SEKSIO SESAREA PADA KEHAMILAN LEWAT WAKTU DENGAN RIWAYAT INFERTIL SEKUNDER 4 TAHUN DAN BOH
Oleh:
Pembimbing :
BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2006
PENDAHULUAN
Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dan plasenta dilahirkan melalui suatu insisi dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram.1,2 Jenis-Jenis Seksio Sesarea :2,3,4 1. Seksio Sesarea Klasik korporal 2. Seksio Sesarea Transperitoneal Profunda (SCTP) 3. Seksio Sesarea yang diikuti dengan histerektomi 4. Seksio Sesarea ekstraperitoneal Indikasi dilakukan seksio sesarea:
Indikasi ibu :
Indikasi absolut:2,4,5
1. Panggul sempit3
2. Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi 3. Ruptura uteri mengancam 4. Disproporsi sefalo-pelvik
Indikasi janin:2,4,5
3. Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dan cara-cara lain tidak berhasil 4. Kelainan letak pada gemelli anak pertama (letak lintang, presentasi bahu atau interlock) Gawat janin
sebelumnya sama sekali tidak menjamin fertilitas di kemudian hari, baik pada pasangan itu sendiri maupun berlainan pasangan. Infertilitas atau dinyatakan dengan kesuburan berkurang merupakan ketidakmampuan pasangan suami istri untuk mendapatkan anak setelah satu tahun bersenggama tanpa menggunakan alat kontrasepsi. Infertilitas pada pria dibagi atas infertilitas primer, dimana seorang pria tidak pernah menghamili wanita dan infertilitas sekunder yaitu suatu keadaan dimana seorang pria pernah menghamili wanita. Pada wanita disebut infertilitas primer jika istri belum pernah hamil walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan. Disebut infertilitas sekunder kalau istri pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama dan dihadapkan pada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan.10,11 Kehamilan resiko tinggi (High Risk Pregnacies) adalah suatu kehamilan dimana jiwa dan kesehatan ibu dan atau bayi dapat terancam. Salah satu kriteria yang termasuk dalam kehamilan resiko tinggi adalah Bad Obstetric History (BOH). Riwayat obstetrik dengan luaran perinatal yang buruk merupakan predisposisi berulangnya insiden serupa, disamping itu bayi pada kehamilan ini memiliki nilai sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka tanpa BOH.11 Berikut ini akan dilaporkan sebuah kasus seksio sesarea pada kehamila lewat waktu dengan riwayat infertil sekunder 4 tahun dan BOH yang terjadi di RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
LAPORAN KASUS
Identitas Nama Umur Alamat Pekerjaan Pendidikan Agama MRS : Ny. R. B : 32 tahun : Karame L. II : IRT : SMP : Kristen Protestan : 30 Januari 2006 (jam 21.00 Wita) Nama Suami Umur Pekerjaan Pendidikan : Tn. S. M : 33 tahun : Tani : SMP
Anamnesis Utama Keluhan Utama Riwayat penyakit sekarang : Dirujuk dari RS Teling tanpa surat pengantar :
Nyeri perut bagian bawah dirasakan teratur sejak jam 13.10 Wita (30/01/06) Pelepasan lendir campur darah (+) Pelepasan air (-) Pergerakan janin (+) saat MRS Pasien ke RS Teling karena nyeri perut bagian bawah. Disana dikatakan tidak ada alat untuk monitor jantung anak sedang kehamilan sudah lewat waktu. Jadi pasien dirujuk ke RSU Prof. R. D. Kandou
Riwayat penyakit jantung, paru, ginjal, sakit kuning, kencing manis, darah tinggi disangkal
Kaki bengkak,
penglihatan terganggu, sakit kepala hebat, kencing terlalu sering, defekasi tidak teratur, perdarahan, keluar darah dari jalan lahir, darah tinggi dan kejang disangkal penderita. Waktu hamil, penderita tidak merokok dan tidak minum alkohol.
Riwayat Haid
Haid pertama dialami pada usia 19 tahun, dengan siklus teratur, lamanya haid 7 hari. HPHT 4 April 2005. Taksiran persalinan tanggal 11 Januari 2006.
Riwayat Keluarga
Penderita menikah 1 kali dengan suami sekarang selama 7 tahun dan belum mempunyai anak. Jumlah anak yang masih diinginkan lagi sebanyak 1 orang.
Kesadaran Nadi Respirasi Suhu badan BB/TB Gizi Kepala Mata Telinga Hidung Tenggorokan Leher Dada Jantung Paru-paru Abdomen Alat Kelamin Anggota gerak Refleks Status Obstetrik TFU Letak Janin BJA His TBBA
: Compos Mentis : 80 x/menit : 20 x/menit : 36,80C : 67 Kg/154 cm : Cukup : Simetris : Konj. an -/-, skl ikt -/: Sekret -/: Sekret -/: T1/T1, hiperemis (-) : Pembesaran KGB (-) : Simetris kiri dan kanan : SI-SII normal, bising (-) : Rhonki -/-, Wheezing -/: Hepar dan lien sulit dievaluasi : Tidak ada kelainan : Edema (-), varises tidak ada : Refleks fisiologis normal, refleks patologis (-)
Pemeriksaan Dalam : Eff. 90%, pembukaan 1-2 cm, ketuban (+), pp kepala HI-II Laboratorium Hemoglobin Leukosit Trombosit GDS : 12,3 gr% : 9.300/mm3 : 244.000/mm3 : 86 mg/dl
Diagnosa G3P2A0, 32 tahun, hamil 42-43 minggu, inpartu kala I + riwayat infertil sekunder 4 tahun + BOH Janin intra uterin, tunggal, hidup, letak kepala HI-II Sikap MRS Observasi tensi, nadi, respirasi, his dan BJA Laboratorium lengkap Elektrokardiografi Sedia donor, setuju operasi Konseling Rencana seksio sesarea cito
Resume Masuk G3P2A0, 32 tahun, MRS tanggal 30 Januari 2006 jam 21.00 Wita dengan keluhan utama dirujuk dari RS Teling tanpa surat pengantar. Nyeri perut bagian bawah dirasakan teratur sejak jam 13.10 Wita. Tanda inpartu (+), pergerakan anak (+). RPD disangkal. HPHT 4 April 2005. Riwayat kehamilan sebelumnya : anak pertama IUFD (1999) dan anak kedua meninggal usia 4 hari (2001). Status Praesens : dalam batas normal Status Obstetrik : TFU BJA TBBA PD : 32 cm : 12-12-12 : 2945 kg : Eff. 90%, pembukaan 1-2 cm, ketuban (+), pp kepala HI-II Letak Janin : Letak kepala pu-ka His : 8 9 / 10-15
Diagnosis Sementara G3P2A0, 32 tahun, hamil 42-43 minggu, inpartu kala I + riwayat infertil sekunder 4 tahun + BOH Janin intra uterin, tunggal, hidup, letak kepala HI-II
Sikap MRS Observasi tensi, nadi, respirasi, his dan BJA Laboratorium lengkap Elektrokardiografi Sedia donor, setuju operasi Konseling Rencana seksio sesarea cito
Status Praesens
KU: cukup Kes: CM T: 130/80 mmHg N: 80 x/menit R: 20 x/menit S: 36,80C
Status Obstetrik
BJA : (+) 12-12-12 His PD : 8 9 // 10 -15 : Eff. 90%, pembukaan 1-2 cm, ketuban (+), pp kepala HI-II
Diagnosa
G3P2A0, 32 tahun, hamil 42-43 minggu, inpartu kala I + riwayat infertil sekunder 4 tahun + BOH Janin intra uterin, tunggal, hidup, letak kepala HI-II
Sikap
Observasi tensi, nadi, respirasi, his dan BJA Laboratorium lengkap Elektrokardiografi Sedia donor, setuju operasi Konseling Rencana seksio sesarea cito Jam 2100 - 2200 BJA : 12-12-12 His : 8 9 // 10 -15
Jam 2200 2245 Jam 2200 Jam 2230 Jam 2235 Jam 0030 (31/01/06) LAPORAN OPERASI
BJA : 12-12-12
His : 7 8 // 15 -20
Penderita didorong ke OK cito Operasi dimulai, dilakukan SCTP Lahir bayi , BBL 3460 gr, PBL 49 cm, AS 8-10 Operasi selesai
Pasien dibaringkan terlentang di atas meja operasi dilakukan antiseptik pada abdomen dan sekitarnya dengan povidon iodine. Penderita ditutup dengan doek steril, kecuali lapangan operasi. Dalam keadaan GA dilakukan insisi linea mediana inferior. Insisi diperdalam lapis demi lapis secara tajam dan tumpul sampai tampak peritoneum. Peritoneum dijepit dengan 2 pinset. Setelah yakin tidak ada usus dibawahnya, peritoneum digunting kecil dan diperlebar keatas dan kebawah. Haak abdomen dimasukkan, tampak uterus gravidarum. Identifikasi plika vesikouterina, dijepit dan digunting kecil dan diperlebar ke lateral lalu kandung kencing disisihkan ke bawah. Identifikasi SBR, insisi semilunair, diperdalam sampai cavum uteri. Keluar slight mekoneum 50 cc. Identifikasi janin letak kepala, janin dilahirkan dengan meluksir kepala. Jam 23.35 lahir bayi laki-laki dengan BBL 3460 gr, PBL 49 cm, AS 810. Sementara jalan napas dibersihkan, tali pusat digunting diantara 2 klem kocher, bayi diserahkan kepada sejawat neonati untuk penanganan selanjutnya. Plasenta dilahirkan dengan tarikan ringan pada tali pusat, lahir lengkap dengan selaputnya dengan BPL 550 gr. Luka SBR dijepit dengan beberapa ring tang. Cavum uteri dibersihkan dari sisa darah dan ketuban. Luka SBR dijahit dengan 2 lapis secara simpul dan jelujur dengan cromic cat gut. Kontrol perdarahan tidak ada perdarahan, dilanjutkan dengan retroperitonealisasi secara jelujur dengan cat gut. Kontrol perdarahan tidak ada perdrahan. Uterus bentuk normal, kedua tuba dan ovarium baik. Dilanjutkan dengan penutupan dinding abdomen lapis demi lapis. Peritoneum secara jelujur dengan cat gut, otot secara simpul dengan cromic cat gut. Fasia secara jelujur dengan Biosyin 1.0. Subcutan secara simpul dengan cat gut, kulit secara subcuticuler dengan cromic cut gut. Luka operasi ditutup dengan gaas steril. Ibu dibersihkan. Operasi selesai. KU post operasi Konraksi uterus Perdarahan : T:110/70 mmHg, N:100 x/mnt, R:20 x/mnt, S:37,1 oC : Baik : + 600 cc. Diuresis : + 250 cc
10
Diagnosa Post Operasi P3A0, 32 tahun, partus maturus dengan SCTP ai BOH. Lahir bayi , BBl 3460 gr, PBL 49 cm, AS 8-10 Instruksi Post Operasi
Kontrol tanda vital, diuresis dan perdarahan Puasa sampai peristaltik (+)/flatus (+) Infus RL : D5% : NaCl = 1 : 2 : 1 20 gtt/menit Antibiotik : Ciprofloxacine inj 2 x 200 mg drips
Metronidazole inj 2 x 0,5 gram IV
Pitosin-S inj. 3 x 1 ampul drips Vitamin C 1 x 1 ampul Kaltrofen suppositoria 1 x 2 Cek Hb 6 jam post operasi
Observasi Nifas
1 Februari 2006
Keluhan (-), flatus (-), BAB (-), BAK (kateter) KU: Cukup, Kes: CM, T: 120/80 mmHg, N: 88 x/m, R: 24 x/m, Sb: 37,2 oC Status Puerpuralis: Mamae : Laktasi +/+, infeksi -/Abdomen : Luka operasi tertutup kassa steril TFU setinggi umbilicus, kontraksi baik Datar, lemas, BU (-) Lokhia : Rubra Diagnosis : P3A0, 32 tahun, partus maturus dengan SCTP hari II a.i BOH Lahir bayi , BBl 3460 gr, PBL 49 cm, AS 8-10 Sikap : ASI on demand Ciprofloxacine inj 2 x 200 mg drips Metronidazole inj 2 x 0,5 gram IV Pitosin-S inj 3 x 1 ampul
11
Vitamin C 1 x 1 ampul
2 Februari 2006
Keluhan (-), flatus (+), BAB (-), BAK (kateter) KU: Cukup, Kes: CM, T: 120/80 mmHg, N: 80 x/m, R: 24 x/m, Sb: 36,4 oC Status Puerpuralis: Mamae : Laktasi +/+, infeksi -/Abdomen : Luka operasi kering TFU 2 jari dibawah umbilicus, kontraksi baik Datar, lemas, BU (+) normal Lokhia : Rubra Diagnosis : P3A0, 32 tahun, partus maturus dengan SCTP hari III a.i BOH Lahir bayi , BBl 3460 gr, PBL 49 cm, AS 8-10 Sikap : ASI on demand Aff infus + kateter Ciprofloxacine 3 x 500 mg tab Metronidazole 3 x 500 mg tab Viliron 1 x 1 tab
3 Februari 2006
Keluhan (-), flatus (+), BAB (+), BAK (+) KU: Cukup, Kes: CM, T: 120/80 mmHg, N: 80 x/m, R: 20 x/m, Sb: 36,4 oC Status Puerpuralis: Mamae : Laktasi +/+, infeksi -/Abdomen : Luka operasi kering TFU 3 jari dibawah umbilicus, kontraksi baik Datar, lemas, BU (-) Lokhia : Sanguinolenta Diagnosis : P3A0, 32 tahun, partus maturus dengan SCTP hari IV a.i BOH Lahir bayi , BBl 3460 gr, PBL 49 cm, AS 8-10 Sikap : ASI on demand Ciprofloxacine 3 x 500 mg tab Metronidazole 3 x 500 mg tab Viliron 1 x 1 tab
12
4 Februari 2006
Keluhan (-), flatus (+), BAB (+), BAK (+) KU: Cukup, Kes: CM, T: 120/70 mmHg, N: 88 x/m, R: 24 x/m, Sb: 36,4 oC Status Puerpuralis: Mamae : Laktasi +/+, infeksi -/Abdomen : Luka operasi kering TFU 3 jari dibawah umbilicus, kontraksi baik Datar, lemas, BU (-) Lokhia : Sanguinolenta Diagnosis : P3A0, 32 tahun, partus maturus dengan SCTP hari V a.i BOH Lahir bayi , BBl 3460 gr, PBL 49 cm, AS 8-10 Sikap : ASI on demand Ciprofloxacine 3 x 500 mg tab Metronidazole 3 x 500 mg tab Viliron 1 x 1 tab Pasien dipulangkan
13
DISKUSI
Pada kasus ini akan didiskusikan mengenai dasar diagnosa, penanganan, prognosis, kesimpulan dan saran.
Dasar Diagnosa
Seorang wanita G3P2A0, 32 tahun, hamil 42-43 minggu, inpartu kala I + riwayat infertil sekunder 4 tahun + BOH. Janin intra uterin, tunggal, hidup, letak kepala HI-II. Hal ini diperoleh berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan status obstetrik.
G3 (gravida 3) : pasien ini telah hamil untuk yang ketiga kalinya. P2 (para 2) : pasien ini telah melahirkan sebanyak 2 kali yaitu pada tahun 1999
dan 2001.
A0 (abortus 0) : pasien tidak pernah mengalami keguguran. Hamil 42-43 minggu : berdasarkan HPHT yaitu pada tanggal 4 April 2005 dengan
taksiran tanggal partus 11 Januari 2006. Selain itu, dari pemeriksaan USG terakhir, didapatkan umur kehamilan 42-43 minggu.
Inpartu kala I :
Anamnesa Nyeri perut bagian bawah sudah teratur dengan sifat khas yaitu nyeri perut pada pinggang belakang dan dalam rahim, menjalar ke perut bagian depan. Juga adanya bloody show (keluar lendir campur darah).
Pada pemeriksaan fisik: ditemukan his yang adekuat (his makin kuat, sering, dan teratur). Pada pemeriksaan dalam: Eff. 90%, pembukaan 1-2 cm, ketuban (+), pp kepala HI-II
Riwayat infertil sekunder 4 tahun : pasien pernah hamil sebelumnya pada tahun
2001, tapi kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama tanpa menggunakan alat kontrasepsi (terakhir KB suntik 1 kali tahun 2001) dan dihadapkan pada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan. Tidak ada riwayat tinggal berjauhan pada pasangan suami istri ini.
14
Bad Obstetric History (BOH) atau riwayat persalinan yang buruk: pasien memiliki
BOH yaitu pada persalinan pertama dengan IUFD dan persalinan kedua dengan kematian perinatal (bayi meninggal pada usia 4 hari).
Tunggal : dari pemeriksaan Leopold teraba hanya satu bagian bundar dan keras Hidup : pasien masih merasakan pergerakan janin sampai saat pemeriksaan dan
dengan menggunakan Laennec/Doppler, BJA bisa didengar.
Letak kepala : dari pemeriksaan Leopold teraba bagian keras, bundar dan
melenting berada di simfisis pubis.
Hodge I-II : diketahui dari pemeriksaan dalam, kepala sudah masuk pintu
panggul (PAP).
Penanganan
Pada beberapa kasus kehamilan lewat waktu, sebenarnya tidak selalu dilakukan seksio sesarea. Kepustakaan menyebutkan monitoring janin sebaik-baiknya pada usia kehamilan 40-42 minggu adalah hal yang penting. Jika tidak ada tandatanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat. Lalu dengan menilai kematangan servix, boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa amniotomi, jika servix sudah matang. Tindakan seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada (a) insufisiensi plasenta dengan keadaan servikx belum matang, (b) pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi tanda gawat janin; atau (c) pada primigravida tua, riwayat kematian janin dalam kandungan (BOH), preeklampsia, hipertensi menahun, anak berharga (riwayat infertilitas) dan kesalahan letak janin.6 Pada pasien ini, penanganan dilakukan dengan cara operasi seksio sesarea mengingat pasien memiliki riwayat BOH dimana persalinan pertama dengan IUFD dan persalinan kedua dengan kematian perinatal (bayi meninggal umur 4 hari), sehingga bayi pada persalinan ketiga ini memiliki nilai sosial yang tinggi (anak yang sangat diharapkan). Ditambah dengan kehamilan lewat waktu dan adanya riwayat infertilitas sekunder selama 4 tahun yang dialami pasangan suami istri ini. Operasi
15
dilakukan secara CITO karena pasien datang ke rumah sakit saat sudah inpartu sehingga tidak ada waktu lagi untuk mempersiapkan operasi secara elektif.
Prognosis
Prognosis terhadap ibu adalah dubia ad bonam karena keadaan ibu pre operasi, durante dan post operasi baik, tanpa adanya komplikasi yang mempersulit dan membahayakan keadaan ibu. Prognosis bayi adalah dubia ad bonam karena didapatkan kualitas bayi saat lahir dari APGAR skor 8-10. Selama masa nifas pun, keadaan ibu sekaligus bayi baik sampai saat dipulangkan.
Kesimpulan
Dari pembahasan laporan kasus, dapat disimpulkan:
Penanganan pasien ketika di rumah sakit telah tepat, mengingat telah sesuai
dengan indikasi dan protokol rumah sakit.
Saran
Khusus bagi ibu ini karena masih ingin memiliki anak lagi, maka dianjurkan
jangan lekas hamil lagi selama lebih kurang 2 tahun, untuk memberi kesempatan pada luka untuk sembuh dengan baik.
Dianjurkan agar ibu memakai kontrasepsi suntik karena ibu tidak ingin memakai
kontrasepsi dalam rahim. Alat kontrasepsi suntik memiliki tingkat efektivitas yang tinggi dan tidak mengganggu kualitas dan volume ASI khususnya untuk ibu yang sedang menyusui.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham, MacDonald, Gant. Seksio Sesarea dan Histerektomi Sesarea.
Dalam: Obstetri Williams. Edisi 18. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 1995; 511-34
17
11. Mochtar R, Lutan D. Kasus Resiko Tinggi. Dalam: Sinopsis Obstetri. Jilid 2
edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 1998; 201-6
18