Anda di halaman 1dari 34

CASE REPORT

G1P0A0 Hamil Aterm Inpartu Kala I Fase Laten Dengan Ketuban Pecah
Sebelum Waktunya 12 Jam Janin Tunggal Hidup Presentasi Kepala

Preceptor:
dr. Ratna Dewi P S, Sp.OG

Oleh:
Vicki Lusbiyanti Utami, S.Ked
0918011085

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. ABDUL MOELOEK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun laporan
kasus ketuban pecah sebelum waktunya dalam kehamilan.
Selanjutnya, laporan kasus ini disusun dalam rangka memenuhi tugas
kepaniteraan Obstetri dan Ginekologi. Kepada dokter-dokter yang terlibat, saya
ucapkan terima kasih atas segala pengarahannya sehingga laporan kasus ini dapat
saya susun dengan cukup baik.
Saya menyadari banyak kekurangan dalam penulisan laporan kasus ini,
baik dari segi isi, bahasa, analisis, dan sebagainya. Oleh karena itu, saya ingin
meminta maaf atas segala kekurangan tersebut, hal ini disebabkan karena masih
terbatasnya pengetahuan, wawasan, dan keterampilan saya. Selain itu, kritik dan
saran dari pembaca sangat saya harapkan, guna untuk kesempurnaan laporan
kasus ini dan perbaikan untuk kita semua.
Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan
wawasan berupa ilmu pengetahuan untuk kita semua.

Bandar Lampung, Januari 2015

Tim Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dan korion
yang sangat erat ikatannya. Lapisan ini terdiri atas beberapa sel seperti sel epitel,
sel mesenkim, dan sel trofoblas yang terikat erat dalam matriks kolagen. Selaput
ketuban berfungsi menghasilkan air ketuban dan melindungi janin terhadap
infeksi. Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan.
Ketuban Pecah Dini adalah keadaan oecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Bila Ketuban Pecah Dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu
disebut Ketuban Pecah Dini pada kehamilan prematur. Dalam keadaan normal 8 10% perempuan hamil aterm akan mengalami Ketuban Pecah Dini. (Sarwono,
2008)
Ketuban Pecah Dini Prematur terjadi pada 1% kehamilan. Pecahnya selaput
ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam kolagen
matriks ekstra selular amnion, karion, dan apoptosis membran janin. Membran
janin dan desidua bereaksi terhadap stimuli seperti infeksi dan peregangan selaput
ketuban dengan memproduksi mediator seperti prostaglandin, sitokin, dan protein
hormon yang merangsang aktivitas matrix degrading enzym. (Sarwono, 2010)

BAB II
LAPORAN KASUS

Masuk RSUD Dr. H. Abdul Moeloek:


Tanggal 13 November 2014 pukul 02.00 WIB
No. RM: 396461
IDENTITAS
Nama

: Ny. M

Nama Suami : Tn. I

Usia

: 24 tahun

Usia

: 45 tahun

Pendidikan

: SMA

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: IRT

Pekerjaan

: Buruh

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Suku

: Jawa

Alamat

: Tanjung Sari Natar

Alamat

: Tanjung Sari Natar

ANAMNESIS
Keluhan Utama

: Mau melahirkan dengan keluar air-air

Riwayat Penyakit Sekarang : 2 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien


mengeluh perut mules yang menjalar hingga ke pinggang, hilang timbul, makin
sering dan kuat. 1 hari sebelum masuk rumah sakit pasien juga mengeluh keluar
air-air dari kemaluan, jernih (+), tidak berbau, sedikit-sedikit, banyaknya 2x
ganti kain basah. Riwayat keluar darah lendir (+). Riwayat post coital (+).
Riwayat perut diurut-urut (+). Riwayat sakit gigi (-). Riwayat demam (-). Riwayat
keputihan (+). Riwayat minum obat-obatan/jamu-jauman (-). Riwayat trauma (-).
Sebelumnya pasien pernah berobat ke bidan, pasien lalu ke Rumah Sakit Abdul
Moeloek Bandar Lampung. Pasien mengaku hamil cukup bulan dan gerakan anak
masih dirasakan.

Riwayat haid
Menarche
Siklus haid
Lamanya
Banyaknya
Warnanya
Baunya
Dismenore
HPHT
TP

: 13 Thn
: 28 Hari
: + 7 Hari
: 3 x ganti pembalut
: Merah Kehitaman
: Normal
: Kadang-kadang
: 14-03-2014
: 21-12-2014

Riwayat perkawinan
Pernikahan pertama selama 23 tahun (usia saat menikah 17 tahun).
Riwayat kehamilan persalinan nifas terdahulu
Penyulit Anak
Tempat

Tahun

Jenis
Penolon

Pertolong Persalina
Persalinan
g
an
n

Kehamil
an dan
Persalina

BB
JK

Keadaan
(gram)

n
Hamil ini
Riwayat penyakit
Riwayat penyakit dahulu: tidak ada
Riwayat penyakit dalam keluarga: Alergi (-), Diabetes Melitus (-), Hipertensi (-)
Riwayat operasi
Tidak ada.
Riwayat kontrasepsi
Tidak ada.
Riwayat antenatal
a. Selama hamil diperiksa di psyandu dan oleh bidan, sebanyak 6 x
kunjungan

b. Keluhan dan kelainan : tidak ada


PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
Keadaan Umum
Gizi
Kesadaran
Tekanan Darah
Frekuensi Nadi
Frekuensi Napas
Suhu

: Tampak sakit sedang


: Baik
: Compos Mentis
: 120/80 mmHg
: 100 x/menit
: 24 x/menit
: 36,5 0C

Status Generalis
Kulit

: Chloasma gravidarum (+)

Kepala

: Normocephalic, wajah edema (-), bibir sianosis (-)

Mata

: Konjungtiva anemis (-/-), sklera anikterik, palpebra edema (-/-)

Telinga

: Auricula dextra et sinistra simetris. Serumen (-)

Hidung

: Septum deviasi (-), chonca hiperemis (-)

Gigi/mulut : Karies (-), stomatitis (-), anemis (-)


Leher

: JVP tidak meningkat, pulsasi vena leher tidak terlihat, massa


abnormal (-)

Thoraks
Mammae membesar dan tegang, hiperpigmentasi areolla (+)
Jantung

: Inspeksi ictus cordis tidak terlihat, palpasi ictus cordis teraba di ICS 6
linea midclavicularis sinistra, Auskultasi bunyi jantung I-II (+/+)
reguler, murmur (-), gallop (-), kesan : batas jantung normal.

Paru

: Inspeksi paru simetris saat statis dan dinamis, palpasi paru fremitus
vokal dan taktil simetris, perkusi paru sonor (+/+), Auskultasi
vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen
Inspeksi : Perut tampak membesar, striae gravidarum (+), bekas luka operasi (-)

Palpasi

: Nyeri tekan ulu hati (-), hepar dan lien sulit dinilai

Perkusi

: Nyeri ketuk (-)

Auskultasi : Bising usus (+) Normal


Extremitas : Edema kedua tangan (-/-), edema kedua tungkai (+/+)
Refleks patella (+/+)
Status Obstetri
Pemeriksaan Luar
Inspeksi

: Abdomen cembung, tidak ditemukan bekas luka operasi, pada


kontur abdomen nampak gambaran uterus yang menonjol.

Palpasi

Leopold 1: Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah prosessus xyphoideus (32 cm), pada
fundus ibu teraba lunak, tidak melenting, bundar, diperkirakan adalah bokong
janin.
Leopold 2: Letak memanjang, pada perut bagian kiri teraba keras memanjang
diperkirakan puggung janin dan disebelah kanan perut ibu teraba bagian kecilkecil janin yang diperkirakan tangan dan kaki janin.
Leopold 3: Pada perut bagian terbawah terasa bundar, melenting, dan keras
dengan tidak dapat digoyangkan. Diperkirakan kepala janin sudah masuk PAP.
Leopold 4: Kedua tangan divergen, kepala janin telah masuk PAP 1/5.
DJJ 1: 145 x/menit, His 3x/10/30, TBJ : 3100 gram
Pemeriksaan Dalam :
Posisi

: Anterior

Portio

: Lunak

Pendataran

: 100%

Pembukaan

: 3 cm

Ketuban

: jernih (+). Tidak berbau.

Bagian terendah

: Kepala

Penurunan

: HodgeI-II

Penunjuk

: Sutura sagitalis lintang

Pemeriksaan panggul :
Arkus pubis
Dinding samping
Spina ischiadika
Linea inominata
Promontorium
Conjugata diagonalis
Conjugata vera
Ujung sacrum
Kesan panggul

: 900
: lurus
: tidak teraba
: 1/3 1/3
: tidak teraba
: > 12 cm
: > 10,5 cm
: konkaf
: Luas

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
LED

: 11,8 gr/dl
: 17,3 x 103/mm3
: 33%
: 239 x 103 /uL
: 60 mm/jam

RESUME
Pasien datang pada tanggal 13 November 2014 jam 02.35. Pasien mengatakan ini
adalah kehamilan pertama. Pasien masih merasakan gerakan janin. 2 hari
sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh perut mules yang menjalar hingga
ke pinggang, hilang timbul, makin sering dan kuat. 1 hari sebelum masuk rumah
sakit pasien juga mengeluh keluar air-air dari kemaluan, jernih (+), tidak berbau,
sedikit-sedikit, banyaknya 2x ganti kain basah. Riwayat keluar darah lendir (+).
Riwayat post coital (+). Riwayat perut diurut-urut (+). Hari pertama haid terakhir
07 April 2014 ditaksir persalinan akan berlangsung tanggal 14 Januari 2015.
Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 100x/menit, respiration rate 24x/menit, suhu
36,50C.

Pemeriksaan fisik kepala, mata, gigi, leher, jantung, paru, dan thoraks dalam batas
normal. Pada kulit ditemukan chloasma gravidarum, pada thoraks ditemukan
hiperpigmentasi areolla dan mammae membesar serta tegang. Pada pemeriksaan
abdomen ditemukan striae gravidarum dan perut tampak membesar.
Pemeriksaan obstetrik, ditemukan abdomen cembung, tampak gambaran uterus
menonjol, fundus setinggi 3 jari bawah prossesus xyphoideus (32 cm), teraba
massa bundar, tidak melenting, dan kenyal, diperkirakan bokong janin. Janin letak
memanjang, punggung kiri. Kepala janin telah masuk PAP dengan penurunan 4/5.
Taksiran berat janin adalah 3100 gram. DJJ 145 x/menit. His 3x/10/30.
Pemeriksaan dalam, letak uterus di bagian anterior, pendataran 100% dan
pembukaan 3 cm. Ketuban (+) jernih, bau (-), penunjuk sutura sagitalis lintang.
Kepala berada di HodgeI-II. Pemeriksaan panggul kesan luas.
Pemeriksaan laboratorium darah rutin dan kimia darah dalam batas normal.
DIAGNOSIS
G1P0A0 hamil 39 minggu inpartu kala I fase Laten Dengan Ketuban Pecah
Sebelum Waktunya 12 Jam Janin Tunggal Hidup Presentasi Kepala
Penatalaksanaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Observasi his, TVI, HIS, DJJ


IVFD RL gtt. XX/mnt

Cek Laboratorium darah rutin, kimia darah, cross match


Injeksi Ampicillin 3x1 gr IV (ST)
Akselerasi dengan drip oxytocin
R/ partus pervaginam
Evaluasi sesuai partograf WHO modifikasi (fase aktif)
terminasi pervaginam (akhiri kala II dengan tindakan)

Prognosis
Ibu:

Quo ad vitam

: dubia

Quo ad functionam

: dubia

Anak: Quo ad vitam

: dubia

Quo ad vitam

: dubia

FOLLOW UP
13/11/2014

D/ G1P0A0 Hamil Aterm Inpartu Kala I Fase Laten dengan KPSW 12 Jam Janin

02.00

Tunggal Hidup Presentasi Kepala

TD : 120/80
His
:
3x/10/35
DJJ:
145x/menit
3 cm

Th/ Observasi his, TVI, HIS, DJJ


IVFD RL 500 cc
Cek Lab DR, CM
Drip oxytocinc 5 IU definitif
Injeksi Ampicillin 3x1 gr I.V (ST)
R/Partus pervaginam

04.00

Evaluasi sesuai partograf WHO modifikasi (fase aktif)


D/ G1P0A0 Hamil Aterm Inpartu Kala I Fase Aktif dengan R/ Pecah Ketuban 14
Jam Janin Tunggal Hidup Presentasi Kepala

His:
3x/10/35
4 cm

Th/ Observasi his, TVI, HIS, DJJ


IVFD RL 500 cc
Drip oxytocinc 5 IU definitif dilanjutkan
R/Partus pervaginam

06.00
6 cm

08.00
8 cm

Evaluasi sesuai partograf WHO modifikasi (fase aktif)


D/ G1P0A0 Hamil Aterm Inpartu Kala I Fase Aktif dengan R/ Pecah Ketuban 16
Jam Janin Tunggal Hidup Presentasi Kepala
R/Partus pervaginam
Evaluasi sesuai partograf WHO modifikasi (fase aktif)
D/ G1P0A0 Hamil Aterm Inpartu Kala I Fase Aktif dengan R/ Pecah Ketuban 18

10:00 WIB

Jam Janin Tunggal Hidup Presentasi Kepala


R/ terminasi perabdominan
D/ G1P0A0 Hamil Aterm Inpartu Kala II dengan R/ Pecah Ketuban 20 Jam Janin

11.40 WIB

Tunggal Hidup Presentasi Kepala


R/ terminasi perabdominan
Lapor konsulen jaga : dr. Zulkarnaen, SpOG : acc terminasi perabdominan
Operasi dimulai

10

12:00 WIB

Lahir spontan neonatus hidup perempuani dengan BB 3200 gr, PB 48 cm A/S

12.05 WIB
13.00 WIB

7/8 FT AGA
Plasenta lahir lengkap, BP 530 g, PTP 50 cm, = 17x18 cm
Operasi selesai
D/ P1A0 SSTP a.i malposisi
Th/

14/012015

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Pasien

Observasi TVI
IVFD RL + oxytocin 20 IU gtt xx/menit
Cek Hb post op
Transfusi jika Hb < 8 gr/dl
Kateter menetap, catat I/O
Mobilisasi 24 jam
Injeksi ceftriaxon 2x1 gr I.V (ST)
Injeksi metronidazol 3 x 500 mg
Injeksi tramadol 3x1 amp
Diet tinggi protein
pindah bangsal

04:00 WIB

11

BAB III
ANALISA KASUS

1.

Bagaimanakah penegakan diagnosa pada kasus ini?


Diagnosis kasus ini adalah G1P0A0 hamil 39 minggu inpartu kala I fase Laten
Dengan Ketuban Pecah Sebelum Waktunya 12 Jam Janin Tunggal Hidup
Presentasi Kepala. Ditegakkan berdasarkan beberapa hal, antara lain:
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Berdasarkan anamnesis, didapatkan pasien dirujuk oleh bidan atas
indikasi tekanan darah tinggi pada trimester III. Pasien tidak memiliki
riwayat darah tinggi sebelumnya.
Berdasarkan pemeriksaan fisik, didapatkan:
o TD

: 120/80mmHg

o L1

: TFU 3 jbpx (32 cm), pada fundus ibu teraba massa

bundar, tidak melenting dengan konsistensi lunak, diperkirakan


bokong janin.
o L2
: Letak memanjang, punggung kiri.
o L3
: Teraba massa bundar, melenting dan keras, serta tidak
dapat digoyangkan. Diperkirakan kepala janin sudah masuk PAP.
o L4
: Kedua tangan divergen, kepala janin telah masuk PAP 4/5.
o Mammae : Tegang dan noduler, colostrum (-)
o TBJ
: 3100 gram
o HIS
: 3x/10/35
o DJJ
: 145x/menit
o VT
: 3 cm
Berdasarkan pemeriksaan penunjang, didapatkan
2.

Bagaimana penanganan yang tepat pada kasus ini?


Penanganan pada kasus ini sudah tepat yaitu dengan melakukan observasi
tanda vital ibu, His dan DJJ. Setelah itu pemberian cairan intraseluler dengan
RL 20 tetes per menit, cek laboratorium, cek darah rutin, kimia darah, cross
match, injeksi ampicillin 3 kali 1 gr I.V, akselerasi dengan drip oxytocin,
rencana partus pervaginam serta evaluasi indeks gestosis.

12

Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan kala II , maka perawatan


dibagi menjadi: Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan
ditambah pengobatan mediastinal.
Perawatan Aktif
A. Idikasi
Hasil penilaian kesejahteraan janin jelek
Adanya gejala-gejala infeksi
Apabila perawatan konservatif gagal
B. Pengobatan Medisinal
1) Tirah baring miring ke satu sisi.
2) Diet cukup protein, rendah KH-lemak dan garam.
3) Antibiotik
C. Pengobatan obstetrik
Cara terminasi kehamilan yang belum inpartu :
- Induksi persalinan : tetesan oksitosin dengan syarat nilai
- Seksio sesaria bila :
Fetal assesment jelek
Syarat tetesan oksitosin tidak dipenuhi atau adanya kontraindikasi
tetesan oksitosin.
12 jam setelah dimulainya tetesan oksitosin belum masuk fase aktif.
Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan
seksio sesaria.
Cara terminasi kehamilan yang sudah inpartu :
Kala I
- Fase laten : 8 jam masuk fase aktif.
- Fase aktif :
Bila 7 jam serviks membuka dari 3 cm sampai terjadi pembukaan
lengkap maka dilakukan seksio sesaria (bila perlu dilakukan tetesan
oksitosin).

13

Kala II
Pada persalinan per vaginam maka kala II diakhiri dengan terminasi
perabdominan. Tetesan oksitosin dilakukan sekurang-kurangnya 3 menit
setelah pemberian pengobatan medisinal. Pada kehamilan <37 minggu; bila
keadaan memungkinkan, terminasi ditunda 2 kali 24 jam untuk maturasi
paru janin dengan memberikan kortikosteroid.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

14

A.
Ketuban Pecah Dini
Mekanisme Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi
uterus dan peregangan

berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah

tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior


rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh.
Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraseluler matriks.
Perubahan struktur, jumlah sel dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas
kolagen berubhan dan menyebabkan selaput ketuban pecah.
Faktor risiko untuk terjadinya Ketuban Pecah Dini adalah :
Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen;
Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan struktur
abnormal karena antara lain merokok.
Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metaloproteinase (MMP) yang
dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease.
Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1
mengarah pada degradasi proteolitik dari matriks ekstraseluler dan membran
janin. Aktivitas degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan. Pada
penyakit periodontitis di mana terdapat peningkatan MMP, cenderung terjadi
Ketuban Pecah Dini.
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga
selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada
hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin.
Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban.
Oecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis. Ketuban
Pecah Dini pada kehamilan prematur disebabkan oleh adanya faktor-faktor
eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina. Ketuban Pecah Dini
prematur sering terjadi pada polihidramnion, inkompeten serviks, solutio plasenta.
Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban pecah Dini bergantung pada usia
kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan prematur,
hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden
seksio sesarea, atau gagalnya persalinan normal.
Persalinan Prematur

15

Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode


laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90 % terjadi dalam 24
jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28 - 34 minggu 50 %
persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan
terjadi dalam 1 minggu.
Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu
terjadi korioamnionits. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis.
Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada Ketuban Pecah
Dini prematur, infeksi lebih sering daripada aterm. Secara umum insiden infeksi
sekunder pada Ketban Pecag Dini meningkat sebanding dengan lamanya periode
laten.
Hipoksia dan Asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi ologohidramnion yang menekan tali
pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya
gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin
semakin gawat.

Sindrom Defiormitas Janin


Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan
janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin,
serta hipoplasi pulmonar.
Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini
Pastikan diagnosis
Tentukan umur kehamilan
Evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin
Apakah dalam keadaan inpartu, terdapat kegawatan janin
Riwayat keluarnya air ketuban berupa cairan jernih keluar dari vagina yang
kadang-kadang disertai tanda-tanda lain persalinan.
Diagnosis Ketuban Pecah Dini prematur dengan inspekulo dilihat adanya
cairan ketuban keluar dari kavum uteri. Pemeriksaan pH vagina perempuan hami
sekitar 4,5; bila ada cairan ketuban pHnya sekitar 7,1 - 7,3. Antiseptik yang
alkalin akan menaikkan pH vagina.

16

Dengan pemeriksaan ultrasound adanya Ketuban Pecah Dini dapat


dikonfirmasikan dengan adanya ologohidramnion. Bila air ketuban normal
mungkin ketuban pecah dapat diragukan serviks.
Penderita dengan kemungkinan Ketuban pecah Dini harrus masuk rumah
sakit untuk diperiksa lebih lanjut. Jika pada perawatan air ketuban berhenti keluar,
pasien dapat pulang rawat jalan. Bila terdapat persalinan dalam kala aktif,
korioamnionitis, gawat janin, persalinan diterminasi. Bilaa ketuban Pecah Dini
pada kehamilan prematur, diperlukan penatalaksanaan yang komperhensif. Secara
umum penatalaksanaan pasien Ketuban Pecah Dini yang tidak dalam persalinan
serta tidak ada infeksi dan gawat janin, penatalaksanaannya bergantung pada usia
kehamilan.
Diagnosis
Tentukan pecahnya selaput ketuban dengan adanya cairan ketuban di
vagina. Jika tidak ada dapat dicoba dengan menggerakkan sedikit bagian terbawah
janin atau meminta pasien batuk atau mengedan. Penentuan cairan ketuban dapat
dilakukan dengan tes lakmus (Nitrazin tes) merah menjadi biru. Tentukan usia
kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG. Tentukan ada tidaknya infeksi.
Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38C serta air ketuban keruh
dan berbau. Leukosit darah > 15.000/mm 3. Janin yang mengalami takikardia,
mungkin mengalami infeksi intrauterin. Tentukan tanda-tanda persalinan dan
skoring pelvik. Tentukan adanya kontraksi yang teratur. Perikisa dalam dilakukan
bila akan dilakukan penanganan aktif (ternminasi kehamilan).
Penanganan
Konservatif
Rawat di rumah sakit, berikan antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg atau
eritromisin bila tidak tahan ampisilin dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari).
Jika umur kehamilan < 32 - 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar,
atau sampai air ketuban tidak lagi keluar. Jika usia kehamilan 32 - 437 minggu,
belum inpartu, tidak ada infeksi tes busa negatif beri deksametason, observasi
tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37
minggu. Jika usia kehamilan 32 - 37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam. Jika
usia kehamilan 32 - 37 mingggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi,

17

nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit dan tanda-tamda infeksi intrauterin). Pada
usia kehamilan 32 - 37 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru
janin, dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu.
Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametaspn I.M 5
mg stiap 6 jam sebanyak 4 kali.
Perawatan Aktif
Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio
sesaria. Dapat pula diberikan misoprostol 25 g - 50 g intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan
persalinan diakhiri.
Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika
tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesaria.
Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan
Korioamnionitis
Definisi
Korioamnionitis adalah keadaan pada perempuan hamil di mana korion,
amnion, dan cairan ketuban terkena infeksi bakteri. Korioamnionitis merupakan
komplikasi paling serius bagi ibu dan janin, bahkan dapat berlanjut menjadi
sepsis.
Etiologi
Penyebab korioamnionitis adalah infeksi bakteri yang terutama berasal
ddari traktus urogenitalis ibu. Seacara spesifik permulaan berasal dari vagina,
anus, atau rektum dan menjalar ke uterus. Angka kejadian korioamnionitis 1 - 2
%.
Diagnosis
Faktor risiko terjadinya korioamnionitis adalah kelainan prematur atau
ketuban pecah lama. Korioamnionitis tidak selalu menimbulkan gejala. Bila
timbul gejala antara lain demam, nadi cepat, berkeringat, uterus pada perabaan
lembek, dan cairan berbau keluar dari vagina. Diagnosis korioamnionitis
ditegakkan dengan pemeriksaan fisik, gejala-gejala tersebut di atas, kultur darah,
dan cairan amnion. Kesejahteraan janin dapat diperiksa dengan ultrasound dan
kardiotokografi.

18

Penanganan
Tegakkan diagnosis dini korioamnionitis. Hal ini berhubugan dengan
prognosis, segera janin dilahirkan. Bila kehamilan prematur, keadaan ini akan
memperburuk prognosis janin. Bila janin telah meninggal upayakan persalinan
pervaginam, tindakan perabdominan (seksio sesaria) cenderung terjadi sepsis.
Lakukan induksi atau akselerasi persalinan.
Pemberian antibiotika sesegera mungkin. Dipilih yang berspektrum luas
yaitu kombinasi ampisilin 3 x 1000 mg, gentamisin 5 mg/kgBB/hari, dan
metronidazol 3 x 500 mg.
Berikan uterotonika supaya kontraksi uterus baik pascapersalinan. Hal ini
akan

mencegah/menghambat

invasi

mikroorganisme

melalui

sinus-sinus

pembuluh darah pada dinding uterus.


B.

Malpresentasi dan Malposisi

Malpresentasi adalah bagian terandah janin yang berada di segmen bawah rahim.
Bukan belakang kepala. Malposisi adalah penunjuk (presenting part) tidak berada
di anterior. Secara epidemiologis pada kehamilan tunggal didapatkan presentasi
kepala sebesar 96,8 % bokong 2,7 %, letak lintang 0,3 %, majemuk 0,1 %, muka
0,05 %, dan dhi 0,01 %. Persalinan normal dapat terjadi manakala terpenuhi
keadaan-keadaan tertentu dari faktor-faktor persalinan: jalan lahir (passage), janin
(passanger), dan kekuatan (power). Pada waktu persalinan, hubungan antara janin
dan jalan lahir sangatlah penting untuk diperhatikan oleh karena menentukan
mekanisme dan prognosis persalinannya. Hubungan tersebut sudah dijelaskan
bagian lain yang membahas letak, presentasi, sikap dan posisi janin. Dalam
keadaan normal, presentasi janin adalah belakang kepala dengan penunjuk ubunubun kecil dalam posisi transversal (saat masuk pintu atas panggul), posisi
anterior (setelah melewati pintu atas tengah panggul). Dengan presentasi tersebut,
kepala janin akan masuk panggul dalam ukuran terkecilnya (sirkumferensia
suboksipitobregmatikus). Haal tersebut dicapai bila sikap kepala janin fleksi.
Sikap yang tidak normal akan menimbulkan malpresentasi pada janin, dan
kesulitan persalinan terjadi oleh karena diameter kepala harus melalui panggul
menjadi lebih besar. Sikap ekstensi ringan akan menjadikan presentasi puncak
kepala (dengan penunjuk sinsiput), dan ekstensi maksimal menjadikan presentasi

19

atau malposisi, maka dapat terjadi persalinan yang lama atau bahkan macet.
Malpresentasi adalah posisi abnormal ubun-ubun kecil relatif terhadap panggul
ibu. Pengertian persalianan lama adalah persalinan kala I fase aktif denagn
kontraksi uterus reguler selama lebih dari 12 jam. Persalinan macet adalah
persalinan yang kemauaanya terhambat oleh faktor mekanis dan proses kelahiran
tidak mungkin dilakukan tanpa inervensi operatif.
PRESENTASI DAHI
Presentasi dahi terjadi manakala kepala janin dalam sikap ekstensi sedang. Pada
pemeriksaan dalam dapat diraba daerah sinsiput yang berada di antara ubun-ubun
besar dan pangkal hidung. Bila menetap, janin dengan presentasi ini tidak dapat
dilahirkan oleh karena besarnya diameter oksipitomental yang harus melalui
panggul. Janin dengan ukuran kecil dan punggungnya berada di posterir atau
ukuran panggul yang sedemikian luas mungkin masih dapat dilahirkan
pervaginam.
Kejadian presentasi dahi meningkat bbila didapatkan adanya polihidramnion (0,4
%), berat badan lahir < 1500 g (0,19 %), prematuritas (0,16 %), dan postmaturitas
(0,1 %).
Diagnosis
Diagnosis presentasi dahi dapat ditegakkan apabila pada pemeriksaan vaginal
dapat diraba pangkal hidung, tepi atas orbita, sutura frontalis, dan ubun-ubun
besar, tetapi tidak dapat meraba dagu atau mulut janin, apabila mulut dan dagu
janin dapat teraba, maka diagnosisnya adalaah presentasi muka. Sebanyak 24 %
presentasi dahi tidak terdiagnosis sebelum kala II. Pada palpasi abdomen dapat
teraba oksiput dan dagu janin di atas simfisi dengan mudah.
Mekanisme Persalinan
Pada umumnya presentasi dahi bersifat sementara untuk kemudian dapat berubah
menjadi presentasi belakang kepala, presentasi muka, atau tetap presentasi dahi.
Oleh karena ini, apabila tidak ada gawat janin, menunggu kemajuan persalinan
dapat dilakukan. Perubahan presentasi dapat terjadi terutama pada janin kecil atau
janin mati yang sudah mengalami maserasi. Pada janin dengan ukuran normal,

20

terutama apabila selaput ketuban sudah pecah, biasanya tidak terjadi perubahan
presentasi. Mekanisme persalinan pada presentasi dahi menyerupai mekanisme
persalinan pada presentasi muka. Oleh karenanya, janin kecil mungkin dapat
dilahirkan vaginal bila punggungnya berada di posterior.
Apabila presentasi dahi yang menetap dibiarkan berlanjut, maka akan menjado
molase yang hebat sehingga diameter oksipitomental akan berkurang dan
terbentuk caput succadaneum di daerah dahi. Persalinan dapat berlangsung hanya
bila molase tersebut membuat kepala bisa masuk panggul. Saat lahir melalui pintu
bawah panggul, kepala akan flexi sehingga lahirlah dahi, sinsiput, dan oksiput.
Proses selanjutnya terjadi ekstensi sehingga lahirlah wajah.
Penanganan
Sebagian besar oresentasi dahi memerlukan pertolongan persalinan secara bedah
sesar untuk menghindari manipulasi vaginal yang sangat meningkatkan mortalitas
perinatal. Jika dibandingkan dengan presentasi belakang kepala, persalinan
vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan prolaps tali pusat (5 kali), ruptura
uteri (17 kali), tranfusi darah (3 kali), infeksi pascapersalinan (5 kali), dan
kematian perinatal (2 kali).
Apabila presentasi dahi didiagnosis pada persalinan awal dengan selaput ketuban
yang utuh, observasi ketat dapat dilakukan. Observasi ini dimaksudkan untuk
menunggu kemungkinan perubahan presentasi secara spontan. Pemberian
stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah harus dilakukan dengan
sangat hati-hati dan tidak boleh dilakukan bila tidak terjadi penurunan kepala atau
dicurigai adanya disporposi kepala-panggul. Presentasi dahi yang menetap atau
dengan selaput ketuban yang sudah pecah sebaiknya dilakukan bedah sesar untuk
melahirkannya. Jangan melahirkan menggunakan bantuan emkstraksi vakum,
forseps, atau simpisiotomi karena hanya akan meningkatkan morbiditas dan
mortalitas.
PRESENTASI MUKA
Presntasi muka terjadi apabila sikap janin ekstensi maksimal sehingga oksiput
mendekat ke arah punggung janin dan dagu menjadi bagian presentasinya. Faktor

21

predisposisi yang meningkatkan kejadian presentasi dahi adalah malformasi janin


(0,9 %), berat badan lahir < 1.500 g (0,71 %), polihidramnion (0,63 %),
postmaturitas (0,18 %), dan multiparitas (0,16 %). Berbeda dengan presentasi
dahi, janin dengan presentasi muka masih dapat dilahirkan vaginal apabila posisi
dagunya di anterior.
Diagnosis
Diagnosis presentasi muka ditegakkan apabila pada pemeriksaan vaginal dapat
diraba mulut, hidung, tepi orbita, dan dagu. Penunjuk presentasi muka adalah
dagu. Pada palpasi abdomen kadang-kadang dapat diraba tonjolaan kepala janin di
dekat punggung janin. Pada waktu persalinan, seringkali muka menjadi edema,
sehingga diagnosis dapat keliru sebagai presentasi bokong. Pada keadaan tersebut
perabaan pada mulut mirip dengan perabaan pada anus. Sebanyak 49 % kasus
presentasi muka tidak terdiagnosis sebelum kala II.
Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan presentasi muka serupa dengan persalinan presentasi
belakang kepala. Secara berurutan akan terjadi proses kepala mengalami
penurunan (descent), rotasi internal, fleksi, ekstensi, dan rotasi ekternal. Sebelum
masuk panggul biasanya kepala janin belum dalam sikap ekstensi maksimal,
sehingga masih presentasi dahi. Ketika terjadi penurunan kepala, tahanan dari
panggul akan menyebabkan kepala lebih ekstensi sehingga terjadi perubahan
menjadi presentasi muka. Ketika masuk pintu atas panggul dagu dalam posisi
transversal atau oblik.
Pada pintu tengah panggul, rotasi internal terjadi. Tujuan rotasi internal ini adalah
membuat kepala agar dapat semakin memasuki panggul dengan cara mengubah
posisi dagu ke arah anterior. Apabila dagu berputar ke arah posterior, maka kepala
akan tertahan oleh sakrum sehingga kepala tidak mungkin turun lebih lanjut, dan
terjadilah persalinan macet. Pada janin yang sangat kecil atau sudah terjadi
maserasi, bahu, dan kepala dapat secara bersamaan masuk ke dalam panggul,
sehingga meskipun dagu di posterior kepala tetap dapat mengalami penurunan.
Keadaan demikian tidak bisa terjadi pada janin seukuran cukup bulan. Perputaran

22

dagu ke arah anterior akan membuat kepala dapat memasuki pintu tengah panggul
dan dagu serta mulut muncul di vulva. Pada keadaan demikian dagu bawah tepat
berada di bawah simfisis.
Sesuai dengan arah sumbu panggul, gerakan selanjutnya adalah fleksi kepala
sehingga berturut-turut lahirlah hidung, mata, dahi, dan oksiput. Setelah kepala
lahir, karena gaya beratnya akan terjadi ektensi kepala sehingga oksiput menekan
ke arah anus. Proses selanjutnya adalah terjadi putaran eksternal pada kepala
menyesuaikan kembali dengan arah punggung janin.
Penanganan
Posisi dagu di anterior adalah syarat yang harus dipenuhi apabila janin presentasi
muka hendak dilahirkan vaginal. Apabila tidaka da gawat janin dan perslinan
berlangsung dengan kecepatan normal, maka cukup dilakukan observasi terlebih
dahulu hingga terjadi pembukaan lengkap. Apabila setelah pembukaan lengkap
dagu berada di anterior, maka persalinan vaginal dilanjutkan seperti persalinan
dengan presentasi belakang kepala. Bedah sesar dilakukan apabila setelah
pembukaan lengkap posisi dagu masih posterior, didapatkan tanda-tanda
disporposi, atau atas indikasi obstetri lainnya.
Stimulasi oksitosin hanya diperkenankan pada posisi dagu anterior dan tidak ada
tanda-tanda disporposi. Melakukan perubahan posisi dagu secara manual ke arah
anterior atau mengubah presentasi muka menjadi presentasi belakang kepala
ebaiknya tidak dilakukan karena lebih banyak menimbulkan bahaya. Melahirkan
bayi presentasi muka menggunakan ekstraksi vacum tidak diperkenankan. Pada
janin yang meninggal, kegagalan melahirkan vaginal secara spontan daoat diatasi
dengan kraniotomi atau bedah sesar.
PRESENTASI MAJEMUK
Presentasi majemuk adalah terjadinya prolaps satu atau lebih ekstremitas pada
presentasi kepala ataupun bokong. Kepala memasuki panggul bersamaan dengan
kaki dan/atau tangan. Presentasi majemuk juga dapat terjadi manakala bokong
memasuki panggul bersamaan dengan tangan. Dalam pengertian presentasi
majemuk tidak termasuk presentasi bokong-kaki, presentasi bahu, atau prolaps tali

23

pusat. Apabila bagian terendah janin tidak menutupi dengan sempurna pintu atas
panggul, maka presentasi majemuk dapat terjadi.
Faktor yang meningkatkan kejadian presentasi majeuk adalah prematuritas,
multiparitas, panggul sempit, kehamilan ganda, atau pecahnya selaput ketuban
dengan bagian terendah janin masih tinggi. Jenis presentasi mejemuk yang sering
terjadi adalah kombinasi kepala dengan tangan atau lengan. Kaki yang menyertai
kepala atau tangan yang menyertai bokong jarang terjadi. Prolaps tali pusat dapat
terjadi sebagai komplikasi presentasi majemuk dengan angka kejadian 13 - 23 %.
Diagnosis
Kemungkinan adanya presentasi majemuk dapat dilahirkan apabila terjadi
kelambatan kemajuan persalianan pada persalinan fase aktif, bagian terendah
janin (kepala atau bokong) tidak dapat masuk panggul terutama setelah terjadi
pecah ketuban. Diagnosis presentasi majemuk dibuat melalui periksa dalam
vagina. Apabila pada presentasi kepala teraba juga tangan/lengan/atau kaki atau
apabila pada presentasi bokong teraba juga tangan/lengan, maka diagnosis
presentasi majemuk dapat ditegakkan. Kesulitan menegakkan diagnosis tersebut
oleh karena seringkali menjadi koreksi spontan terutama pada derajat ringan
prolaps ekstremitas.
Mekanisme Persalinan
Kelahiran spontan pada perslainan dengan presentasi majemuk hanya dapat terjadi
apabila janinnya sangat kecil (sedemikian sehingga panggul dapat dilalui bagian
terendah janin bersamaan dengan ekstremitas yang menyertainya), atau apabila
janin mati yang sudah mengalami maserasi. Mekanisme persalinan dapat terjadi
sebagaimana mekanisme persalinan presentasi kepala atau presentasi bokong
apabila terjadi reposisi baiks ecara spontan maupun melalui upaya.
Penanganan
Penanganan presentasi majemuk dimulai dengan menetapkan adanya prolaps tali
pusat atau tidak. Adanya prolaps tali puasat menimbulkan keadaan emergensi
bagian janin, dan penanganan dengan melakukan bedah sesar ditujukan untuk

24

mengatasi akibat prolaps tali pusat tersebut daripada presentasi majemuknya. Halhal yang perlu dipertimbangkan adalah presentasi janin, ada tidaknya prolaps tali
puast, pembukaan serviks, keadaan selaput ketuban, kondisi dan ukuran janin,
serta ada tidaknya kehamilan kembar tergantung pada keadaan-keadsaan tersebut
persalinan dapat berlangsung vaginal ataupun abdominal.
Apabila tidak ada prolaps tali pusat, maka dilakukan kemajuan persalinan dengan
seksama. Pada kasus-kasus presentasi majemuk dengan kemajuan persalinan yang
baik (pada fase aktif pembukaan serviks minimal 1 cm/jam, atau pada kala 2
terjadi penurunan kepala), umumnya akan terjadi reposisi spontan. Setelah
pembukaan lengkap, dengan semakin turunnya kepala, maka ekstremitas prolaps
akan tertinggal dan tidak memasuki panggul. Selanjutnya pertolongan persalinan
dilakukan sebagaimana biasanya.
Pada keadaan terjadinya kemajuan persalinan lambat atau macet (biasanya pada
pembukaan serviks praktis lengkap), dilakukan upaya reposisi ekstremitas yang
prolaps. Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah janin (kepala atau
bokong) dilonggarkan dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada-lutut
(knee-chest-position.) apabila ketuban masih utuh dilakukan amniotomi terlebih
dahulu.
PRESENTASI BOKONG
Presentasi bokong merupakan letak memanjang dengan bokong
sebagaibagian yang terbawah sehingga kepala berada di fundus uteri dan
bokong beradadi bagian bawah kavum uteri.
ETIOLOGI
1. Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik misalnya panggul
sempit,hidrosefalus,

anensefali, plasenta

previa, tumor-tumor

pelvis.
2. Janin mudah bergerak, seperti pada hidramnion, multipara, janin
kecil(prematur).
3. Gemeli (kehamilan ganda)
4. Kelainan uterus, seperti uterus arkuatus, bikornis, mioma uteri.5.

25

5. Janin sudah lama mati.


Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin
terhadapruangan di dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih
32

minggu,

jumlahair

ketuban

relatif

lebih

banyak,

sehingga

memungkinkan janin bergerak denganleluasa. Dengan demikian janin


dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala,presentasi bokong
atau letak lintang. Karena berbagai sebab yang belumdiketahui begitu
jelas, menjelang kehamilan aterm, kavum uteri telahmempersiapkan
janin

pada posisi

longitudinal

dengan

presentasi

belakang

kepala.Presentasi bokong umumnya terjadi pada akhir trimester kedua


kehamilan ataumendekati aterm.
KLASIFIKASI
Presentasi bokong murni (Frank Breech)Fleksi ekstremitas bawah
pada sendi

paha dan

ekstensi lutut

sehingga

kaki

terletak

berdekatan dengan kepala.


Presentasi bokong lengkap (Complete Breech)Satu atau kedua lutut
lebih banyak dalam keadaan fleksi dari pada ekstensi
Presentasi bokong tidak lengkap (Incomplete Breech)
Satu atau kedua sendi paha tidak dalam keadaan fleksi dan satu atau
keduakaki atau lutut terletak dibawah bokong, sehingga kaki atau lutut
bayi terletak paling bawah pada jalan lahir,terdiri dari :
Letak kaki :
Kedua kaki terletak dibawah = letak kaki sempurna
Hanya satu kaki terletak dibawah = letak kaki tak sempurna
Letak lutut :
Kedua lutut terletak paling rendah (letak lutut sempurna)
Hanya satu lutut terletak paling rendah (letak lutut tak sempurna)

Diagnosis
Diagnosis letak sungsang yaitu pada pemeriksaan luar kepala tidak teraba di
bagian bawah uterus melainkan teraba di fundus uteri. Kadang-kadang bokong

26

janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong
tidak dapat digerakkan semudah kepala.
Seringkali wanita tersebut menyatakan bahwa kehamilannya terasa lain daripada
yang terdahulu, karena terasa penuh di bagian atas dan gerakan terasa lebih
banyak di bagian bawah. Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi
atau sedikit lebih tinggi daripada umbilicus. Apabila diagnosis letak sungsang
dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat, karena misalnya dinding perut tebal,
uterus mudah berkontraksi atau banyaknya air ketuban, maka diagnosis
ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dalam. Apabila masih ada keragu-raguan,
harus dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografik. Setelah
ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai dengan
adanya sacrum, kedua tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka
harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan
ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang
jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan. Pada persalinan lama,
bokong

janin

mengalami

edema,

sehingga

kadang-kadang

sulit

untuk

membedakan bokong dengan muka. Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan


antara bokong dengan muka karena jari yang akan dimasukkan ke dalam anus
mengalami rintangan otot, sedangkan jari yang dimasukkan ke dalam mulut akan
meraba tulang rahang dan alveola tanpa ada hambatan. Pada presentasi bokong
kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba di samping bokong sedangkan pada
presentasi bokong kaki tidak sempurna, hanya teraba satu kaki di samping
bokong.
Cara persalinan letak sungsang :
Pervaginam
Persalinan letak sungsang dengan pervaginam mempunyai syarat yang harus
dipenuhi yaitu pembukaan benar-benar lengkap yang harus dipenuhi yaitu
pembukaan benar-benar lengkap, kulit ketuban sudah pecah, his adekuat dan
tafsiran berat badan janin < 3600 gram.

27

Terdapat situasi-situasi tertentu yang membuat persalinan pervaginam tidak dapat


dihindarkan yaitu ibu memilih persalinan pervaginam, direncanakan bedah sesar
tetapi terjadi proses persalinan yang sedemikian cepat, persalinan terjadi di
fasilitas yang tidak memungkinkan dilakukan bedah sesar, presentasi bokong yang
tidak terdiagnosis hingga kala II dan kelahiran janin kedua pada kehamilan
kembar. Persalinan pervaginam tidak dilakukan apabila didapatkan kontra indikasi
persalinan pervaginam bagi ibu dan janin, presentasi kaki, hiperekstensi kepala
janin dan berat bayi > 3600 gram, tidak adanya informed consent, dan tidak
adanya petugas yang berpengalaman dalam melakukan pertolongan persalinan.
Persalinan spontan (spontaneous breech)
Yaitu janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri (cara bracht). Pada
persalinan spontan bracht ada 3 tahapan yaitu tahapan pertama yaitu fase lambat,
fase cepat, dan fase lambat. Dilahirkan dengan kekuatan ibu sendiri, tahap kedua
lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong dengan cara klasik,
mueller, lovset; tahap ketiga lahirnya kepala dengan memakai cara mauriceau dan
forceps piper. Berikut ini cara melahirkan bahu dan lengan pada letak sungsang
dengan cara klasik :
1) Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada pergelangan
kakinya dan dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati
perut ibu.
2) Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir
dengan jari telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa cubiti
kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah
mengusap muka janin.
3) Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin
diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga
punggung janin mendekati punggung ibu. Dengan cara yang sama lengan
dapat dilahirkan.
Berikut ini melahirkan bahu dan lengan pada letak sungsang dengan cara mueller :

28

1.

Badan janin dipegang secara femuro-pelvis dan sambil dilakukan traksi


curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan di bawah simfisis dan
lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan di bawahnya.

2.

Setelah bahu dan lengan depan lahir, maka badan janin yang masih dipegang
secara femuro-pelvis ditarik ke atas sampai bahu belakang lahir.

Berikut ini melahirkan bahu dan lengan dengan cara lovset :


1) Badan janin dipegang secara femuro-pelvis dan sambil dilakukan traksi
curam ke bawah badan janin diputar setengah lingkaran, sehingga bahu
belakang menjadi bahu depan.
2) Sambil melakukan traksi, badan janin diputar kembali ke arah yang
berlawanan setengah lingkaran demikian seterusnya bolak-balik sehingga
bahu belakang tampak di bawah simfisis dan lengan dapat dilahirkan.
Berikut ini melahirkan kepala dengan cara mauriceau :
1.

Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalan
lahir.

2.

Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk serta jari ke empat
mencengkeram fossa canina sedangkan jari yang lain mencengkeram leher.

3.

Badan anak diletakkan di atas lengan bawah penolong seolah-olah janin


menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ke tiga penolong mencengkeram
leher janin dari arah punggung.

4.

Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil seorang
asisten melakukan fundal pressure.

5.

Saat suboksiput tampak di bawah simfisis, kepala janin dielevasi ke atas


dengan suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu,
mulut, hidung, mata, dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya seluruh kepala.

Ekstraksi sungsang
Yaitu janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong. Ekstraksi
sungsang dilakukan jika ada indikasi dan memenuhi syarat untuk mengakhiri

29

persalinan serta tidak ada kontra indikasi. Indikasi ekstraksi sungsang yaitu gawat
janin, tali pusat menumbung, persalinan macet.

Cara ekstraksi kaki :


1) Bila kaki masih terdapat di dalam vagina, tangan operator yang berada pada
posisi yang sama dengan os sacrum dimasukkan dalam vagina untuk
menelusuri bokong, paha sampai lutut guna mengadakan abduksi paha janin
sehingga kaki janin keluar. Selama melakukan tindakan ini, fundus uteri
ditahan oleh tangan operator yang lain.
2) Bila satu atau dua kaki sudah berada di luar vulva, maka dipegang dengan
dua tangan operator pada betis dengan kedua ibu jari berada punggung betis.
Lakukan traksi ke bawah. Setelah lutut dan sebagian paha keluar, pegangan
dialihkan pada paha dengan kedua ibu jari pada punggung paha.
3) Dilakukan traksi ke bawah lagi (operator jongkok) dengan tujuan
menyesuaikan arah traksi dengan sumbu panggul ibu.
Cara ekstraksi bokong
1.

Lakukan periksa dalam vagina untuk memastikan titik penunjuk (os sacrum).

2.

Jari telunjuk tangan operator yang berhadapan dengan os sacrum dikaitkan


pada lipat paha depan janin. Kemudian dilakukan ekstraksi curam ke bawah

3.

Bila trokanter depan sudah berada di bawah simfisis, jari telunjuk tangan
operator yang lain dipasang pada lipat paha belakang untuk membantu traksi
sehingga bokong berada di luar vulva.

4.

Arah ekstraksi berubah ke atas untuk mengeluarkan trokanter belakang.

5.

Ekstraksi kemudian mengikuti putaran paksi dalam.

6.

Bila pusat sudah berada di luar vulva, dikendorkan.

7.

Ekstraksi diteruskan dengan cara menempatkan kedua tangan pada bokong


janin dengan kedua ibu jari berada di atas sacrum dan jari-jari kedua tangan
berada di atas lipat paha janin.

8.

Ekstraksi dilakukan dengan punggung janin di depan, kemudian mengikuti


putaran paksi dalam bahu, salah satu bahu akan ke depan.

30

9.

Setelah ujung tulang belikat terlihat dilakukan periksa dalam vagina untuk
menentukan letak lengan janin, apakah tetap berada di depan dada,
menjungkit atau di belakang tengkuk. Pada ekstraksi bokong sampai tulang
belikat sering diperlukan bantuan dorongan kristeller.

Perabdominam
Memperhatikan komplikasi persalinan letak sungsang melalui pervaginam, maka
sebagian besar pertolongan persalinan letak sungsang dilakukan dengan seksio
sesarea. Pada saat ini seksio sesarea menduduki tempat yang sangat penting dalam
menghadapi persalinan letak sungsang. Seksio sesarea direkomendasikan pada
presentasi kaki ganda dan panggul sempit.
Seksio sesarea bisa dipertimbangkan pada keadaan ibu yang primi tua, riwayat
persalinan yang jelek, riwayat kematian perinatal, curiga panggul sempit, ada
indikasi janin untuk mengakhiri persalinan (hipertensi, KPD >12 jam, fetal
distress), kontraksi uterus tidak adekuat, ingin steril, dan bekas SC.
Sedangkan seksio sesarea bias dipertimbangkan pada bayi yang prematuritas >26
minggu dalam fase aktif atau perlu dilahirkan, IUGR berat, nilai social janin
tinggi, hiperekstensi kepala, presentasi kaki, dan janin >3500 gram (janin besar).
Komplikasi persalinan letak sungsang
1) Komplikasi pada ibu
a)

Perdarahan

b)

Robekan jalan lahir

c)

Infeksi

2) Komplikasi pada bayi


Asfiksia bayi, dapat disebabkan oleh :
1) Kemacetan persalinan kepala (aspirasi air ketuban-lendir)
2) Perdarahan atau edema jaringan otak
3) Kerusakan medula oblongata
4) Kerusakan persendian tulang leher
5) Kematian bayi karena asfiksia berat.

31

Trauma persalinan
1.

Dislokasi-fraktur persendian, tulang ekstremitas

2.

Kerusakan alat vital : limpa, hati, paru-paru atau jantung

3.

Dislokasi fraktur persendian tulang leher : fraktur tulang dasar kepala ; fraktur
tulang kepala ; kerusakan pada mata, hidung atau telinga ; kerusakan pada
jaringan otak.

Infeksi, dapat terjadi karena :


1) Persalinan berlangsung lama
2) Ketuban pecah pada pembukaan kecil
3) Manipulasi dengan pemeriksaan dalam

32

DAFTAR PUSTAKA

Abalos E, Duley L, Steyn D, dan Henderson-Smart D. 2007. Antihypertensive


drug therapy for mild to moderate hypertension during pregnancy.
http: //hyper.ahajournals.org/content/51/4/960.
AJOG. 2000. American Journal of Obstetrics and Gynecology. 183(1).
Cunningham FG. 2005. Obstetri William Edisi 21. Jakarta: EGC.
Hanifa, Winkjosastro. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan
Sarwono

Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Prawiroharjo.

Liewllyn, Derek. 2001. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi


6. Jakarta :

EGC.

Rustam, mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC.


Mochtar, Rustam. 1998. Synopsis Obstetri. Jakarta. EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. (1976). Ilmu Kebidanan. Edisi ke 4. Jakarta.
Yayasan

Bina Pustaka Rustam.

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal

dan Neonatal. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo.

Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal

dan Neonatal. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo.

Jakarta.

33

Saifuddin, A. 2010. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

34

Anda mungkin juga menyukai