko Kejadian Stunting pada anak usia 2 – 3
tahun (Studi di Kecamatan Semarang Timur ). Journal of Nutrition
College, Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013, Halaman 523-530.
Lamria, dkk. 2007, Faktor Determinan Terjadinya Tuberkulosis di
Indonesia. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 9 No 1, Maret 2010:
1166 —1177
Teo Wijaya, 2012. Kerangka teori, kerangka konsep dan variabel kasus
Peningkatan angka Tuberkulosis Paru MDR di Puskesmas K.
Universitas Kristen krida Wacana, Jakarta