Pembimbing :
Disusun Oleh :
Juliatika 201820401011120
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmatNya penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus stase Obstetri dan Ginekologi dengan topik “Persalinan letak
sungsang”. Laporan ini disusun dalam rangka menjalani kepaniteraan klinik bagian Obstetri dan
Ginekologi di Rumah Sakit Bhayangkara Kediri. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan kasus ini, terutama
kepada dr. Ananingati, SpOG selaku dokter pembimbing yang telah memberikan bimbingan
kepada penulis dalam penyusunan dan penyempurnaan laporan kasus ini. Tidak lupa pula,
penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Andoko, SpOG atas ilmu yang beliau berikan
kepada penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga tulisan ini dapat
memberikan manfaat dalam bidang kedokteran khususnya Bagian Obstetri dan Ginekologi.
PENDAHULUAN
Kehamilan adalah masa yang dimulai dari saat konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 Minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid
terakhir, yang dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan I dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan,
triwulan kedua bulan ke empat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan
(1)
Kehamilan sungsang atau presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan
bagian terendahnya bokong, kaki, atau kombinasi keduanya. Dengan insidensi 3 – 4 % dari
seluruh kehamilan tunggal pada umur kehamilan cukup bulan. Presentasi bokong merupakan
malpresentasi yang paling sering dijumpai.1 Tipe letak sungsang yaitu: Frank breech (50-70%)
yaitu kedua tungkai fleksi ; Complete breech (5-10%) yaitu tungkai atas lurus keatas, tungkai
bawah ekstensi ; Footling (10-30%) yaitu satu atau kedua tungkai atas ekstensi, presentasi kaki
(1)
.
Kematian perinatal langsung yang disebabkan karena persalinan presentasi bokong
sebesar 4-5 kali dibanding presentasi kepala. Sebab kematian perinatal pada persalinan presentasi
bokong yang terpenting adalah prematuritas dan penanganan persalinan yang kurang sempurna,
dengan akibat hipoksia atau perdarahan di dalam tengkorak. Trauma lahir pada presentasi
bokong banyak dihubungkan dengan usaha untuk mempercepat persalinan dengan tindakan-
tindakan untuk mengatasi macetnya persalinan.
BAB 2
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas
Nama : Ny. D
Umur : 22 tahun
No RM : 050321
RS : Rs Bhayangkara kediri
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Bangsa : Indonesia
Suku : jawa
Nama suami : Tn B
Umur : 30 tahun
2.2. Anamnesis
Pasien mengatakan hamil pertama, perut kenceng-kenceng sejak tadi pagi 2 kali dalam 10
menit (3-5-2019) pukul 8.00. ANC rutin di dr. Andoko Sp. OG. Pada tanggal 29-4-2019
pasien datang ke praktekan dr. Andoko, di USG terakhir dengan posisi sungsang.
Kemudian pasien diberi obat. Pasien kembali kontrol di poli RSBK dengan hasil USG
posisi masih tetap sungsang. Kenceng-kenceng (+), nyeri perut (-), keluar cairan (-),
lender (-), darah (-), mual (-), muntah (-), gerak janin (+) baik lebih terasa dibagian bawah.
Toxo : disangkal
Hipertensi : disangkal
Asma : disangkal
Kejang : disangkal
Alergi : disangkal
Hipertensi : disangkal
Asma : disangkal
Alergi : disangkal
Riwayat Sosial :
Pola makan dan minum baik, pola istirahat baik, pasien tidak konsumsi kopi danjamu.
BAK/BAB baik.
Riwayat Menstruasi :
Lama : 7 hari
TP : 22-05-2019
UK : 37 minggu
Riwayat Perkawinan :
Riwayat ANC:
Hamil ini
Riwayat KB : Disangkal
Vital sign :
Nadi : 86 x/ mnt
Suhu : 36.6oC
RR : 20x/menit
Status Umum
Konjunctiva anemis - / -
Thorax :Bentuk normal, gerak simetris, tak tampak sesak, retraksi dinding dada -/-,wh -/-, rh
Abdomen :Inspeksi : rounded ,cicatrix (-), bekas operasi (-), striae (+)
Palpasi : nyeri tekan (-) ulu hati, Hepar lien tidak teraba
Extermitas : Akral hangat, kering, merah; anemis -, ikterus -, edema tungkai -/-
His : (+)
• Hb 12 g/dL
• Hct 29,3%
• HbsAg non-reaktif
• HIV : non-reaktif
2.6. Diagnosis
• MRS
• Pemasangan kateter
• Inj. Ranitidin
djj
• Keluhan (his)
Patogenesis3
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan dalam uterus.
Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak,
sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat
menempatkan diri dalam presentasi kepala,letak sungsang atau letak lintang.
Diagnosis1,2,4
Diagnosis ditegakkan berdasarkan keluhan subyektif dan pemeriksaan fisik atau penunjang yang
telah dilakukan. Dari anamnesis didapatkan kalau ibu hamil akan merasakan perut terasa penuh
dibagian atas dan gerakan anak lebih banyak dibagian bawah rahim. Dari riwayat kehamilan
mungkin diketahui pernah melahirkan sungsang.Sedangkan dari pemeriksaan fisik Leopold akan
ditemukan dari Leopold I di fundus akan teraba bagian bulat dan keras yakni kepala, Leopold II
teraba punggung dan bagian kecil pada sisi samping perut ibu, Leopold III-IV teraba bokong di
segmen bawah rahim. Dari pemeriksaan dalam akan teraba bokong atau dengan kaki
disampingnya. Pemeriksaan penunjang juga dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis
seperti ultrasonografik atau rontgen.
Pemeriksaan penunjang1,2,4
Pemeriksaan ultrasonografik diperlukan untuk konfirmasi letak janin, bila pemeriksaan fisik
belum jelas, menentukan letak placenta, menemukan kemungkinan cacat bawaan. Pada foto
rontgen (bila perlu) untuk menentukan posisi tungkai bawah, konfirmasi letak janin serta fleksi
kepala, menentukan adanya kelainan bawaan anak
Penatalaksanaan1,2,4
- Dalam Kehamilan
Pada umur kehamilan 28-30 minggu ,mencari kausa daripada letak sungsang yakni dengan USG;
seperti plasenta previa, kelainan kongenital, kehamilan ganda, kelainan uterus. Jlka tidak ada
kelainan pada hasil USG, maka dilakukan knee chest position atau dengan versi luar (jika tidak
ada kontraindikasi)
Gambar 2. Versi Luar dan Knee Chest Posisition
multiparitas, usia kehamilan, frank breech, letak lintang. Newman membuat prediksi keberhasilan
Kalau versi luar gagal karena penderita menegangkan otot-otot dinding perut, penggunaan
narkosis dapat dipertimbangkan, tetapi kerugiannya antara lain: narkosis harus dalam, lepasnya
plasenta karena tidak merasakan sakit dan digunakannya tenaga yang berlebihan, sehingga penggunaan
- Dalam Persalinan2
Menolong persalinan letak sungsang diperlukan lebih banyak ketekunan dan kesabaran
dibandingkan dengan persalinan letak kepala. Pertama-tama hendaknya ditentukan apakah tidak
ada kelainan lain yang menjadi indikasi seksio, seperti kesempitan panggul, plasenta previa atau
adanya tumor dalam rongga panggul
Persalinan Pervaginam Berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin pervaginam,
persalinan pervaginam dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Persalinan spontan (spontaneous breech), janin dilahirkan dengankekuatan dan tenaga ibu
sendiri. Cara ini lazim disebut cara,Bracht.
2. Manual aid (partial breech extraction; assisted breech delivery), janin dilahirkan sebagian
menggunakan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga penolong.
3. Ekstraksi sungsang (total breech extraction), janin dilahirkan seluruhnyadengan memakai
tenaga, penolong.
Gambar 3. Persalinan pervaginam sungsang
1. Tahap pertama : fase lambat, yaitu mulai melahirkan bokong sampai pusat (skapula depan).
2. Tahap kedua: fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusat sampai lahirnya mulut.
3. Tahap ketiga: fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala lahir.
Teknik :
1. Sebelum melakukan pimpinan persalinan penolong harus memperhatikan sekali lagi persiapan untuk
ibu, janin, maupun penolong. Pada persiapan kelahiran.janin harus selalu disediakan cunam Piper.
2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, sedang penolong berada didepan vulva. Ketika timbul his ibu disuruh
mengejan dan merangkul kedua pangkal paha. Pada saat bokong mulai membuka vulva (crowning)
3. Episiotomi dikerjakan saat bokong membuka vulva. Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkram
secara Bracht, yaitu kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jani-jari lain
memegang panggul.
4. Pada setiap his, ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat lahir dan tampak teregang, tali pusat
dikendorkan. Kemudian penolong melakukan hiperlordosis pada badan janin guna mengikuti gerakan
rotasi anterior, yaitu punggung janin didekatkan ke punggung ibu. Penolong hanya 13 mengikuti
gerakan ini tanpa melakukan tarikan, sehingga gerakan tersebut disesuaikan dengan gaya berat badan
janin. Bersamaan dengan dilakukannya hiferlordossis, seorang asisten melakukan ekspresi Kristeller
pada fundus uteri sesuai dengan sumbu panggul. Dengan gerakan hiperlordossis ini berturut-turut lahir
5. Janin yang baru lahir segera diletakan diperut ibu. Bersihkan jalan nafas dan rawat tali pusat.
Keuntungan :
Dapat mengurangi terjadinya bahaya infeksi oleh karena tangan penolong tidak ikut masuk ke
dalam jalan lahir. Dan juga cara ini yang paling mendekati persalinan fisiologik, sehingga mengurangi
Kerugian :
Dapat mengalami kegagalan sehingga tidak semua persalinan letak sungsang dapat dipimpin
secara Bracht. Terutama terjadi peda keadaan panggul sempit, janin besar, jalan lahir kaku seperti pada
Indikasi :
Dilakukan jika pada persalinan dengan cara Bracht mengalami kegagalan, misalnya terjadi
kemacetan saat melahirkan bahu atau kepala. Dan memang dari awal sudah direncanakan untuk manual
aid.
Tahapan :
1. Tahap pertama :lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri.
2. Tahap kedua : lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong. Cara/teknik untuk melahirkan
a) Klasik (Deventer)
b) Mueller
c) Lovset
d) Bickenbach.
a) Mauriceau (Veit-Smellie)
b) Najouks
c) Wigand Martin-Winckel
d) Parague terbalik
e) Cunam piper
Tehnik :
Tahap pertama persalinan secara bracht sampai pusat lahir. Tahap kedua melahirkan bahu dan langan oleh
penolong:
1. Cara klasik
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini melahirkan lengan belakang lebih dulu
karena lengan belakang berada di ruang yang luas (sacrum), kemudian melahirkan lengan depan yang
berada di bawah simpisis. Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada pergelangan
kakinya dan dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu. Bersamaan
dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dan dengan jari tengah dan telunjuk
menelusuri bahu janin sampai pada fossa kubiti kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan
seolah-olah lengan bawah mengusap muka janin. Untuk melahirkan lengan depan, pergelangan kaki janin
diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin mendekati
Keuntungan cara klasik adalah pada umumnya dapat dilakukan pada semua persalinan letak
sungsang tetapikerugiannya lengan janin relative tinggi didalam panggul sehingga jari penolong harus
2. Cara Mueller5.
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara Mueller ialah melahirkan bahu dan lengan depan lebih
dulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang. Bokong janin dipegang
dengan femuropelvik yaitu kedua ibu jari penolong diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari
telunjuk pada krisat iliaka dan jari-jari lain mencengkram bagian depan. Kemudian badan ditarik ke
curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak di bawah simpisis dan lengan depan
dilahirkan dengan mengait lengan bawahnya. Setelah bahu depan dan lengan lahir, tarik badan janin ke
atas sampai bahu belakang lahir. Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir sehingga mengurangi
infeksi.
3. Cara lovset
Prinsip melahirkan persalinan secara Lovset ialah memutar badan janin dalam setengah lingkaran
bolak-balik sambil dilakukan traksi curam ke bawah sehingga bahu yang sebelumnya berada di belakang
Keuntungannya yaitu sederhana dan jarang gagal, dapat dilakukan pada semua letak sungsang,
minimal bahay infeksi. Cara lovset tidak dianjurkan dilakukan pada sungsang dengan primigravida, janin
Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan cara
klasik. 1,5,4
1. Cara Mauriceau
Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalan lahir. Jari tengah
dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari keempat mencengkeram fossa kanina, sedang jari
lain mencengkeram leher. Badan anak diletakkan diatas lengan bawah penolong seolah-olah janin
menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ketiga penolong yang lain mencengkeram leher janin dari
punggung. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil seorang asisten
Melakukan ekspresi kristeller. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh penolong yang mencengkeram
leher janin dari arah punggung. Bila suboksiput tampak dibawah simpisis, kepala dielevasi keatas dengan
suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata dahi, ubun-ubun
2. Cara Naujoks
Teknik ini dilakukan apabila kepala masih tinggi sehingga jari penolong tidak dimasukkan ke
dalam mulut janin. Kedua tangan penolong yang mencengkeram leher janin menarik bahu curam
kebawah dan bersamaan dengan itu seorang asisten mendorong kepala janin kearah bawah. Cara ini tidak
Teknik ini dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada di belakang dekat sacrum dan
muka janin menghadap simpisis. Satu tangan penolong mencengkeram leher dari bawah dan punggung
janin diletakkan pada telapak tangan penolong. Tangan penolong yang lain memegang kedua pergelangan
kaki, kemudian ditarik keatas bersamaan dengan tarikan pada bahu janin sehingga perut janin mendekati
perut ibu. Dengan laring sebagai hipomoklion, kepala janin dapat dilahirkan.
Seorang asisten memegang badan janin pada kedua kaki dan kedua lengan janin diletakkan
dipunggung janin. Kemudian badan janin dielevasi ke atas sehingga punggung janin mendekati punggung
ibu. Pemasangan cunam piper sama prinsipnya dengan pemasangan pada letak belakang kepala. Hanya
saja cunam dimasukkan dari arah bawah sejajar dengan pelipatan paha belakang. Setelah oksiput tampak
dibawah
simpisis, cunam dielevasi ke atas dan dengan suboksiput sebagai hipomoklion berturut-turut lahir dagu,
Tangan dimasukkan ke dalam jalan lahir mencari kaki depan dengan menelusuri bokong, pangkal
paha sampai lutut,kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah menjadi
fleksi. Tangan yang diluar mendorong fundus uterus ke bawah. Setelah kaki bawah fleksi pergelangan
kaki dipegang oleh jari kedua dan jari ketiga dan dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut. Kedua
tangan memegang betis janin, kaki ditarik curam kebawah sampai pangkal paha lahir. Pangkal paha
dipegang kemudian tarik curam ke bawah trokhanter depan lahir. Kemudian pangkal paha dengan
pegangan yang sama dielevasi keatas sehingga trokhanter belakang lahir dan bokong pun lahir. Setelah
bokong lahir maka untuk melahirkan janin selanjutnya dipakai teknik pegangan femuro-pelviks, badan
janin ditarik curam kebawah sampai pusat lahir. Selanjutnya untuk melahirkan badan janin yang lainnya
Dilakukan pada letak bokong murni (frank breech) dan bokong sudah berada di dasar panggul
sehingga sukar menurunkan kaki. Jari telunjuk tangan penolongyang searah bagian kecil janin
dimasukkan ke dalam jalan lahir dan diletakkan di pelipatan paha depan. Dengan jari telunjuk ini
ditarik curam kebawah, sehingga trokhanter tampak dibawah simpisis, maka jari telunjuk penolong yang
lain segera mengait pelipatan paha ditarik curam kebawah sampai bokong lahir. Setelah bokong lahir,
bokong dipegang secara femuro-pelviks kemudian janin dapat dilahirkan dengan cara manual aid.
Persalinan letak sungsang dengan seksio sesaria sudah tentu merupakan yang terbaik ditinjau dari
janin. Banyak ahli melaporkan bahwa persalinan letak sungsang pervaginam memberi trauma yang sangat
berarti bagi janin. Namun hal ini tidak berarti bahwa semua letak sungsang harus dilahirkan
perabdominam. Persalinan diakhiri dengan seksio sesaria bila: 1. Persalinan pervaginam diperkirakan
sukar dan berbahaya (disproporsi feto pelvic atau skor Zachtuchni Andros ≤ 3).1-7,9
Arti nilai:
≤ 3 : persalinan perabdominam
4 : evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin, bila nilai tetap dapat dilahirkan
pervaginam.
3. Didapatkan distosia
4. Umur kehamilan:19
Riwayat persalinan yang lalu: riwayat persalinan buruk, nilai social janin tinggi.
2. Tafsiran berat janin pada primi : < 3500g, pada multigravida <4000g
3. Panggul luas
2. Janin besar
7. Tafsiran berat janin pada primi > 3500g, pada multi >4000g
8. Plasenta previa
9. Presentasi lutut/kaki
11. IUGR
Komplikasi5
Dari faktor ibu:
Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir atonia uteri, sisa placenta.
Infeksi karena terjadi secara ascendens melalui trauma (endometritits)
Trauma persalinan seperti trauma jalan lahir, simfidiolisis.
Dari faktor bayi:
Perdarahan seperti perdarahan intracranial, edema intracranial, perdarahanalat-alat vital
intra-abdominal.
Infeksi karena manipulasi
Trauma persalinan seperti dislokasi/fraktur ektremitas, persendian leher,rupture alat-alat
vital intraabdominal, kerusakan pleksus brachialis danfasialis, kerusakan pusat vital di
medulla oblongata, trauma langsung alat-alat vital (mata, telinga, mulut), asfiksisa sampai
lahir mati
Prognosis1,4
Sebab kematian perinatal yang terpenting akibat terjepitnya tali pusat antara kepala dan
panggul pada waktu kepala memasuki rongga panggul serta akibat retraksi uterus yang
dapatmenyebabkan lepasnya placenta sebelum kepala lahir. Kelahiran kepala janin yang lebih
lama dari 8 menit umbilicus dilahirkan akan membahayakan kehidupan janin. Selain itu bila
janin bernafas sebelum hidung dan mulut lahir dapat membahayakan karena mucus yang terhisap
dapat menyumbat jalan nafas.Bahaya asfiksia janin juga terjadi akibat tali pusat menumbung, hal
ini sering dijumpai pada presentasi bokong kaki sempurna atau bokong kaki tidak sempurna,
tetapi jarang dijumpai pada presentasi bokong
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, pada pasien ini didiagnosis
GI P0000 Ab000 Gravid 37 minggu T/H/I dengan letak sungsang. Pada kasus ini pasien
direncanakan untuk secsio ceasar. Terapi yang dilakukan adalah pemberian cairan RL dengan
tetesan 20 tpm, dan dilakukan planning untuk persiapan operasi sehingga dilakukan pemasangan
kateter, inj. Ranitidine, serta pasien dipuasakan sejak pukul 12.00 malam.
1. Obstetri Williams : Panduan ringkas / Kenneth J. Leveno [et al.] ; alih bahasa, Brahm U.
Pendit ; editor bahasa Indonesia, Egi Komara Yudha, Nike Budhi Subekti. – Edisi 21 –
Jakarta : EGC, 2009
2. Cunningham FG et al. Premature Rupture of the Membrane. Williams Obstetric, 22st ed.
Mc.Graw Hill Publishing Division, New York, 2005.
3. Giuliani A, Scholl WMJ, Basver A, Tamussino KF. Mode of delivery andoutcome of 699
term singleton breeech deliveries at a single center. Am JObstet Gynecol 2002;187:1694-
8
4. Kampono, Nugroho, dkk. 2008. Persalinan Sungsang. Available
from:http://geocities.com/abudims/cklobpt9.html. Diakses pada tanggal 20 Januari 2014
5. Ballas S, et al. Deflexion of the fetal head in breech presentation. Incidence,
Management, and Outcome. Obstetrics and Gynecology. Diakses dari
http://www.greenjournal.org/. Januari, 2007.