Anda di halaman 1dari 22

Referat

Kehamilan dengan KEK

Universitas Andalas

Oleh :

dr. Shreshta Dewi


PPDS OBGYN

Pembimbing :

Prof. Dr. dr. Hj. Yusrawati, Sp.O.G, Subsp. KFM

PPDS OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

2023
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kasus gizi buruk saat ini menjadi masalah yang menjadi perhatian di
Indonesia. Gizi kurang dan gizi buruk merupakan masalah yang perlu
mendapat perhatian, karena dapat menimbulkan the lost generation.
Kualitas bangsa di masa depan akan sangat dipengaruhi keadaan atau status
gizi pada saat ini, terutama balita. Akibat gizi buruk dan gizi kurang bagi
seseorang akan memengaruhi kualitas kehidupannya kelak.1

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat angka gizi buruk masih cukup
mengkhawatirkan, sehingga Kementerian Kesehatan membuat rencana aksi
nasional dalam pencegahan dan penanggulangan gizi kurang dan buruk.2
Selain itu, banyak ditemukan kasus anemia yang terjadi pada laki-laki dan
perempuan dari berbagai kelompok umur (mulai dari bayi sampai lansia).
Namun, dibanding pria, anemia lebih banyak diderita kaum perempuan.

2
Di Indonesia, anemia menyerang satu dari lima orang perempuan usia
produktif. Beberapa hal yang menyebabkan perempuan rentan mengalami
defisiensi zat besi, yaitu: menstruasi yang terjadi setiap bulan. Selain itu, pola
makan yang kurang baik akibat bekerja terlalu keras, sakit terlalu lama atau
melakukan diet ketat juga diketahui menjadi faktor risiko munculnya anemia
pada perempuan.3
Kehamilan menyebabkan peningkatan metabolisme energi, karena itu
kebutuhan energi dan ziat gizi lainnya meningkat selama kehamilan.
Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan
komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan zat gizi tertentu
yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan pertumbuhan janin tidak
sempurna. Nutrisi selama kehamilan adalah
salah satu faktor penting dalam menentukan pertumbuhan janin. Dampaknya adalah
berat badan lahir, status nutrisi dari ibu yang sedang hamil juga memengaruhi
angka kematian perinatal, keadaan kesehatan neonatal, dan pertumbuhan bayi
setelah kelahiran.5
Kondisi bayi dalam kandungan seorang ibu sangat dipengaruhi keadaan
gizi ibu sebelum dan selama mengandung. Wanita hamil berisiko mengalami
kekurangan energi kronis (KEK) jika memiliki LILA <23,5 cm. Ibu hamil
dengan KEK berisiko melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR). Hasil
Riskesdas, 2013 mendapatkan proporsi ibu hamil umur 15-49 tahun dengan
LILA<23,5 cm atau berisiko KEK di Indonesia sebesar 24,2 persen. Proporsi
terendah di Bali (10,1%) dan tertinggi di Nusa Tenggara Timur (45,5%).6
Kekurangan gizi pada kehamilan dapat menyebabkan kerugian baik
pada ibu dan juga perkembangan janin. Bayi yang lahir dari ibu dengan
kekurangan nutrisi dapat memiliki berat badan lahir yang rendah. Selain itu
keadaan gizi ibu juga sangat berperan penting terhadap perkembangan dan
kesehatan anak.7

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 EPIDEMIOLOGI

Masalah gizi kurang pada ibu hamil masih merupakan fokus perhatian,
masalah tersebut antara lain anemia dan ibu hamil KEK. Status kesehatan di
Indonesia belum menggembirakan ditandai dengan Angka Kematian Ibu,
Kematian Neonatal, Bayi, dan Balita masih sulit ditekan bahkan selama 10
tahun terakhir ini kematian neonatal ada dalam kondisi stagnan. Pendekatan
siklus hidup sejak dari masa janin sampai usia lanjut terus diupayakan,
diperlukan upaya strategis yang dimulai sejak masa kehamilan bahkan masa pra-
kehamilan agar terwujud generasi yang sehat dan tangguh. Periode pra-
kehamilan dan kehamilan harus disiapkan dengan baik, hal ini tertuang dalam
arah kebijakan RPJMN 2015-2019 yaitu mempercepat perbaikan gizi
masyarakat dengan fokus utama pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000
HPK).

Riskesdas 2013, prevalensi risiko KEK pada WUS (15-49 tahun) sebesar
20,8%, khususnya prevalensi tertinggi ditemukan pada WUS remaja (15-19
tahun) sebesar 46,6%, dibandingkan dengan kelompok lebih tua (20-24 tahun)
sebesar 30,6%. Sedangkan prevalensi risiko KEK pada ibu hamil (15-49 tahun)
sebesar 24,2%, khususnya prevalensi tertinggi ditemukan pada usia remaja (15-
19 tahun) sebesar 38,5% dibandingkan dengan kelompok lebih tua (20-24
tahun) sebesar 30,1%. Besaran masalah risiko Kurang Energi Kronik (KEK)
baik pada WUS dan bumil lebih banyak ditemukan pada kelompok usia remaja
(15-19 tahun), sehingga kelompok ini harus mendapat perhatian khusus. KEK
pada kelompok usia remaja tidak hanya masalah kurang pangan tetapi juga
akibat pengaruh gaya hidup. Masalah gizi lain pada ibu hamil adalah prevalensi
anemia sebesar 37,1% dan tinggi badan <150 cm sebesar 31,3%.

Ibu hamil dengan masalah gizi dan kesehatan berdampak terhadap


kesehatan dan keselamatan ibu dan bayi serta kualitas bayi yang dilahirkan.
Kondisi ibu hamil KEK, berisiko menurunkan kekuatan otot yang membantu
proses persalinan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya partus lama dan
4
perdarahan pasca salin, bahkan kematian ibu. Risiko pada bayi dapat
mengakibatkan terjadi kematian janin (keguguran), prematur, lahir cacat, Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) bahkan kematian bayi. Ibu hamil KEK dapat
mengganggu tumbuh kembang janin, yaitu pertumbuhan fisik (stunting), otak
dan metabolisme yang menyebabkan penyakit tidak menular di usia dewasa.

Prevalensi BBLR sebesar 10,2% (Riskesdas 2013). Kejadian BBLR


merupakan penyebab utama kematian bayi selain gangguan nafas dan infeksi
neonatus. Mengacu pada konsep ilmiah menjelaskan bahwa masalah gizi
merupakan Intergeneration Impact, seorang bayi dengan BBLR akan
mengalami masalah gizi sepanjang siklus kehidupan dan akan berulang pada
generasi selanjutnya.

Masalah ibu hamil KEK disebabkan konsumsi zat gizi yang kurang.
Konsumsi energi penduduk Indonesia kurang dari 70% AKG 2004 sebesar
40,7% dan konsumsi protein kurang dari 80% AKG 2004 sebesar 37%
(Riskesdas 2010). Kekurangan zat gizi makro berkaitan dengan kekurangan zat
gizi mikro khususnya vitamin A, vitamin D, asam folat, zat besi, seng, kalsium
dan iodium.

2.2 Penyebab Masalah Gizi Ibu Hamil Kek


Faktor penyebab langsung ibu hamil KEK adalah konsumsi gizi yang tidak
cukup dan penyakit. Faktor penyebab tidak langsung adalah persediaan
makanan tidak cukup, pola asuh yang tidak memadai dan kesehatan lingkungan
serta pelayanan kesehatan yang tidak memadai. Semua faktor langsung dan
tidak langsung dipengaruhi oleh kurangnya pemberdayaan wanita, keluarga
dan sumber daya manusia sebagai masalah utama, sedangkan masalah dasar
adalah krisis ekonomi, politik dan sosial.

5
Bagan Penyebab Masalah Gizi Ibu Hamil Kek

2.3 KEBUTUHAN GIZI PADA IBU HAMIL

Nutrisi ibu hamil adalah kebutuhan zat gizi bagi seorang ibu pada saat

hamil. Zat gizi sendiri menurut Almatsier merupakan ikatan kimia yang

diperlukan tubuh agar bisa menjalankan fungsinya, yaitu menghasilkan energy,

membagun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan.

Nutrisi atau asupan seorang ibu disaat hamil sangat menentukan status gizi

ibu hamil tersebut. Menurut Almatsier, status gizi sendiri dapat diartikan

sebagai keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-

zat gizi, dapat dibedakan menjadi status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih.

Berdasarkan pengertian status gizi tersebut status gizi ibu hamil berarti keadaan

tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi sewaktu

hamil.

Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam

6
kandungan, apabila status gizi ibuburuk dalam kehamilan akan mengakibatkan

terhambatnya otak janin, abortus, dan sebagainya. Jadi pemantauan gizi ibu

hamil sangatlah diperlukan.

Asupan gizi sangat menentukan kesehatan ibu hamil dan janin yang

dikandungnya. Kebutuhan gizi pada masa kehamilan akan meningkat sebesar 15%
dibandingkan dengan kebutuhan wanita normal. Peningkatan gizi ini

dibutuhkan untuk pertumbuhan rahim (uterus), payudara (mammae), volume

darah, plasenta, air ketuban dan pertumbuhan janin. Makanan yang dikonsumsi

oleh ibu hamil akan digunakan untuk pertumbuhan janin sebesar 40% dan

sisanya 60% digunakan untuk pertumbuhan ibunya.

Secara normal, ibu hamil akan mengalami kenaikan berat badan sebesar 11-

13 kg. Hal ini terjadi karena kebutuhan asupan makanan ibu hamil meningkat

seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Asupan makanan yang

dikonsumsi oleh ibu hamil berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan

janin, mengganti sel-sel tubuh yang rusak atau mati, sumber tenaga, mengatur

suhu tubuh dan cadangan makanan.

Makanan dengan gizi seimbang adalah makanan yang cukup mengandung

karbohidrat dan lemak sebagai sumber zat tenaga, protein sebagai sumber zat

pembangun, serta vitamin dan mineral sebagai zat pengatur. Kebutuhan nutrien

akan meningkat selama hamil, namun tidak semua kebutuhan nutrien

meningkat secara proporsional.

Untuk pertumbuhan janin yang memadai diperlukan zat-zat makanan yang

adekuat, dimana peranan plasenta besar artinya dalam transfer zat-zat makanan

tersebut. Pertumbuhan janin yang paling pesat terutama terjadi pada stadium

akhir kehamilan. Misalnya pada akhir bulan ketiga kehamilan berat janin hanya

sekitar 30 g dan kecepatan maksimum pertumbuhan janin terjadi pada minggu

7
32-38. Sehingga dibutuhkan lebih banyak zat-zat makanan pada stadium akhir

kehamilan tersebut.

a. Karbohidrat
Janin mempunyai sekitar 9 g karbohidrat pada minggu ke 33 kehamilan, dan

pada waktu lahir meningkat menjadi 34 g. konsentrasi glikogen pada hati dan

otot- otot skelet meningkat pada akhir kehamilan.

Metabolisme karbohidrat ibu hamil sangat kompleks, karena terdapat

kecenderungan peningkatan ekskresi dextrone dalam urine. Hal ini ditunjukkan

oleh frekuensi glukosuria ibu hamil yang relatif tinggi dan adanya glukosuria

pada kebanyak wanita hamil setelah mendapat 100 gram dextrose per oral.

Normalnya, pada wanita hamil tidak terdapat glukosa. Kebutuhan karbohidrat

lebih kurang 65% dari total kalori sehingga perlu penambahan.

b. Protein

Transport protein melalui plasenta terutama asam amino, yang kemudian

disintesis oleh fetus menjadi protein jaringan. Protein dibutuhkan untuk

pertumbuhan janin, uterus, payudara, hormon, penambahan cairan darah ibu,

dan persiapan laktasi. Kebutuhan protein adalah 9 gram/hari. Sebanyak 1/3 dari

protein hewani mempunyai nilai biologis tinggi. Kebutuhan protein untuk fetus

adalah 925 gram selama 9 bulan. Efisiensi protein adalah 70%. Terdapat

protein loss di urine

+30%. WHO menganjurkan intake protein untuk ibu hamil sekitar 1,01 g/kg.

BB/hari dan kalori sekitar 46 kkal/kg.BB/hari untuk rata-rata wanita dengan

berat badan 55 kg.

Oleh karena itu tiap-tiap negara dapat membuat rekomendasi yang khusus

yang sesuai dengan pola makanan di negara tersebut dan keadaan

8
masyarakatnya. Jumlah protein yang dianjurkan dalam diet harus disesuaikan

dengan nilai hayati protein yang dimakan. Makin rendah nilai hayati protein,

makin besar jumlah protein dalam

diet yang diperlukan. Nilai hayati protein, makin besar jumlah protein dalam

diet yang diperlukan. Nilai hayati protein nabati lebih rendah dari protein

hewani.

c. Lemak

Selama hamil, terdapat lemak sebanyak 2-2,5 kg dan peningkatan terjadi

mulai bulan ke-3 kehamilan. Penambahan lemak tidak diketahui, namun

kemungkinan dibutuhkan untuk proses laktasi yang akan datang.

Sebagian besar dari 500 g lemak tubuh janin ditimbun antara minggu 35-

40 kehamilan. Pada stadium awal kehamilan tidak ada lemak yang ditimbun

kecuali lipid esensial dan fosfolipid untuk pertumbuhan susunan saraf pusat

(SSP) dan dinding sel saraf. Sampai pertengahan kehamilan hanya sekitar 0,5%

lemak dalam tubuh janin, setelah itu jumlahnya meningkat, mencapai 7,8%

pada minggu ke-34 dan 16% sebelum lahir. Pada bulan terakhir kehamilan

sekitar 14 g emak per hari ditimbun. Transport asam lemak melalui plasenta

sekitar 40% dari lemak ibu, sisanya disintesa oleh janin. Baik lemak maupun

protein meningkat dengan cepat pada tiga bulan terakhir kehamilan bersamaan

dengan meningkatnya BB janin. Sebagian besar lemak ditimbun pada daerah

subkutan, oleh karena itu pada bayi atern 80% jaringan lemak tubuh terdapat

pada jaringan subkutan.

d. Zat Besi (Fe)

Dibutuhkan untuk pembentukan Hb, terutama hemodilusi, pemasukan

harus adekuat selama hamil untuk mencegah anemia.wanta hamil memerlukan

800 mg atau 30-50 gram/hari. Anjuran maksimal: penambahan mulai awal


9
kehamilan, karena pemberian yang hanya pada trisemester III tidak dapat

mengejar kebutuhan ibu/fetus dan juga untuk cadangan fetus. Kebutuhan zat

besi meningkat sehingga dibutuhkan tambahan 700-800 mg atau 30-60 mg

perhari yang didapat dari

suplemen untuk mengganti penggunaan zat besi oleh sum-sum tulang, fetus, dan
plasenta. Ibu hamil yang mengalami anemia akibat kekurangan zat besi akan

berdampak meningkatnya aborsi spontan, kelahiran dini, rendahnya berat badan

bayi saat dilahirkan (BBLR), kematian bayi saat dilahirkan, dan kematian bayi

sebelum dilahirkan. Sumber zat besi diperoleh dari hati, sumsum tulang, telur,

daging, ikan, ayam, dan sayuran berwarna hijau tua.

e. Kalsium (Ca)

Kebutuhan kalsium pada ibu hamil mengalami peningkatankarena

terjadinya peningkatan pergantian tulang (turn over), penurunan penyerapan

kalsium, dan retensi kalsium karena adanya perubahan hormonal. Kalsium

diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan gigi, vitamin D membantu

penyerapan kalsium, kebutuhan 30-40 g/hari untuk janin, wanita hamil perlu

tambahan 600 mg/hari dan total kebutuhan ibu hamil selama kehamilan adalah

1200 mg/hari. Kalsium dapat diperoleh dengan mengonsumsi susu, keju, ikan

teri, rebon kering, kacang kedelai kering atau basah, dan brokoli segar.

f. Asam Folat

Asam folat digunakan untuk pertumbuhan janin dan erythropoiesis ibu

sehingga kebutuhan asam folat pada ibu hamil akan menigkat. Anemia akibat

kekurangan asam folat disebut anemia megaloblastik yang akan menyebabkan

kekurangan oksigen. Bila hal ini berlangsung lama akan berdampak pada

kerusakan oragna-organ tubuh. Rendahnya kadar asam folat pada wanita hamil

menyebabkan kelahiran cacat, gangguan saraf, atau gangguan perkembangan

10
kecerdasan (retardasi mental). Kebutuhan asam folat pada wanita hamil

sebanyak 280 µg per hari selama kehamilan trisemester I, 660 ug pada

trisemester II, dan 470 ug per hari pada trisemester III bisa didapat dari sayuran

hijau, hati, dan ayam.

g. Kolin
Kolin merupakan salah satu vitamin B kompleks yang dibutuhkan oleh ibu

hamil, terutama pada minggu kedelapan belas kehamilan. Vitamin ini dapat

meningkatkan kemampuan bayi untuk membentuk hubungan antarneuron yang

sedang tumbuh pesat. Kolin bisa didapat dari kuning telur, daging tanpa lemak,

ragi, kedelai, hati, otak, ginjal, dan jantung.

h. Vitamin E

Vitamin E berfungsi sebagai anti-oksidan yang dapat melindungi tubuh

dari radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan kromosom atau jaringan

sel bayi, terutama paling rawan terjadi pada tahap-tahap awal kehamilan.

Vitamin E dapat ditemukan pada gandum, sayuran hijau, biji-bijian, kedelai,

minyak biji kapas, dan minyak jagung.

i. Vitamin A

Kebutuhan ibu hamil akan vitamin A harus dipenuhi yaitu sekitar 500 SI.

Kekurangan vitamin A selama kehamilan dapat menyebabkan bayi prematur

dan perlambatan pertumbuhan janin serta rendahnya berat badan bayi saat

dilahirkan. Dampak negatif kekurangan vitamin A dapat dicegah dengan

mengonsumsi hati, susu, ikan laut, sayuran, dan buah berwarna hijau atau

kuning.

j. Vitamin B1

Kekurangan vitamin B1 akan meingkatkan jumlah kasus kelahiran sebelum

waktunya dan gangguan perkembangan janin. Vitamin B1 bisa dipenuhi

11
kebutuhannya dengan mengonsumsi biji-bijian, kacang-kacangan, padi-padian,

dan daging.

Bahan Makanan
k. Iodine Trimester I Trimester II dan III

Iodine adalah salah satu mineral yang dibutuhkan ibu hamil. Penambahan
Nasi/iodine
kebutuhan Penukar
pada masa3kehamilan¼adalah
gelas 25 µg. kekurangan
3 ½ gelaspada
iodine

masa
Daging/penukar
kehamilan 2 kretin½(tubuh
akan mengakibatkan potong 2 ditunjukkan
kerdil) yang ½ potong
dengan

adanya gangguan mental dan fisik menyerupai karakteristik anak yang


Tempe/ Penukar 5 potong 5 potong
mengalami down syndrome. Bahan makanan sumber iodine adalah garam dapur

yang sudah difortifikasi (diperkaya) iodine, bahan makanan yang berasal dari
Sayur 3 gelas 3 gelas
laut, serta tumbuhan yang hidup dekat pantai.

l. Zinc (Seng)
Buah 2 potong 2 potong
Kebutuhan ibu hamil akan zinc (seng) meningkat 5 mg karena tingkat zinc

yang rendah akan menyebabkan kenaikan


Minyak tingkat kelahiran tidak normal.
2 sdm 2 sdm Zinc
berperan untuk meningkatkan sistem imun dan memperbaiki fungsi organ

perasa Kacang Hijau penciuman,


(penglihatan, 2 ½ sdm Sumber2 zinc dapat½diperoleh
dan pengecap). sdm

dari daging, hati, telur, ayam, seafood, susu, dan kacang-kacangan.


Susu 2 ½ sdm 2 ½ sdm
2.3.1 Contoh Pengaturan

Tepung sarikedelaiMakan
- Sehari untuk Ibu Hamil 4 sdm

Tabel 2.1 Pengaturan Makan


Gula 1 sdm 1 sdm
Sehari untuk Ibu Hamil

Nilai Gizi Trimester I Trimester II dan III

Lemak 57 gram 65 gram


Energi 2095,8 kal 2164,5 kal

Protein 79,5 gram 82,5 gram


12
Karbohidrat 273,8 gram 275 gram

Vitamin C 70 mg 70 mg

Zat Besi 31 mg 31 mg

Bahan Makanan Trimester I Trimester II dan III


Nasi/ Penukar 3 ¼ gelas 3 ½ gelas
Daging/penukar 2 ½ potong 2 ½ potong
Tempe/ Penukar 5 potong 5 potong
Sayur 3 gelas 3 gelas
Buah 2 potong 2 potong
Minyak 2 sdm 2 sdm
Kacang Hijau 2 ½ sdm 2 ½ sdm
Susu 2 ½ sdm 2 ½ sdm
Tepung sarikedelai - 4 sdm
Gula 1 sdm 1 sdm
Nilai Gizi Trimester I Trimester II dan III
Energi 2095,8 kal 2164,5 kal
Protein 79,5 gram 82,5 gram
Lemak 57 gram 65 gram
Karbohidrat 273,8 gram 275 gram
Vitamin C 70 mg 70 mg
Zat Besi 31 mg 31 mg
Sumber: Direktorat Bina Gizi. 2011. Makanan Sehat Ibu Hamil. Kementrian
Kesehatan RI.
2.3.2 Contoh Menu Sehari untuk Ibu Hamil

Berikut ini contoh menu makanan untuk ibu hamil dalam sehari menurut

Direktorat Bina Gizi, Kemenkes (2011):

13
Pagi:

Nasi

Ayam Goreng bumbu

lengkuas Pepes Tahu

Oseng-oseng jagung muda +

wortel Susu

Jam 10.00: Bubur Kacang Hijau


Siang:

Nasi

Sop

Sayuran

Ikan

balado

Kripik

Tempe

Jeruk

Jam 16.00: Selada buah

Malam:

Nasi

Telur Balado

Perkedel Tahu

Tumis Tauge +

Baso Pisang

2.4 PEMANTAUAN STATUS GIZI PADA IBU HAMIL

Penilaian status gizi ibu hamil dinilai dari pengukuran antropometri,


14
biokimiawi, gejala klinis, dan kebutuhan diet.10

2.4.1 Pengukuran Antropometri

Pengukuran antropometri status gizi selama kehamilan yang biasa

dilakukan adalah tinggi badan, berat badan sebelum hamil, pertambahan berat

badan selama hamil, pengukuran skinfold dan lingkar lengan yang

menggambarkan status gizi seorang wanita yang sedang hamil.10

Menurut Gibson dalam pengukuran mid-upper-arm circumference

(MUAC) atau yang lebih dikenal LILA dapat melihat perubahan secara paralel

dalam massa

otot sehingga bermanfaat untuk mendiagnosis kekurangan gizi, sedangkan

menurut Depkes (1994) pengukuran LILA adalah suatu cara untuk mengetahui

KEK pada WUS. Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau

perubahan status gizi dalam jangka pendek. Apabila ukuran LILA kurang dari

23,5 cm atau di bagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai

risiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan BBLR. BBLR mempunyai risiko

kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan

anak.10

Non pregnant/ post partum Pregnant/ post partum Nutritional status


< 190 mm < 190 mm SAM
190 - < 220 mm 190 - < 230 mm Moderate malnutrition
≥ 220 mm ≥ 230 mm Normal nutritional status
10
Tabel 2.2 Status Gizi pada Dewasa berdasarkan LILA.

LILA yang rendah dapat menggambarkan IMT yang rendah pula. Ibu

yang menderita KEK sebelum hamil biasanya berada dalam status gizi yang

kurang, sehingga pertambahan berat badan selama hamil harus lebih besar.

Makin rendah IMT pra hamil maka makin rendah berat lahir bayi yang

dikandung dan makin tinggi risiko BBLR.10

15
Tabel 2.3 Status Gizi berdasarkan BMI.10
BMI Nutritional status
< 16.0 Severe malnutrition
16.0 - < 17.0 Moderate malnutrition
17.0 - < 18.5 Mild malnutrition
18.5 - < 25.0 Normal nutritional status

Tujuan pengukuran LILA adalah:


1. Mengetahui risiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu, untuk

menapis wanita yang mempunyai risiko melahirkan bayi berat lahir rendah

(BBLR).

2. Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan

dalam pencegahan dan penanggulangan KEK.

3. Mengembangkan gagasan baru di kalangan masyarakat dengan tujuan

meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.

4. Meningkatkan peran petugas lintas sektoral dalam upaya perbaikan gizi

WUS yang menderita KEK.

5. Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran ibu hamil

yang menderita KEK.

2.4.2 Pengukuran Biokimiawi

Pengukuran biokimiawi adalah dengan memeriksa kadar zat-zat nutrien

di dalam darah, urin, dan feses. Hasil pemeriksaan laboratorium dapat

memberikan informasi mengenai masalah-masalah kesehatan yang berefek

pada status gizi.10

2.4.3 Penilaian Gejala Klinis

Penilaian gejala klinis meliputi pemeriksaan terhadap tanda-tanda

defisiensi nutrisi seperti bilateral pitting edema, emasiasi (tanda wasting, di

mana kehilangan otot dan jaringan lemak akibat asupan energi yang rendah dan/

atau kehilangan nutrisi akibat infeksi), rambut rontok, dan perubahan warna

16
pada rambut.10

Penilaian klinis juga meliputi anamnesis mengenai gejala infeksi yang

dapat meningkatkan kebutuhan nutrisi (seperti demam), dan kehilangan nutrisi

(seperti diare dan muntah), gejala-gejala yang menggambarkan gangguan

pencernaan dan absorpsi nutrisi dan peningkatan risiko terjadinya malnutrisi

(seperti HIV). Rekam

medis sebaiknya menyediakan informasi tentang riwayat penyakit, rawatan,

operasi, tes diagnostik dan terapi, dan pengobatan yang berdampak pada status

gizi.10

2.4.4 Penilaian Kebutuhan Diet

Penilaian asupan makanan dan cairan adalah bagian penting dari

penilaian status gizi, meliputi kuantitas dan kualitas diet, perubahan nafsu

makan, intoleransi dan alergi makanan, dan alasan-alasan mengapa asupan

makanan tidak adekuat selama atau setelah sakit.10

2.5 TANDA DAN GEJALA MALNUTRISI PADA IBU HAMIL

Tanda dan gejala KEK adalah berat badan kurang dari 40 kg atau

tampak kurus dan LILA kurang dari 23,5cm.

1. Ukuran Lingkar Lengan Atas

a. Pengertian

Kategori KEK adalah apabila LILA kurang dari 23,5 cm atau di

bagian merah pita LILA. Menurut Depkes RI pada tahun 1994 didalam

buku Supariasa mengatakan pengukuran LILA pada kelompok wanita

usia subur (WUS) adalah salah satu deteksi dini yang mudah dan dapat

dilaksanakan masyarakat awam, untuk mengetahui kelompok beresiko

KEK. Wanita usia subur adalah wanita usia 15-45 tahun. LILA adalah

suatu cara untuk mengetahui resiko KEK.


17
b. Tujuan

Tujuan pengukuran LILA adalah mencakup masalah WUS baik


pada ibu hamil maupun calon ibu, masyarakat umum dan peran petugas

lintas sektoral. Adapun tujuan tersebut adalah :

1. Mengetahui resiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu,

untuk menapis wanita yang mempunyai resiko melahirkan bayi

berat lahir rendah.

2. Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih

berperan dalam pencegahan dan penanggulangan KEK.

3. Mengembangkan gagasan baru dikalangan masyarakat dengan

tujuan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.

4. Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS

yang menderita KEK.

5. Meningkatkan peran dalam upaya perbaikan gizi WUS yang

menderita KEK.

c. Ambang Batas

Ambang batas LILA pada WUS dengan resiko KEK di Indonesia

adalah 23,5cm, apabila ukuran LILA kurang dari 23,5cm atau dibagian

merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK, dan

diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR). BBLR

mempunyai resiko kematian, kurang gizi, gangguan pertumbuhan dan

gangguan perkembangan anak.

d. Cara mengukur LILA

Pengukuran LILA dilakukan melalui urutan–urutan yang telah


18
ditetapkan. Ada 7 urutan pengukuran LILA yaitu:

1) Tetapkan posisi bahu dan siku.

2) Letakkan pita antara bahu dan siku.

3) Tentukan titik tengah lengan.

4) Lingkarkan pita LILA pada tengah lengan.

5) Pita jangan terlalu dekat.

6) Pita jangan terlalu longgar

e. Cara pembacaan skala yang benar

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran LILA

adalah pengukuran dilakukan dibagian tengah antara bahu dan siku

lengan kiri (kecuali orang kidal kita ukur lengan kanan). Lengan harus

posisi bebas, lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang

atau kencang dan alat ukur dalam keadaan baik.

2.6 TATALAKSANA MALNUTRISI PADA KEHAMILAN

Langkah awal adalah dengan mengevaluasi status gizi dan identifikasi

etiologi yang mendasari malnutrisi itu, intervensi diet bekerja sama dengan ahli

diet atau profesional gizi lainnya. Setiap defisiensi mikronutrien harus

dikoreksi, misalnya dengan memberikan suplemen vitamin, zat besi, dan

suplemen folat. Program suplementasi mikronutrien dan fortifikasi telah

berhasil menurunkan kejadian defisiensi mikronutrien tertentu (misalnya:

yodium, vitamin D) di banyak negara, dan suplementasi pada ibu hamil juga

telah menguntungkan. Peningkatan protein terpenuhi dengan meningkatkan

asupan makanan, juga meningkatkan kebutuhan kalori. Kecukupan asupan

ditentukan dengan memantau kenaikan berat badan.11

Pada kasus ringan sampai sedang, penilaian awal dan intervensi gizi

dapat dilakukan dalam rawat jalan, harus diperkaya makanan pelengkap, yang
19
diperlukan untuk mencapai berat badan minimal mingguan rata-rata sekitar 300

gram pada trimester kedua dan ketiga. Dalam kasus malnutrisi sedang sampai

berat, suplementasi enteral melalui naso-gastric tube mungkin diperlukan.11,12

Berat badan yang rendah sebelum kehamilan dan tidak adekuatnya

penambahan berat badan selama kehamilan adalah faktor predisposisi utama

penyebab IUGR (intrauterine growth retardation) dan berat lahir rendah. Tabel

di bawah ini menunjukkan rekomendasi total penambahan berat badan selama

kehamilan dan penambahan berat badan mingguan dan bulanan selama

trimester kedua dan trimester ketiga yang berhubungan dengan BMI pada saat

awal kehamilan. Wanita dengan penambahan berat badan yang tidak mencapai

angka rekomendasi tersebut membutuhkan produk suplemen makanan

khusus.13

Tabel 2.4 Rekomendasi penambahan berat badan selama kehamilan.13


Recommended Recommended
Pre-pregnancy Recommended weekly weight monthly weight
BMI total weight gain gain, 2nd and 3rd gain, 2nd and 3rd
trimesters trimesters
< 18.5 12.7 – 19.5 kg 0.5 kg 2.0 kg
18.5 – 24.9 11.3 – 17.1 kg 0.5 kg 2.0 kg
25.0 – 29.9 6.8 – 12.2 kg 0.3 kg 1.2 kg
≥ 30.0 5.0 – 9.8 kg 0.2 kg 0.8 kg

DAFTAR PUSTAKA

1. Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan : Buku Ajar Ilmu Gizi.
Jakarta : EGC.
2. Atmarita, Tatang S, Fallah. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan
20
Masyarakat. Jakarta : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII.
3. Depkes Jateng, 1999. Petunjuk Teknis Pelacakan Kasus Gizi Buruk
Propinsi JawaTengah. Semarang.
4. Depkes RI. 1995a. Pedoman Kerja Tenaga Gizi Puskesmas. Jakarta.
5. Minarto. 2006. Upaya Departemen Kesehatan dalam Mengatasi Kurang
Gizi di Indonesia. Makalah disampaikan pada Kongres Nasional Jaringan
Epidemiologi Nasional 2006. Jakarta.
6. Riswan M. 2003. Anemia defisiensi besi pada wanita hamil di beberapa
praktek bidan swasta dalam Kota madya Medan. Bagian Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan.. Analisis
Program Gizi dan Kesehatan Ibu Hamil di Indonesia. Lembar Tugas S3 SPS
IPB, Bogor.
7. Supariasa. 2002. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta.
8. Surjadi C, Wirahardja R, Pariani S, Umiyati S. 2006. Penilaian Keadaan
Gizi di Jakarta dan Surabaya. Makalah disampaikan pada Kongres
Nasional Jaringan Epidemiologi Nasional 2006. Jakarta.
9. Kepmenkes RI, 2007. Pedoman Operasional Keluarga Sadar Gizi di Desa
Siaga. Jakarta: Departemen Kesehatan.
10. NACS. Module 2. Nutrition assessment and classification. USAID and
PEPFAR; 2013.
11. Shashidhar HR, Grigsby DG. Malnutrition treatment and management.
Medscape; 2016.
12. WHO. Management of severe acute malnutrition in individuals with
active tuberculosis; 2015.
13. Institute of Medicine. Weight gain during pregnancy: Re-examining the
Guidelines. Washington DC, National Academy of Sciences; 2009.
14. Direktorat Bina Gizi Kemenkes RI. 2013. Rencana Kerja Pembinaan Gizi
Masyarakat tahun 2013. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA
15. Depdikbud. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Balai
Pustaka.
16. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta
17. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

21
22

Anda mungkin juga menyukai