Anda di halaman 1dari 18

KARYA INOVASI PELAYANAN KEBIDANAN

POSYANDU REMAJA SERASI


(SANGGAR REMAJA SEHAT AKTIF DAN BERKREASI)
DI DESA TANJUNGSARI, MANISRENGGO, KLATEN

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Praktik Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Remaja & Pranikah, Kontrasepsi
& Perencanaan Kehamilan Sehat Dan Kebidanan Komunitas

Program Studi Profesi Bidan

Disusun Oleh :

Mahasiswa Profesi Bidan


Kelas IBI Klaten

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
PRODI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN
2020

1
ii

HALAMAN PERSETUJUAN
KARYA INOVASI PELAYANAN KEBIDANAN
POSYANDU REMAJA SERASI
(SANGGAR REMAJA SEHAT AKTIF DAN BERKREASI)
DI DESA TANJUNGSARI, MANISRENGGO, KLATEN

Disusun oleh:
Mahasiswa Profesi Bidan
Kelas IBI Klaten

Disetujui:
Pembimbing Lapangan
Tanggal: ___________
Di: ________________ (________________________)
NIP.

Pembimbing Institusi
Tanggal: ___________
Di: ________________ (________________________)
NIP.

Pembimbing Kasus

Tanggal: ___________
Di: ________________ (________________________)
NIP.
iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas semua kehendakNya
bahwa Buku Pentunjuk Teknis Penyelenggaraan Posyandu Remaja ini dapat
tersusun dengan baik.
Remaja sebagai penerus dan calon pemimpin bangsa di masa depan,
mendapatkan hak dan kesempatan seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang
secara optimal, terjamin kelangsungan hidupnya, bebas dari tindakan diskriminasi
dan perlakuan yang salah, termasuk terlindungi dari berbagai masalah kesehatan.
Masalah kesehatan pada kelompok ini terutama disebabkan kecenderungan untuk
perilaku yang beisiko.
Kompleksnya permasalah kesehatan pada remaja, tentunya memerlukan
penanganan yang komprehensif dan terintegrasi yang melibatkan semua unsur
dari lintas program dan sektor terkait. Kementerian Kesehatan telah
mengembangkan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Puskesmas,
dengan paket pelayanan komprehensif untuk kesehatan remaja meliputi KIE,
konseling, pembinaan konselor sebaya, layanan klinis atau medis dan rujukan
termasuk pemberdayaan masyarakat. Namun, pelayanan di dalam gedung yang
diberikan oleh tenaga kesehatan masih memiliki keterbatsan jumlah sarana dan
hambatan terkait akses karena geografisnya yang beragam, hal tersebut
membutuhkan upaya memberdayakan masyarakat berupa turut sertanya
masyarakat secara mandiri dalam upaya promotif serta preventif, misalnya
kegiatan seperti posyandu.
Melihat keberhasilan posyandu dalam memberdayakan masyarakat untuk
meningkatkan derajat kesehatan bayi dan balita, perlu juga dikembangkan model
yang sama bagi sasaaran anak remaja. Posyandu remaja diharapkan menjadi
sebuah wadah masyarakat yang memfasilitasi remaja dalam memahami
permasalahan kesehatan mereka, memperluas jangkauan Puksemas PKPR dalam
memberikan pelayanan promotif dan preventif kepada sasaran remaja, terutama
bagi remaja di daerah yang memiliki keterbatasan akses maupun hambatan
geografis seperti daerah terpencil, daerah kepulauan atau terisolasi atau terasing
lainnya.
Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang terlibat, sehingga kami bisa menyelesaikan pedoman ini.
Semoga buku petunjuk teknis ini bermanfaat bagi kita semua sebagai pengelola
program kesehatan remaja khususnya dan bagi remaja Indonesia umumnya.
Kami menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna dan masih
membutuhkan masukan dari para pakar maupun pelaksana teknis di lapangan,
iv

namun juknis ini dibuat untuk menjadi panduan bagi pelaksanaan di lapangan
ketika membentuk posyandu remaja.

Klaten, September 2020

Penulis
v

DAFTAR ISI
Cover.....................................................................................................................i
Halaman Persetujuan .........................................................................................ii
Kata Pengantar.................................................................................................... iii
Daftar Isi............................................................................................................... v
BAB I (Pendahuluan)
A. Apa masalah yang melatarbelakangi munculnya inovasi ini?..........................1
B. Siapa inisiator inovasi ini?................................................................................3
BAB II (Tinjauan Pustaka)
A. Bagaimana inovasi berhasil memecahkan masalah yang dihadapi?................5
B. Apa saja aspek kreatif dan inovatif dari inovasi ini?........................................6
BAB III (Tinjauan Inovasi dan Pembahasan)
A. Bagaimana inovasi ini dilaksanakan?...............................................................7
B. Siapa saja pemangku kepentingan yang terlibat dalam pelaksanaan?..............7
C. Sumber daya apa saja yang digunakan untuk melaksanakan inovasi ini dan
bagaimana sumber daya itu dimobilisasi? ............................................................8
D. Apa saja output/keluaran yang diharapkan oleh inovasi ini?...........................8
E. Sistem apa yang diterapkan untuk memantau kemajuan dan mengevaluasi
kegiatan dalam inovasi ini?...................................................................................9
F. Apa saja kendala utama yang dihadapi dalam pelaksanaan inovasi dan
bagaimana kendala tersebut diatasi?.....................................................................9
G. Apa saja manfaat yang dihasilkan dari inovasi ini?.........................................9
H. Apa bedanya sebelum dan sesudah inovasi?....................................................10
I. Apa saja pembelajaran yang dapat dipetik dari penerapan inovasi ini?.............11
J. Apakah inovasi ini berkelanjutan dan sedang atau sudah direplikasi di tempat
lain?.......................................................................................................................11
BAB IV (Kesimpulan dan rekomendasi)...........................................................12
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Apa masalah yang melatarbelakangi munculnya inovasi ini?


Kesehatan merupakan hak asasi (UUD 1945, pasal 28 H ayat 1 dan UU
No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan) dan sekaligus sebagai investasi,
sehingga perlu diupayakan, diperjuangkan dan ditingkatkan oleh setiap
individu dan oleh seluruh komponen bangsa, agar masyarakat dapat
menikmati hidup sehat, dan pada akhirnya dapat mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. Undang Undang Kesehatan Nomor 36
Tahun 2009 Pasal 17 dan 18 menyatakan bahwa Pemerintah bertanggung
jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas
pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya. Pemerintah juga bertanggung jawab untuk
memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam segala bentuk
upaya kesehatan.
Masa remaja merupakan masa storm and stress, karena remaja mengalami
banyak tantangan baik dari diri mereka sendiri (biopsychosocial factors)
ataupun lingkungan (environmental factors). Apabila remaja tidak
memilikikemampuan untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut, mereka
dapat berakhir pada berbagai masalah kesehatan yang begitu kompleks
sebagai akibat dari perilaku berisiko yang mereka lakukan.
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Berbasis Sekolah di Indonesia tahun
2015 (GSHS) dapat terlihat gambaran faktor risiko kesehatan pada pelajar usia
12-18 tahun (SMP dan SMA) secara nasional. Sebanyak 41,8% laki-laki dan
4,1% perempuan mengaku pernah merokok, 32,82% di antara merokok
pertama kali pada umur ≤ 13 tahun. Data yang sama juga menunjukkan 14,4%
laki-laki dan 5,6% perempuan pernah mengkonsumsi alkohol, lalu juga
didapatkan 2,6% laki-laki pernah mengkonsumsi narkoba. Gambaran faktor
risiko kesehatan lainnya adalah perilaku seksual di mana didapatkan 8,26%
pelajar laki-laki dan 4,17% pelajar perempuan usia 12-18 tahun pernah

1
2

melakukan hubungan seksual. Perilaku seks pranikah tentunya memberikan


dampak yang luas pada remaja terutama berkaitan dengan penularan penyakit
menular dan kehamilan tidak diinginkan serta aborsi.
Kehamilan pada remaja tidak hanya berpengaruh terhadap kondisi fisik,
mental dan sosial remaja, tetapi juga dapat meningkatkan risiko kematian
bayi/balita, seperti yang ditunjukkan SDKI 2012 di mana kehamilan dan
persalinan pada ibu di bawah umur 20 tahun memiliki kontribusi dalam
tingginya Neonatal Mortality Rate(34/1000 KH), Postnatal Mortality
Rate(16/1000 KH), Infant Mortality Rate (50/1000 KH) dan Under-5
Mortality Rate (61/1000 KH). Laporan triwulan Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen P2PL) mulai 1987
sampai dengan Maret 2017menunjukan bahwa tinginya angka kejadian AIDS
dikelompok usia 20-29 tahun mengindikasikan kelompok tersebut pertama
kali terkenaHIV pada usia remaja.
Kasus cedera pada anak usia sekolah dan remaja semakin meningkat
seperti yang ditunjukan Riskesdas tahun 2013 dimana prevalensi cedera pada
anak usia 5-14 tahun sebesar 9,7% dan 11,7% pada anak usia 15-24
tahun,yang mayoritas disebabkan karena jatuh (40,9%) dan transportasi motor
(40,6%). Sedangkan berdasarkan data sistem registrasi penyebab kematian
(cause of death) pada tahun 2012 di 12 kabupaten ditemukan bahwa kematian
terbanyak untuk anak usia 13 –15 tahun dari total 137 kematian disebabkan
karena kecelakaan transportasi, penyebab luar, penyakit syarat, tuberkulosis
dan penyakit jantung iskemik. Masalah gizi juga perlu mendapat perhatian,
seperti yang ditunjukkan dari hasil Riskesdas 2010 yaitu anak usia 6-12 tahun
15,1% sangat pendek dan 20,5% pendek, 4,6% sangat kurus dan 7,6% kurus,
serta 9,2% mengalami kegemukan.
Kompleksnya permasalahan kesehatan pada remaja, tentunya memerlukan
penanganan yang komprehensif dan terintegrasi yang melibatkan semua unsur
dari lintas program dan sektor terkait. Kebijakan bidang kesehatan terkait
pelayanan kesehatan remajasebagaimana dimaksud Permenkes Nomor 25
Tahun 2014 ditujukan agar setiap anak memiliki kemampuan berperilaku
3

hidup bersih dan sehat, memiliki keterampilan hidup sehat, dan keterampilan
sosial yang baik sehingga dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara
harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.
Pelayanan Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja sebagaimana dimaksud
pada Pasal 28 ayat 3 bahwa pelayanan itu dilakukan paling sedikit melalui:
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja(PKPR). Pelayanan PKPR diberikan kepada semua remaja,
dilaksanakan di dalam atau di luar gedung untuk perorangan atau kelompok.
Pengembangan PKPRdi Puskesmassampai tahun 2017 sudah mencapai 5015
Puskesmas yang tersebar di 514 kabupaten/kota. Puskesmas PKPR
memberikan layanan mulai dari KIE, konseling, pembinaan konselor sebaya,
layanan klinis/medis dan rujukan serta pemberdayaan remajadalam bentuk
keterlibatan aktif dalam kegiatan kesehatan. Sesuai dengan data BPS tahun
2016 tentang Angka Partisipasi Murni, tingkat pendidikan SMP sebesar
77,89% dan tingkat pendidikan SMA 59,85%, artinya mereka berada di
sekolah dan mendapatkan pembinaan kesehatan melalui UKS, tetapi
kadangkala kegiatan tersebut belum cukup untuk memenuhi kebutuhan remaja
akan kesehatannya.
Dari data yang sama menunjukkan bahwa sekitar 23% usia SMP dan 41%
usia SMA tidak bersekolah, artinya mereka tidak mendapat pembinaan
kesehatan seperti anak-anak yang bersekolah.Hal ini menunjukkan begitu
besar jumlah remaja yang membutuhkan tempat yang dapat diakses dengan
mudah untuk menyelesaikan dan mendiskusikan masalah kesehatannya selain
dari fasilitas kesehatan yang sudah tersedia. Pembentukan Posyandu Remaja
diharapkan dapat menjadi wadah untuk memfasilitasi remaja dalam
memahami permasalahan kesehatan remaja, menemukan alternatif pemecahan
masalah, membentuk kelompok

B. Siapa inisiator inovasi ini ?


Inovasi Posyandu Remaja Serasi merupakan salah satu strategi yang
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman remaja tentang
4

pentingnya kesehatan remaja. Cara yang digunakan adalah meningkatkan


kualitas konseling pada remaja dan menekankan edukasi dalam setiap hal
yang terpadu dan berkualitas.
Inovasi ini diinisiasi oleh mahasiswa prodi profesi bidan Poltekkes
Surakarta bersama dosen yang didampingi bidan desa dari Desa Tanjungsari
UPT Puskesmas Manisrenggo dalam upaya menyelesaikan permasalahan
remaja.
5

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Bagaimana inovasi berhasil memecahkan masalah yang dihadapi?
Strategi keberhasilan dimulai dengan:
a) Mengadakan pertemuan dengan tokoh masyarakat dan pemangku
kepentingan utama untuk mengadakan diskusi tentang masalah masalah
yang berkaitan dengan remaja. Masalah - masalah tersebut dibahas
bersama untuk mencari solusi yang bisa dilakukan di wilayah puskesmas.
b) Membentuk Tim Pelayanan Publik yang bertugas untuk menangani
pengaduan masyarakat serta melakukan evaluasi untuk perbaikan. 
c) Membentuk Forum Peduli Kesehatan (FPK) tingkat kecamatan yang
merupakan forum multi pihak/ Multi Stakeholder Forum (MSF) yang
berfungsi menjembatani pihak pemberi layanan dan penerima layanan agar
tujuan peningkatan kesehatan dapat dirasakan manfaatnya. Forum tersebut
terdiri dari unsur pemerintah (Camat, Kepala Desa, Tim Penggerak PKK)
dan non pemerintah (tokoh agama, tokoh masyarakat, tenaga relawan
kesehatan).
d) Sosialisasi kepada masyarakat dan lintas sektor di tingkat kecamatan.
Sosialisi ini sebagai upaya mendorong kepedulian masyarakat serta
pemahaman tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan terpadu dan
berkualitas untuk perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi
menuju persalinan yang aman dan selamat.
e) Inovasi ini menggunakan media sederhana, yang dikenal dengan Booklet
Posyandu Remaja dan leaflet, booklet tersebut memiliki bebrapa fungsi.
Yang pertama fungsi untuk media edukasi kepada remaja selain itu
memudahkan dalam pemberian materi atau penyampaian materi. Fungsi
yang kedua untuk remaja, untuk mengetahui kesehatan pada usia remaja.
Dengan cara ini para remaja memahami pentingnya edukasi tersebut
dilakukan
f) Dengan diadakannya posyandu remaja menggunakan media booklet dan
leaflet diharapkan remaja dapat lebih peduli terhadap kesehatannya.
6

g) Penguatan hukum dilakukan dengan mengadakan musyawarah bersama


Forum Peduli Kesehatan Kecamatan, Camat, Kepala Desa, tokoh
masyarakat, tokoh agama, relawan kesehatan lokal, serta petugas
kesehatan. Di setiap Desa diterbitkan Peraturan Desa (Perdes) yang
mengatur bahwa setiap ibu hamil wajib memeriksakan kehamilannya
untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan terpadu. 
h) Pendekatan yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, tokoh
masyarakat, serta menjalin komunikasi dan hubungan yang baik dengan
relawan kesehatan lokal, sangat mendukung keberhasilan program
percontohan berbasis masyarakat yang telah dilaksanakan dan perbaikan
yang signifikan pada kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan. 
B. Apa saja aspek kreatif dan inovatif dari inovasi ini?
1) Inisiatif ini kreatif karena dengan cara yang sederhana dapat meningkatkan
pemahaman masyarakat. Bukan hanya remaja, namun juga orang tua bias
lebih memahami dan mengerti pentingnya kesehatan remaja
2) Pelaksanaan inovasi ini juga melibatkan bidan desa di wilayah tersebut,
melalui pemberiaan konseling melalui sebuah booklet posyandu remaja
serasi. Melalui booklet posyandu remaja serasi ini para remaja dan orang
tua bisa mengetahui perihal yang harus disiapkan jika ada masalah.
3) Keterlibatan bidan desa dan peran aktif kader juga mendorong
keberhasilan inovasi ini.
7

BAB III
TINJAUAN INOVASI DAN PEMBAHASAN

A. Bagaimana inovasi ini dilaksanakan?


Inovasi posyandu remaja serasi ini dilaksanakan dengan tahapan sebagai
berikut :
1. Identifikasi masalah kesehatan yang ada di wilayah Puskesmas
Pada mini lokakarya lintas sektor yang dilakukan rutin di Puskesmas
Manisrenggo, terdapat identifikasi masalah-masalah kesehatan beserta
solusinya. Salah satu masalah yang dihadapi adalah kurangnya kepedulian
remaja karena kurangnya pemahaman tentang pentingnya kesehatan
remaja,
2. Membangun Komitmen Bersama
Salah satu kunci keberhasilan perbaikan pelayanan kesehatan ini, adalah
kesadaran dan kerjasama yang baik secara berkesinambungan dari semua
pemberi layanan di Puskesmas (bidan), dan kader.
3. Promosi Kesehatan/ Sosialisasi Booklet Posyandu Remaja Serasi
Sosialisasi program saber resti sebagai upaya mendorong
kepedulian suami dan keluarga serta pemahaman tentang pentingnya
pemeriksaan dan pendampingan ibu hamil resiko tinggi untuk perencanaan
persalinan dan pencegahan komplikasi menuju persalinan yang aman dan
selamat.
Pada booklet posyandu remaja serasi tersebut terdapat hal – hal
yang harus diketahui tentang kesehatan remaja, tujuan, fungsi dan manfaat
dari posyandu tersebut.

B. Siapa saja pemangku kepentingan yang terlibat dalam pelaksanaan?


Pemangku kepentingan yang terlibat dalam pelaksanaan inovasi ini adalah:
1. Dinas Kesehatan 
8

Dukungan yang diberikan berupa dukungan program dan kegiatan baik


fisik maupun non fisik untuk perbaikan pelayanan.
2. Puskesmas beserta seluruh jejaringnya.
Semua karyawan puskesmas memiliki komitmen yang kuat terhadap
pelaksanaan inovasi ini.
3. Pemerintah Desa.
Pemerintah desa berperan dalam penggerakan massa dan menerbitkan
peraturan desa tentang hamil pinter.
4. Tokoh masyarakat
5. Tokoh agama
6. Kader posyandu

C. Sumber daya apa saja yang digunakan untuk melaksanakan inovasi ini
dan bagaimana sumber daya itu dimobilisasi? 
Untuk melaksanakan inisiatif ini, sumber daya yang digunakan yaitu:
1. Sumber daya manusia
SDM yang terlibat dalam pelayanan langsung inovasi posyandu remaja
serasi ini, adalah:
a. Bidan desa di wilayah tersebut
b. Seluruh kader Desa.
c. Tokoh masyarakat, tokoh agama.
2. Media yang digunakan adalah booklet dan leaflet 

D. Apa saja output/keluaran yang diharapkan oleh inovasi ini?


Keluaran konkret yang berhasil dicapai dari inisiatif ini adalah:
1. Adanya perbaikan pelayanan petugas medis dan meningkatnya kualitas
layanan kesehatan remaja di wilayah kerja Puskesmas Manisrenggo,
Klaten. 
2. Jumlah peserta posyandu remaja semakin meningkat.
3. Deteksi dini kasus resiko penyakit pada remaja lebih cepat ditemukan
sehingga dapat dilakukan rujukan terencana.
9

4. Posyandu Remaja Serasi dilaksanakan dengan dukungan multi pihak


E. Sistem apa yang diterapkan untuk memantau kemajuan dan
mengevaluasi kegiatan dalam inovasi ini?
Untuk memantau dan mengevaluasi kemajuan yang dicapai secara teratur
maka dilakukan melalui:
1. Evaluasi kegiatan sosialisasi Posyandu remaja menggunakan booklet
posyandu remaja serasi, kader posyandu remaja yang telah terlaksana bisa
memberikan gambaran/pengalaman mengenai bagaimana pembentukan
posyandu remaja. Hal ini bisa memacu/ mendorong remaja dari desa yang
belum terbentuk posyandu remaja.
2. Evaluasi pelaksanaan Posyandu Remaja Serasi ini . Evaluasi ini dilakukan
oleh kader dan bidan desa untuk menganalisa pelaksaanan inovasi
Posyandu Remaja Serasi yang masuk ke layanan. Hasil evaluasi ditindak
lanjuti secara bersama dan bertahap sesuai dengan kemampuan serta
kapasitas Puskesmas sebagai pemberi layanan.

F. Apa saja kendala utama yang dihadapi dalam pelaksanaan inovasi dan
bagaimana kendala tersebut diatasi?
1. Di Masa Pandemi Covid-19 ini, semua kegiatan harus menerapkan protokol
kesehatan yaitu : Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir / dengan hand
sanitizer, memakai masker, jaga jarak dan pembatasan jumlah orang
berkumpul. Sehingga dalam kegiatan yang sifatnya koordinatif dan
konsolidatif harus membatasi jumlah orang yang terlibat/dihadirkan.
2. Cara mengatasi kendala ini, adalah dengan membangun komunikasi yang
intensif sehingga dalam perencanaan sampai pelaksanaan kegiatan
launching berjalan dengan lancar. Selain itu dengan menerapkan protokol
kesehatan yang ditentukan. 

G. Apa saja manfaat yang dihasilkan dari inovasi ini?


Manfaat dari inovasi Poysandu Remaja Serasi adalah :
10

1. Lebih meningkatnya pemahaman dari keluarga terutama remaja tentang


kesehatan remaha, selalu mendampingi serta memotivasi remaja untuk
lebih semangat dalam memeriksakan kesehatannya. Sehingga resiko tinggi
dapat dideteksi lebih awal
2. Deteksi dini dan penanganan segera terhadap masalah-masalah kesehatan.
3. Meningkatnya kepercayaan bidan jejaring pada Puskesmas, kerjasama
antara tenaga medis bidan khususnya semakin solid, demikian juga
kerjasama lintas program. 
4. Adanya komitmen kuat dari masing-masing petugas untuk melaksanakan
inisiatif ini
5. Dengan adanya posyandu remaja ini diharapkan remaja ikut berperan serta
dalam pelayanan kesehatan yang lebih profesional dan berkualitas dan
mendapatkan informasi tentang kesehatan remaja lebih maksimal karena
posyandu remaha serasi ini juga mengedepankan sisi edukasi dan motivasi
bagi remaja dan keluarga.
6. Melalui inovasi posyandu remaja serasi ini diharapkan mampu
meningkatkan kesadaran dan pemahaman keluarga terutama remaja
terhadap kesehatan dan masalah-masalah yang terjadi pada remaja
H. Apa bedanya sebelum dan sesudah inovasi?
Beberapa perubahan yang diharapkan dapat dicapai dari inovasi ini :
1. Sebelum ada inovasi ini remaja dan keluarga masih menganggap
kesehatan remaha merupakan suatu hal yang biasa dan tidak
mengetahui bahwa sebenarnya setiap remaja memiliki resiko kesehatan
masing-masing.
2. Timbulnya Kesadaran remaja yang bertekad memajukan desanya
melalui kegiaatan posyandu remaja
3. Mengetahui deteksi dini tentang masalah kesehatan remaja dan pola
hidup sehat.

I. Apa saja pembelajaran yang dapat dipetik dari penerapan inovasi ini?
11

Inisiatif ini berhasil berkat adanya komitmen yang kuat dari mahasiswa
profesi kebidanan poltekkes surakarta, bidan desa, kader, remaja beserta
keluarga. Tanpa kerjasama dari mereka, inisiatif ini tidak akan diterima oleh
remaja dan para orang tua sehingga timbul konsekuensi.
Pembelajaran yang dipetik dari Inovasi Posyandu Remaja Serasi antara lain :
1. Partisipasi Remaja dan karang taruna sangat penting untuk keberhasilan.
Komitmen yang kuat dari para kader dan bidan desa merupakan kunci
keberhasilan dalam pelaksanaan inisiatif ini. Tanpa adanya partisipasi aktif,
kesadaran dan komitmen dari remaja, kader dan bidan maka inisiatif ini
tidak akan terwujud.
2. Melalui pembentukan posyandu remaja ini, upaya promotif dan preventif
lebih tajam menyasar pada tujuan meningkatkan derajat kesehatan remaja
dan dalam jangka panjang penurunan AKI -AKB melalui upaya dini yang
komprehensif.
3. Menjelaskan peranan setiap pihak merupakan pendorong yang besar bagi
keberhasilan inisiatif ini, sekaligus mampu merubah perilaku remaja.
4. Komunikasi yang terus – menerus dibutuhkan untuk menjaga hubungan
kerjasama. Kunjungan bidan desa dalam kegiatan posyandu remaja
minimal dua kali untuk mengfollow-up peran serta partisipasi remaja,
membantu jalur komunikasi tetap terbuka, yang menjadi kunci dalam
mengidentifikasi dan menyediakan kendala yang timbul.
5. Posyandu Remaja Serasi merupakan strategi yang tepat untuk
mengupayakan perubahan kesadaran dan peranan remaja dalam kepedulian
terhadap kesehatan dirinya

J. Apakah inovasi ini berkelanjutan dan sedang atau sudah direplikasi di


tempat lain?
Inovasi Posyandu Remaja Serasi saat ini masih dikembangkan untuk
pelaksanaannya, masih terbatas di Desa Tanjungsari, Wilayah Puskesmas
Manisrenggo.
12

BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Posyandu Remaja Serasi merupakan strategi yang tepat untuk mengupayakan


peningkatan pemahaman, keasadaran, kemauan, perhatian dan peranan remaja
serta orang tua. Waktu pelaksanaan inovasi ini tanggal 03 September 2020.
Inovasi Posyandu Remaja Serasi bisa dilaksanakan dengan baik bersama bidan
desa, remaja dan orang tua. Setelah dilaksanakan inovasi ini terdapat perubahan
sikap dan perilaku remaja dan orang tua terhadap kesehatan remaja.
Booklet ini direkomendasikan bagi remaja dan orang tua. Dengan booklet ini
merupakan cara sederhana bagi bidan untuk melakukan konseling tentang
kesehatan remaja. Booklet ini diberikan pada remaja saat kunjungan posyandu
remaja. Kami mengharapkan booklet ini diberikan tidak hanya untuk remaja di
wilayah desa Tanjungsari, Manisrenggo, saja akan tetapi buku saku ini diberikan
bagi seluruh orang tua yang memiliki anak remaja di wilayah kerja Puskesmas
Manisrenggo.

LAMPIRAN
13

Anda mungkin juga menyukai