G1P0A0 Hamil Aterm Inpartu Kala I Fase Laten Dengan Ketuban Pecah
Sebelum Waktunya 12 Jam Janin Tunggal Hidup Presentasi Kepala
Preceptor:
dr. Ratna Dewi P S, Sp.OG
Oleh:
Vicki Lusbiyanti Utami, S.Ked
0918011085
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun laporan
kasus ketuban pecah sebelum waktunya dalam kehamilan.
Selanjutnya, laporan kasus ini disusun dalam rangka memenuhi tugas
kepaniteraan Obstetri dan Ginekologi. Kepada dokter-dokter yang terlibat, saya
ucapkan terima kasih atas segala pengarahannya sehingga laporan kasus ini dapat
saya susun dengan cukup baik.
Saya menyadari banyak kekurangan dalam penulisan laporan kasus ini,
baik dari segi isi, bahasa, analisis, dan sebagainya. Oleh karena itu, saya ingin
meminta maaf atas segala kekurangan tersebut, hal ini disebabkan karena masih
terbatasnya pengetahuan, wawasan, dan keterampilan saya. Selain itu, kritik dan
saran dari pembaca sangat saya harapkan, guna untuk kesempurnaan laporan
kasus ini dan perbaikan untuk kita semua.
Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan
wawasan berupa ilmu pengetahuan untuk kita semua.
Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dan korion
yang sangat erat ikatannya. Lapisan ini terdiri atas beberapa sel seperti sel epitel,
sel mesenkim, dan sel trofoblas yang terikat erat dalam matriks kolagen. Selaput
ketuban berfungsi menghasilkan air ketuban dan melindungi janin terhadap
infeksi. Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan.
Ketuban Pecah Dini adalah keadaan oecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Bila Ketuban Pecah Dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu
disebut Ketuban Pecah Dini pada kehamilan prematur. Dalam keadaan normal 8 10% perempuan hamil aterm akan mengalami Ketuban Pecah Dini. (Sarwono,
2008)
Ketuban Pecah Dini Prematur terjadi pada 1% kehamilan. Pecahnya selaput
ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam kolagen
matriks ekstra selular amnion, karion, dan apoptosis membran janin. Membran
janin dan desidua bereaksi terhadap stimuli seperti infeksi dan peregangan selaput
ketuban dengan memproduksi mediator seperti prostaglandin, sitokin, dan protein
hormon yang merangsang aktivitas matrix degrading enzym. (Sarwono, 2010)
BAB II
LAPORAN KASUS
: Ny. M
Usia
: 24 tahun
Usia
: 45 tahun
Pendidikan
: SMA
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: IRT
Pekerjaan
: Buruh
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Suku
: Jawa
Alamat
Alamat
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Riwayat haid
Menarche
Siklus haid
Lamanya
Banyaknya
Warnanya
Baunya
Dismenore
HPHT
TP
: 13 Thn
: 28 Hari
: + 7 Hari
: 3 x ganti pembalut
: Merah Kehitaman
: Normal
: Kadang-kadang
: 14-03-2014
: 21-12-2014
Riwayat perkawinan
Pernikahan pertama selama 23 tahun (usia saat menikah 17 tahun).
Riwayat kehamilan persalinan nifas terdahulu
Penyulit Anak
Tempat
Tahun
Jenis
Penolon
Pertolong Persalina
Persalinan
g
an
n
Kehamil
an dan
Persalina
BB
JK
Keadaan
(gram)
n
Hamil ini
Riwayat penyakit
Riwayat penyakit dahulu: tidak ada
Riwayat penyakit dalam keluarga: Alergi (-), Diabetes Melitus (-), Hipertensi (-)
Riwayat operasi
Tidak ada.
Riwayat kontrasepsi
Tidak ada.
Riwayat antenatal
a. Selama hamil diperiksa di psyandu dan oleh bidan, sebanyak 6 x
kunjungan
Status Generalis
Kulit
Kepala
Mata
Telinga
Hidung
Thoraks
Mammae membesar dan tegang, hiperpigmentasi areolla (+)
Jantung
: Inspeksi ictus cordis tidak terlihat, palpasi ictus cordis teraba di ICS 6
linea midclavicularis sinistra, Auskultasi bunyi jantung I-II (+/+)
reguler, murmur (-), gallop (-), kesan : batas jantung normal.
Paru
: Inspeksi paru simetris saat statis dan dinamis, palpasi paru fremitus
vokal dan taktil simetris, perkusi paru sonor (+/+), Auskultasi
vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Perut tampak membesar, striae gravidarum (+), bekas luka operasi (-)
Palpasi
: Nyeri tekan ulu hati (-), hepar dan lien sulit dinilai
Perkusi
Palpasi
Leopold 1: Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah prosessus xyphoideus (32 cm), pada
fundus ibu teraba lunak, tidak melenting, bundar, diperkirakan adalah bokong
janin.
Leopold 2: Letak memanjang, pada perut bagian kiri teraba keras memanjang
diperkirakan puggung janin dan disebelah kanan perut ibu teraba bagian kecilkecil janin yang diperkirakan tangan dan kaki janin.
Leopold 3: Pada perut bagian terbawah terasa bundar, melenting, dan keras
dengan tidak dapat digoyangkan. Diperkirakan kepala janin sudah masuk PAP.
Leopold 4: Kedua tangan divergen, kepala janin telah masuk PAP 1/5.
DJJ 1: 145 x/menit, His 3x/10/30, TBJ : 3100 gram
Pemeriksaan Dalam :
Posisi
: Anterior
Portio
: Lunak
Pendataran
: 100%
Pembukaan
: 3 cm
Ketuban
Bagian terendah
: Kepala
Penurunan
: HodgeI-II
Penunjuk
Pemeriksaan panggul :
Arkus pubis
Dinding samping
Spina ischiadika
Linea inominata
Promontorium
Conjugata diagonalis
Conjugata vera
Ujung sacrum
Kesan panggul
: 900
: lurus
: tidak teraba
: 1/3 1/3
: tidak teraba
: > 12 cm
: > 10,5 cm
: konkaf
: Luas
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
LED
: 11,8 gr/dl
: 17,3 x 103/mm3
: 33%
: 239 x 103 /uL
: 60 mm/jam
RESUME
Pasien datang pada tanggal 13 November 2014 jam 02.35. Pasien mengatakan ini
adalah kehamilan pertama. Pasien masih merasakan gerakan janin. 2 hari
sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh perut mules yang menjalar hingga
ke pinggang, hilang timbul, makin sering dan kuat. 1 hari sebelum masuk rumah
sakit pasien juga mengeluh keluar air-air dari kemaluan, jernih (+), tidak berbau,
sedikit-sedikit, banyaknya 2x ganti kain basah. Riwayat keluar darah lendir (+).
Riwayat post coital (+). Riwayat perut diurut-urut (+). Hari pertama haid terakhir
07 April 2014 ditaksir persalinan akan berlangsung tanggal 14 Januari 2015.
Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 100x/menit, respiration rate 24x/menit, suhu
36,50C.
Pemeriksaan fisik kepala, mata, gigi, leher, jantung, paru, dan thoraks dalam batas
normal. Pada kulit ditemukan chloasma gravidarum, pada thoraks ditemukan
hiperpigmentasi areolla dan mammae membesar serta tegang. Pada pemeriksaan
abdomen ditemukan striae gravidarum dan perut tampak membesar.
Pemeriksaan obstetrik, ditemukan abdomen cembung, tampak gambaran uterus
menonjol, fundus setinggi 3 jari bawah prossesus xyphoideus (32 cm), teraba
massa bundar, tidak melenting, dan kenyal, diperkirakan bokong janin. Janin letak
memanjang, punggung kiri. Kepala janin telah masuk PAP dengan penurunan 4/5.
Taksiran berat janin adalah 3100 gram. DJJ 145 x/menit. His 3x/10/30.
Pemeriksaan dalam, letak uterus di bagian anterior, pendataran 100% dan
pembukaan 3 cm. Ketuban (+) jernih, bau (-), penunjuk sutura sagitalis lintang.
Kepala berada di HodgeI-II. Pemeriksaan panggul kesan luas.
Pemeriksaan laboratorium darah rutin dan kimia darah dalam batas normal.
DIAGNOSIS
G1P0A0 hamil 39 minggu inpartu kala I fase Laten Dengan Ketuban Pecah
Sebelum Waktunya 12 Jam Janin Tunggal Hidup Presentasi Kepala
Penatalaksanaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Prognosis
Ibu:
Quo ad vitam
: dubia
Quo ad functionam
: dubia
: dubia
Quo ad vitam
: dubia
FOLLOW UP
13/11/2014
D/ G1P0A0 Hamil Aterm Inpartu Kala I Fase Laten dengan KPSW 12 Jam Janin
02.00
TD : 120/80
His
:
3x/10/35
DJJ:
145x/menit
3 cm
04.00
His:
3x/10/35
4 cm
06.00
6 cm
08.00
8 cm
10:00 WIB
11.40 WIB
10
12:00 WIB
12.05 WIB
13.00 WIB
7/8 FT AGA
Plasenta lahir lengkap, BP 530 g, PTP 50 cm, = 17x18 cm
Operasi selesai
D/ P1A0 SSTP a.i malposisi
Th/
14/012015
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Pasien
Observasi TVI
IVFD RL + oxytocin 20 IU gtt xx/menit
Cek Hb post op
Transfusi jika Hb < 8 gr/dl
Kateter menetap, catat I/O
Mobilisasi 24 jam
Injeksi ceftriaxon 2x1 gr I.V (ST)
Injeksi metronidazol 3 x 500 mg
Injeksi tramadol 3x1 amp
Diet tinggi protein
pindah bangsal
04:00 WIB
11
BAB III
ANALISA KASUS
1.
: 120/80mmHg
o L1
12
13
Kala II
Pada persalinan per vaginam maka kala II diakhiri dengan terminasi
perabdominan. Tetesan oksitosin dilakukan sekurang-kurangnya 3 menit
setelah pemberian pengobatan medisinal. Pada kehamilan <37 minggu; bila
keadaan memungkinkan, terminasi ditunda 2 kali 24 jam untuk maturasi
paru janin dengan memberikan kortikosteroid.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
14
A.
Ketuban Pecah Dini
Mekanisme Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi
uterus dan peregangan
15
16
17
nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit dan tanda-tamda infeksi intrauterin). Pada
usia kehamilan 32 - 37 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru
janin, dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu.
Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametaspn I.M 5
mg stiap 6 jam sebanyak 4 kali.
Perawatan Aktif
Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio
sesaria. Dapat pula diberikan misoprostol 25 g - 50 g intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan
persalinan diakhiri.
Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika
tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesaria.
Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan
Korioamnionitis
Definisi
Korioamnionitis adalah keadaan pada perempuan hamil di mana korion,
amnion, dan cairan ketuban terkena infeksi bakteri. Korioamnionitis merupakan
komplikasi paling serius bagi ibu dan janin, bahkan dapat berlanjut menjadi
sepsis.
Etiologi
Penyebab korioamnionitis adalah infeksi bakteri yang terutama berasal
ddari traktus urogenitalis ibu. Seacara spesifik permulaan berasal dari vagina,
anus, atau rektum dan menjalar ke uterus. Angka kejadian korioamnionitis 1 - 2
%.
Diagnosis
Faktor risiko terjadinya korioamnionitis adalah kelainan prematur atau
ketuban pecah lama. Korioamnionitis tidak selalu menimbulkan gejala. Bila
timbul gejala antara lain demam, nadi cepat, berkeringat, uterus pada perabaan
lembek, dan cairan berbau keluar dari vagina. Diagnosis korioamnionitis
ditegakkan dengan pemeriksaan fisik, gejala-gejala tersebut di atas, kultur darah,
dan cairan amnion. Kesejahteraan janin dapat diperiksa dengan ultrasound dan
kardiotokografi.
18
Penanganan
Tegakkan diagnosis dini korioamnionitis. Hal ini berhubugan dengan
prognosis, segera janin dilahirkan. Bila kehamilan prematur, keadaan ini akan
memperburuk prognosis janin. Bila janin telah meninggal upayakan persalinan
pervaginam, tindakan perabdominan (seksio sesaria) cenderung terjadi sepsis.
Lakukan induksi atau akselerasi persalinan.
Pemberian antibiotika sesegera mungkin. Dipilih yang berspektrum luas
yaitu kombinasi ampisilin 3 x 1000 mg, gentamisin 5 mg/kgBB/hari, dan
metronidazol 3 x 500 mg.
Berikan uterotonika supaya kontraksi uterus baik pascapersalinan. Hal ini
akan
mencegah/menghambat
invasi
mikroorganisme
melalui
sinus-sinus
Malpresentasi adalah bagian terandah janin yang berada di segmen bawah rahim.
Bukan belakang kepala. Malposisi adalah penunjuk (presenting part) tidak berada
di anterior. Secara epidemiologis pada kehamilan tunggal didapatkan presentasi
kepala sebesar 96,8 % bokong 2,7 %, letak lintang 0,3 %, majemuk 0,1 %, muka
0,05 %, dan dhi 0,01 %. Persalinan normal dapat terjadi manakala terpenuhi
keadaan-keadaan tertentu dari faktor-faktor persalinan: jalan lahir (passage), janin
(passanger), dan kekuatan (power). Pada waktu persalinan, hubungan antara janin
dan jalan lahir sangatlah penting untuk diperhatikan oleh karena menentukan
mekanisme dan prognosis persalinannya. Hubungan tersebut sudah dijelaskan
bagian lain yang membahas letak, presentasi, sikap dan posisi janin. Dalam
keadaan normal, presentasi janin adalah belakang kepala dengan penunjuk ubunubun kecil dalam posisi transversal (saat masuk pintu atas panggul), posisi
anterior (setelah melewati pintu atas tengah panggul). Dengan presentasi tersebut,
kepala janin akan masuk panggul dalam ukuran terkecilnya (sirkumferensia
suboksipitobregmatikus). Haal tersebut dicapai bila sikap kepala janin fleksi.
Sikap yang tidak normal akan menimbulkan malpresentasi pada janin, dan
kesulitan persalinan terjadi oleh karena diameter kepala harus melalui panggul
menjadi lebih besar. Sikap ekstensi ringan akan menjadikan presentasi puncak
kepala (dengan penunjuk sinsiput), dan ekstensi maksimal menjadikan presentasi
19
atau malposisi, maka dapat terjadi persalinan yang lama atau bahkan macet.
Malpresentasi adalah posisi abnormal ubun-ubun kecil relatif terhadap panggul
ibu. Pengertian persalianan lama adalah persalinan kala I fase aktif denagn
kontraksi uterus reguler selama lebih dari 12 jam. Persalinan macet adalah
persalinan yang kemauaanya terhambat oleh faktor mekanis dan proses kelahiran
tidak mungkin dilakukan tanpa inervensi operatif.
PRESENTASI DAHI
Presentasi dahi terjadi manakala kepala janin dalam sikap ekstensi sedang. Pada
pemeriksaan dalam dapat diraba daerah sinsiput yang berada di antara ubun-ubun
besar dan pangkal hidung. Bila menetap, janin dengan presentasi ini tidak dapat
dilahirkan oleh karena besarnya diameter oksipitomental yang harus melalui
panggul. Janin dengan ukuran kecil dan punggungnya berada di posterir atau
ukuran panggul yang sedemikian luas mungkin masih dapat dilahirkan
pervaginam.
Kejadian presentasi dahi meningkat bbila didapatkan adanya polihidramnion (0,4
%), berat badan lahir < 1500 g (0,19 %), prematuritas (0,16 %), dan postmaturitas
(0,1 %).
Diagnosis
Diagnosis presentasi dahi dapat ditegakkan apabila pada pemeriksaan vaginal
dapat diraba pangkal hidung, tepi atas orbita, sutura frontalis, dan ubun-ubun
besar, tetapi tidak dapat meraba dagu atau mulut janin, apabila mulut dan dagu
janin dapat teraba, maka diagnosisnya adalaah presentasi muka. Sebanyak 24 %
presentasi dahi tidak terdiagnosis sebelum kala II. Pada palpasi abdomen dapat
teraba oksiput dan dagu janin di atas simfisi dengan mudah.
Mekanisme Persalinan
Pada umumnya presentasi dahi bersifat sementara untuk kemudian dapat berubah
menjadi presentasi belakang kepala, presentasi muka, atau tetap presentasi dahi.
Oleh karena ini, apabila tidak ada gawat janin, menunggu kemajuan persalinan
dapat dilakukan. Perubahan presentasi dapat terjadi terutama pada janin kecil atau
janin mati yang sudah mengalami maserasi. Pada janin dengan ukuran normal,
20
terutama apabila selaput ketuban sudah pecah, biasanya tidak terjadi perubahan
presentasi. Mekanisme persalinan pada presentasi dahi menyerupai mekanisme
persalinan pada presentasi muka. Oleh karenanya, janin kecil mungkin dapat
dilahirkan vaginal bila punggungnya berada di posterior.
Apabila presentasi dahi yang menetap dibiarkan berlanjut, maka akan menjado
molase yang hebat sehingga diameter oksipitomental akan berkurang dan
terbentuk caput succadaneum di daerah dahi. Persalinan dapat berlangsung hanya
bila molase tersebut membuat kepala bisa masuk panggul. Saat lahir melalui pintu
bawah panggul, kepala akan flexi sehingga lahirlah dahi, sinsiput, dan oksiput.
Proses selanjutnya terjadi ekstensi sehingga lahirlah wajah.
Penanganan
Sebagian besar oresentasi dahi memerlukan pertolongan persalinan secara bedah
sesar untuk menghindari manipulasi vaginal yang sangat meningkatkan mortalitas
perinatal. Jika dibandingkan dengan presentasi belakang kepala, persalinan
vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan prolaps tali pusat (5 kali), ruptura
uteri (17 kali), tranfusi darah (3 kali), infeksi pascapersalinan (5 kali), dan
kematian perinatal (2 kali).
Apabila presentasi dahi didiagnosis pada persalinan awal dengan selaput ketuban
yang utuh, observasi ketat dapat dilakukan. Observasi ini dimaksudkan untuk
menunggu kemungkinan perubahan presentasi secara spontan. Pemberian
stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah harus dilakukan dengan
sangat hati-hati dan tidak boleh dilakukan bila tidak terjadi penurunan kepala atau
dicurigai adanya disporposi kepala-panggul. Presentasi dahi yang menetap atau
dengan selaput ketuban yang sudah pecah sebaiknya dilakukan bedah sesar untuk
melahirkannya. Jangan melahirkan menggunakan bantuan emkstraksi vakum,
forseps, atau simpisiotomi karena hanya akan meningkatkan morbiditas dan
mortalitas.
PRESENTASI MUKA
Presntasi muka terjadi apabila sikap janin ekstensi maksimal sehingga oksiput
mendekat ke arah punggung janin dan dagu menjadi bagian presentasinya. Faktor
21
22
dagu ke arah anterior akan membuat kepala dapat memasuki pintu tengah panggul
dan dagu serta mulut muncul di vulva. Pada keadaan demikian dagu bawah tepat
berada di bawah simfisis.
Sesuai dengan arah sumbu panggul, gerakan selanjutnya adalah fleksi kepala
sehingga berturut-turut lahirlah hidung, mata, dahi, dan oksiput. Setelah kepala
lahir, karena gaya beratnya akan terjadi ektensi kepala sehingga oksiput menekan
ke arah anus. Proses selanjutnya adalah terjadi putaran eksternal pada kepala
menyesuaikan kembali dengan arah punggung janin.
Penanganan
Posisi dagu di anterior adalah syarat yang harus dipenuhi apabila janin presentasi
muka hendak dilahirkan vaginal. Apabila tidaka da gawat janin dan perslinan
berlangsung dengan kecepatan normal, maka cukup dilakukan observasi terlebih
dahulu hingga terjadi pembukaan lengkap. Apabila setelah pembukaan lengkap
dagu berada di anterior, maka persalinan vaginal dilanjutkan seperti persalinan
dengan presentasi belakang kepala. Bedah sesar dilakukan apabila setelah
pembukaan lengkap posisi dagu masih posterior, didapatkan tanda-tanda
disporposi, atau atas indikasi obstetri lainnya.
Stimulasi oksitosin hanya diperkenankan pada posisi dagu anterior dan tidak ada
tanda-tanda disporposi. Melakukan perubahan posisi dagu secara manual ke arah
anterior atau mengubah presentasi muka menjadi presentasi belakang kepala
ebaiknya tidak dilakukan karena lebih banyak menimbulkan bahaya. Melahirkan
bayi presentasi muka menggunakan ekstraksi vacum tidak diperkenankan. Pada
janin yang meninggal, kegagalan melahirkan vaginal secara spontan daoat diatasi
dengan kraniotomi atau bedah sesar.
PRESENTASI MAJEMUK
Presentasi majemuk adalah terjadinya prolaps satu atau lebih ekstremitas pada
presentasi kepala ataupun bokong. Kepala memasuki panggul bersamaan dengan
kaki dan/atau tangan. Presentasi majemuk juga dapat terjadi manakala bokong
memasuki panggul bersamaan dengan tangan. Dalam pengertian presentasi
majemuk tidak termasuk presentasi bokong-kaki, presentasi bahu, atau prolaps tali
23
pusat. Apabila bagian terendah janin tidak menutupi dengan sempurna pintu atas
panggul, maka presentasi majemuk dapat terjadi.
Faktor yang meningkatkan kejadian presentasi majeuk adalah prematuritas,
multiparitas, panggul sempit, kehamilan ganda, atau pecahnya selaput ketuban
dengan bagian terendah janin masih tinggi. Jenis presentasi mejemuk yang sering
terjadi adalah kombinasi kepala dengan tangan atau lengan. Kaki yang menyertai
kepala atau tangan yang menyertai bokong jarang terjadi. Prolaps tali pusat dapat
terjadi sebagai komplikasi presentasi majemuk dengan angka kejadian 13 - 23 %.
Diagnosis
Kemungkinan adanya presentasi majemuk dapat dilahirkan apabila terjadi
kelambatan kemajuan persalianan pada persalinan fase aktif, bagian terendah
janin (kepala atau bokong) tidak dapat masuk panggul terutama setelah terjadi
pecah ketuban. Diagnosis presentasi majemuk dibuat melalui periksa dalam
vagina. Apabila pada presentasi kepala teraba juga tangan/lengan/atau kaki atau
apabila pada presentasi bokong teraba juga tangan/lengan, maka diagnosis
presentasi majemuk dapat ditegakkan. Kesulitan menegakkan diagnosis tersebut
oleh karena seringkali menjadi koreksi spontan terutama pada derajat ringan
prolaps ekstremitas.
Mekanisme Persalinan
Kelahiran spontan pada perslainan dengan presentasi majemuk hanya dapat terjadi
apabila janinnya sangat kecil (sedemikian sehingga panggul dapat dilalui bagian
terendah janin bersamaan dengan ekstremitas yang menyertainya), atau apabila
janin mati yang sudah mengalami maserasi. Mekanisme persalinan dapat terjadi
sebagaimana mekanisme persalinan presentasi kepala atau presentasi bokong
apabila terjadi reposisi baiks ecara spontan maupun melalui upaya.
Penanganan
Penanganan presentasi majemuk dimulai dengan menetapkan adanya prolaps tali
pusat atau tidak. Adanya prolaps tali puasat menimbulkan keadaan emergensi
bagian janin, dan penanganan dengan melakukan bedah sesar ditujukan untuk
24
mengatasi akibat prolaps tali pusat tersebut daripada presentasi majemuknya. Halhal yang perlu dipertimbangkan adalah presentasi janin, ada tidaknya prolaps tali
puast, pembukaan serviks, keadaan selaput ketuban, kondisi dan ukuran janin,
serta ada tidaknya kehamilan kembar tergantung pada keadaan-keadsaan tersebut
persalinan dapat berlangsung vaginal ataupun abdominal.
Apabila tidak ada prolaps tali pusat, maka dilakukan kemajuan persalinan dengan
seksama. Pada kasus-kasus presentasi majemuk dengan kemajuan persalinan yang
baik (pada fase aktif pembukaan serviks minimal 1 cm/jam, atau pada kala 2
terjadi penurunan kepala), umumnya akan terjadi reposisi spontan. Setelah
pembukaan lengkap, dengan semakin turunnya kepala, maka ekstremitas prolaps
akan tertinggal dan tidak memasuki panggul. Selanjutnya pertolongan persalinan
dilakukan sebagaimana biasanya.
Pada keadaan terjadinya kemajuan persalinan lambat atau macet (biasanya pada
pembukaan serviks praktis lengkap), dilakukan upaya reposisi ekstremitas yang
prolaps. Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah janin (kepala atau
bokong) dilonggarkan dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada-lutut
(knee-chest-position.) apabila ketuban masih utuh dilakukan amniotomi terlebih
dahulu.
PRESENTASI BOKONG
Presentasi bokong merupakan letak memanjang dengan bokong
sebagaibagian yang terbawah sehingga kepala berada di fundus uteri dan
bokong beradadi bagian bawah kavum uteri.
ETIOLOGI
1. Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik misalnya panggul
sempit,hidrosefalus,
anensefali, plasenta
previa, tumor-tumor
pelvis.
2. Janin mudah bergerak, seperti pada hidramnion, multipara, janin
kecil(prematur).
3. Gemeli (kehamilan ganda)
4. Kelainan uterus, seperti uterus arkuatus, bikornis, mioma uteri.5.
25
minggu,
jumlahair
ketuban
relatif
lebih
banyak,
sehingga
pada posisi
longitudinal
dengan
presentasi
belakang
paha dan
ekstensi lutut
sehingga
kaki
terletak
Diagnosis
Diagnosis letak sungsang yaitu pada pemeriksaan luar kepala tidak teraba di
bagian bawah uterus melainkan teraba di fundus uteri. Kadang-kadang bokong
26
janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong
tidak dapat digerakkan semudah kepala.
Seringkali wanita tersebut menyatakan bahwa kehamilannya terasa lain daripada
yang terdahulu, karena terasa penuh di bagian atas dan gerakan terasa lebih
banyak di bagian bawah. Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi
atau sedikit lebih tinggi daripada umbilicus. Apabila diagnosis letak sungsang
dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat, karena misalnya dinding perut tebal,
uterus mudah berkontraksi atau banyaknya air ketuban, maka diagnosis
ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dalam. Apabila masih ada keragu-raguan,
harus dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografik. Setelah
ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai dengan
adanya sacrum, kedua tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka
harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan
ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang
jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan. Pada persalinan lama,
bokong
janin
mengalami
edema,
sehingga
kadang-kadang
sulit
untuk
27
28
1.
2.
Setelah bahu dan lengan depan lahir, maka badan janin yang masih dipegang
secara femuro-pelvis ditarik ke atas sampai bahu belakang lahir.
Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalan
lahir.
2.
Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk serta jari ke empat
mencengkeram fossa canina sedangkan jari yang lain mencengkeram leher.
3.
4.
Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil seorang
asisten melakukan fundal pressure.
5.
Ekstraksi sungsang
Yaitu janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong. Ekstraksi
sungsang dilakukan jika ada indikasi dan memenuhi syarat untuk mengakhiri
29
persalinan serta tidak ada kontra indikasi. Indikasi ekstraksi sungsang yaitu gawat
janin, tali pusat menumbung, persalinan macet.
Lakukan periksa dalam vagina untuk memastikan titik penunjuk (os sacrum).
2.
3.
Bila trokanter depan sudah berada di bawah simfisis, jari telunjuk tangan
operator yang lain dipasang pada lipat paha belakang untuk membantu traksi
sehingga bokong berada di luar vulva.
4.
5.
6.
7.
8.
30
9.
Setelah ujung tulang belikat terlihat dilakukan periksa dalam vagina untuk
menentukan letak lengan janin, apakah tetap berada di depan dada,
menjungkit atau di belakang tengkuk. Pada ekstraksi bokong sampai tulang
belikat sering diperlukan bantuan dorongan kristeller.
Perabdominam
Memperhatikan komplikasi persalinan letak sungsang melalui pervaginam, maka
sebagian besar pertolongan persalinan letak sungsang dilakukan dengan seksio
sesarea. Pada saat ini seksio sesarea menduduki tempat yang sangat penting dalam
menghadapi persalinan letak sungsang. Seksio sesarea direkomendasikan pada
presentasi kaki ganda dan panggul sempit.
Seksio sesarea bisa dipertimbangkan pada keadaan ibu yang primi tua, riwayat
persalinan yang jelek, riwayat kematian perinatal, curiga panggul sempit, ada
indikasi janin untuk mengakhiri persalinan (hipertensi, KPD >12 jam, fetal
distress), kontraksi uterus tidak adekuat, ingin steril, dan bekas SC.
Sedangkan seksio sesarea bias dipertimbangkan pada bayi yang prematuritas >26
minggu dalam fase aktif atau perlu dilahirkan, IUGR berat, nilai social janin
tinggi, hiperekstensi kepala, presentasi kaki, dan janin >3500 gram (janin besar).
Komplikasi persalinan letak sungsang
1) Komplikasi pada ibu
a)
Perdarahan
b)
c)
Infeksi
31
Trauma persalinan
1.
2.
3.
Dislokasi fraktur persendian tulang leher : fraktur tulang dasar kepala ; fraktur
tulang kepala ; kerusakan pada mata, hidung atau telinga ; kerusakan pada
jaringan otak.
32
DAFTAR PUSTAKA
Prawiroharjo.
EGC.
Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal
Jakarta.
33
34