Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) merupakan problem kesehatan, sekitar 3 -10
% PJT terjadi di Amerika Serikat. PJT ini berhubungan dengan angka kesakitan dan
kematian perinatal.1,9 Anak dengan PJT merupakan resiko tinggi terjadinya defisit
intelektual serta kelemahan fisik di kemudian hari.1
Pertumbuhan janin terhambat merupakan suatu keadaan dimana terjadi gangguan
nutrisi dan pertumbuhan janin yang mengakibatkan berat badan lahir di bawah batasan
tertentu dari umur kehamilannya.Definisi Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) yang
paling sering dipakai adalah bayi-bayi yang mempunyai berat badan di bawah 10
persentil dari kurva berat badan yang normal. Ada juga. yang mengambil batasan 5
persentil, bahkan ada yang menggunakan 2 SD (kira-kira 3 persentil). Penentuan batasan
persentil sesuai kurva yang dipakai serta membutuhkan penentuan usia kehamilan yang
tepat juga.2
Upaya untuk memasukan diagnosis PJT sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam
kandungan merupakan hal yang sangat penting untuk kemudian diikuti dengan
pemantauan kesejahteraan dan penanganannya agar dapat dihindari kejadian kesakitan
dan kematian perinatal. Sekitar 70 % kematian akibat PJT, dapat dicegah, bila kelainan
dikenal sebelum kehamilan 34 minggu. 1,2
Sampai saat ini dengan segala keterbatasannya, USG merupakan metode
pemeriksaan yang paling akurat untuk mendeteksi memantau PJT.,3
Cairan amnion penting dalam perkembangan dan pertumbuhan normal janin.
Penurunan (oligohidramnion) dan peningkatan polihidramnion volume cairan amnion
secara signifikan berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas perinatal. Terdapat suatu
sistem yang mengatur perkembangan volume cairan amnion serta perubahan komposisi
selama masa gestrasi. Volume cairan amnion meninggkat dengan cepat sampai usia
gestari 30 34 minggu dan kemudian menurun sepaqnjang sisia kehamilan. Komposisi
cairan amnion juga mengalami perubahan selama kehamilan ; pada trimester pertama .
cairan amnion isoosmotik terhadap plasma janin dan dengan bertambahnya gestrasi,
cairan amnion menjadi lebih hipotonik terhadap plasma janin dan maternal. 4

Dua metode yang sekarang di gunakan adalah tekhnik s3emikuantitatif


ultrasonografi yang di gunakan untuk menilai amniotik fluid indek (AFI), atau penilaian
kedalaman satu kantong vertikal (single deepest vertical pocket). 5
Polihidramnion didefenisikan dimana AFI > 24 cm yang terjadi pada akhir
trimester kedua dan trimester ketiga. Insiden kejadiannya antara 0,4% sampai 3,3%.
Etiologi polyhydramnion bermacam macam dan di pengaruhi oleh sejumlah kondisi
maternal dan fetal, termasuk diabetes melitus, anomali kongenital , isoommunisasi,
kehamilan multiple, dan abnormalitas plasenta. Jika tidak di dapat penyebab yang pasti
maka didiagnosa sebagai idiopatik polihydramnion. Analisa polyhydramnion yang di
lakukan oleh Hill dkk mandapatkan 66% insiden idiopatik polyhydramnion pada
kelompokk dengan polyhydramnion.6
Berikut ini dilaporkan suatu laporan kasus seorang pasien 25 tahun datang ke
IGD kebidanan dan penyakit kandungan pada tanggal 29 Maret 2005 dengan diagnosis :
G1P0A0H0 gravid Preterm + Polihidramnion. Anak hidup intra uterin. Pada saat itu
dilakukan pemeriksaan USG, dan didapatkan kesan : gravid preaterm 34 35 mgg +
PJT+ polihidramnion, janin hidup sedangkan hasil CTG reaktif .Pasien kemudaian di
rencanakan untuk konservatif dan anjurkan untuk pematangan paru selama 2 hari. Pada
tanggal 2 April 2005 pasien dilakukan lagi pemeriksaan USG , di dapat kesan : Gravid 34
35 mg + PJT + Megavesica + Polihidramnion danpasien dirawat di bangsal kebidanan
dan tetap di putuskan untuk konservatif . Pada tanggal 9 April 2005

jam 05.00 WIB,

pasien ,melahirkan bayi perempuan dengan berat badan 1568 , panjang badan : 40 cm
dengan apgar scor 4/5 dan kemudian di rawat di bagian anak.

BAB II
STATUS PASIEN

Identitas
Nama

: Ny Nofri yanti

Umur

: 25 tahun

Alamat

: Sicincin

MR

: 01 58 49

Tanggal

: 01 03 2005

Anamnesis
Seorang pasien wanita () umur 25 tahun datang ke KB IGD tanggal 29 Maret 2005,
pukul 13 40 dengan keluhan perut merasa tenggang selama 3 hari ini
Riwayat Penyakit Sekarang
-

Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (-)

Keluar lendir campur darah dari kemaluan (-)

Keluar air-air yang banyak dari kemaluan (-)

Keluar darah yang banyak dari kemaluan (-)

Tidak haid sejak 8bulan yang lalu

HPHT lupa

Gerak anak dirasakan sejak 2 bulan yang lalu

Riwayat hamil muda : mual (+), muntah (-), perdarahan (-)

Pemeriksaan antenatal: ke bidan 4 kali dan poli kebidana 1 kali

Riwayat hamil tua

: mual (-), muntah (-), perdarahan (-)

Riwayat menstruasi

: Menars usia 13 tahun, siklus teratur 1 x 28 hari,lama 5 7

TP sulit ditentukan.

hari, banyaknya 2-3 ganti duk/hari, nyeri haid (-).


Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada riwayat sakit jantung, paru, hati, ginjal, DM dan hipertensi

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang sakti menular, keturunan dan kejiwaan
Riwayat Perkawinan

: Satu kali, pada tahun 2002

Riwayat hamil / abortus / persalinan

: 1/0/0

I.

Sekarang

Riwayat kontrasepsi

: Tidak ada

Riwayat imunisasi

: 1 x TT di Bidan

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum

: Sedang

Kesadaran

: Compos Mentis Cooperatif

Tekanan Darah

: 110/60 mmHg

Nadi

: 80 x/menit

Pernafasan

: 20 x/menit

Suhu

: 370 C

TB

: 145 cm

BB

: 55 kg

His

: (-)

BJA

: 142 x/menit

Mata

: Konjungtiva tidak anemis


Sklera tidak ikterik

Leher

: JVP 5-2 cmH2O


Kelenjar tiroid tidak membesar

Thoraks

: Jantung dalam batas normal


Paru dalam batas normal

Abdomen

: Status Obstetrikus

Genitalia

: Status Obstetrikus

Ekstremitas

: Edema -/-, Reflek Fisiologis +/+, Reflek Patologis -/-

Status Obstetrikus
Muka

: Kloasma gravidarum (+)

Mammae

: Membesar, tegang, A/P hiperpigmentasi, colostrum (+)

Abdomen:
Inspeksi

: Membuncit melebihi usia kehamilan aterm, linea mediana hiperpigmentasi, striae gravidarum (+), sikatriks (-).

Palpasi

Leopold I

: FUT 3 jari atas pusat, teraba massa besar noduler


Bagian bagian janin sukar di nilai

TFU

: 33

TBA

: sukar di tentukan

His

: (-)

Perkusi

: Timpani

Auskultasi

: Bising Usus (+) Normal

Genitalia :
Inspeksi
VT :

: V/U tenang
1 jari
Portio tebal 1 cm,posterior, lunak
Ketuban (+)
Teraba kepala Floating

UPD : Promontorium tak tercapai


Linea inominata teraba 1/3-1/3
Sacrum cekung
Dinding samping panggul lurus
Os. Coccigeus mudah digerakkan
Arkus pubis > 900
UPL : DIT dapat dilewati 1 tinju dewasa ( 10,5 cm )
Kesan : Panggul Luas.
Diagnosa : G1 P0 A0 H0 Gravida preterm + Susp Polihidramnion
Anak hidup tunggal intra uterin let kep floting

Sikap

: -

Kontrol KU, VS, BJA, tanda inpartu.

Periksa lab. Darah lengkap.

USG & CTG

Rencana
Konservatif
Tgl : 30 3 2005
Hasil USG :

Janin tunggal intrauterine let kepala


FM (+) , FHM (+)
Plasenta tertanam di korpus kanan depan grade I-II
BPD

: 72,3 HL

: 61,3 FL

AFI

: 32

: 1300 gram

TBA

: 67,3 AC

: 245

Kesan : gravid 34-35 mg ,+ Hidramnion + PJT Janin Hidup


Hasil CTG:

Baseline

: 150-160 dpm

Variabilitas

: 4-6 dpm

Akselerasi

: (+)

Deselerasi

: (-)

Gerak janin

: (+)

Kontraksi

: (-)

Kesan : CTG Reaktif


Lapor konsulen : Advise lakukan pematangan paru : Dexametason 1 x 12 mg
Hasil Lab Darah
Hb

: 11,3 g%

Leuko

: 21.000 /mm

Ht

: 32 %

Trombo

: 249.000 /mm3

GDR

: 78 mg%

Ureum

: 21 mg%

Kreatinin

: 0,7 mg%

Protein Total : 8,3 mg%


Albumin

: 3,9 mg%

Globulin

: 4,4 mg%

SGOT

: 20

SGPT

: 11

Tgl : 2 4 - 2005
Hasil USG :

Janin hidup tunggal intrauterine let kepala


Tampak gambaran Cleanced Hand dan polidactili pada tungkai
Tampak gambaran Talipes eguimvarum
Tampak gambaran mega vesika, jantung tak jelas kelainan kongenital
Tak tampak kelainan kongenital mayor lain
Plasenta tertanam di korpus kanan depan
BPD

: 72

HL

: 57

FL

Ketuban 10,7 (Single Poket) TBA

: 67,

AC

: 1400 gram

Kesan : gravid 34-35 mg ,+Polihidramnion + PJT Janin Hidup


1 April 2005
Anamnesis
Gerak anak +
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum

: Sedang

Kesadaran

: Compos Mentis Cooperatif

Tekanan darah

: 110/70 mmHg

Nadi

: 80 x/menit

Pernafasan

: 20 x/menit

Suhu

: 370 C

His

: (-)

BJA

: 13 - 12 13

: 262

SI

: dbn

SO

: stq

Diagnosa : G1 P0 A0 H0 Gravida preterm + Susp Polihidramnion


Anak hidup tunggal intra uterin let kep floting
Sikap
Kontrol KU, VS, Jumlah Urine, Reflek Patela,
Rencana
Konservatif
Anamnesis
Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (+), makin lama makin kuat
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum

: Sedang

Kesadaran

: Compos Mentis Cooperatif

Tekanan darah

: 170/110 mmHg

Nadi

: 84 x/menit

Pernafasan

: 20 x/menit

Suhu

: 370 C

His

: 6-7/30/s

BJA

: 170 x / menit

SI

: dbn

Genitalia

: I: V/U tenang
VT : Pembukaan 2-3cm
Ketuban (-) sisa jernih
Teraba kepala UUK ki mel H1-II

UPD

: Kesan luas

Diagnosa G1 P0 A0 H0 Gravida preterm + Polihidramnion + PJT + Kala I fase Aktif


Anak hidup tunggal intra uterin let kep UUK ki mel H1-II

Sikap
Nilai 4 jam lagi
Awasi KU, VS, his, KDL
Rencana
Partus pervaginam
Anamnesis
Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (+), makin lama makin kuat
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum

: Sedang

Kesadaran

: Compos Mentis Cooperatif

Tekanan darah

: 170/110 mmHg

Nadi

: 84 x/menit

Pernafasan

: 20 x/menit

Suhu

: 370 C

His

: 3-4/40/k

BJA

: 175 x / menit

SI

: dbn

Genitalia

: I: V/U tenang
VT : Pembukaan 7-8cm
Ketuban (-) sisa jernih
Teraba kepala UUK ki dep H1I -II

UPD

: Kesan luas

Diagnosa G1 P0 A0 H0 Gravida preterm + Polihidramnion + PJT + Kala I fase Aktif


Anak hidup tunggal intra uterin let kep UUK ki dep H1I-III
Sikap
Nilai 2 jam lagi
Awasi KU, VS, his, KDL

Rencana
Partus pervaginam
Anamnesis
Pasien kesakitan dan ingin mengedan
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum

: Sedang

Kesadaran

: Compos Mentis Cooperatif

Tekanan darah

: 170/110 mmHg

Nadi

: 84 x/menit

Pernafasan

: 20 x/menit

Suhu

: 370 C

His

: 2-3/ 50/k

BJA

: 175 x / menit

SI

: dbn

Genitalia

: I: V/U tenang
VT : Pembukaan lenglap
Ketuban (-) sisa jernih
Teraba kepala UUK dep HII-IV

UPD

: Kesan luas

Diagnosa G1 P0 A0 H0 Gravida preterm + Polihidramnion + PJT + Kala I I


Anak hidup tunggal intra uterin let kep UUK dep HII-IV
Sikap
Pimpin mengedan
Awasi KU, VS, his,
Rencana
Partus pervaginam
Jam 05.00
Lahir bayi perempuan dengan : berat badan : 1568 , panjang badan 40 cm , A/S : 4/5

10

BAB III
DISKUSI

Telah dilaporkan suatu laporan kasus seorang pasien 25 tahun datang ke IGD
kebidanan dan penyakit kandungan pada tanggal 29 Maret 2005 dengan diagnosis :
G1P0A0H0 gravid Preterm + Polihidramnion. Anak hidup intra uterin. Pada saat itu
dilakukan pemeriksaan USG, dan didapatkan kesan : gravid preaterm 34 35 mgg +
PJT+ polihidramnion, janin hidup sedangkan hasil CTG reaktif .Pasien kemudaian di
rencanakan untuk konservatif dan anjurkan untuk pematangan paru selama 2 hari. Pada
tanggal 2 April 2005 pasien dilakukan lagi pemeriksaan USG , di dapat kesan : Gravid 34
35 mg + PJT + Megavesica + Polihidramnion danpasien dirawat di bangsal kebidanan
dan tetap di putuskan untuk konservatif . Pada tanggal 9 April 2005

jam 05.00 WIB,

pasien ,melahirkan bayi perempuan dengan berat badan 1568 , panjang badan : 40 cm
dengan apgar scor 4/5 dan kemudian di rawat di bagian anak.
Pada kasus ini terdapat berbagai macam permasalahan, diantaranya :
1.

Bagaimana diagnosa dan penatalaksanaan antenatal pada kasus ini

2.

Apakah penyebab PJT dan polihidramnion pada kasus ini..

3.

Bagaimana sikap kita dalam menghadapi kasus kehamilan dengan


komplikasi PJT dan polihidramnion pada kasus ini.

Diagnosa PJT dan Polihidramnion


Pada kasus ini pesien didiagnosa dengan PJT dan polidramnion dimana diagnosa
PJT didapatkan dari pemeriksaan ultrasonografi Dari USG di dapat usia kehamilan 34
35 mg dengan taksiran berat anak yang hanya 1400 gr.
Definisi Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) yang paling sering dipakai adalah
bayi-bayi yang mempunyai berat badan di bawah 10 persentil dari kurva berat badan
yang normal. Ada juga. yang mengambil batasan 5 persentil, bahkan ada yang
menggunakan 2 SD (kira-kira 3 persentil). Penentuan batasan persentil sesuai kurva yang
dipakai serta membutuhkan penentuan usia kehamilan yang tepat juga.2

11

Diagnosis dan pemantauan PJT dengan USG secara garis besar bertujuan :
1. Menentukan adanya gangguan pertumbuhan dengan pengukuran fetal morphometri
(biometri janin)
2. Menentukan etiologi, derajat penyakit dan prognosisnya dengan pemeriksaan
fungsional janin (functional assessment)
Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa diagnosis PJT USG dapat dilakukan
dengan pemeriksaan : 2,3,7,8
1. Biometri janin
2. Penaksiran berat badan janin
3. Pemantauan laju pertumbuhan biometri janin secara serial
4. Pemantauan fungsional janin melalui :
a) Penilaian volume cairan ketuban
b) Penilaian kesejahteraan janin
c) Pengukuran Doppler velocimetry
d) Penilaian maturasi plasenta
e) Penilaian ketebalan lemak subkutan
f) Penilaian ketebalan lemak dan jaringan otot
g) Dan lain-lain
Diagnosis klinis PJT ditegakkan berdasarkan pengamatan faktor resiko dan
ketidaksesuaian tinggi fundus uteri dengan umur kehamilannya. Adapun pemeriksaan
yang dianjurkan untuk menegakkan diagnosis PJT dapat dilihat pada. tabel 1 3

12

Tabel 1. Pemeriksaan yang dianjurkan pada dugaan PJT


Anamnesis:

Kenaikan berat badan selama kehamilan

Pemakaian rokok

Penggunaan obat-obatan tertentu

Riwayat PJT sebelumnya


Pemeriksaan Fisis:

Tinggi dan berat badan

Tekanan darah
Pemeriksaan Laboratorium

Serologi CMV, rubella, toksoplasmosis

Serologi SLE

Pemeriksaan fungsi ginjal

GTT
Pemeriksaan Janin

Pemeriksaan USG untuk menyingkirkan cacat bawaan

Pemeriksaan kromoso janin


Pemeriksaan fungsi plasenta

USG

Penatalaksanaan untuk konservatif pada pasien sudah tepat dengan tujuan


pematangan paru janin. Untuk menentukan pematangan paru di perlukan pemeriksaan
fungsi pematangan paru untuk menilai tingkat kematangan paru dan pada kasus ini
sangat penting. Kadar Lecetin Sphingomyelin (L:S) ratio dan kadar (PG) dalam cairan
amnion penting dilakukan untuk mencegah terjadinya sindroma gagal nafas.

Salah satu

metode pemeriksaan maturitas paru secara biofisik yang dapat dilakukan pada kasus ini
adalah pemeriksaan uji stabilitas busa (uji kocok). Pada kepustakaan dinyatakan bahwa
uji biofisik ini memiliki kelebihan karena cara pemeriksaannya sederhana, hasilnya cepat
serta lebih ekonomis

10

13

Setelah diagnosis PJT sudah ditegakkan maka hal-hal yang dapat dilakukan
adalah sebagai berikut : 2,11,12
1. Menghilangkan

faktor

penyebabnya

seperti

mengobati

hipertensi,

infeksi,

menghindari pemakaian rokok, alkohol, obat-obatan tertentu dsb.


2. Bed rest masih dianjurkan dengan menghindarkan pekerjaan fisik yang berat untuk
memperbaiki aliran darah dari uterus ke janin.
3. Memberikan nutrisi yang baik Pemberian makanan tambahan sebesar 300 kalori per
hari
4. Pemantauan kesejahteraan janin dapat dilakukan dengan pemeriksaan

USG : Deteksi oligohidramnion


-

Pemantauan pertumbuhan janin

Doppler Velocimetri

Profil biofisik janin

KTG : ada tidaknya akselerasi, deselerasi, variabilitas, denyut jantung janin


(NST,OCT)
Maturitas paru janin
2. Terminasi kehamilan dilakukan pada PJT apabila
a) Janin sudah matur
b) Ditemukan tanda gawat janin(hipoksia),berupa:

Oligohidramnion

Deselerasi lambat (OCT positif)

Deselerasi variabel yang menetap

Variabilitas < 5 bpm (NST non reaktif)

Gelombang akhir diastol yang terbalik (REDV = reversed


of end diastolic velocity)

Setelah pemberian kortikosteroid pada janin yang prematur

3. Pemantauan

denyut jantung janin secara kontinyu selama persalinan. Kejadian

deselerasi variabel sering kali terjadi pada persalinan bayi PJT dengan
oligohidramnion.

14

4. Dignosis hipoksia janin dan asidosis dapat ditegakkan dengan lebih pasti apabila
dapat dilakukan pemeriksaan pH kulit kepala janin yang nilainya < 7,2
5. Resusitasi intra uterin dapat dilakukan bila ada indikasi
6. Tindakan SC atau ekstraksi forseps dapat dilakukan apabila ditemukan gawat janin
pada pembukaan yang belum lengkap atau sudah lengkap.
7. Tali pusat segera dijepit dan digunting untuk menghindari terjadinya penambahan
darah pada janin yang telah mengalami sindroma polisistemik hiperviskositas
8. Pemeriksaan kadar gas kimia darah janin sangat dianjurkan untuk menentukan jenis
pengelolaan janin selanjutnya.
9. Penanganan neonatus secara adekuat merupakan hal yang sangat menentukan
prognosis bayi tersebut selanjutnya.
Pada pasien ini juga di diagnosa denga polihidramnion. jumlah air ketuban single
pocket 10,7 mm. Pada kepustakaan didapatkan bahwa polidramnion merupakan suatu
keadaan dimana didapatkan nilai amniotic fluit index ( AFI ) lebih dari 24 cm atau
penilaian satu kantung ( single packet of fluit ) sedikitnya 8 cm dimana akan
menggambarkan volume cairan amnion lebih dari 2000 ml. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan uterus yang besar melebihi usia 9
Metode lain yang non invasif yang bisa digunakan sebagai prediksi volume cairan
amnion pada trimester ketiga kehamilan adalah dengan penilaian kantong amnion dengan
menggunakan USG 3-dimensi. Dengan menggunakan metode ini kita dapat memperoleh
nilai pAFV ( prediction of amniotic fluid volume ) dimana nilainya dapat digunakan
secara lengsung sebagai

presiksi

volume

cairan

amnion

intra

uterin pada

trimester ketiga 13
Pada kasus ini karena pesien merupakan kehamilan dengan kolompok resiko
tinggi, maka seharusnya pada saat ante-natal penting sekali dilakukan pemeriksaan
gambar fetal heart rate ( FHR ) dengan menitoring elektronik janin untuk saat persalinan
sebagai akibat insifisiensi plasenta. Teknik yang lebih baik dilakukan adalah dengan
melakukan pemeriksaan Doppler arteri umbilikas janin dimana dapat mengidentifikasi
lebih awal gawat janin dan dengan demikian akan memberikan kemungkinan untuk
intervensi sebelum gawat janin menjadi lebih signifikan. Hal ini memberikan toleransi

15

janin terhadap stess saat persalinan dimana derajat dari cadanan plasenta masih ada,
sehingga dapat menurunkan persalinan seksiosesaria karean fetal distress. 14
Penyebab PJT dan polihidramnion
Pertumbuhan Janin Terhambat dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang
berkaitan dengan kelainan pada janin, plasema dan ibu.3,15
Tabel 1. Faktor-faktor penyebab PJT
Faktor Janin
Abnormalitas
kromosom
Trisomi 21,18,13
Sind, Turmer
Delesi kromosom
Disomi unuparental
Malformasi
struktural
Anensefalus
Omfalokel
Hernia Diafi-agma
Agenesis renal
Malformasi jantung
Malformasi multiple

Faktor Plasenta
Invasi
tropoblas
abnormal
Infark plasenta
Solusio plasenta
Malformasi vaskuler
Insersi vilamen tali
pusat
Plasenta previa
Plasenta
sirkum
valata
Korioangioma

Faktor Ibu
Faktor konstitusi :
BB / TB
Ras
Faktor nutrisi
-Pertambahan berat badan
selama hamil tidak memuaskan
- Berat sebelum hamil rendah
- Penyakit inflamasi usus
- Pankreatitis kronik operasi
gastrointestinal

Kehamilan ganda
Monokorion
Cacat bawaan pada
satu janin
Sindroma
tranfusi
antar janin

Kondisi filipoksia
Penyakit paru berat
Penyakit jantung sianotik
Anemia sel sabit
Kelainan vaskuler
Hipertensi kronis
Preeklampsia
Peny. Kolagen Vaskuler
DM tipe I
Antibodi antifosfolipid

Infeksi
Rubella
Citomegalo virus
Varicella Zooster

Kelainan Ginjal
Glomeniloneffitis
Tranplantasi ginjal
GGK
Faktor Lingkungan
Tempat tinggi
Merokok
Obat-obatan
Riw, Obstetri lalu
Riw lahir mati

16

Riw PJT
Riw. Partus preterm
Pada pasien ini penyebab dari polihidramnion belum dapat di pastikan .Dari
kepustakaan dinyatakan bahwa polihidramnion merupakan suaru komplikasi yang terjadi
kira-kira 1.5% dari kehamilan dan biasanya berhubungan dengan buruknya luaran
perinatal. Meskipun penyebabnya pada sebahagian besar kehamilan masih belum jelas,
biasanya berhubungan dengan peningkatan insiden anomali kongenital, penyimpangan
koromosom, isoimmuniasi, makrosomia dan kehamilan multiple.
Pada kasus ini penatalaksanaan untuk konsevatif dapat di benarkan , hal ini perlu
diperhatikan karena ada kemungkinan bayi sudah besar tapi fungsi jantung belum matang
Pada dasarnya pengelolaan kehamilan dengan PJT adalah sebagai berikut : 2,11,12
1. Deteksi dini kelompok resiko tinggi
2. Menghilangkan faktor penyebab, seperti : nutrisi, merokok
3. Pemantauan ibu dan janin
4. Terminasi kehamilan pada waktu. yang optimal
5. Pengelolaan neonatus dengan PJT secara optimal
Setelah diagnosis PJT sudah ditegakkan maka hal-hal yang dapat dilakukan
adalah sebagai berikut :
1. Menghilangkan faktor penyebabnya seperti mengobati hipertensi, infeksi,
menghindari pemakaian rokok, alkohol, obat-obatan tertentu dsb.
2. Bed rest masih dianjurkan dengan menghindarkan pekerjaan fisik yang berat
untuk memperbaiki aliran darah dari uterus ke janin.
3. Memberikan nutrisi yang baik Pemberian makanan tambahan sebesar 300 kalori
per hari
4. Pemantauan kesejahteraan janin dapat dilakukan dengan pemeriksaan
a. USG : Deteksi oligohidramnion
b. Pemantauan pertumbuhan janin
c. Doppler Velocimetri
d. Profil biofisik janin

17

e. KTG : ada tidaknya akselerasi, deselerasi, variabilitas, denyut jantung


janin (NST, OCT)
f. Maturitas paru janin
5. Terminasi kehamilan dilakukan pada PJT apabila
i. Janin sudah matur
ii. Ditemukan tanda gawat janin(hipoksia),berupa:
1. Oligohidramnion
2. Deselerasi lambat (OCT positif)
3. Deselerasi variabel yang menetap
4. Variabilitas < 5 bpm (NST non reaktif)
5. Gelombang akhir diastol yang terbalik (REDV = reversed
of end diastolic velocity)
6. Setelah pemberian kortikosteroid pada janin yang prematur
6. Pemantauan denyut jantung janin secara kontinyu selama persalinan. Kejadian
deselerasi variabel sering kali terjadi pada persalinan bayi PJT dengan
oligohidramnion.
7. Dignosis hipoksia janin dan asidosis dapat ditegakkan dengan lebih pasti apabila
dapat dilakukan pemeriksaan pH kulit kepala janin yang nilainya < 7,2
8. Resusitasi intra uterin dapat dilakukan bila ada indikasi
9. Tindakan SC atau ekstraksi forseps dapat dilakukan apabila ditemukan gawat
janin pada pembukaan yang belum lengkap atau sudah lengkap.
10. Tali pusat segera dijepit dan digunting untuk menghindari terjadinya penambahan
darah pada janin yang telah mengalami sindroma polisistemik hiperviskositas
11. Pemeriksaan kadar gas kimia darah janin sangat dianjurkan untuk menentukan
jenis pengelolaan janin selanjutnya.
12. Penanganan neonatus secara adekuat merupakan hal yang sangat menentukan
prognosis bayi tersebut selanjutnya.

18

BAB III
KESIMPULAN

1.

Diagnosa

pada

kasus

ini

sudah

tepat

berdasarkan

ultrasonografi

dan

penatalaksanaan pasien ini secara konservatif mengingat paru paru belum matang.
2.

Penyebab polihidramnion pada pasien ini belum dapat di tentukan

3.

Penentuan jumlah cairan amnion dengan teknik perhitungan satu kantong maupun
perhitungan AFI dengan USG 2-dimensi dapat menentukan jumlah cairan amnion.

4.

Diagnosis dan penatalaksanaan PJT dan polihidramnion pada kasus ini sudah sesuai
dengan kepustakaan.

19

KEPUSTAKAAN
1. Arias F: Fetal Growth Retardation in Practicical guide to High Risk Pregnancy
and delivery, 2 ed mosby year Book Inc 1993: 301-16
2. Mose JC ; Pengelolaan pertumbuhan janin terhambat (PJT) di Bidang Obstetri ,
dalam naskah lengkap kongres nasional Perinasea VII Medan 2003 ; 146 50
3. Endjun JJ : diagnosa Sonografi pertumbuhan janin terhambat dalam
ultrasonografi Obsteri dan Gynecologi, editor Mose JC, dkk PIT XiV POGI
Bandung 2004 ; 64 -74
4. Mann SE, Nijland MJM, Ross MG. Mathematic modeling of human amniotic
fluid dynamics. Am Jobstet Gynecol 1996; 175: 4: 25-32.
5. Chauhan SP, Magann EF, Merrison JC. Utrasonographic assessment of amniotc
fluit does not reflect actual amniotic fluid volume. Am Jobstet Gynocol 1999; 1;
177: 2.
6. Kemp AP, Nguyen T, Chang E. Idiopathic polyhydramnios and perinatal outcome.
Am Jobstet Gynecol 1999; part 1; 181: 5.
7. Cunningham FG et al. Fetal Growth Disorders in William Obstetrics st edition.
The McGrow Hill Companies. New York. 2001. p 744 - 60.
8. Manningg F : Intreauterine Growth Restriction ; Diagnosis, Prognostication, and
management based on Ultrasond Methode in Sonografi in Obsteric dan
Gynecologi Principle & Practise, 6 ed, Fleischer AC editor, Mc Graw Hill, New
York, 2001, 615 33
9. Boyd RL. Polyhydramnios and Oligohydramnios, emedicin 2002 ; p 1- 0
10. Karsono B. Sukfaktan dan Penilaian Maturitas Paru Janin. Kursus Perinatologi.
Pertemuan Tahunan Perkumpulan VIII POGI. Bandung, 1992. Hal 1-8.
11. Leung KY, Liu Jys ; Modern managenent of Intrauterine Groeth Retardation
HKMJ 1998; Vol 4 ; 42 6
12. Peleg D and hunter SK ; Intrauterine Growth Restriction : iden5tification and
Management in American family Physician, 1998.

20

13. Hombo Y, Ohshta M, Takamura S. Direct prediction of amniotic fluid volume in


the third trimester by 3-dimensional measurements of intrauterine pockets: A tool
for routine clinical use. Am Jobstet Gynecol 2002; 186. 2.
14. William KP. Screening for fetal well-being in high-risk pregnancy population
comparing the nonstress test with umbilical artery doppler velocimetry:
Arandomized controlled clinical trial. Am Jobstet Gynecol 2003; 188. 5.
15. Vandenbosche RC, Kirchner JT : Intrauterine Growth Retragtion in American
Family Physician. 1998

21

Anda mungkin juga menyukai