Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS

PERSALINAN LETAK SUNGSANG

Pembimbing :

dr. Ananingati, Sp.OG

Disusun Oleh :

Juliatika 201820401011120

SMF ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KEDIRI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmatNya penulis dapat

menyelesaikan laporan kasus stase Obstetri dan Ginekologi dengan topik “Persalinan letak

sungsang”. Laporan ini disusun dalam rangka menjalani kepaniteraan klinik bagian Obstetri dan

Ginekologi di Rumah Sakit Bhayangkara Kediri. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih

kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan kasus ini, terutama

kepada dr. Ananingati, SpOG selaku dokter pembimbing yang telah memberikan bimbingan

kepada penulis dalam penyusunan dan penyempurnaan laporan kasus ini. Tidak lupa pula,

penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Andoko, SpOG atas ilmu yang beliau berikan

kepada penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna, untuk

itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga tulisan ini dapat

memberikan manfaat dalam bidang kedokteran khususnya Bagian Obstetri dan Ginekologi.

Kediri, Mei 2019


BAB 1

PENDAHULUAN

Kehamilan adalah masa yang dimulai dari saat konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 Minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid
terakhir, yang dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan I dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan,
triwulan kedua bulan ke empat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan
(1)

Kehamilan sungsang atau presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan
bagian terendahnya bokong, kaki, atau kombinasi keduanya. Dengan insidensi 3 – 4 % dari
seluruh kehamilan tunggal pada umur kehamilan cukup bulan. Presentasi bokong merupakan
malpresentasi yang paling sering dijumpai.1 Tipe letak sungsang yaitu: Frank breech (50-70%)
yaitu kedua tungkai fleksi ; Complete breech (5-10%) yaitu tungkai atas lurus keatas, tungkai
bawah ekstensi ; Footling (10-30%) yaitu satu atau kedua tungkai atas ekstensi, presentasi kaki
(1)
.
Kematian perinatal langsung yang disebabkan karena persalinan presentasi bokong
sebesar 4-5 kali dibanding presentasi kepala. Sebab kematian perinatal pada persalinan presentasi
bokong yang terpenting adalah prematuritas dan penanganan persalinan yang kurang sempurna,
dengan akibat hipoksia atau perdarahan di dalam tengkorak. Trauma lahir pada presentasi
bokong banyak dihubungkan dengan usaha untuk mempercepat persalinan dengan tindakan-
tindakan untuk mengatasi macetnya persalinan.
BAB 2

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas

Nama : Ny. D

Umur : 22 tahun

Tgl MRS : 03-05-2019

No RM : 050321

RS : Rs Bhayangkara kediri

Agama : Islam

Alamat : Jl. Welirang no. 21 mojoroto

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SMA

Bangsa : Indonesia

Suku : jawa

Nama suami : Tn B

Umur : 30 tahun

Pekerjaan : karyawan swasta

2.2. Anamnesis

Keluhan utama : Peru kenceng kenceng

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengatakan hamil pertama, perut kenceng-kenceng sejak tadi pagi 2 kali dalam 10

menit (3-5-2019) pukul 8.00. ANC rutin di dr. Andoko Sp. OG. Pada tanggal 29-4-2019

pasien datang ke praktekan dr. Andoko, di USG terakhir dengan posisi sungsang.

Kemudian pasien diberi obat. Pasien kembali kontrol di poli RSBK dengan hasil USG
posisi masih tetap sungsang. Kenceng-kenceng (+), nyeri perut (-), keluar cairan (-),

lender (-), darah (-), mual (-), muntah (-), gerak janin (+) baik lebih terasa dibagian bawah.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Toxo : disangkal

Hipertensi : disangkal

Diabetes mellitus : disangkal

Asma : disangkal

Kejang : disangkal

Alergi : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :

Hipertensi : disangkal

Diabetes mellitus : disangkal

Asma : disangkal

Alergi : disangkal

Riwayat Sosial :

Pola makan dan minum baik, pola istirahat baik, pasien tidak konsumsi kopi danjamu.

BAK/BAB baik.

Riwayat Menstruasi :

Menarche : usia 12 tahun

Siklus : teratur setiap bulan, 30 hari

Lama : 7 hari

Nyeri haid : disangkal


HPHT : 15-08-2018

TP : 22-05-2019

UK : 37 minggu

Riwayat Perkawinan :

Kawin : ya , 1 kali, lama menikah 1tahun

Riwayat ANC:

Rutin periksa di dokter spesialis Kandungan.

Riwayat Persalinan sebelumnya :

Hamil ini

Riwayat KB : Disangkal

2.3. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Kompos Mentis

BB/TB : 60 kg (sebelum hamil 54 kg) / 158 cm

Vital sign :

Tekanan Darah : 110/60 mmHg

Nadi : 86 x/ mnt

Suhu : 36.6oC

RR : 20x/menit

Status Umum

Kepala : Oedem kelopak mata - / -

Konjunctiva anemis - / -

Sclera icterus - / - Dypsneu -


Leher : Pembesaran KGB (-)

Thorax :Bentuk normal, gerak simetris, tak tampak sesak, retraksi dinding dada -/-,wh -/-, rh

-/- , mammae membesar +/+,hiperpigmentasi areola mammae +/+

Abdomen :Inspeksi : rounded ,cicatrix (-), bekas operasi (-), striae (+)

Palpasi : nyeri tekan (-) ulu hati, Hepar lien tidak teraba

Genitalia : tidak tampak darah atau lendir.

Extermitas : Akral hangat, kering, merah; anemis -, ikterus -, edema tungkai -/-

2.4. Pemeriksaan Obstetri :

 Leopold I: teraba bulat melenting TFU 31 cm

 Leopold II: punggung kanan

 Leopold III: teraba lunak

 Leopold IV: belum masuk PAP

 His : (+)

 VT pembukaan : belum ada pembukaan

 DJJ: 140 x/menit

2.5. Pemeriksaan Penunjang

• Hb 12 g/dL

• RBC 4,05 /mm3

• WBC 8,5 /mm3

• Trombosit 308 /mm3

• Hct 29,3%

• HbsAg non-reaktif

• HIV : non-reaktif
2.6. Diagnosis

• GI P0000 Ab000 Gravid 37 minggu T/H/I + letak sungsang

2.7 Planning terapi

• MRS

• Infus RL 1000 cc 20 tetes/menit

• Pemasangan kateter

• Inj. Ranitidin

• Persiapan operasi SC  pasien dipuasakan sejak jam 12.00 malam

2.8 planing monitoring

 djj

• Keluhan (his)

• Pemeriksaan dalam (pembukaan, effisment)


BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA

Bayi Letak Sungsang


Definisi1,2
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang/membujur dengan kepala
difundus uteri dan bokong dibagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang,
yakni:
 Presentasi bokong ( frank breech ) (50-70%). Pada presentasi bokong akibat ekstensi
kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat ke atas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu
atau kepala janin. Dengan demikian pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong.
 Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech) ( 5-10%).Pada presentasi bokong
kaki sempurna disamping bokong dapat diraba kaki.
 Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki ( incomplete or footling )
(10-30%). Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki
disamping bokong, sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. Pada presentasi kaki
bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki.
Tipe dari presentasi bokong:
a. Presentasi bokong( frank breech)
b. Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech)
c. Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki(incomplete or footling)

Gambar 1. Klasifikasi letak sungsang


Epidemiologi1
Letak sungsang umumnya terjadi pada kehamilan mendekati aterm, namun dilakukan pada
proses persalinan dimulai, sering janin berputar spontan menjadi letak kepala sehingga letak
sungsang hanya berkisar 3-4% dari persalinan tunggal (Cunning ham, dkk, 1995). Kejadian
presentasi bokong ditemukan sekitar 3-4% dari seluruh persalinan tunggal. Presentasi bokong
adalah suatu keadaan pada letak janin memanjang dimana presentasi bokong dengan atau tanpa
kaki merupakan bagianterendahnya. Angka kejadiannya adalah 3-4% dari seluruh kehamilan.
Beberapa peneliti lain seperti Greenhill melaporkan kejadian persalinan presentasi bokong
sebanyak 4-4,5%. Di Parkland Hospital 3,5 persen dari 136.256 persalinan tunggal dari tahun
1990 sampai 1999 merupakan letak sungsang.
Etiologi1
Faktor-faktor yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya ialah:
- Prematuritas
- Multiparitas
- Hamil kembar
- Hidramnion
- Hidrosefalus
- Plasenta previa
- Panggul sempit.
Kadang-kadang juga disebabkan oleh kelainan uterus (seperti fibroid) dan kelainan bentuk
uterus(malformasi). Plasenta yang terletak didaerah kornu fundus uteri dapat pula menyebabkan
letak sungsang, karena plasenta mengurangi luas ruangan di daerah fundus. Kelainan fetus juga
dapat menyebabkan letak sungsang.

Patogenesis3
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan dalam uterus.
Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak,
sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat
menempatkan diri dalam presentasi kepala,letak sungsang atau letak lintang.
Diagnosis1,2,4
Diagnosis ditegakkan berdasarkan keluhan subyektif dan pemeriksaan fisik atau penunjang yang
telah dilakukan. Dari anamnesis didapatkan kalau ibu hamil akan merasakan perut terasa penuh
dibagian atas dan gerakan anak lebih banyak dibagian bawah rahim. Dari riwayat kehamilan
mungkin diketahui pernah melahirkan sungsang.Sedangkan dari pemeriksaan fisik Leopold akan
ditemukan dari Leopold I di fundus akan teraba bagian bulat dan keras yakni kepala, Leopold II
teraba punggung dan bagian kecil pada sisi samping perut ibu, Leopold III-IV teraba bokong di
segmen bawah rahim. Dari pemeriksaan dalam akan teraba bokong atau dengan kaki
disampingnya. Pemeriksaan penunjang juga dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis
seperti ultrasonografik atau rontgen.

Pemeriksaan penunjang1,2,4
Pemeriksaan ultrasonografik diperlukan untuk konfirmasi letak janin, bila pemeriksaan fisik
belum jelas, menentukan letak placenta, menemukan kemungkinan cacat bawaan. Pada foto
rontgen (bila perlu) untuk menentukan posisi tungkai bawah, konfirmasi letak janin serta fleksi
kepala, menentukan adanya kelainan bawaan anak

Penatalaksanaan1,2,4
- Dalam Kehamilan
Pada umur kehamilan 28-30 minggu ,mencari kausa daripada letak sungsang yakni dengan USG;
seperti plasenta previa, kelainan kongenital, kehamilan ganda, kelainan uterus. Jlka tidak ada
kelainan pada hasil USG, maka dilakukan knee chest position atau dengan versi luar (jika tidak
ada kontraindikasi)
Gambar 2. Versi Luar dan Knee Chest Posisition

Kontra Indikasi Versi Luar:


a) Panggul sempit
b) Pendarahan Antepartum
c) Hipertensi
d) Terdapat faktor resiko tinggi
e) Hamil kembar
f) Pernah mengalami tindakan operasi pervaginam, ketuban sudah pecah.
g) Sectio sesarea, pengeluaran mioma uteri
h) Penderita mengalami pendarahan selama hamil
Keberhasilan versi luar 35-86 % (rata-rata 58 %). Peningkatan keberhasilan terjadi pada

multiparitas, usia kehamilan, frank breech, letak lintang. Newman membuat prediksi keberhasilan

versi luar berdasarkan penilaian seperti Bhisop skor (Bhisop-like score).5

Tabel 1. Skor Bishop6


Artinya: Keberhasilan 0% jika nilai <2 dan 100 % jika nilai >9.

Kalau versi luar gagal karena penderita menegangkan otot-otot dinding perut, penggunaan

narkosis dapat dipertimbangkan, tetapi kerugiannya antara lain: narkosis harus dalam, lepasnya

plasenta karena tidak merasakan sakit dan digunakannya tenaga yang berlebihan, sehingga penggunaan

narkosis dihindari pada versi luar.4

- Dalam Persalinan2
Menolong persalinan letak sungsang diperlukan lebih banyak ketekunan dan kesabaran
dibandingkan dengan persalinan letak kepala. Pertama-tama hendaknya ditentukan apakah tidak
ada kelainan lain yang menjadi indikasi seksio, seperti kesempitan panggul, plasenta previa atau
adanya tumor dalam rongga panggul
Persalinan Pervaginam Berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin pervaginam,
persalinan pervaginam dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Persalinan spontan (spontaneous breech), janin dilahirkan dengankekuatan dan tenaga ibu
sendiri. Cara ini lazim disebut cara,Bracht.
2. Manual aid (partial breech extraction; assisted breech delivery), janin dilahirkan sebagian
menggunakan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga penolong.
3. Ekstraksi sungsang (total breech extraction), janin dilahirkan seluruhnyadengan memakai
tenaga, penolong.
Gambar 3. Persalinan pervaginam sungsang

Gambar 4. Klasik Manuver


Gambar 5. Muller Manuver

Gambar 6. Lovset Manuver


Gambar 7. Manuver Maurice

Persalinan diakhiri dengan seksio sesaria bila:


Persalinan pervaginam diperkirakan sukar dan berbahaya (disproporsi feto pelvic atau skor
Zachtuchni Andros ≤ 3)

Prosedur pertolongan persalinan spontan1,4,5


Tahapan :

1. Tahap pertama : fase lambat, yaitu mulai melahirkan bokong sampai pusat (skapula depan).

2. Tahap kedua: fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusat sampai lahirnya mulut.

3. Tahap ketiga: fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala lahir.

Teknik :

1. Sebelum melakukan pimpinan persalinan penolong harus memperhatikan sekali lagi persiapan untuk

ibu, janin, maupun penolong. Pada persiapan kelahiran.janin harus selalu disediakan cunam Piper.

2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, sedang penolong berada didepan vulva. Ketika timbul his ibu disuruh

mengejan dan merangkul kedua pangkal paha. Pada saat bokong mulai membuka vulva (crowning)

disuntikan 2-5 unit oksitosin intramuskuler.

3. Episiotomi dikerjakan saat bokong membuka vulva. Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkram

secara Bracht, yaitu kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jani-jari lain

memegang panggul.

4. Pada setiap his, ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat lahir dan tampak teregang, tali pusat

dikendorkan. Kemudian penolong melakukan hiperlordosis pada badan janin guna mengikuti gerakan

rotasi anterior, yaitu punggung janin didekatkan ke punggung ibu. Penolong hanya 13 mengikuti

gerakan ini tanpa melakukan tarikan, sehingga gerakan tersebut disesuaikan dengan gaya berat badan

janin. Bersamaan dengan dilakukannya hiferlordossis, seorang asisten melakukan ekspresi Kristeller

pada fundus uteri sesuai dengan sumbu panggul. Dengan gerakan hiperlordossis ini berturut-turut lahir

pusar, perut, badan lengan, dagu, mulut dan akhirnya kepala.


Gambar 3.Hiperlordosis badan bayi (Bracht)8

5. Janin yang baru lahir segera diletakan diperut ibu. Bersihkan jalan nafas dan rawat tali pusat.

Keuntungan :

Dapat mengurangi terjadinya bahaya infeksi oleh karena tangan penolong tidak ikut masuk ke

dalam jalan lahir. Dan juga cara ini yang paling mendekati persalinan fisiologik, sehingga mengurangi

trauma pada janin.

Kerugian :

Dapat mengalami kegagalan sehingga tidak semua persalinan letak sungsang dapat dipimpin

secara Bracht. Terutama terjadi peda keadaan panggul sempit, janin besar, jalan lahir kaku seperti pada

primigravida, adanya lengan menjungkit atau menunjuk.

Prosedur Manual Aid 8,9

Indikasi :

Dilakukan jika pada persalinan dengan cara Bracht mengalami kegagalan, misalnya terjadi

kemacetan saat melahirkan bahu atau kepala. Dan memang dari awal sudah direncanakan untuk manual

aid.
Tahapan :

1. Tahap pertama :lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri.

2. Tahap kedua : lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong. Cara/teknik untuk melahirkan

bahu dan lengan ialah secara : 4.5

a) Klasik (Deventer)

b) Mueller

c) Lovset

d) Bickenbach.

3. Tahap ketiga : lahirnya kepala, dapat dengan, cara

a) Mauriceau (Veit-Smellie)

b) Najouks

c) Wigand Martin-Winckel

d) Parague terbalik

e) Cunam piper

Tehnik :

Tahap pertama persalinan secara bracht sampai pusat lahir. Tahap kedua melahirkan bahu dan langan oleh

penolong:

1. Cara klasik
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini melahirkan lengan belakang lebih dulu

karena lengan belakang berada di ruang yang luas (sacrum), kemudian melahirkan lengan depan yang

berada di bawah simpisis. Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada pergelangan

kakinya dan dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu. Bersamaan

dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dan dengan jari tengah dan telunjuk

menelusuri bahu janin sampai pada fossa kubiti kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan

seolah-olah lengan bawah mengusap muka janin. Untuk melahirkan lengan depan, pergelangan kaki janin

diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin mendekati

punggung ibu. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan.

Gambar 4.Melahirkan bahu dan lengan (klasik/Deventer)8

Keuntungan cara klasik adalah pada umumnya dapat dilakukan pada semua persalinan letak

sungsang tetapikerugiannya lengan janin relative tinggi didalam panggul sehingga jari penolong harus

masuk ke dalam jalan lahir yang dapat manimbulkan infeksi.5

2. Cara Mueller5.

Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara Mueller ialah melahirkan bahu dan lengan depan lebih

dulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang. Bokong janin dipegang

dengan femuropelvik yaitu kedua ibu jari penolong diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari

telunjuk pada krisat iliaka dan jari-jari lain mencengkram bagian depan. Kemudian badan ditarik ke
curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak di bawah simpisis dan lengan depan

dilahirkan dengan mengait lengan bawahnya. Setelah bahu depan dan lengan lahir, tarik badan janin ke

atas sampai bahu belakang lahir. Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir sehingga mengurangi

infeksi.

Gambar 5.Melahirkan bahu dan lengan (Mueller)8

3. Cara lovset

Prinsip melahirkan persalinan secara Lovset ialah memutar badan janin dalam setengah lingkaran

bolak-balik sambil dilakukan traksi curam ke bawah sehingga bahu yang sebelumnya berada di belakang

akhirnya lahir dibawah simpisis dan lengan dapat dilahirkan.

Gambar 6. Melahirkan bahu (Loevset)5

Keuntungannya yaitu sederhana dan jarang gagal, dapat dilakukan pada semua letak sungsang,

minimal bahay infeksi. Cara lovset tidak dianjurkan dilakukan pada sungsang dengan primigravida, janin

besar, panggul sempit.


4. Cara Bickhenbach

Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan cara

klasik. 1,5,4

Tahap ketiga : melahirkan kepala yang menyusul (after coming head)

1. Cara Mauriceau

Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalan lahir. Jari tengah

dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari keempat mencengkeram fossa kanina, sedang jari

lain mencengkeram leher. Badan anak diletakkan diatas lengan bawah penolong seolah-olah janin

menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ketiga penolong yang lain mencengkeram leher janin dari

punggung. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil seorang asisten

Melakukan ekspresi kristeller. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh penolong yang mencengkeram

leher janin dari arah punggung. Bila suboksiput tampak dibawah simpisis, kepala dielevasi keatas dengan

suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata dahi, ubun-ubun

besar dan akhirnya lahirnya seluruh kepala janin.

Gambar 7. Melairkan kepala (Mauriceau-Veit-Smeille)5

2. Cara Naujoks
Teknik ini dilakukan apabila kepala masih tinggi sehingga jari penolong tidak dimasukkan ke

dalam mulut janin. Kedua tangan penolong yang mencengkeram leher janin menarik bahu curam

kebawah dan bersamaan dengan itu seorang asisten mendorong kepala janin kearah bawah. Cara ini tidak

dianjurkan lagi karena menimbulkan trauma yang berat.

3. Cara Prague Terbalik

Teknik ini dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada di belakang dekat sacrum dan

muka janin menghadap simpisis. Satu tangan penolong mencengkeram leher dari bawah dan punggung

janin diletakkan pada telapak tangan penolong. Tangan penolong yang lain memegang kedua pergelangan

kaki, kemudian ditarik keatas bersamaan dengan tarikan pada bahu janin sehingga perut janin mendekati

perut ibu. Dengan laring sebagai hipomoklion, kepala janin dapat dilahirkan.

Gambar 8.Melahirkan kepala (Prague terbalik)5

4. Cara Cunam Piper

Seorang asisten memegang badan janin pada kedua kaki dan kedua lengan janin diletakkan

dipunggung janin. Kemudian badan janin dielevasi ke atas sehingga punggung janin mendekati punggung

ibu. Pemasangan cunam piper sama prinsipnya dengan pemasangan pada letak belakang kepala. Hanya

saja cunam dimasukkan dari arah bawah sejajar dengan pelipatan paha belakang. Setelah oksiput tampak

dibawah
simpisis, cunam dielevasi ke atas dan dengan suboksiput sebagai hipomoklion berturut-turut lahir dagu,

mulut, muka, dahi dan akhirnya seluruh kepala lahir.

Gambar 9. Melahirkan kepala (cunam piper)8

Prosedur Ekstraksi Sungsang1,4,5

1. Teknik ekstraksi kaki

Tangan dimasukkan ke dalam jalan lahir mencari kaki depan dengan menelusuri bokong, pangkal

paha sampai lutut,kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah menjadi

fleksi. Tangan yang diluar mendorong fundus uterus ke bawah. Setelah kaki bawah fleksi pergelangan

kaki dipegang oleh jari kedua dan jari ketiga dan dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut. Kedua

tangan memegang betis janin, kaki ditarik curam kebawah sampai pangkal paha lahir. Pangkal paha

dipegang kemudian tarik curam ke bawah trokhanter depan lahir. Kemudian pangkal paha dengan

pegangan yang sama dielevasi keatas sehingga trokhanter belakang lahir dan bokong pun lahir. Setelah

bokong lahir maka untuk melahirkan janin selanjutnya dipakai teknik pegangan femuro-pelviks, badan

janin ditarik curam kebawah sampai pusat lahir. Selanjutnya untuk melahirkan badan janin yang lainnya

dilakukan cara persalinan yang sama seperti pada manual aid.

2. Teknik ekstraksi bokong

Dilakukan pada letak bokong murni (frank breech) dan bokong sudah berada di dasar panggul

sehingga sukar menurunkan kaki. Jari telunjuk tangan penolongyang searah bagian kecil janin
dimasukkan ke dalam jalan lahir dan diletakkan di pelipatan paha depan. Dengan jari telunjuk ini

pelipatan paha dikait dan

ditarik curam kebawah, sehingga trokhanter tampak dibawah simpisis, maka jari telunjuk penolong yang

lain segera mengait pelipatan paha ditarik curam kebawah sampai bokong lahir. Setelah bokong lahir,

bokong dipegang secara femuro-pelviks kemudian janin dapat dilahirkan dengan cara manual aid.

Prosedur Persalinan Sungsang Perabdominam

Persalinan letak sungsang dengan seksio sesaria sudah tentu merupakan yang terbaik ditinjau dari

janin. Banyak ahli melaporkan bahwa persalinan letak sungsang pervaginam memberi trauma yang sangat

berarti bagi janin. Namun hal ini tidak berarti bahwa semua letak sungsang harus dilahirkan

perabdominam. Persalinan diakhiri dengan seksio sesaria bila: 1. Persalinan pervaginam diperkirakan

sukar dan berbahaya (disproporsi feto pelvic atau skor Zachtuchni Andros ≤ 3).1-7,9

Skor Zachtuchni Andros

Arti nilai:

≤ 3 : persalinan perabdominam

4 : evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin, bila nilai tetap dapat dilahirkan
pervaginam.

>5 : dilahirkan pervaginam.


2. Tali pusat menumbung pada primi/multigravida.

3. Didapatkan distosia

4. Umur kehamilan:19

 Prematur (EFBW=2000 gram)

 Post date (umur kehamilan ≥ 42 minggu)

5. Nilai anak (hanya sebagai pertimbangan)

Riwayat persalinan yang lalu: riwayat persalinan buruk, nilai social janin tinggi.

6. Komplikasi kehamilan dan persalinan:

 Hipertensi dalam persalinan

 Ketuban pecah dini

Kriteria persalinan Pervaginam pada presentasi bokong:1.2.34

1. Presentasi bokong murni, presentasi bokong kaki

2. Tafsiran berat janin pada primi : < 3500g, pada multigravida <4000g

3. Panggul luas

4. Zatuchni Andros > 4

5. Plasenta tidak dibawah

Kriteria section cesarean pada bokong:1,2.3.4

1. Panggul sempit, DKP

2. Janin besar

3. Preterm sudah inpartu

4. Ketuban pecah > 12 Jam


5. Zatuchni Andros <4

6. Cacat rahim (bekas SC)

7. Tafsiran berat janin pada primi > 3500g, pada multi >4000g

8. Plasenta previa

9. Presentasi lutut/kaki

10. Kepala dalam posisi hiperekstensi

11. IUGR

Komplikasi5
Dari faktor ibu:
 Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir atonia uteri, sisa placenta.
 Infeksi karena terjadi secara ascendens melalui trauma (endometritits)
 Trauma persalinan seperti trauma jalan lahir, simfidiolisis.
Dari faktor bayi:
 Perdarahan seperti perdarahan intracranial, edema intracranial, perdarahanalat-alat vital
intra-abdominal.
 Infeksi karena manipulasi
 Trauma persalinan seperti dislokasi/fraktur ektremitas, persendian leher,rupture alat-alat
vital intraabdominal, kerusakan pleksus brachialis danfasialis, kerusakan pusat vital di
medulla oblongata, trauma langsung alat-alat vital (mata, telinga, mulut), asfiksisa sampai
lahir mati
Prognosis1,4
Sebab kematian perinatal yang terpenting akibat terjepitnya tali pusat antara kepala dan
panggul pada waktu kepala memasuki rongga panggul serta akibat retraksi uterus yang
dapatmenyebabkan lepasnya placenta sebelum kepala lahir. Kelahiran kepala janin yang lebih
lama dari 8 menit umbilicus dilahirkan akan membahayakan kehidupan janin. Selain itu bila
janin bernafas sebelum hidung dan mulut lahir dapat membahayakan karena mucus yang terhisap
dapat menyumbat jalan nafas.Bahaya asfiksia janin juga terjadi akibat tali pusat menumbung, hal
ini sering dijumpai pada presentasi bokong kaki sempurna atau bokong kaki tidak sempurna,
tetapi jarang dijumpai pada presentasi bokong
BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, pada pasien ini didiagnosis

GI P0000 Ab000 Gravid 37 minggu T/H/I dengan letak sungsang. Pada kasus ini pasien

direncanakan untuk secsio ceasar. Terapi yang dilakukan adalah pemberian cairan RL dengan

tetesan 20 tpm, dan dilakukan planning untuk persiapan operasi sehingga dilakukan pemasangan

kateter, inj. Ranitidine, serta pasien dipuasakan sejak pukul 12.00 malam.

Prognosis pada pasien ini dubia ad bonam.


DAFTAR PUSTAKA

1. Obstetri Williams : Panduan ringkas / Kenneth J. Leveno [et al.] ; alih bahasa, Brahm U.
Pendit ; editor bahasa Indonesia, Egi Komara Yudha, Nike Budhi Subekti. – Edisi 21 –
Jakarta : EGC, 2009
2. Cunningham FG et al. Premature Rupture of the Membrane. Williams Obstetric, 22st ed.
Mc.Graw Hill Publishing Division, New York, 2005.
3. Giuliani A, Scholl WMJ, Basver A, Tamussino KF. Mode of delivery andoutcome of 699
term singleton breeech deliveries at a single center. Am JObstet Gynecol 2002;187:1694-
8
4. Kampono, Nugroho, dkk. 2008. Persalinan Sungsang. Available
from:http://geocities.com/abudims/cklobpt9.html. Diakses pada tanggal 20 Januari 2014
5. Ballas S, et al. Deflexion of the fetal head in breech presentation. Incidence,
Management, and Outcome. Obstetrics and Gynecology. Diakses dari
http://www.greenjournal.org/. Januari, 2007.

Anda mungkin juga menyukai