Universitas Andalas
Oleh :
Pembimbing :
2023
BAB 1
PENDAHULUAN
Kasus gizi buruk saat ini menjadi masalah yang menjadi perhatian di
Indonesia. Gizi kurang dan gizi buruk merupakan masalah yang perlu
mendapat perhatian, karena dapat menimbulkan the lost generation.
Kualitas bangsa di masa depan akan sangat dipengaruhi keadaan atau status
gizi pada saat ini, terutama balita. Akibat gizi buruk dan gizi kurang bagi
seseorang akan memengaruhi kualitas kehidupannya kelak.1
Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat angka gizi buruk masih cukup
mengkhawatirkan, sehingga Kementerian Kesehatan membuat rencana aksi
nasional dalam pencegahan dan penanggulangan gizi kurang dan buruk.2
Selain itu, banyak ditemukan kasus anemia yang terjadi pada laki-laki dan
perempuan dari berbagai kelompok umur (mulai dari bayi sampai lansia).
Namun, dibanding pria, anemia lebih banyak diderita kaum perempuan.
2
Di Indonesia, anemia menyerang satu dari lima orang perempuan usia
produktif. Beberapa hal yang menyebabkan perempuan rentan mengalami
defisiensi zat besi, yaitu: menstruasi yang terjadi setiap bulan. Selain itu, pola
makan yang kurang baik akibat bekerja terlalu keras, sakit terlalu lama atau
melakukan diet ketat juga diketahui menjadi faktor risiko munculnya anemia
pada perempuan.3
Kehamilan menyebabkan peningkatan metabolisme energi, karena itu
kebutuhan energi dan ziat gizi lainnya meningkat selama kehamilan.
Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan
komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan zat gizi tertentu
yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan pertumbuhan janin tidak
sempurna. Nutrisi selama kehamilan adalah
salah satu faktor penting dalam menentukan pertumbuhan janin. Dampaknya adalah
berat badan lahir, status nutrisi dari ibu yang sedang hamil juga memengaruhi
angka kematian perinatal, keadaan kesehatan neonatal, dan pertumbuhan bayi
setelah kelahiran.5
Kondisi bayi dalam kandungan seorang ibu sangat dipengaruhi keadaan
gizi ibu sebelum dan selama mengandung. Wanita hamil berisiko mengalami
kekurangan energi kronis (KEK) jika memiliki LILA <23,5 cm. Ibu hamil
dengan KEK berisiko melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR). Hasil
Riskesdas, 2013 mendapatkan proporsi ibu hamil umur 15-49 tahun dengan
LILA<23,5 cm atau berisiko KEK di Indonesia sebesar 24,2 persen. Proporsi
terendah di Bali (10,1%) dan tertinggi di Nusa Tenggara Timur (45,5%).6
Kekurangan gizi pada kehamilan dapat menyebabkan kerugian baik
pada ibu dan juga perkembangan janin. Bayi yang lahir dari ibu dengan
kekurangan nutrisi dapat memiliki berat badan lahir yang rendah. Selain itu
keadaan gizi ibu juga sangat berperan penting terhadap perkembangan dan
kesehatan anak.7
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 EPIDEMIOLOGI
Masalah gizi kurang pada ibu hamil masih merupakan fokus perhatian,
masalah tersebut antara lain anemia dan ibu hamil KEK. Status kesehatan di
Indonesia belum menggembirakan ditandai dengan Angka Kematian Ibu,
Kematian Neonatal, Bayi, dan Balita masih sulit ditekan bahkan selama 10
tahun terakhir ini kematian neonatal ada dalam kondisi stagnan. Pendekatan
siklus hidup sejak dari masa janin sampai usia lanjut terus diupayakan,
diperlukan upaya strategis yang dimulai sejak masa kehamilan bahkan masa pra-
kehamilan agar terwujud generasi yang sehat dan tangguh. Periode pra-
kehamilan dan kehamilan harus disiapkan dengan baik, hal ini tertuang dalam
arah kebijakan RPJMN 2015-2019 yaitu mempercepat perbaikan gizi
masyarakat dengan fokus utama pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000
HPK).
Riskesdas 2013, prevalensi risiko KEK pada WUS (15-49 tahun) sebesar
20,8%, khususnya prevalensi tertinggi ditemukan pada WUS remaja (15-19
tahun) sebesar 46,6%, dibandingkan dengan kelompok lebih tua (20-24 tahun)
sebesar 30,6%. Sedangkan prevalensi risiko KEK pada ibu hamil (15-49 tahun)
sebesar 24,2%, khususnya prevalensi tertinggi ditemukan pada usia remaja (15-
19 tahun) sebesar 38,5% dibandingkan dengan kelompok lebih tua (20-24
tahun) sebesar 30,1%. Besaran masalah risiko Kurang Energi Kronik (KEK)
baik pada WUS dan bumil lebih banyak ditemukan pada kelompok usia remaja
(15-19 tahun), sehingga kelompok ini harus mendapat perhatian khusus. KEK
pada kelompok usia remaja tidak hanya masalah kurang pangan tetapi juga
akibat pengaruh gaya hidup. Masalah gizi lain pada ibu hamil adalah prevalensi
anemia sebesar 37,1% dan tinggi badan <150 cm sebesar 31,3%.
Masalah ibu hamil KEK disebabkan konsumsi zat gizi yang kurang.
Konsumsi energi penduduk Indonesia kurang dari 70% AKG 2004 sebesar
40,7% dan konsumsi protein kurang dari 80% AKG 2004 sebesar 37%
(Riskesdas 2010). Kekurangan zat gizi makro berkaitan dengan kekurangan zat
gizi mikro khususnya vitamin A, vitamin D, asam folat, zat besi, seng, kalsium
dan iodium.
5
Bagan Penyebab Masalah Gizi Ibu Hamil Kek
Nutrisi ibu hamil adalah kebutuhan zat gizi bagi seorang ibu pada saat
hamil. Zat gizi sendiri menurut Almatsier merupakan ikatan kimia yang
Nutrisi atau asupan seorang ibu disaat hamil sangat menentukan status gizi
ibu hamil tersebut. Menurut Almatsier, status gizi sendiri dapat diartikan
sebagai keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-
zat gizi, dapat dibedakan menjadi status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih.
Berdasarkan pengertian status gizi tersebut status gizi ibu hamil berarti keadaan
tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi sewaktu
hamil.
6
kandungan, apabila status gizi ibuburuk dalam kehamilan akan mengakibatkan
terhambatnya otak janin, abortus, dan sebagainya. Jadi pemantauan gizi ibu
Asupan gizi sangat menentukan kesehatan ibu hamil dan janin yang
dikandungnya. Kebutuhan gizi pada masa kehamilan akan meningkat sebesar 15%
dibandingkan dengan kebutuhan wanita normal. Peningkatan gizi ini
darah, plasenta, air ketuban dan pertumbuhan janin. Makanan yang dikonsumsi
oleh ibu hamil akan digunakan untuk pertumbuhan janin sebesar 40% dan
Secara normal, ibu hamil akan mengalami kenaikan berat badan sebesar 11-
13 kg. Hal ini terjadi karena kebutuhan asupan makanan ibu hamil meningkat
janin, mengganti sel-sel tubuh yang rusak atau mati, sumber tenaga, mengatur
karbohidrat dan lemak sebagai sumber zat tenaga, protein sebagai sumber zat
pembangun, serta vitamin dan mineral sebagai zat pengatur. Kebutuhan nutrien
adekuat, dimana peranan plasenta besar artinya dalam transfer zat-zat makanan
tersebut. Pertumbuhan janin yang paling pesat terutama terjadi pada stadium
akhir kehamilan. Misalnya pada akhir bulan ketiga kehamilan berat janin hanya
7
32-38. Sehingga dibutuhkan lebih banyak zat-zat makanan pada stadium akhir
kehamilan tersebut.
a. Karbohidrat
Janin mempunyai sekitar 9 g karbohidrat pada minggu ke 33 kehamilan, dan
pada waktu lahir meningkat menjadi 34 g. konsentrasi glikogen pada hati dan
oleh frekuensi glukosuria ibu hamil yang relatif tinggi dan adanya glukosuria
pada kebanyak wanita hamil setelah mendapat 100 gram dextrose per oral.
b. Protein
dan persiapan laktasi. Kebutuhan protein adalah 9 gram/hari. Sebanyak 1/3 dari
protein hewani mempunyai nilai biologis tinggi. Kebutuhan protein untuk fetus
adalah 925 gram selama 9 bulan. Efisiensi protein adalah 70%. Terdapat
+30%. WHO menganjurkan intake protein untuk ibu hamil sekitar 1,01 g/kg.
Oleh karena itu tiap-tiap negara dapat membuat rekomendasi yang khusus
8
masyarakatnya. Jumlah protein yang dianjurkan dalam diet harus disesuaikan
dengan nilai hayati protein yang dimakan. Makin rendah nilai hayati protein,
diet yang diperlukan. Nilai hayati protein, makin besar jumlah protein dalam
diet yang diperlukan. Nilai hayati protein nabati lebih rendah dari protein
hewani.
c. Lemak
Sebagian besar dari 500 g lemak tubuh janin ditimbun antara minggu 35-
40 kehamilan. Pada stadium awal kehamilan tidak ada lemak yang ditimbun
kecuali lipid esensial dan fosfolipid untuk pertumbuhan susunan saraf pusat
(SSP) dan dinding sel saraf. Sampai pertengahan kehamilan hanya sekitar 0,5%
lemak dalam tubuh janin, setelah itu jumlahnya meningkat, mencapai 7,8%
pada minggu ke-34 dan 16% sebelum lahir. Pada bulan terakhir kehamilan
sekitar 14 g emak per hari ditimbun. Transport asam lemak melalui plasenta
sekitar 40% dari lemak ibu, sisanya disintesa oleh janin. Baik lemak maupun
protein meningkat dengan cepat pada tiga bulan terakhir kehamilan bersamaan
subkutan, oleh karena itu pada bayi atern 80% jaringan lemak tubuh terdapat
mengejar kebutuhan ibu/fetus dan juga untuk cadangan fetus. Kebutuhan zat
suplemen untuk mengganti penggunaan zat besi oleh sum-sum tulang, fetus, dan
plasenta. Ibu hamil yang mengalami anemia akibat kekurangan zat besi akan
bayi saat dilahirkan (BBLR), kematian bayi saat dilahirkan, dan kematian bayi
sebelum dilahirkan. Sumber zat besi diperoleh dari hati, sumsum tulang, telur,
e. Kalsium (Ca)
penyerapan kalsium, kebutuhan 30-40 g/hari untuk janin, wanita hamil perlu
tambahan 600 mg/hari dan total kebutuhan ibu hamil selama kehamilan adalah
1200 mg/hari. Kalsium dapat diperoleh dengan mengonsumsi susu, keju, ikan
teri, rebon kering, kacang kedelai kering atau basah, dan brokoli segar.
f. Asam Folat
sehingga kebutuhan asam folat pada ibu hamil akan menigkat. Anemia akibat
kekurangan oksigen. Bila hal ini berlangsung lama akan berdampak pada
kerusakan oragna-organ tubuh. Rendahnya kadar asam folat pada wanita hamil
10
kecerdasan (retardasi mental). Kebutuhan asam folat pada wanita hamil
trisemester II, dan 470 ug per hari pada trisemester III bisa didapat dari sayuran
g. Kolin
Kolin merupakan salah satu vitamin B kompleks yang dibutuhkan oleh ibu
hamil, terutama pada minggu kedelapan belas kehamilan. Vitamin ini dapat
sedang tumbuh pesat. Kolin bisa didapat dari kuning telur, daging tanpa lemak,
h. Vitamin E
dari radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan kromosom atau jaringan
sel bayi, terutama paling rawan terjadi pada tahap-tahap awal kehamilan.
i. Vitamin A
Kebutuhan ibu hamil akan vitamin A harus dipenuhi yaitu sekitar 500 SI.
dan perlambatan pertumbuhan janin serta rendahnya berat badan bayi saat
mengonsumsi hati, susu, ikan laut, sayuran, dan buah berwarna hijau atau
kuning.
j. Vitamin B1
11
kebutuhannya dengan mengonsumsi biji-bijian, kacang-kacangan, padi-padian,
dan daging.
Bahan Makanan
k. Iodine Trimester I Trimester II dan III
Iodine adalah salah satu mineral yang dibutuhkan ibu hamil. Penambahan
Nasi/iodine
kebutuhan Penukar
pada masa3kehamilan¼adalah
gelas 25 µg. kekurangan
3 ½ gelaspada
iodine
masa
Daging/penukar
kehamilan 2 kretin½(tubuh
akan mengakibatkan potong 2 ditunjukkan
kerdil) yang ½ potong
dengan
yang sudah difortifikasi (diperkaya) iodine, bahan makanan yang berasal dari
Sayur 3 gelas 3 gelas
laut, serta tumbuhan yang hidup dekat pantai.
l. Zinc (Seng)
Buah 2 potong 2 potong
Kebutuhan ibu hamil akan zinc (seng) meningkat 5 mg karena tingkat zinc
Tepung sarikedelaiMakan
- Sehari untuk Ibu Hamil 4 sdm
Vitamin C 70 mg 70 mg
Zat Besi 31 mg 31 mg
Berikut ini contoh menu makanan untuk ibu hamil dalam sehari menurut
13
Pagi:
Nasi
wortel Susu
Nasi
Sop
Sayuran
Ikan
balado
Kripik
Tempe
Jeruk
Malam:
Nasi
Telur Balado
Perkedel Tahu
Tumis Tauge +
Baso Pisang
dilakukan adalah tinggi badan, berat badan sebelum hamil, pertambahan berat
(MUAC) atau yang lebih dikenal LILA dapat melihat perubahan secara paralel
dalam massa
menurut Depkes (1994) pengukuran LILA adalah suatu cara untuk mengetahui
KEK pada WUS. Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau
perubahan status gizi dalam jangka pendek. Apabila ukuran LILA kurang dari
23,5 cm atau di bagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai
risiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan BBLR. BBLR mempunyai risiko
anak.10
LILA yang rendah dapat menggambarkan IMT yang rendah pula. Ibu
yang menderita KEK sebelum hamil biasanya berada dalam status gizi yang
kurang, sehingga pertambahan berat badan selama hamil harus lebih besar.
Makin rendah IMT pra hamil maka makin rendah berat lahir bayi yang
15
Tabel 2.3 Status Gizi berdasarkan BMI.10
BMI Nutritional status
< 16.0 Severe malnutrition
16.0 - < 17.0 Moderate malnutrition
17.0 - < 18.5 Mild malnutrition
18.5 - < 25.0 Normal nutritional status
menapis wanita yang mempunyai risiko melahirkan bayi berat lahir rendah
(BBLR).
mana kehilangan otot dan jaringan lemak akibat asupan energi yang rendah dan/
atau kehilangan nutrisi akibat infeksi), rambut rontok, dan perubahan warna
16
pada rambut.10
operasi, tes diagnostik dan terapi, dan pengobatan yang berdampak pada status
gizi.10
penilaian status gizi, meliputi kuantitas dan kualitas diet, perubahan nafsu
Tanda dan gejala KEK adalah berat badan kurang dari 40 kg atau
a. Pengertian
bagian merah pita LILA. Menurut Depkes RI pada tahun 1994 didalam
usia subur (WUS) adalah salah satu deteksi dini yang mudah dan dapat
KEK. Wanita usia subur adalah wanita usia 15-45 tahun. LILA adalah
1. Mengetahui resiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu,
menderita KEK.
c. Ambang Batas
adalah 23,5cm, apabila ukuran LILA kurang dari 23,5cm atau dibagian
merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK, dan
lengan kiri (kecuali orang kidal kita ukur lengan kanan). Lengan harus
posisi bebas, lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang
etiologi yang mendasari malnutrisi itu, intervensi diet bekerja sama dengan ahli
yodium, vitamin D) di banyak negara, dan suplementasi pada ibu hamil juga
Pada kasus ringan sampai sedang, penilaian awal dan intervensi gizi
dapat dilakukan dalam rawat jalan, harus diperkaya makanan pelengkap, yang
19
diperlukan untuk mencapai berat badan minimal mingguan rata-rata sekitar 300
gram pada trimester kedua dan ketiga. Dalam kasus malnutrisi sedang sampai
penyebab IUGR (intrauterine growth retardation) dan berat lahir rendah. Tabel
trimester kedua dan trimester ketiga yang berhubungan dengan BMI pada saat
awal kehamilan. Wanita dengan penambahan berat badan yang tidak mencapai
khusus.13
DAFTAR PUSTAKA
1. Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan : Buku Ajar Ilmu Gizi.
Jakarta : EGC.
2. Atmarita, Tatang S, Fallah. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan
20
Masyarakat. Jakarta : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII.
3. Depkes Jateng, 1999. Petunjuk Teknis Pelacakan Kasus Gizi Buruk
Propinsi JawaTengah. Semarang.
4. Depkes RI. 1995a. Pedoman Kerja Tenaga Gizi Puskesmas. Jakarta.
5. Minarto. 2006. Upaya Departemen Kesehatan dalam Mengatasi Kurang
Gizi di Indonesia. Makalah disampaikan pada Kongres Nasional Jaringan
Epidemiologi Nasional 2006. Jakarta.
6. Riswan M. 2003. Anemia defisiensi besi pada wanita hamil di beberapa
praktek bidan swasta dalam Kota madya Medan. Bagian Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan.. Analisis
Program Gizi dan Kesehatan Ibu Hamil di Indonesia. Lembar Tugas S3 SPS
IPB, Bogor.
7. Supariasa. 2002. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta.
8. Surjadi C, Wirahardja R, Pariani S, Umiyati S. 2006. Penilaian Keadaan
Gizi di Jakarta dan Surabaya. Makalah disampaikan pada Kongres
Nasional Jaringan Epidemiologi Nasional 2006. Jakarta.
9. Kepmenkes RI, 2007. Pedoman Operasional Keluarga Sadar Gizi di Desa
Siaga. Jakarta: Departemen Kesehatan.
10. NACS. Module 2. Nutrition assessment and classification. USAID and
PEPFAR; 2013.
11. Shashidhar HR, Grigsby DG. Malnutrition treatment and management.
Medscape; 2016.
12. WHO. Management of severe acute malnutrition in individuals with
active tuberculosis; 2015.
13. Institute of Medicine. Weight gain during pregnancy: Re-examining the
Guidelines. Washington DC, National Academy of Sciences; 2009.
14. Direktorat Bina Gizi Kemenkes RI. 2013. Rencana Kerja Pembinaan Gizi
Masyarakat tahun 2013. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA
15. Depdikbud. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Balai
Pustaka.
16. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta
17. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
21
22