PENDAHULUAN
Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) merupakan problem kesehatan, sekitar 3 -10
% PJT terjadi di Amerika Serikat. PJT ini berhubungan dengan angka kesakitan dan
kematian perinatal.1,9 Anak dengan PJT merupakan resiko tinggi terjadinya defisit
intelektual serta kelemahan fisik di kemudian hari.1
Pertumbuhan janin terhambat merupakan suatu keadaan dimana terjadi gangguan
nutrisi dan pertumbuhan janin yang mengakibatkan berat badan lahir di bawah batasan
tertentu dari umur kehamilannya.Definisi Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) yang
paling sering dipakai adalah bayi-bayi yang mempunyai berat badan di bawah 10
persentil dari kurva berat badan yang normal. Ada juga. yang mengambil batasan 5
persentil, bahkan ada yang menggunakan 2 SD (kira-kira 3 persentil). Penentuan batasan
persentil sesuai kurva yang dipakai serta membutuhkan penentuan usia kehamilan yang
tepat juga.2
Upaya untuk memasukan diagnosis PJT sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam
kandungan merupakan hal yang sangat penting untuk kemudian diikuti dengan
pemantauan kesejahteraan dan penanganannya agar dapat dihindari kejadian kesakitan
dan kematian perinatal. Sekitar 70 % kematian akibat PJT, dapat dicegah, bila kelainan
dikenal sebelum kehamilan 34 minggu. 1,2
Sampai saat ini dengan segala keterbatasannya, USG merupakan metode
pemeriksaan yang paling akurat untuk mendeteksi memantau PJT.,3
Cairan amnion penting dalam perkembangan dan pertumbuhan normal janin.
Penurunan (oligohidramnion) dan peningkatan polihidramnion volume cairan amnion
secara signifikan berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas perinatal. Terdapat suatu
sistem yang mengatur perkembangan volume cairan amnion serta perubahan komposisi
selama masa gestrasi. Volume cairan amnion meninggkat dengan cepat sampai usia
gestari 30 34 minggu dan kemudian menurun sepaqnjang sisia kehamilan. Komposisi
cairan amnion juga mengalami perubahan selama kehamilan ; pada trimester pertama .
cairan amnion isoosmotik terhadap plasma janin dan dengan bertambahnya gestrasi,
cairan amnion menjadi lebih hipotonik terhadap plasma janin dan maternal. 4
pasien ,melahirkan bayi perempuan dengan berat badan 1568 , panjang badan : 40 cm
dengan apgar scor 4/5 dan kemudian di rawat di bagian anak.
BAB II
STATUS PASIEN
Identitas
Nama
: Ny Nofri yanti
Umur
: 25 tahun
Alamat
: Sicincin
MR
: 01 58 49
Tanggal
: 01 03 2005
Anamnesis
Seorang pasien wanita () umur 25 tahun datang ke KB IGD tanggal 29 Maret 2005,
pukul 13 40 dengan keluhan perut merasa tenggang selama 3 hari ini
Riwayat Penyakit Sekarang
-
HPHT lupa
Riwayat menstruasi
TP sulit ditentukan.
: 1/0/0
I.
Sekarang
Riwayat kontrasepsi
: Tidak ada
Riwayat imunisasi
: 1 x TT di Bidan
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
: Sedang
Kesadaran
Tekanan Darah
: 110/60 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Pernafasan
: 20 x/menit
Suhu
: 370 C
TB
: 145 cm
BB
: 55 kg
His
: (-)
BJA
: 142 x/menit
Mata
Leher
Thoraks
Abdomen
: Status Obstetrikus
Genitalia
: Status Obstetrikus
Ekstremitas
Status Obstetrikus
Muka
Mammae
Abdomen:
Inspeksi
: Membuncit melebihi usia kehamilan aterm, linea mediana hiperpigmentasi, striae gravidarum (+), sikatriks (-).
Palpasi
Leopold I
TFU
: 33
TBA
: sukar di tentukan
His
: (-)
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
Genitalia :
Inspeksi
VT :
: V/U tenang
1 jari
Portio tebal 1 cm,posterior, lunak
Ketuban (+)
Teraba kepala Floating
Sikap
: -
Rencana
Konservatif
Tgl : 30 3 2005
Hasil USG :
: 72,3 HL
: 61,3 FL
AFI
: 32
: 1300 gram
TBA
: 67,3 AC
: 245
Baseline
: 150-160 dpm
Variabilitas
: 4-6 dpm
Akselerasi
: (+)
Deselerasi
: (-)
Gerak janin
: (+)
Kontraksi
: (-)
: 11,3 g%
Leuko
: 21.000 /mm
Ht
: 32 %
Trombo
: 249.000 /mm3
GDR
: 78 mg%
Ureum
: 21 mg%
Kreatinin
: 0,7 mg%
: 3,9 mg%
Globulin
: 4,4 mg%
SGOT
: 20
SGPT
: 11
Tgl : 2 4 - 2005
Hasil USG :
: 72
HL
: 57
FL
: 67,
AC
: 1400 gram
: Sedang
Kesadaran
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Pernafasan
: 20 x/menit
Suhu
: 370 C
His
: (-)
BJA
: 13 - 12 13
: 262
SI
: dbn
SO
: stq
: Sedang
Kesadaran
Tekanan darah
: 170/110 mmHg
Nadi
: 84 x/menit
Pernafasan
: 20 x/menit
Suhu
: 370 C
His
: 6-7/30/s
BJA
: 170 x / menit
SI
: dbn
Genitalia
: I: V/U tenang
VT : Pembukaan 2-3cm
Ketuban (-) sisa jernih
Teraba kepala UUK ki mel H1-II
UPD
: Kesan luas
Sikap
Nilai 4 jam lagi
Awasi KU, VS, his, KDL
Rencana
Partus pervaginam
Anamnesis
Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (+), makin lama makin kuat
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
: Sedang
Kesadaran
Tekanan darah
: 170/110 mmHg
Nadi
: 84 x/menit
Pernafasan
: 20 x/menit
Suhu
: 370 C
His
: 3-4/40/k
BJA
: 175 x / menit
SI
: dbn
Genitalia
: I: V/U tenang
VT : Pembukaan 7-8cm
Ketuban (-) sisa jernih
Teraba kepala UUK ki dep H1I -II
UPD
: Kesan luas
Rencana
Partus pervaginam
Anamnesis
Pasien kesakitan dan ingin mengedan
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
: Sedang
Kesadaran
Tekanan darah
: 170/110 mmHg
Nadi
: 84 x/menit
Pernafasan
: 20 x/menit
Suhu
: 370 C
His
: 2-3/ 50/k
BJA
: 175 x / menit
SI
: dbn
Genitalia
: I: V/U tenang
VT : Pembukaan lenglap
Ketuban (-) sisa jernih
Teraba kepala UUK dep HII-IV
UPD
: Kesan luas
10
BAB III
DISKUSI
Telah dilaporkan suatu laporan kasus seorang pasien 25 tahun datang ke IGD
kebidanan dan penyakit kandungan pada tanggal 29 Maret 2005 dengan diagnosis :
G1P0A0H0 gravid Preterm + Polihidramnion. Anak hidup intra uterin. Pada saat itu
dilakukan pemeriksaan USG, dan didapatkan kesan : gravid preaterm 34 35 mgg +
PJT+ polihidramnion, janin hidup sedangkan hasil CTG reaktif .Pasien kemudaian di
rencanakan untuk konservatif dan anjurkan untuk pematangan paru selama 2 hari. Pada
tanggal 2 April 2005 pasien dilakukan lagi pemeriksaan USG , di dapat kesan : Gravid 34
35 mg + PJT + Megavesica + Polihidramnion danpasien dirawat di bangsal kebidanan
dan tetap di putuskan untuk konservatif . Pada tanggal 9 April 2005
pasien ,melahirkan bayi perempuan dengan berat badan 1568 , panjang badan : 40 cm
dengan apgar scor 4/5 dan kemudian di rawat di bagian anak.
Pada kasus ini terdapat berbagai macam permasalahan, diantaranya :
1.
2.
3.
11
Diagnosis dan pemantauan PJT dengan USG secara garis besar bertujuan :
1. Menentukan adanya gangguan pertumbuhan dengan pengukuran fetal morphometri
(biometri janin)
2. Menentukan etiologi, derajat penyakit dan prognosisnya dengan pemeriksaan
fungsional janin (functional assessment)
Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa diagnosis PJT USG dapat dilakukan
dengan pemeriksaan : 2,3,7,8
1. Biometri janin
2. Penaksiran berat badan janin
3. Pemantauan laju pertumbuhan biometri janin secara serial
4. Pemantauan fungsional janin melalui :
a) Penilaian volume cairan ketuban
b) Penilaian kesejahteraan janin
c) Pengukuran Doppler velocimetry
d) Penilaian maturasi plasenta
e) Penilaian ketebalan lemak subkutan
f) Penilaian ketebalan lemak dan jaringan otot
g) Dan lain-lain
Diagnosis klinis PJT ditegakkan berdasarkan pengamatan faktor resiko dan
ketidaksesuaian tinggi fundus uteri dengan umur kehamilannya. Adapun pemeriksaan
yang dianjurkan untuk menegakkan diagnosis PJT dapat dilihat pada. tabel 1 3
12
Pemakaian rokok
Tekanan darah
Pemeriksaan Laboratorium
Serologi SLE
GTT
Pemeriksaan Janin
USG
Salah satu
metode pemeriksaan maturitas paru secara biofisik yang dapat dilakukan pada kasus ini
adalah pemeriksaan uji stabilitas busa (uji kocok). Pada kepustakaan dinyatakan bahwa
uji biofisik ini memiliki kelebihan karena cara pemeriksaannya sederhana, hasilnya cepat
serta lebih ekonomis
10
13
Setelah diagnosis PJT sudah ditegakkan maka hal-hal yang dapat dilakukan
adalah sebagai berikut : 2,11,12
1. Menghilangkan
faktor
penyebabnya
seperti
mengobati
hipertensi,
infeksi,
Doppler Velocimetri
Oligohidramnion
3. Pemantauan
deselerasi variabel sering kali terjadi pada persalinan bayi PJT dengan
oligohidramnion.
14
4. Dignosis hipoksia janin dan asidosis dapat ditegakkan dengan lebih pasti apabila
dapat dilakukan pemeriksaan pH kulit kepala janin yang nilainya < 7,2
5. Resusitasi intra uterin dapat dilakukan bila ada indikasi
6. Tindakan SC atau ekstraksi forseps dapat dilakukan apabila ditemukan gawat janin
pada pembukaan yang belum lengkap atau sudah lengkap.
7. Tali pusat segera dijepit dan digunting untuk menghindari terjadinya penambahan
darah pada janin yang telah mengalami sindroma polisistemik hiperviskositas
8. Pemeriksaan kadar gas kimia darah janin sangat dianjurkan untuk menentukan jenis
pengelolaan janin selanjutnya.
9. Penanganan neonatus secara adekuat merupakan hal yang sangat menentukan
prognosis bayi tersebut selanjutnya.
Pada pasien ini juga di diagnosa denga polihidramnion. jumlah air ketuban single
pocket 10,7 mm. Pada kepustakaan didapatkan bahwa polidramnion merupakan suatu
keadaan dimana didapatkan nilai amniotic fluit index ( AFI ) lebih dari 24 cm atau
penilaian satu kantung ( single packet of fluit ) sedikitnya 8 cm dimana akan
menggambarkan volume cairan amnion lebih dari 2000 ml. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan uterus yang besar melebihi usia 9
Metode lain yang non invasif yang bisa digunakan sebagai prediksi volume cairan
amnion pada trimester ketiga kehamilan adalah dengan penilaian kantong amnion dengan
menggunakan USG 3-dimensi. Dengan menggunakan metode ini kita dapat memperoleh
nilai pAFV ( prediction of amniotic fluid volume ) dimana nilainya dapat digunakan
secara lengsung sebagai
presiksi
volume
cairan
amnion
intra
uterin pada
trimester ketiga 13
Pada kasus ini karena pesien merupakan kehamilan dengan kolompok resiko
tinggi, maka seharusnya pada saat ante-natal penting sekali dilakukan pemeriksaan
gambar fetal heart rate ( FHR ) dengan menitoring elektronik janin untuk saat persalinan
sebagai akibat insifisiensi plasenta. Teknik yang lebih baik dilakukan adalah dengan
melakukan pemeriksaan Doppler arteri umbilikas janin dimana dapat mengidentifikasi
lebih awal gawat janin dan dengan demikian akan memberikan kemungkinan untuk
intervensi sebelum gawat janin menjadi lebih signifikan. Hal ini memberikan toleransi
15
janin terhadap stess saat persalinan dimana derajat dari cadanan plasenta masih ada,
sehingga dapat menurunkan persalinan seksiosesaria karean fetal distress. 14
Penyebab PJT dan polihidramnion
Pertumbuhan Janin Terhambat dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang
berkaitan dengan kelainan pada janin, plasema dan ibu.3,15
Tabel 1. Faktor-faktor penyebab PJT
Faktor Janin
Abnormalitas
kromosom
Trisomi 21,18,13
Sind, Turmer
Delesi kromosom
Disomi unuparental
Malformasi
struktural
Anensefalus
Omfalokel
Hernia Diafi-agma
Agenesis renal
Malformasi jantung
Malformasi multiple
Faktor Plasenta
Invasi
tropoblas
abnormal
Infark plasenta
Solusio plasenta
Malformasi vaskuler
Insersi vilamen tali
pusat
Plasenta previa
Plasenta
sirkum
valata
Korioangioma
Faktor Ibu
Faktor konstitusi :
BB / TB
Ras
Faktor nutrisi
-Pertambahan berat badan
selama hamil tidak memuaskan
- Berat sebelum hamil rendah
- Penyakit inflamasi usus
- Pankreatitis kronik operasi
gastrointestinal
Kehamilan ganda
Monokorion
Cacat bawaan pada
satu janin
Sindroma
tranfusi
antar janin
Kondisi filipoksia
Penyakit paru berat
Penyakit jantung sianotik
Anemia sel sabit
Kelainan vaskuler
Hipertensi kronis
Preeklampsia
Peny. Kolagen Vaskuler
DM tipe I
Antibodi antifosfolipid
Infeksi
Rubella
Citomegalo virus
Varicella Zooster
Kelainan Ginjal
Glomeniloneffitis
Tranplantasi ginjal
GGK
Faktor Lingkungan
Tempat tinggi
Merokok
Obat-obatan
Riw, Obstetri lalu
Riw lahir mati
16
Riw PJT
Riw. Partus preterm
Pada pasien ini penyebab dari polihidramnion belum dapat di pastikan .Dari
kepustakaan dinyatakan bahwa polihidramnion merupakan suaru komplikasi yang terjadi
kira-kira 1.5% dari kehamilan dan biasanya berhubungan dengan buruknya luaran
perinatal. Meskipun penyebabnya pada sebahagian besar kehamilan masih belum jelas,
biasanya berhubungan dengan peningkatan insiden anomali kongenital, penyimpangan
koromosom, isoimmuniasi, makrosomia dan kehamilan multiple.
Pada kasus ini penatalaksanaan untuk konsevatif dapat di benarkan , hal ini perlu
diperhatikan karena ada kemungkinan bayi sudah besar tapi fungsi jantung belum matang
Pada dasarnya pengelolaan kehamilan dengan PJT adalah sebagai berikut : 2,11,12
1. Deteksi dini kelompok resiko tinggi
2. Menghilangkan faktor penyebab, seperti : nutrisi, merokok
3. Pemantauan ibu dan janin
4. Terminasi kehamilan pada waktu. yang optimal
5. Pengelolaan neonatus dengan PJT secara optimal
Setelah diagnosis PJT sudah ditegakkan maka hal-hal yang dapat dilakukan
adalah sebagai berikut :
1. Menghilangkan faktor penyebabnya seperti mengobati hipertensi, infeksi,
menghindari pemakaian rokok, alkohol, obat-obatan tertentu dsb.
2. Bed rest masih dianjurkan dengan menghindarkan pekerjaan fisik yang berat
untuk memperbaiki aliran darah dari uterus ke janin.
3. Memberikan nutrisi yang baik Pemberian makanan tambahan sebesar 300 kalori
per hari
4. Pemantauan kesejahteraan janin dapat dilakukan dengan pemeriksaan
a. USG : Deteksi oligohidramnion
b. Pemantauan pertumbuhan janin
c. Doppler Velocimetri
d. Profil biofisik janin
17
18
BAB III
KESIMPULAN
1.
Diagnosa
pada
kasus
ini
sudah
tepat
berdasarkan
ultrasonografi
dan
penatalaksanaan pasien ini secara konservatif mengingat paru paru belum matang.
2.
3.
Penentuan jumlah cairan amnion dengan teknik perhitungan satu kantong maupun
perhitungan AFI dengan USG 2-dimensi dapat menentukan jumlah cairan amnion.
4.
Diagnosis dan penatalaksanaan PJT dan polihidramnion pada kasus ini sudah sesuai
dengan kepustakaan.
19
KEPUSTAKAAN
1. Arias F: Fetal Growth Retardation in Practicical guide to High Risk Pregnancy
and delivery, 2 ed mosby year Book Inc 1993: 301-16
2. Mose JC ; Pengelolaan pertumbuhan janin terhambat (PJT) di Bidang Obstetri ,
dalam naskah lengkap kongres nasional Perinasea VII Medan 2003 ; 146 50
3. Endjun JJ : diagnosa Sonografi pertumbuhan janin terhambat dalam
ultrasonografi Obsteri dan Gynecologi, editor Mose JC, dkk PIT XiV POGI
Bandung 2004 ; 64 -74
4. Mann SE, Nijland MJM, Ross MG. Mathematic modeling of human amniotic
fluid dynamics. Am Jobstet Gynecol 1996; 175: 4: 25-32.
5. Chauhan SP, Magann EF, Merrison JC. Utrasonographic assessment of amniotc
fluit does not reflect actual amniotic fluid volume. Am Jobstet Gynocol 1999; 1;
177: 2.
6. Kemp AP, Nguyen T, Chang E. Idiopathic polyhydramnios and perinatal outcome.
Am Jobstet Gynecol 1999; part 1; 181: 5.
7. Cunningham FG et al. Fetal Growth Disorders in William Obstetrics st edition.
The McGrow Hill Companies. New York. 2001. p 744 - 60.
8. Manningg F : Intreauterine Growth Restriction ; Diagnosis, Prognostication, and
management based on Ultrasond Methode in Sonografi in Obsteric dan
Gynecologi Principle & Practise, 6 ed, Fleischer AC editor, Mc Graw Hill, New
York, 2001, 615 33
9. Boyd RL. Polyhydramnios and Oligohydramnios, emedicin 2002 ; p 1- 0
10. Karsono B. Sukfaktan dan Penilaian Maturitas Paru Janin. Kursus Perinatologi.
Pertemuan Tahunan Perkumpulan VIII POGI. Bandung, 1992. Hal 1-8.
11. Leung KY, Liu Jys ; Modern managenent of Intrauterine Groeth Retardation
HKMJ 1998; Vol 4 ; 42 6
12. Peleg D and hunter SK ; Intrauterine Growth Restriction : iden5tification and
Management in American family Physician, 1998.
20
21